"Rendi... siapa yang barusan menghubungi kamu, apakah ada sesuatu yang penting." "Iya pa... barusan itu dari anak buah saya yang sedang mencari keberadaan Pak Yuda dan istrinya, Alhamdulillah pa.. mereka sudah menemukan keberadaan Pak Yuda dan juga istrinya,mereka berada di Lampung tepatnya di sebuah perkebunan kelapa sawit, hanya saja istrinya tidak sehat dia mengalami gangguan jiwa karena depresi berat." "Syukur Alhamdulillah kalau begitu Nak.. papa juga turut senang mendengarnya, apakah kamu akan kesana Nak." "Iya pa.. saya sekarang akan kesana untuk menjemput mereka berdua." "Nak... apakah perlu papa minta tolong sama Om Afandi untuk menyiapkan beberapa orang pengawal untuk menemani kamu kesana, soalnya papa khawatir sekali, kerena besar kemungkinan bukan hanya kamu yang tengah mencari keberadaannya Pak Yuda tapi ada orang lain juga yang tengah mengincar mereka juga" "Untuk pengawal tidak usah pa..tapi kalau dukungan helikopter untuk transportasi saya kesana iya saya butuh se
Dada Mas Brian tiba-tiba terasa sakit seperti di tusuk ribuan jarum, bukan hanya rasa sakit tapi juga ada segumpal kesedihan setelah mendengar kata kata Abah kalau istrinya Pak Yuda Aditama mengalami gangguan jiwa karena depresi berat,Mas Brian sendiri tidak tau ada apa dengan dirinya saat ini, dia tidak mengerti dengan perasaannya sendiri. 'Saya merasakan kerinduan amat sangat dalam, tapi entah sama siapa,dan rasa sakit ini begitu menghujam diri ini,Ya Allah ada apa ini' itulah kata hati Mas Brian. Abah menghubungi dokter Leonardo untuk meminta bantuannya agar beliau bisa mendampingi istrinya Pak Yuda Aditama selama perjalanan dari Lampung ke Jakarta karena beliau yang mengalami gangguan jiwa karena depresi berat. "Assalamualaikum dokter Leonardo...ini dengan Malik Razak." "Waallaikum salam Malik...apa kabar, apakah ada sesuatu yang penting sehingga kamu menghubungi saya." "Alhamdulillah saya sehat , maaf saya mengganggu waktu kerja kamu sebentar, Leon....kamu ingat dengan Pak Y
Ceklek. Suara pintu aku buka dari luar. Mas Brian dan Abah menoleh ke arah pintu,aku melangkah dengan anggun memasuki ruangan kerjaku. Melihat Mas Brian dan juga Abahnya ada di dalam kantor kedua netra mataku menyiratkan sebuah keterkejutan,aku belum menyadari ada yang berubah dengan interior ruang kerjaku. Sementara kedua orang yang berada di depanku ini tidak mengeluarkan ekspresi apapun.Sebelum aku melontarkan pernyataan kepada Mas Brian, Abah sudah duluan mendekatiku. "Gimana Nak...kamu suka nggak dengan perubahan ruangan kerja kamu sekarang ini, kalau kamu tidak suka nanti Abah suruh pekerja untuk merubahnya sesuai dengan keinginan kamu." Mendengar apa yang Abah katakan barusan,aku segera memindai seluruh isi ruangan kerjaku, sekilas aku mengulas sebuah senyuman ke arah Abah,aku sangat senang dengan perubahan interior ruangan kerjaku. "Abah... bagus banget,aku senang sekali... Makasih ya Abah."aku mendekati Abah,dan menjatuhkan tubuhku kedalam pelukannya. "Syukur Alhamdul
Hmm.. rasanya pegal sekali punggungku,aku merentangkan kedua tanganku untuk merenggangkan otot otot tubuhku yang terasa kaku. "Bunda...kanapa,pegal ya punggungnya." "Iya Mas rasanya tidak nyaman sekali mana kerjaan masih banyak,ada beberapa laporan yang belum selesai aku kroscek." "Bunda istirahat saja, pekerjaan bunda biar saya selesaikan." Masih ada keraguan di wajahku, rasanya kurang pas saja semua pekerjaanku di selesaikan Mas Brian. "Bukannya aku tidak mau Mas membantuku,tapi perusahaan kita kan beda, emangnya bisa Mas." "Bunda...kenapa,kamu ragukan kemampuan saya, Bunda lupa... saya ini direktur utama sekaligus pemilik sebuah perusahaan besar, apakah itu tidak cukup untuk memberikan kepercayaan pada saya untuk menyelesaikan semua pekerjaan Bunda." "Hmm... baik lah,aku mau istirahat saja, silahkan Mas..."aku berdiri meninggalkan kursi dan meja kerjaku, dengan langkah gontai aku menghampiri sofa yang berada di dalam ruangan kerjaku ini untuk menselonjorkan kedua kakiku. "E
Rendi membawa mobilnya menuju ke kediamannya Om Afandi karena disana sudah menunggu helikopter yang akan dia terbangkan menuju ke Lampung.Rendi menghentikan mobilnya persis di depan rumahnya Om Afandi, dengan sigap dia turun lalu membukakan pintu untuk dokter Leonardo."Silahkan turun Dok...""Iya Pak... terimakasih.""Sama sama, Dok.. kalau bisa jangan panggil saya Pak cukup Rendi saja, kalau di panggil Pak kesannya saya sudah kebapakan, padahal saya sendiri belum menikah.""Baiklah... kalau tidak keberatan saya panggil Nak Rendi saja, gimana.""Aha... itu lebih akrab."Rendi mengulas sebuah senyum kepada dokter Leonardo.Om Afandi sudah menunggu kedatangan Rendi dan juga dokter Leonardo, melihat Om Afandi sudah berdiri di samping helikopter yang akan di terbangkan ke Lampung,Rendi dan dokter Leonardo segera menghampiri beliau."Selamat pagi Om, perkenalkan ini dokter Leonardo yang akan menemani saya ke Lampung."Rendi memperkenalkan dokter Leonardo kepada Om Afandi."Dok... perkenala
Orang yang tadi mengantar Rendi dan dokter Leonardo berhenti persis di depan pintu sebuah rumah yang sederhana,di sekeliling halamannya di penuhi dengan beberapa pepohonan yang rindang, bangunan rumah ini tidak besar tidak kecil, sangat sederhana sekali sangat jauh dari kesan mewah.Anak buah Rendi segera mengetuk pintu rumah yang ada di depan mereka.Tok.tok.Terdengar suara langkah kaki dari dalam mendekati pintu.Ceklek.Pintu terbuka dengan lebar, berdiri seorang laki-laki yang berperawakan tinggi,dan mukanya sangat familiar sekali bagi dokter Leonardo, merasa kaget karena tiba-tiba ada orang yang mendatanginya Pak Tama alias Pak Yuda melangkah mundur beberapa kebelakang.Reaksi yang di tunjukkan dokter Leonardo sangat bertolak belakang dengan yang di lakukan Pak Yuda, dokter Leonardo langsung menerobos masuk ke dalam rumah dan memeluk erat-erat tubuhnya Pak Yuda."Alhamdulillah...ya Allah akhirnya kami menemukan bapak, apakah bapak tidak mengingat saya!""Maaf Pak... saya benar b
Mendengar perkataan Pak Yuda barusan, hati dokter Leonardo cukup terkejut,apa gerangan yang menimpa Pak Yuda ini, sejarah beliau ini seorang pengusaha hebat dan memiliki otak yang sangat jenius. "Saya akan memeriksa kondisi tubuh Bu Meta dulu, kalau bapak tidak keberatan saya akan merujuk Bu Meta ke rumah sakit luar negeri, apakah bapak tidak ingat bapak jug memiliki sebuah rumah sakit di Singapura." "Silahkan saja dokter Leonardo, saya serahkan semuanya kepada dokter mengenai penanganan kesehatan istri saya Meta, maaf karena sudah terlalu lama saya jadi tidak mengingat semuanya." Setelah memeriksa kondisi Bu Meta dokter Leonardo kembali mengajak Pak Yuda kembali ke ruang tamu tempat mereka tadi ngobrol. Pak Yuda duduk di kursi samping Rendi, sementara dokter Leonardo duduk di kursi yang berhadapan dengan mereka berdua. "Pak... apakah bapak masih ingat dengan Pak Malik Razak,karena kegigihan beliau akhirnya kami menemukan keberadaan bapak di sini." "Tunggu Malik Razak..."terliha
Rendi menghubungi Abah Malik untuk mengabarkan kalau dia sudah bertemu dengan Pak Yuda Abah Malik baru saja turun dari mobil,dan melangkahkan kakinya menuju ke dalam rumah sambil menenteng beberapa boks makanan untuk kedua cucu kesayangan Almeera dan juga Al Jazair. Mendengar ada suara notifikasi panggilan masuk di handphonenya, Abah menghentikan langkahnya sembari meletakkan semuanya boks yang ada di tangannya di sebuah kursi kayu yang ada di taman depan rumahnya. Abah segera menerima panggilan masuk tertera nama Rendi di handphonenya. "Assalamualaikum.. Nak Rendi." "Waallaikum salam Abah... saya mau memberitahukan kepada Abah kalau sekarang ini kami sudah bertemu dengan Pak Yuda Aditama, apakah Abah mau berbicara secara langsung dengan beliau." "Syukur Alhamdulillah Nak... bisa kalau Pak Yuda tidak keberatan, saya mau mendengar suaranya yang sudah sekian puluh tahun kami tidak bersua." "Baik lah.. Abah ini saya serahkan handphone-nya kepada Pak Yuda, Abah silahkan.. ngobrol
Mobil yang membawa Papi Yuda, Mommy Meta, Abah Malik dan Ummi Salamah sudah berhenti di dalam area parkiran sekolah bersebelahan dengan mobilnya Humairah.Mereka semua sudah turun dari mobil.Secara bersamaan juga mobil orang tuanya Mas Sony, Pak Candra Sanjaya juga parkir tidak jauh dari mobilnya Papi Yuda. Dengan setengah berlari Sony menghampiri sang ayah,dia takut jangan sampai ayahnya mencari cari keberadaannya. "Selamat pagi Daddy...."sapa Mas Sony. "Selamat pagi juga Sony....mana Mommy kamu..."jawab Pak Candra sambil mencari keberadaan sang istri. "Itu Mommy...."jari tangan Mas Sony menunjuk ke arah Mommy Shinta yang sedang berdiri tidak jauh dari Papi Yuda dan Abahnya Humairah. Pak Candra menghampiri sang istri, secara tidak sengaja matanya bersitatap dengan Papi Yuda.Dengan langkah tidak sungkan dia memanggil Papi Yuda. "Selamat pagi Yuda....apa kabar...."sapa Pak Candra tanpa embel-embel Pak di depannya. "Selamat pagi juga Candra.... Alhamdulillah baik, setelah sekian p
Mommy Shinta yang sedang kesal karena sang putra tiba tiba meninggalkan dirinya dalam mobil,menyeret langkah kakinya dengan cepat setelah melihat Sony yang sedang berdiri mematung melihat Humairah dan Kendrick ngobrol. "Sony....kamu tuh ya... keterlaluan masa Mama di tinggal sendiri dalam mobil...mana di sini banyak sekali mobil yang sedang parkir, Mama itu kesulitan mencari kamu, terus lari kemana lagi itu Kendrick...."Mommy Shinta sangat kesal dengan kelakuan sang putra,karena meninggalkan dirinya sendiri dalam mobil. "Maaf mom....tadi Sony kejar Kendrick yang lagi ngambek karena Sony tidak membawakan Mommy untuk menyaksikan penampilannya di acara pentas sebentar...."jawab Sony tanpa mengalihkan perhatiannya dari sang putra. "Oh gitu....kamu liatin apa sih,terus Kendrick lari kemana, kenapa kamu berhenti di sini dan tidak mencari Kendrick... Mama takut jangan sampai dia kenapa-napa,mana banyak sekali mobil yang sedang berseliweran....ayo cepat kita cari dia..."Mommy Shinta dengan
Mobil yang di kendarai oleh Humairah sudah memasuki gerbang sekolah.Petugas keamanan yang kerja di sekolahnya Almeera dan Al Jazair ini berhubungan baik dengan Humairah dan almarhum Brian semasa hidupnya.Brian adalah salah satu orang yang menjadi donatur tetap sekolah ini dan dia juga sering berbagi rezeki dengan para petugas keamanan di sekolah ini. Jadi tidak heran lagi begitu melihat mobil yang di gunakan oleh Humairah petugas itu langsung berlari menghampirinya dan mengarahkan Humairah agar memarkirkan mobilnya di dalam area sekolah persis di tempat parkir mobil kepala sekolah.Tadinya Humaira sudah bingung mau parkir di mana karena didalam halaman sekolah maupun lahan kosong yang berada di luar pagar sekolah sudah penuh dengan mobil mobil orang tua wali murid yang datang menyaksikan acara pentas seni hari ini. Humairah melangkah dengan anggun keluar dari mobil dan menghampiri pintu yang ada di sebelahnya, dengan sekali hentakan dia sudah membukakan pintu untuk sang ibu mertua
Bang Rendi langsung memasukkan handphonenya kedalam saku jas yang dia kenakan,dan kembali masuk menemui para dewan direksi yang sedang menunggu dirinya di dalam ruangan khusus untuk melakukan rapat rapat penting yang berhubungan dengan perusahaannya. Bang Rendi langsung memutuskan untuk mengakhiri rapat kali ini, karena masih ada hal penting lainnya yang harus di kerjakan,dia harus ke sekolahnya Almeera dan Al Jazair,dia sudah berjanji akan menyaksikan penampilan kedua anak sambungnya itu. "Saya kira pertemuan kita kali ini cukup sampai di sini, nanti kita lanjutkan lagi di kesempatan berikutnya,apa yang telah kita bahas tadi... semua laporannya tolong serahkan kepada sektretaris saya Pak Wira.... terimakasih sudah mau memenuhi undangan saya untuk ikut rapat hari ini."Bang Rendi menyampaikan rasa terimakasihnya kepada seluruh dewan direksi yang hadir pada rapat hari ini. Dengan langkah terburu buru Bang Rendi kembali ke ruangannya di ikuti oleh Pak Wira sekretaris pribadinya. "Maa
Dalam perjalanan Mama Inda langsung sibuk dengan handphonenya.Aku hanya memperhatikan lewat lirikan ekor mata saja,karena kedua netraku fokus kedepan, takut jangan sampai aku menabrak kendaraan orang lain, semua orang yang berada di dalam mobil yang aku kemudikan saat ini adalah tanggung jawabku. Bibir Mama Inda tidak pernah lepas dari senyum manisnya,pada saat menatap layar handphonenya yang sedang berada di dalam genggaman tangannya.Karena Al Keenan sudah tertidur kembali, Mama Inda langsung menyerahkannya kepada Bi Jumi untuk di gendong. Mama Inda sangat sibuk mengirimkan pesan singkat kepada orang lain,aku sendiri tidak tau dengan siapa di berkirim pesan singkat,aku diam saja ,karena untuk menanyakannya secara langsung sepertinya tidak mungkin,itu sama saja aku mencampuri urusan orang lain, Mama Inda juga butuh privasi. 'Mama kerjain aja itu anak nakal...gimana ya reaksinya setelah melihat foto Humairah ini,mama mau lihat apakah dia diam saja atau langsung menghubungi Humairah
Setelah merasa cukup bersih,aku langsung keluar dan segera masuk kedalam walk in closet untuk segera berpakaian, semua aku lakukan dengan cepat karena waktu sudah menunjukkan jam 9.30,kami harus segera ke sekolahnya Almeera dan Al Jazair.Terakhir tinggal aku memulaskan makeup secara tipis agar kelihatan natural dan juga hijabku, dengan segera aku hampiri Bi Jumi,aku mengatakan agar beliau siap siap juga."Bi.... silahkan bersiap siap,aku sudah selesai hanya tinggal memulaskan makeup dan mengenakan hijab saja, Al Keenan di tinggal saja.... nanti aku yang jagain..."segera aku suruh bi Jumi untuk bersiap-siap."Iya Bu....bibi tinggal dulu ya...."jawab Bi Jumi."Iya Bi.... silahkan...."Setelah Bi Jumi berlalu menuju kamarnya meninggalkan aku dan Al Keenan.Segera aku memulaskan makeup yang telah tersedia di atas meja rias yang di siapkan oleh Bang Rendi untuk meletakkan semua peralatan makeup milikku.Aku hanya memulaskan makeup secara tipis agar kelihatan natural dan tidak menor,ini aku
Aku menghampiri Mama Inda yang sedang duduk santai di ruangan keluarga, beliau lagi nonton acara favoritnya yang di siarkan oleh salah satu stasiun televisi di negeri ini.Dengan pelan aku menjatuhkan bobot tubuhku di samping Mama Inda,aku menyampaikan keinginanku secara perlahan-lahan, takut saja jangan sampai beliau tersinggung. "Ma.... sebentar jam 10 Humairah ijin keluar ya,mau menghadiri acara pentas seni yang di ikuti Almeera dan Al Jazair di sekolah mereka..."aku menyampaikan maksud ku kepada Mama Inda, bagaimana pun sekarang beliau sudah menjadi orang tuaku juga. "Iya ... tidak apa-apa, Mama ikut juga ya.... Mama pengen lihat aksi mereka berdua, pasti seru.... nggak apa-apa kan kalau Mama ikut melihat mereka tampil..."Mama Inda ingin ikut juga ke sekolahnya Almeera dan Al Jazair. "Benar mama mau ikut....mama tidak bercanda kan..."aku senang sekali mendengarkan keinginan ibu mertuaku itu. "Iya benar..... Mama serius.... Almeera dan Al Jazair pasti senang kalau semua Oma dan
Sepanjang perjalanan menuju perusahaannya Bang Rendi wajahnya berseri seri, senyum indahkan tidak lepas dari bibirnya.Walaupun tadi dia sempat dongkol karena ulah jahil sang papa,tapi kini moodnya sudah baik kembali.Masih segar dalam ingatannya.... melihat wajah Humairah yang ketangkap basah olehnya karena secara diam-diam mencium bibirnya tadi malam. "Sudah sebulan saya menikah Humairah... baru tadi malam saya menyentuh kulitnya halus sekali seperti pualam.... argkhhh....kenapa juga benda pusaka kesayangan saya ini langsung bereaksi, padahal saya hanya mengingat kelakuan Humairah tadi malam, rasanya saya sudah tidak sabar menunggu 5 hari lagi..... bersabarlah 'adik kecil' sebentar lagi kamu akan mendapatkan sangkar baru yang selama ini kamu belum pernah kamu singgahi...."Bang Rendi bergumam sendiri sambil memegang benda pusaka kesayangannya. "Untung saja tadi pagi saya sudah mengirim semua foto Humairah tadi malam ke ponsel saya .... saya tidak bisa bayangkan kalau ada orang yang s
Humairah setelah mengantar kedua buah hatinya sampai mobil yang membawa mereka berdua keluar dari pekarangan rumahnya Bang Rendi, hendak masuk kembali kedalam untuk menyamperin sang suami, tiba-tiba saja langkah kakinya terhenti karena dia melihat sang suami sudah berada persis di depan pintu utama. "Baby.... Abang berangkat dulu ya .. insya Allah jam10 nanti Abang langsung ke sekolahnya Almeera dan Al Jazair....kamu nggak apa-apa kan ke sekolah mereka di antar oleh sopir....atau Abang jemput kamu kesini baru kita berangkat bareng bareng kesana..."Bang Rendi merasa tidak enak kalau Humairah berangkat ke sekolahnya Almeera dan Al Jazair di antar oleh sopir,dan akhirnya menawarkan diri untuk datang menjemputnya. "Iya tidak apa-apa.... Abang tidak usah jemput lagi ke sini, Abang langsung saja dari kantor ke sekolahan anak anak, nanti aku diantar sama sopir saja..."Humairah menolak di jemput oleh sang suami.Rencananya Humairah akan bawa mobil sendiri,karena Mang Udin nanti sore akan men