Almeera sudah siap dengan semua perlengkapan latihannya, Almeera melangkah mendekati kami berdua. "Ayah... Bunda... kakak mau pamit berangkat latihan dulu ya." "Iya nak... hati hati ya jangan terlalu memforsir tenaga ya pada saat latihan, ingat jangan sampai cidera, kalau Bunda boleh tau di mana tempat latihannya, jauh nggak dari sini." "Iya Bunda... kakak latihan di tempatnya Om Irfan, untuk jarak tempat latihannya dengan rumah ini, untuk lebih jelasnya kakak tidak tau pasti, nanti kalau sudah sampai di tempat latihannya kakak akan hubungi Ayah sama Bunda. Assalamualaikum.. Ayah.. Bunda.." "Waallaikum salam.. Nak..."Almeera menyalami kami berdua aku sama mas Brian secara bergantian mencium pucuk kepalanya Almeera,aku sama Mas Brian juga turut mengantar Almeera sampai dia berada di halaman depan rumah,disana Irfan sudah menunggunya, sepertinya Abah tadi keluar ngobrol dengan Irfan dan menyuruh Irfan untuk menggunakan mobil saja sebagai kendaraan mereka menuju tempat latihan, Abah
Setelah mendengarkan penjelasan dari Abah, Mas Brian terlihat sangat gelisah,apa yang Mas Brian dengar dari Abah itu cukup mengusik ketenangannya, apalagi semenjak hari pernikahannya dengan Alma dan Humaira masuk rumah sakit Mas Brian belum pernah menemui kedua orang tuanya, Mas Brian masih menyimpan kekecewaan terhadap orang tuanya itu. Mas Brian segera menghubungi orang kepercayaannya sekaligus pengacara pribadinya Pak Heri. "Assalamualaikum Pak Heri...." "Waallaikum salam Pak Brian, apakah ada hal yang mendesak..." "Maaf.. apakah saat ini Pak Heri lagi sibuk?" "Untuk hari ini dan besok saya tidak sibuk, saya istirahat saja di rumah, apakah Pak Brian butuh sesuatu." "Iya betul sekali, Pak Heri kalau bisa besok kita ketemuan di Malang ada yang harus saya bicarakan dengan Pak Heri ini sangat penting menyangkut keselamatan istri dan kedua anak ku." "Baiklah.. kalau memang penting kenapa bukan hari ini saja tidak perlu menunggu sampai besok,kalau itu berhubungan dengan keselamat
Mendengar kata kata Al Jazair, Mas Brian mukanya semakin pucat, sambil mengepalkan kedua tangannya."Dasar anak nakal bukannya bantuin Ayah untuk membujuk Bunda...eh malah memperkeruh suasana saja awas ya.. nanti ayah kasih pelajaran kamu..."Al Jazair bukan takut mendengarkan kata kata Mas Brian,tapi malah semakin menggila menggoda Mas Brian."Siapa takut....saya mau hubungi Om Rendi dulu ah agar dia bersiap siap melamar Bunda, sebentar lagi kan Bunda dapat gelar baru 'janda kembang' seperti kata Ayah lagian ayah juga sudah punya istri baru Tante Alma, Bunda mau nggak...kalau Om Rendi jadi ayah baru untuk kakak ,adik dan juga dede bayi yang belum lahir, kalau saya mau pakai banget malah, sejarah kan Om Rendi itu tajir, dan ganteng lagi walaupun ayah lebih ganteng sedikit sih." Al Jazair memainkan tangannya di atas Notebooknya seolah-olah menghubungi Bang Rendi lewat panggilan video, melihat tingkah Al Jazair Mas Brian tambah murka,terlihat dari mukanya Mas Brian yang tadinya pucat kin
"Bunda... tidak marah kan sama saya" Al Jazair duduk di samping aku di atas kasur, sambil kedua tangannya memijat punggungku. "Iya Bunda tidak marah.. tapi lain kali tidak boleh menggoda ayah seperti tadi, kamu tidak kasian liat Ayah marah marah terus,lama kelamaan Ayah bisa sakit darah tinggi dan stroke, memangnya adik mau ayah seperti itu, ingat bukan hanya sama Ayah, tapi sama orang lain juga kamu tidak boleh usil ,dan menggodanya secara berlebihan, nanti menimbulkan keributan." "Iya Bunda... saya tidak akan mengulanginya lagi, saya tidak mau ayah jatuh sakit, saya sangat menyayangi ayah dan Bunda sama kakak juga, tadi itu saya sengaja menggoda ayah,bunda maafin saya ya... karena secara tidak sengaja saya mendengar Bunda sama ayah ngobrol kalau sebenarnya ayah sudah menceraikan Tante Alma, sekali lagi maafin saya ya Bunda..." "Tidak apa-apa,terus sekarang bagaimana perasaan adik setelah tau ayah sudah berpisah dengan Tante Alma." "Saya senang sekali, berarti ayah tidak akan pe
"Mas... kenapa kamu senyum senyum sendiri seperti orang gila saja."sejak Al Jazair keluar dari kamar, Mas Brian senyum senyum terus. "Emangnya salah ya kalau Mas senyum, atau jangan bilang kalau Bunda lagi kepincut berat dengan senyuman saya, Bunda saya masih waras tidak gila, saya hanya lagi senang saja." "Percaya diri amat, kenapa sih Mas harus melibatkan Al Jazair ada di antara permasalahan kita, nggak lucu kan masa iya Mas minta bantuan Al Jazair agar aku memaafkan kesalahan Mas." Aku perhatikan Mas Brian menggaruk kepalanya yang tidak gatal hanya untuk mengalihkan rasa gugupnya. "Mau bagaimana lagi saya sudah berulang kali minta maaf sama Bunda, tapi tidak pernah Bunda respect,tapi Bunda sudah maafin semua kesalahan saya kan." "Emangnya tadi Mas dengar aku mengatakan kalau Aku sudah memaafkan semua kebohongan yang mas telah lakukan sama aku, tidak kan.." "Saya tidak dengar sih, bunda mengatakan kalau sudah memaafkan semua kesalahan saya, tapi kan.. Bunda sudah tau kalau say
"Dulu sewaktu Bunda masih kuliah, kebetulan ada Iven lomba menembak yang di adakan oleh salah satu instansi keamanan yang ada di negeri ini, secara kebetulan waktu itu Bunda juga baru mengikuti kegiatan latihan menembak, hanya untuk uji nyali Bunda coba mendaftarkan diri untuk mengikuti lomba itu, dan mengikuti lomba itu bukan hanya puluhan orang akan tetapi ratusan orang,yah namanya juga hanya sekedar, boleh dibilang ikut meramaikan Iven itu saja, Bunda tidak pernah berharap untuk mendapatkan juara, pada hari pertama dan kedua pelaksanaan lomba menembak Bunda bisa masuk 10 besar, pencapaian yang sangat luar biasa Bunda juga tidak menyangka akan bisa masuk 10 besar, padahal yang ikut lomba itu banyak yang berasal dari berbagai aparat keamanan, ada yang dari kepolisian, ada yang dari TNI AD,AU da AL, tapi banyak yang berguguran, hingga tibalah hari penentuan dari 10 besar akan dicari yang masuk 3 besar,nama Bunda ada di antara 3 besar dan juga Om Rendi,dan waktu itu Bunda adalah satu s
Pak Airlangga adalah orang yang sangat ambisius dan materialistis, dia akan melakukan segala upaya untuk mendapatkan semua keinginannya. "Papa.. Mama ingin tau gimana kabarnya Brian dan keluarganya sekarang ini semenjak pernikahannya dengan Alma Brian tidak pernah lagi ke rumah sini,dan juga bagaimana dengan perkembangan perusahaannya apakah sudah pulih kembali atau malah sebaliknya" "Perusahaannya Brian saat ini belum pulih betul, sama dengan perusahaan papa juga belum ada kemajuan yang sangat signifikan." "Terus bagaimana dengan pernikahannya dengan Alma apakah berjalan dengan baik dan juga bagaimana dengan kondisi perusahaannya Pak Darsono sekarang ini." "Menurut informasi yang Papa dengar, perusahaannya Pak Darsono sudah pailit, Pak Darsono sudah menjual semua aset pribadinya untuk membayar sebagian gaji karyawan perusahaannya, dan juga membayar sisa cicilan bank yang belum lunas, Pak Darsono sekarang tinggal di Bogor dan membuka showroom mobil, sementara Alma sudah cerai den
Begitu sampai di kantor Pak Airlangga langsung menuju ruangan kerjanya, dia menghubungi putranya Pak Rian Airlangga lewat saluran telepon kantor, untuk segera menemuinya, Pak Airlangga akan menanyakan perkembangan perusahaan belakang ini.Tok.tok.Ceklek Terdengar suara ketukan pintu disusul dengan Bunyi pintu terbuka dari luar, tanpa melihat siapa yang masuk pak Airlangga sudah hafal, itu pasti Rian anaknya yang menjabat sebagai manager keuangan di perusahaan ini."Silahkan duduk Nak..""Iya terimakasih pa..,ada apa sampai papa memanggil Rian ke sini.""Maaf Nak kalau papa sudah mengganggu waktu kerja kamu, Papa hanya mau tau bagaimana perkembangan keuangan perusahaan belakangan ini, apakah sudah ada investor yang mau bekerja sama dengan perusahaan kita.""Maafkan Rian pa... untuk sementara ini belum ada investor yang mau bekerja sama dengan perusahaan kita,dan juga dana operasional perusahaan sangat minim, papa harus segera atasi masalah ini, kalau tidak...bisa mengakibatkan kerugi