Rendi kembali menemui Pak Yuda yang sedang berada di dalam kamar rawat inap Ibu Meta, secara kebetulan Pak Yuda juga sedang berada di depan pintu kamar Bu Meta di rawat, Pak Yuda seperti hendak keluar sebentar untuk menghirup udara segar di luar, kebetulan sudah ada perawat yang menemani istrinya,.Mereka berpapasan persis di depan pintu. "Maaf Pak... saya bisa bicara sebentar." "Iya Nak.... tidak apa-apa,ayo kita cari tempat di luar agar kita bisa ngobrol dengan santai." "Mari Pak.. silahkan."Rendi mengikuti langkah Pak Yuda yang telah berada beberapa langkah di depannya, mereka berdua sengaja menuju taman yang ada di samping rumah sakit tempat Bu Meta di rawat.Di sana ada kursi yang sengaja di siapkan oleh pihak rumah sakit untuk tempat bersantai para pasien dan pengunjung rumah sakit. Pak Yuda dan Rendi mereka berdua duduk berdampingan. "Ada apa Nak... apakah ada hal penting yang hendak kamu katakan!." "Iya Pak... saya akan kembali ke Indonesia sekarang juga, perasaan saya tid
"Irfan ada apa... kenapa kamu berbicara sambil berteriak, apakah ada telah terjadi sesuatu di depan sana." "Iya Mas... anak buah saya yang berada di depan sedang berusaha mengalihkan perhatian orang orang yang telah mengepung kita saat ini, sepertinya kita harus mencari jalan alternatif lain menuju ke bandara Mas...." "Iya Irfan.... lakukan saja yang terbaik." "Iya Mas...." Handphone Irfan tiba tiba berdering menandakan ada panggilan masuk. "Bos hati hati....ada beberapa orang telah berjalan menuju mobil bos sekarang, mereka semua menggunakan benda tajam,kami di sini sedang berusaha menghalau yang lainnya." "Oke...tolong atasi yang ada disitu."Irfan mendengar beberapa pekikan dan bunyi suara orang sedang bertarung. "Baik bos..." Irfan dengan refleks menoleh k belakang dia melihat ada sekitar lima orang atau lebih sambil memegang benda tajam sedang berjalan menuju mobil yang dia kemudikan, mereka berjalan menyelinap dari sela sela mobil yang berhenti. "Mas... hati hati ada beb
Bukh... Bukh.. "Mas kenapa keluar dari dalam mobil dan meninggalkan ibu Humairah, saya tadi sudah bilang Mas tidak boleh keluar dari dalam mobil."di sela sela gerakannya menghalau pukulan dari pihak lawan Irfan menumpahkan kekesalan kepada Mas Brian. "Irfan saya tidak bisa membiarkan kamu bertarung sendiri sedangkan saya hanya menonton saja dari dalam mobil, saya hanya membantu kamu untuk melawan mereka semua." "Tapi Mas... bagaimana dengan keselamatan ibu Humairah dan juga yang lainnya." "Kamu tidak usah takut dan khawatir ada Ummi Salamah dan juga Almeera yang melindungi Humairah."Mas Brian menjawab semua kata kata Irfan sambil beberapa kali memblokir pukulan dari pihak lawan. Bukh... Bukh.. Sambungan handphone Irfan dengan Rendi,tadi sempat terganggu karena Rendi sedang berada udara untuk kembali terbang ke Jakarta, kini sudah normal kembali, Rendi mendengar ada suara orang berteriak dan juga suara orang sedang bertarung.Rendi berusaha menghubungi Irfan dan menanyakan apa y
"Bunda.. kenapa keluar, ingat Bunda itu lagi hamil."Mas Brian setengah berteriak kepada Humairah. "Tidak apa-apa Mas... insya Allah aku bisa menjaga diri dan juga bayi yang ada di dalam kandunganku ini." Pada saat Humairah sedang membokir pukulan yang mengarah ke pada Mas Brian dan juga Almeera,ekor mata melirik kearah Irfan, dia melihat Irfan sudah kelelahan mau tidak mau Humairah harus membantu Irfan, kondisi Irfan dan Mas Brian tidak jauh berbeda. "Kakak... lindungi Ayah... Bunda mau bantu Om Irfan dia bisa di bunuh." "Iya Bunda..." Dengan sekali lompatan Humairah melesat memblokir semua pukulan yang mengarah ke arah Irfan. Bukh... Bukh.... "Bu kenapa keluar dari mobil,ini sangat berbahaya, apalagi sekarang ini ibu lagi hamil."Irfan sangat menghawatirkan keadaan Humairah. "Tidak apa-apa Irfan, insya Allah aku bisa menjaga diri,aku tidak bisa melihat kamu seperti ini." "Maafkan saya Bu, seharusnya saya yang melindungi keselamatan ibu, tapi justru ibulah yang melindungi say
Setelah mendengarkan semua penjelasan dari Irfan mengenai kondisi dirinya dan juga keluarga Humairah, akhirnya Bang Rendi kembali pada orang orang yang pernah menjadi bagian dari hidupnya di masa lalu. Rendi langsung menghubungi Markas utama tempat dimana dulu dirinya menjadi seorang pimpinan mafia yang sangat tersohor di negeri ini. "Halo..selat siang Pak Andi..." "Selamat siang juga bos... selama ini bos kemana saja kenapa tidak menghubungi kami atau mengunjungi kami di markas." "Sebelumnya saya minta maaf untuk hal itu... sekarang juga kalian bergerak siapkan semua peralatan lengkap, dan salah satu dari kalian tolong jemput saya dengan helikopter sekarang juga, saya lagi di bandara Sukarno Hatta, saya harus menyelamatkan nyawa beberapa orang dan salah satunya nyawa bos kalian saat ini Irfan Afandi." "Siap bos....kami segera meluncur ke TKP dan salah satu diantara kami akan menjemput bos dalam waktu 10 menit,bos bersiaplah." "Oke... saya tunggu, secepatnya...." Setelah menga
Setelah melafazkan doanya dan mengamininya dalam hati Al Jazair secara perlahan lahan lahan membukakan kelopak matanya.Al Jazair memeluk tubuh Mas Brian yang telah bersimbah darah sambil terisak-isak. "Ayah.... jangan tinggalkan kami, Adik janji akan jadi anak penurut sama ayah dan Bunda,adik tidak akan nakal lagi..hiks...hiks.." "Iya Ayah tidak akan meninggalkan kalian,adik janji ya harus selalu menjaga Bunda dan juga kakak ya..." "Iya Ayah,Adik janji..."salah satu tangan Mas Brian berusaha membelai kepala anak laki lakinya itu. Napas Mas Brian mulai terengah-engah, membuat Humairah tambah panik, terlihat tatapan mata Mas Brian semakin sayu, Mas Brian sudah mulai kehilangan kesadarannya. "Mas... bangun... jangan tinggalkan kami, Mas bertahanlah...hiks...hiks..."Humairah berteriak sambil terisak-isak, Humairah memeluk tubuh Mas Brian dengan sangat erat. Almeera dan Ummi Salamah juga sudah kelelahan karena mereka berdua berusaha memblokir semua serangan yang mengarah kepada Humai
Bang Rendi belum sempat melihat kondisi Irfan, Bang Rendi dia masih fokus pada keselamatan Mas Brian yang kritis karena sudah banyak kehilangan darah. Bang Rendi melihat salah satu anak buahnya menghampiri dan memberikan pertolongan pertama kepada Irfan.Ada binar kelegaan terpancar di kedua netra Bang Rendi, setidaknya sudah ada orang yang menolong sepupunya itu. Bang Rendi mengedarkan pandangannya keseluruh penjuru tempat mereka berada saat ini, Alhamdulillah... anak buahnya sudah menguasai keadaan,ada beberapa orang yang mereka tangkap sebagai sandera, mereka sengaja menyandera orang orang yang telah menyerang Mas Brian dan juga keluarganya, mereka akan mengintrogasi orang orang itu untuk mencari tau siapa dalang dibalik semua insiden ini. Sebuah helikopter berhasil mendarat di samping helikopter yang di gunakan Bang Rendi tadi.Helikopter itu milik kepolisian, terlihat Om Afandi turun dan segera berlari menghampiri anaknya Irfan. "Irfan.... bagaimana keadaan kamu Nak, kenapa sam
Abah sama Ummi sudah menghampiri kami semua,aku masih memangku kepalanya Mas Brian, perasaanku saat ini tidak bisa di gambarkan,aku melihat kondisi Mas Brian semakin melemah, membuat hatiku berdenyut seperti di tusuk ribuan jarum, sakit....air mataku rasanya sudah kering,aku sangat tertekan, seluruh tubuhku rasa remuk redam semua,aku hanya fokus pada keselamatan Mas Brian, tanpa menghiraukan kondisiku sendiri,aku lupa kalau sekarang ini lagi hamil. "Nak....kamu yang sabar,kita doakan semoga suami kamu tidak terjadi apa-apa, ingat Nak tidak ada yang bisa melawan takdir,kamu harus kuat demi suami dan anak anak kamu,dan satu hal lagi ingat saat ini kamu lagi mengandung, Abah sama Ummi khawatir sekali dengan bayi kamu Nak, apalagi tadi kamu berulang kali menghalau pukulan dari beberapa orang yang berusaha menyerang suami kamu."Abah berusaha memberikan kekuatan dan juga mengingatkan kalau sekarang ini aku lagi mengandung. "Iya Abah... insya Allah kandungan Humairah tidak terjadi apa-apa
Mobil yang membawa Papi Yuda, Mommy Meta, Abah Malik dan Ummi Salamah sudah berhenti di dalam area parkiran sekolah bersebelahan dengan mobilnya Humairah.Mereka semua sudah turun dari mobil.Secara bersamaan juga mobil orang tuanya Mas Sony, Pak Candra Sanjaya juga parkir tidak jauh dari mobilnya Papi Yuda. Dengan setengah berlari Sony menghampiri sang ayah,dia takut jangan sampai ayahnya mencari cari keberadaannya. "Selamat pagi Daddy...."sapa Mas Sony. "Selamat pagi juga Sony....mana Mommy kamu..."jawab Pak Candra sambil mencari keberadaan sang istri. "Itu Mommy...."jari tangan Mas Sony menunjuk ke arah Mommy Shinta yang sedang berdiri tidak jauh dari Papi Yuda dan Abahnya Humairah. Pak Candra menghampiri sang istri, secara tidak sengaja matanya bersitatap dengan Papi Yuda.Dengan langkah tidak sungkan dia memanggil Papi Yuda. "Selamat pagi Yuda....apa kabar...."sapa Pak Candra tanpa embel-embel Pak di depannya. "Selamat pagi juga Candra.... Alhamdulillah baik, setelah sekian p
Mommy Shinta yang sedang kesal karena sang putra tiba tiba meninggalkan dirinya dalam mobil,menyeret langkah kakinya dengan cepat setelah melihat Sony yang sedang berdiri mematung melihat Humairah dan Kendrick ngobrol. "Sony....kamu tuh ya... keterlaluan masa Mama di tinggal sendiri dalam mobil...mana di sini banyak sekali mobil yang sedang parkir, Mama itu kesulitan mencari kamu, terus lari kemana lagi itu Kendrick...."Mommy Shinta sangat kesal dengan kelakuan sang putra,karena meninggalkan dirinya sendiri dalam mobil. "Maaf mom....tadi Sony kejar Kendrick yang lagi ngambek karena Sony tidak membawakan Mommy untuk menyaksikan penampilannya di acara pentas sebentar...."jawab Sony tanpa mengalihkan perhatiannya dari sang putra. "Oh gitu....kamu liatin apa sih,terus Kendrick lari kemana, kenapa kamu berhenti di sini dan tidak mencari Kendrick... Mama takut jangan sampai dia kenapa-napa,mana banyak sekali mobil yang sedang berseliweran....ayo cepat kita cari dia..."Mommy Shinta dengan
Mobil yang di kendarai oleh Humairah sudah memasuki gerbang sekolah.Petugas keamanan yang kerja di sekolahnya Almeera dan Al Jazair ini berhubungan baik dengan Humairah dan almarhum Brian semasa hidupnya.Brian adalah salah satu orang yang menjadi donatur tetap sekolah ini dan dia juga sering berbagi rezeki dengan para petugas keamanan di sekolah ini. Jadi tidak heran lagi begitu melihat mobil yang di gunakan oleh Humairah petugas itu langsung berlari menghampirinya dan mengarahkan Humairah agar memarkirkan mobilnya di dalam area sekolah persis di tempat parkir mobil kepala sekolah.Tadinya Humaira sudah bingung mau parkir di mana karena didalam halaman sekolah maupun lahan kosong yang berada di luar pagar sekolah sudah penuh dengan mobil mobil orang tua wali murid yang datang menyaksikan acara pentas seni hari ini. Humairah melangkah dengan anggun keluar dari mobil dan menghampiri pintu yang ada di sebelahnya, dengan sekali hentakan dia sudah membukakan pintu untuk sang ibu mertua
Bang Rendi langsung memasukkan handphonenya kedalam saku jas yang dia kenakan,dan kembali masuk menemui para dewan direksi yang sedang menunggu dirinya di dalam ruangan khusus untuk melakukan rapat rapat penting yang berhubungan dengan perusahaannya. Bang Rendi langsung memutuskan untuk mengakhiri rapat kali ini, karena masih ada hal penting lainnya yang harus di kerjakan,dia harus ke sekolahnya Almeera dan Al Jazair,dia sudah berjanji akan menyaksikan penampilan kedua anak sambungnya itu. "Saya kira pertemuan kita kali ini cukup sampai di sini, nanti kita lanjutkan lagi di kesempatan berikutnya,apa yang telah kita bahas tadi... semua laporannya tolong serahkan kepada sektretaris saya Pak Wira.... terimakasih sudah mau memenuhi undangan saya untuk ikut rapat hari ini."Bang Rendi menyampaikan rasa terimakasihnya kepada seluruh dewan direksi yang hadir pada rapat hari ini. Dengan langkah terburu buru Bang Rendi kembali ke ruangannya di ikuti oleh Pak Wira sekretaris pribadinya. "Maa
Dalam perjalanan Mama Inda langsung sibuk dengan handphonenya.Aku hanya memperhatikan lewat lirikan ekor mata saja,karena kedua netraku fokus kedepan, takut jangan sampai aku menabrak kendaraan orang lain, semua orang yang berada di dalam mobil yang aku kemudikan saat ini adalah tanggung jawabku. Bibir Mama Inda tidak pernah lepas dari senyum manisnya,pada saat menatap layar handphonenya yang sedang berada di dalam genggaman tangannya.Karena Al Keenan sudah tertidur kembali, Mama Inda langsung menyerahkannya kepada Bi Jumi untuk di gendong. Mama Inda sangat sibuk mengirimkan pesan singkat kepada orang lain,aku sendiri tidak tau dengan siapa di berkirim pesan singkat,aku diam saja ,karena untuk menanyakannya secara langsung sepertinya tidak mungkin,itu sama saja aku mencampuri urusan orang lain, Mama Inda juga butuh privasi. 'Mama kerjain aja itu anak nakal...gimana ya reaksinya setelah melihat foto Humairah ini,mama mau lihat apakah dia diam saja atau langsung menghubungi Humairah
Setelah merasa cukup bersih,aku langsung keluar dan segera masuk kedalam walk in closet untuk segera berpakaian, semua aku lakukan dengan cepat karena waktu sudah menunjukkan jam 9.30,kami harus segera ke sekolahnya Almeera dan Al Jazair.Terakhir tinggal aku memulaskan makeup secara tipis agar kelihatan natural dan juga hijabku, dengan segera aku hampiri Bi Jumi,aku mengatakan agar beliau siap siap juga."Bi.... silahkan bersiap siap,aku sudah selesai hanya tinggal memulaskan makeup dan mengenakan hijab saja, Al Keenan di tinggal saja.... nanti aku yang jagain..."segera aku suruh bi Jumi untuk bersiap-siap."Iya Bu....bibi tinggal dulu ya...."jawab Bi Jumi."Iya Bi.... silahkan...."Setelah Bi Jumi berlalu menuju kamarnya meninggalkan aku dan Al Keenan.Segera aku memulaskan makeup yang telah tersedia di atas meja rias yang di siapkan oleh Bang Rendi untuk meletakkan semua peralatan makeup milikku.Aku hanya memulaskan makeup secara tipis agar kelihatan natural dan tidak menor,ini aku
Aku menghampiri Mama Inda yang sedang duduk santai di ruangan keluarga, beliau lagi nonton acara favoritnya yang di siarkan oleh salah satu stasiun televisi di negeri ini.Dengan pelan aku menjatuhkan bobot tubuhku di samping Mama Inda,aku menyampaikan keinginanku secara perlahan-lahan, takut saja jangan sampai beliau tersinggung. "Ma.... sebentar jam 10 Humairah ijin keluar ya,mau menghadiri acara pentas seni yang di ikuti Almeera dan Al Jazair di sekolah mereka..."aku menyampaikan maksud ku kepada Mama Inda, bagaimana pun sekarang beliau sudah menjadi orang tuaku juga. "Iya ... tidak apa-apa, Mama ikut juga ya.... Mama pengen lihat aksi mereka berdua, pasti seru.... nggak apa-apa kan kalau Mama ikut melihat mereka tampil..."Mama Inda ingin ikut juga ke sekolahnya Almeera dan Al Jazair. "Benar mama mau ikut....mama tidak bercanda kan..."aku senang sekali mendengarkan keinginan ibu mertuaku itu. "Iya benar..... Mama serius.... Almeera dan Al Jazair pasti senang kalau semua Oma dan
Sepanjang perjalanan menuju perusahaannya Bang Rendi wajahnya berseri seri, senyum indahkan tidak lepas dari bibirnya.Walaupun tadi dia sempat dongkol karena ulah jahil sang papa,tapi kini moodnya sudah baik kembali.Masih segar dalam ingatannya.... melihat wajah Humairah yang ketangkap basah olehnya karena secara diam-diam mencium bibirnya tadi malam. "Sudah sebulan saya menikah Humairah... baru tadi malam saya menyentuh kulitnya halus sekali seperti pualam.... argkhhh....kenapa juga benda pusaka kesayangan saya ini langsung bereaksi, padahal saya hanya mengingat kelakuan Humairah tadi malam, rasanya saya sudah tidak sabar menunggu 5 hari lagi..... bersabarlah 'adik kecil' sebentar lagi kamu akan mendapatkan sangkar baru yang selama ini kamu belum pernah kamu singgahi...."Bang Rendi bergumam sendiri sambil memegang benda pusaka kesayangannya. "Untung saja tadi pagi saya sudah mengirim semua foto Humairah tadi malam ke ponsel saya .... saya tidak bisa bayangkan kalau ada orang yang s
Humairah setelah mengantar kedua buah hatinya sampai mobil yang membawa mereka berdua keluar dari pekarangan rumahnya Bang Rendi, hendak masuk kembali kedalam untuk menyamperin sang suami, tiba-tiba saja langkah kakinya terhenti karena dia melihat sang suami sudah berada persis di depan pintu utama. "Baby.... Abang berangkat dulu ya .. insya Allah jam10 nanti Abang langsung ke sekolahnya Almeera dan Al Jazair....kamu nggak apa-apa kan ke sekolah mereka di antar oleh sopir....atau Abang jemput kamu kesini baru kita berangkat bareng bareng kesana..."Bang Rendi merasa tidak enak kalau Humairah berangkat ke sekolahnya Almeera dan Al Jazair di antar oleh sopir,dan akhirnya menawarkan diri untuk datang menjemputnya. "Iya tidak apa-apa.... Abang tidak usah jemput lagi ke sini, Abang langsung saja dari kantor ke sekolahan anak anak, nanti aku diantar sama sopir saja..."Humairah menolak di jemput oleh sang suami.Rencananya Humairah akan bawa mobil sendiri,karena Mang Udin nanti sore akan men