Mas Brian segera menjauh dari Abah Malik, untuk menghubungi pilot jet pribadinya agar segera terbang ke Malang sekarang juga. "Halo... selamat siang Pak Andre..." "Selamat siang juga Pak Brian, apakah ada hal penting yang perlu bapak bicarakan dengan saya." "Iya Pak...tolong sekarang juga Pak Andre berangkat ke Malang untuk menjemput keluarga saya kembali ke Jakarta, saat ini kondisi istri saya sedang tidak sehat, butuh penanganan medis dengan segera." "Baik Pak.... nanti kalau saya sudah berada di bandara, saya akan menghubungi bapak." "Oke... saya tunggu informasi dari Pak Andre saja, terimakasih..." "Sama sama Pak..." Setelah memutuskan sambungan telepon, Mas Brian kembali mendekati Abah Malik dan juga Ummi Salamah yang sudah siap dengan beberapa tas yang akan di bawah bersama ke Jakarta. "Nak Brian... kita bisa bicara sebentar,ada yang Abah mau tanyakan sama Nak Brian." "Iya... Abah." Abah Malik melangkah keluar menuju halaman samping rumah, Mas Brian mengikuti langkah Ab
Jet pribadi Rendi sudah mendarat di salah satu bandar udara yang ada di Singapura, sudah ada sebuah mobil yang siap menjemput kedatangan Rendi dan juga rombongannya,itu semua Rendi sudah siapkan termasuk mobil untuk antar jemput mereka dari bandara menuju ke rumah sakit ME Singapura. "Pak Yuda... dokter Leonardo...ayo mobil sudah siap untuk mengantar kita ke rumah sakit ME." "Iya Nak.... terimakasih atas semua yang telah kamu lakukan untuk membantu saya, hingga kamu membawa istri saya berobat di sini, bapak tidak bisa membalas semua kebaikan kamu Nak... semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan kebahagiaan kepada kamu Nak..." "Aamiin...iya Pak... sama sama,ini juga sudah menjadi kewajiban saya untuk saling membantu antara sesama."Bang Rendi mengulaskan sebuah senyum kearah Pak Yuda dan juga dokter Leonardo. Kurang lebih 20 menit mobil yang membawa mereka sudah berhenti di depan loby RS ME Singapura, beberapa orang perawat langsung menjemput Ibu Meta untuk segera di tangani oleh dokt
Pak Yuda menceritakan semuanya kepada Rendi tanpa melewatkan sedikit pun atas kejadian yang menimpanya pada 27 tahun yang lalu. "Nak... masih jelas dalam ingatan saya dimana pada saat saya dan Meta melangkah menyebrang jalan yang ada di depan lobi bandara, dari arah yang berlawanan tiba tiba saja sebuah mobil pengangkut barang melaju dengan kencang kearah kami berdua, untung saja ada seorang OB yang menyelamatkan kami berdua, OB itu mendorong kami berdua sampai jatuh terpelanting ke samping sehingga kami berdua lolos dari maut, setiap kali saya mengingat kejadian itu seketika rasa takut merayapi seluruh hati dan jiwa saya."kedua tangan Pak Yuda gemetar pada saat menceritakan semua kejadian yang pernah dia dan istrinya alami. "Maaf Pak... apakah bapak tidak merasa kalau kejadian itu sudah di rencanakan oleh seseorang dan siapa kira kira orang yang berada di balik semua kejadian yang menimpa bapak pada waktu itu." "Karena saya terlalu panik, melihat kondisi istri saya Meta sangat ter
Mas Brian sedang menemani Humairah di kamar, terlihat dari wajahnya kalau dia sedang khawatir, sesekali tangannya menggenggam tangan Humairah yang masih tertidur,di kedua netranya tidak pernah lepas dari wajah wanita yang telah menemani hidupnya selama kurang lebih 11 tahun, tidak terasa air matanya menetes perlahan membanjiri pipinya."Bunda...kamu harus kuat dan bertahan demi anak anak kita, terutama demi kehidupan bayi yang ada di dalam kandungan kamu saat ini, Bunda pasti bisa melalui semua ini...saya sangat mencintai Bunda...."Mas Brian memberikan kekuatan kepada Humairah lewat genggaman tangannya.Humairah berusaha membalas genggaman tangan Mas Brian walaupun sangat lemah, Humairah tidak bisa menggerakkan seluruh bagian tubuhnya dengan normal, karena setiap kali dia menggerakkan anggota tubuhnya selalu di berengi dengan erangan kesakitan, Humairah merasakan seluruh tulangnya remuk.Sedetik pun Mas Brian tidak meninggalkan Humairah yang tengah berbaring di atas tempat tidur, semu
Rendi kembali menemui Pak Yuda yang sedang berada di dalam kamar rawat inap Ibu Meta, secara kebetulan Pak Yuda juga sedang berada di depan pintu kamar Bu Meta di rawat, Pak Yuda seperti hendak keluar sebentar untuk menghirup udara segar di luar, kebetulan sudah ada perawat yang menemani istrinya,.Mereka berpapasan persis di depan pintu. "Maaf Pak... saya bisa bicara sebentar." "Iya Nak.... tidak apa-apa,ayo kita cari tempat di luar agar kita bisa ngobrol dengan santai." "Mari Pak.. silahkan."Rendi mengikuti langkah Pak Yuda yang telah berada beberapa langkah di depannya, mereka berdua sengaja menuju taman yang ada di samping rumah sakit tempat Bu Meta di rawat.Di sana ada kursi yang sengaja di siapkan oleh pihak rumah sakit untuk tempat bersantai para pasien dan pengunjung rumah sakit. Pak Yuda dan Rendi mereka berdua duduk berdampingan. "Ada apa Nak... apakah ada hal penting yang hendak kamu katakan!." "Iya Pak... saya akan kembali ke Indonesia sekarang juga, perasaan saya tid
"Irfan ada apa... kenapa kamu berbicara sambil berteriak, apakah ada telah terjadi sesuatu di depan sana." "Iya Mas... anak buah saya yang berada di depan sedang berusaha mengalihkan perhatian orang orang yang telah mengepung kita saat ini, sepertinya kita harus mencari jalan alternatif lain menuju ke bandara Mas...." "Iya Irfan.... lakukan saja yang terbaik." "Iya Mas...." Handphone Irfan tiba tiba berdering menandakan ada panggilan masuk. "Bos hati hati....ada beberapa orang telah berjalan menuju mobil bos sekarang, mereka semua menggunakan benda tajam,kami di sini sedang berusaha menghalau yang lainnya." "Oke...tolong atasi yang ada disitu."Irfan mendengar beberapa pekikan dan bunyi suara orang sedang bertarung. "Baik bos..." Irfan dengan refleks menoleh k belakang dia melihat ada sekitar lima orang atau lebih sambil memegang benda tajam sedang berjalan menuju mobil yang dia kemudikan, mereka berjalan menyelinap dari sela sela mobil yang berhenti. "Mas... hati hati ada beb
Bukh... Bukh.. "Mas kenapa keluar dari dalam mobil dan meninggalkan ibu Humairah, saya tadi sudah bilang Mas tidak boleh keluar dari dalam mobil."di sela sela gerakannya menghalau pukulan dari pihak lawan Irfan menumpahkan kekesalan kepada Mas Brian. "Irfan saya tidak bisa membiarkan kamu bertarung sendiri sedangkan saya hanya menonton saja dari dalam mobil, saya hanya membantu kamu untuk melawan mereka semua." "Tapi Mas... bagaimana dengan keselamatan ibu Humairah dan juga yang lainnya." "Kamu tidak usah takut dan khawatir ada Ummi Salamah dan juga Almeera yang melindungi Humairah."Mas Brian menjawab semua kata kata Irfan sambil beberapa kali memblokir pukulan dari pihak lawan. Bukh... Bukh.. Sambungan handphone Irfan dengan Rendi,tadi sempat terganggu karena Rendi sedang berada udara untuk kembali terbang ke Jakarta, kini sudah normal kembali, Rendi mendengar ada suara orang berteriak dan juga suara orang sedang bertarung.Rendi berusaha menghubungi Irfan dan menanyakan apa y
"Bunda.. kenapa keluar, ingat Bunda itu lagi hamil."Mas Brian setengah berteriak kepada Humairah. "Tidak apa-apa Mas... insya Allah aku bisa menjaga diri dan juga bayi yang ada di dalam kandunganku ini." Pada saat Humairah sedang membokir pukulan yang mengarah ke pada Mas Brian dan juga Almeera,ekor mata melirik kearah Irfan, dia melihat Irfan sudah kelelahan mau tidak mau Humairah harus membantu Irfan, kondisi Irfan dan Mas Brian tidak jauh berbeda. "Kakak... lindungi Ayah... Bunda mau bantu Om Irfan dia bisa di bunuh." "Iya Bunda..." Dengan sekali lompatan Humairah melesat memblokir semua pukulan yang mengarah ke arah Irfan. Bukh... Bukh.... "Bu kenapa keluar dari mobil,ini sangat berbahaya, apalagi sekarang ini ibu lagi hamil."Irfan sangat menghawatirkan keadaan Humairah. "Tidak apa-apa Irfan, insya Allah aku bisa menjaga diri,aku tidak bisa melihat kamu seperti ini." "Maafkan saya Bu, seharusnya saya yang melindungi keselamatan ibu, tapi justru ibulah yang melindungi say