Share

Bab 589

Author: Patricia
Mereka bertemu di restoran kecil di depan gerbang Universitas Brata. Saat Nadine dan Arnold tiba, Stendy sudah lebih dulu di sana.

"Nadine datang ...," katanya sambil tersenyum. Tatapannya tertuju penuh pada Nadine, seolah Arnold hanyalah udara.

"Maaf membuatmu menunggu, Pak Stendy," jawab Nadine sopan.

Mendengar panggilan itu, senyum Arnold sedikit terangkat. Setelah itulah, Stendy baru tampak menyadari keberadaannya.

"Pak Arnold, kita ketemu lagi."

Arnold tetap tersenyum ramah. "Iya, sepertinya kita memang sering ketemu, Pak Stendy."

"Silakan duduk."

Stendy lalu menarik kursi di sampingnya untuk Arnold, sementara kursi di sisi lainnya dia buka untuk Nadine. Kalau mereka duduk sesuai susunan ini, maka posisinya akan menjadi: Arnold - Stendy - Nadine

Namun ....

"Tempat itu menghadap langsung ke pintu masuk. Orang-orang terus berlalu lalang dan buka-tutup pintu, anginnya kencang. Nadine, sebaiknya kamu duduk di sini saja."

Arnold menarik kursi di sebelahnya. Nadine berpikir sejenak, men
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 590

    Stendy mulai membahas topik utama. "Minggu ini, kami fokus di pembangunan struktur utama dan saat ini prosesnya sudah mencapai tahap ...."Begitu membahas pembicaraan serius, Nadine langsung mendengarkan dengan saksama, bahkan mengunyah makanannya lebih lambat.Saat itu, piring ayam goreng berputar ke arah Arnold. Dia mengambil sendok dan hendak meletakkan beberapa potong ayam ke piring Nadine.Namun, di saat yang sama, Stendy juga menyodorkan sepotong ikan ke arahnya. Gerakan keduanya berhenti bersamaan. Mereka saling menatap.Udara di sekitar mereka terasa membeku.Stendy tersenyum tipis. "Pak Arnold memang sangat perhatian."Arnold tetap tenang. "Nggak sebanding sama pengamatan Pak Stendy yang tajam."Nadine menatap makanan di depannya. "Terima kasih, berikan saja padaku semua."Setelah itu, Arnold dan Stendy baru menarik kembali pandangan mereka satu sama lain. Stendy berdeham, "Ikan ini tinggi protein, makan lebih banyak."Arnold menambahkan, "Ayam ini nggak pedas, kamu pasti suka

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 591

    Sebelum Reagan sempat berbicara, Jinny sudah tersenyum dan menjawab lebih dulu."Aku yang pilih tempat ini. Lokasinya dekat sama kampus, jadi cukup berjalan kaki tanpa perlu repot naik mobil atau reservasi segala macam. Simpel dan praktis, terus makanannya juga lumayan enak."Stendy mengangguk santai, tidak jelas apakah dia benar-benar percaya atau hanya sekadar menanggapi. "Wah, Pak Reagan beruntung sekali." Selalu dikelilingi orang yang begitu "perhatian".Jinny tetap tersenyum, tatapannya menyapu meja mereka sebelum berkata, "Oh, Pak Arnold juga di sini? Wah, semuanya kenalan ya. Gimana kalau makan sama-sama?"Setelah mengajukan idenya dengan antusias, dia menoleh ke Reagan. "Gimana menurutmu?"Reagan tetap tenang. "Aku sih terserah. Kalau kamu oke, aku juga nggak masalah.""Eh ...." Aditya tiba-tiba berkata, "Maaf ya, tapi kita sudah selesai makan."Jinny terdiam sejenak. "Hah?""Kalian mau duduk sini ya? Kebetulan sekali, nih duduk." Tanpa ragu, dia langsung berdiri, mengambil jak

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 592

    Mikha memasang ekspresi "sudah kuduga ini akan terjadi" sambil melirik ke segala arah.Ketika menoleh, dia mendapati Darius sedang menatapnya. Mikha menelan ludah. "Kenapa ... kenapa kamu lihat aku begitu?"Dengan suara rendah, Darius berkata, "Yang diminta akun Instagram-nya itu Nadine, bukan kamu. Jadi, kenapa kamu yang tegang?""Aku cuma kasihan sama Nadine. Sudah berkali-kali diganggu begini, pasti capek .... Ngomong-ngomong, Darius, kamu benaran nggak tertarik sama Nadine? Dia cantik, pintar, dan punya akademik luar biasa. Masa nggak ada sedikit pun perasaan tertarik?"Tatapan Darius langsung berubah jadi malas menanggapi. "Ngaco saja.""Jadi benaran nggak tertarik?""Nggak.""Hmm, itu berarti ada yang salah sama matamu."Darius menatapnya beberapa detik, lalu tiba-tiba tertawa kecil. "Aku juga merasa mataku bermasalah."Mikha kebingungan.Di sisi lain, Nadine menatap mahasiswa yang berdiri di depannya dan berkata santai, "Maaf, aku bukan mahasiswa di kampus ini.""Nggak masalah,

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 593

    Dosen pembimbing menghela napas, lalu bertanya, "Jadi, kamu kasih kontakmu ke mereka?"Nadine menggeleng. "Nggak.""Ke salah satu dari mereka?""Nggak juga."Baiklah!Sekarang semuanya jelas .... Gadisnya bahkan tidak tertarik, tapi dua pria itu justru berkelahi sendiri.Dosen itu menggeleng pelan. Ini bukan salah Nadine. Yang salah ya ... mahasiswa kampusnya sendiri yang bertindak bodoh."Baiklah, kalau begitu kamu boleh pergi," katanya dengan tenang.Sejak kejadian itu, Nadine memutuskan untuk tidak makan siang di kantin lagi. Dia memilih pesan makanan lewat aplikasi atau meminta Mikha membungkuskan makanannya.Akhirnya, kehidupannya kembali damai.Namun, bagi mahasiswa Universitas Bisnis dan Teknologi, insiden itu masih menjadi topik gosip yang terus diperbincangkan.Akan tetapi, bagi Nadine, semua itu tidak ada hubungannya dengan dirinya. Dia hanya fokus di laboratorium, melakukan eksperimen, mengolah data, dan menulis makalah. Selain itu, baik itu gossip yang baik ataupun buruk di

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 594

    "Arnold, gimana menurutmu? Bagaimanapun, kamu yang rekomendasikan dia." Moesda melemparkan pertanyaan kembali kepadanya.Arnold terdiam sejenak sebelum akhirnya berbicara, "Pertama, aku nggak menganggap ini kesalahan Nadine.""Bunga yang mekar di taman nggak pernah mengundang siapa pun. Tapi lebah dan kupu-kupu tetap akan datang menghampiri. Dalam situasi seperti itu, apa kita bisa menyalahkan bunganya?""Kedua, etika mahasiswa di Universitas Teknik dan Bisnis perlu ditingkatkan.""Bertengkar di tempat umum cuma karena hal kecil bukan hanya memalukan bagi individu yang terlibat, tetapi juga berisiko mencoreng reputasi kampus. Kalau insiden seperti ini tersebar luas, pasti akan berdampak buruk pada nama baik universitas.""Jadi, sudah waktunya bagi universitas untuk meningkatkan kualitas moral dosen dan mahasiswanya."Garis bawah: kualitas moral dosen dan mahasiswanya!"Dan yang terakhir, ini yang paling penting, aku percaya sama Nadine. Dia bukan tipe perempuan yang sembarangan. Dalam

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 595

    Saat Nadine melewati rak pakaian di dekat pintu, matanya tertuju pada setelan jas yang tergantung rapi di sana. Hitam pekat, sangat formal, bahkan sedikit terlalu kaku. Meskipun Arnold memang sering mengenakan jas, yang satu ini terlihat lebih kuno.Iya, kuno.Nadine melangkah lebih jauh ke dalam ruangan dan berhenti di samping meja makan. Di atas meja, tersaji empat hidangan yang masih mengepul hangat. Dua lauk utama, satu sayuran, dan satu sup.Arnold menjelaskan dengan santai, "Iga sapi kecap dan tumis daging lada hijau aku pelajari dari kamu. Tumis kubis aku lihat dari video. Sup tomat telur memang sudah bisa dari dulu."Setiap hidangan disebutkan asal-usulnya dengan rinci.Nadine tertawa kecil. "Aku pernah mengajarimu? Kenapa aku nggak ingat?""Kamu memang nggak ngajarin. Tapi aku belajar diam-diam." Sambil berbicara, Arnold sudah mengambilkan dua piring nasi. "Duduklah." Dia juga menyerahkan sendok garpu padanya."Terima kasih."Nadine mengambil sepotong iga dan memasukkannya ke

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 596

    Arnold bergerak cepat. Setelah selesai merapikan dapur, dia keluar ke ruang tamu dan melihat Nadine sudah selesai mengupas buah dan menyusunnya di piring."Kubilang jangan melakukan ini, kamu malah melakukan itu ya?" Dia menggeleng dengan pasrah.Nadine menusuk sepotong apel dengan tusuk gigi dan menyerahkannya pada Arnold. "Hidup itu harus aktif bergerak, aku nggak mau jadi pemalas."Arnold menerimanya."Oh ya, aku harus buang sampah. Nanti turun bareng ya?""Oke."Setelah membuang sampah, Nadine teringat bahwa kulkas di rumahnya sudah kosong. Belakangan ini, dia sibuk dan tidak sempat belanja. Jadi, dia mengusulkan untuk pergi ke supermarket.Arnold langsung setuju. Tanpa mereka sadari, begitu mereka pergi, Yenny tiba di ujung gang. "Oke, berhenti di sini saja. Mobil nggak bisa masuk lebih jauh."Sopir mengangguk. "Baik, Nyonya."Yenny membuka pintu mobil, lalu tiba-tiba berhenti sebentar dan mengeluarkan sepatu datar yang sudah disiapkan sebelumnya. Hampir saja dia lupa membawanya.

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 597

    Sopir mengarahkan mobil ke tepi jalan dan berhenti perlahan. "Nyonya."Yenny masuk ke mobil dan menghela napas dengan kecewa. "Kita pulang."Di saat mobil melaju pergi, Arnold dan Nadine baru saja menyeberang jalan dengan membawa kantong belanjaan.Mereka dan mobil itu berpapasan begitu saja."Biar aku saja yang bawa." Sambil bicara, Arnold mengambil semua kantong belanjaan dari tangan Nadine.Nadine tidak berdebat karena percuma. Lagi pula, memang cukup berat.Begitu sampai di ujung gang, Arnold tiba-tiba bertanya, "Kamu sudah mulai terbiasa di Universitas Teknologi dan Bisnis?"Nadine mengangguk. "Laboratoriumnya bukan cuma lengkap, tapi juga luas. Pak Moesda juga baik dan para senior di bawah bimbingannya sangat perhatian. Saat mengambil bahan penelitian, mereka selalu membantu kami mendaftarkannya."Namun, pada akhirnya Nadine tetap membayar semua bahan penelitian itu sesuai daftar harga. Bisa memakai laboratorium secara gratis saja sudah cukup membuatnya merasa tidak enak hati. Ma

Latest chapter

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 719

    Nadine menoleh dan langsung bertemu dengan tatapan Stendy yang dalam dan penuh perasaan. Jantung Nadine seketika berdegup lebih kencang dan tanpa sadar, dia ingin menghindar.Malam ketika sesuatu terjadi pada Nadine, Stendy mengantarnya pulang dan melihat dirinya berjalan berdampingan dengan Arnold menaiki tangga. Saat itulah, Stendy merasa tidak bisa lagi menahan diri.Stendy tahu dirinya bukan orang yang sabar.Namun demi Nadine, dia sudah menunggu selama enam tahun. Enam tahun untuk melihatnya berpisah dari Reagan, lalu satu tahun tambahan hanya untuk membuat hubungan mereka bertahan di titik "teman biasa".Akan tetapi dia tahu, hubungan itu tidak bisa selamanya berhenti di situ.Malam itu, Stendy menyadari bahwa jika terus menunggu, semuanya hanya akan berakhir seperti dulu. Jadi, kenapa tidak ... pertaruhkan semuanya kali ini?Demi hari ini, demi pengakuan yang ingin dia sampaikan, Stendy telah mempersiapkan diri sejak lama. Dia tidak mau lagi menjadi sosok yang hanya menunggu dal

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 718

    "Benar. Memang nggak ada mawar biru alami di alam liar, jadi bunga ini baru melambangkan harapan yang nggak bisa terwujud atau misi yang nggak terselesaikan. Tapi, coba kamu lihat bunga di tanganmu itu dengan teliti," kata Stendy sambil menatap Nadine."Hah? Ini alami? Bukan pakai pewarna?" tanya Nadine yang terkejut, lalu menatap Stendy untuk mencari jawaban dari ekspresi Stendy. Saat melihat Stendy tersenyum, dia langsung tahu dugaannya memang benar.Nadine kembali bertanya dengan kaget, "Bagaimana kamu bisa mendapatkannya?""Belakangan ini ada artikel di jurnal biologi sintetis tentang kloning dan Ekspresi Nonribosomal Peptida Sintetis untuk memproduksi mawar biru. Penulis utamanya adalah seorang doktoral internasional dari Fakultas Farmasi Universitas Tobas, Ankanahari Nangawa. Langkah awalnya buat plasmid ganda yang berisi dua gen bakteri untuk sintetis indigo dan masukkan plasmidnya ke dalam agrobakterium, lalu ...."Stendy tertegun sejenak setelah mengatakan itu, seolah-olah sed

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 717

    Baik judul ataupun variasi lagunya, Stendy sama sekali tidak bisa fokus. Cahaya redup di dalam aula konser bisa menjadi penyamaran yang terbaik, sehingga dia bisa menatap Nadine dengan tatapan yang lembut serta penuh perasaan dan tanpa perlu takut ketahuan.Stendy secara refleks menatap tangan Nadine yang putih. Dia berkali-kali ingin menggenggam tangan Nadine dengan erat, lalu tidak pernah melepaskannya lagi. Namun, setelah memberontak dengan pikirannya, pada akhirnya tetap logikanya yang menang. Dia mengingatkan dirinya untuk bertahan sampai melewati malam ini dan jangan gegabah agar tidak menakuti Nadine.Dua jam mungkin adalah siksaan dan ujian kesabaran bagi sebagian orang, tetapi itu adalah pesta untuk memanjakan indra yang langka bagi Nadine. Bahkan setelah konser sudah selesai, dia tetap masih tenggelam dalam suasananya."Apa kamu menyadari sesuatu dari lagu Croatian Rhapsody? Ternyata dia masukkan unsur musik rok juga, romantis dan energik. Terutama di bagian tengah lagunya, s

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 716

    "Uhuk uhuk ...." Nadine langsung tersedak. Mereka sedang makan sambil mendengar cerita yang seru, tetapi topiknya malah tiba-tiba dialihkan ke dirinya. Pokoknya perasaannya tidak enak."Kami bukan sepasang kekasih, tapi makan malam ini bisa dibilang gratis untuk Tuan Stendy karena ...."Setelah mengatakan itu, Nadine tersenyum dan menatap pemilik restoran. "Aku yang traktir."Setelah tertegun sejenak, pemilik restoran itu menatap Stendy dengan tatapan seolah-olah berkata anak ini akhirnya kena batunya dan pantas menerimanya.Begitu selesai makan, Nadine langsung pergi membayar tagihan makanannya.Pemilik restoran itu menarik Stendy ke samping dan berbisik, "Kawan, kamu boleh terus begini. Ayo berusaha, segera dapatkan gadis itu. Kalau lain kali kamu masih nggak dapat gratisan lagi, jangan salahkan aku meremehkanmu."Stendy pun menghela napas. "Kamu pikir aku nggak mau?""Wah, akhirnya ada gadis di dunia ini yang bisa membuatmu kelabakan. Sungguh langka. Baiklah, biar teman lamamu ini y

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 715

    Stendy menyahut, "Aku pikir-pikir dulu, nanti baru kita putuskan setelah ketemu.""Oke." Nadine mengakhiri panggilan, lalu langsung memakai jaket bulu tebal dan sepatu bot musim dingin, juga mengambil tas. Dia keluar dalam waktu kurang dari tiga menit!Cuaca tidak sedingin sebelumnya lagi, tetapi matahari masih tidak muncul.Begitu turun, Nadine langsung melihat Stendy berdiri di ujung gang, bersandar santai di samping mobil Maybach edisi terbatas. Pria yang memakai mantel hitam itu pun memutar-mutar kunci mobilnya.Begitu melihat Nadine, tubuh Stendy langsung tegak. Nadine tersenyum dan berjalan mendekat. Wajah Stendy yang tadi terlihat agak dingin langsung berubah cerah, bibirnya tersenyum.Begitu masuk mobil, Stendy menyerahkan sekantong sarapan, "Nih, susu kedelai dan roti, makan selagi masih hangat."Nadine menaikkan alisnya. "Pak Stendy bukan cuma jadi sopir, tapi juga beliin aku sarapan? Ini layanan bintang lima sih. Aku nggak berani menikmatinya."Stendy terkekeh-kekeh. "Kenapa

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 714

    "Nad, sejak pertama kali kita ketemu di kafe, aku ....""Eh? Pak Arnold, Nadine, kok berdiri di sana? Nggak naik?" Tetangga mereka yang tinggal di lantai bawah, datang dengan membawa banyak kantong belanjaan. Begitu melihat mereka, dia langsung menyapa dengan ramah."Dingin banget ya hari ini, aku hampir beku .... Tapi karena diskon, aku tetap keluar malam-malam begini!"Supermarket besar di dekat sana memang sering mengadakan diskon besar setelah pukul 9 malam. Sebagai orang yang pintar mengatur uang, wanita ini sering keluar malam untuk belanja hemat.Situasi sekarang jelas tidak cocok untuk melanjutkan obrolan mereka. Arnold terpaksa menelan kembali semua yang ingin dia ucapkan tadi."Ayo, kita sama-sama naik!" ajak wanita itu.Nadine melangkah maju, langsung mengambil salah satu kantong belanjaan dari tangan wanita itu. "Biar kubantu ...."Namun, Arnold langsung mengambil alih kantong belanjaan itu dari tangan Nadine. Dengan cepat, dia berjalan di depan mereka. "Biar aku saja."Wan

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 713

    Nadine tersenyum mencela dirinya sendiri.Arnold tiba-tiba terdiam, napasnya tercekat. Entah kenapa, senyuman kecil di ujung bibir gadis itu membuat hatinya terasa panik. Seolah-olah dia baru saja melewatkan sesuatu yang sangat penting.Mereka meninggalkan pabrik saat senja hari. Satpam yang berjaga sudah berganti. Paman ramah penuh canda tawa tadi sudah pulang, digantikan oleh seorang pemuda yang tampak pemalu.Setelah menerima kunci dari mereka, pemuda itu meletakkannya, lalu membukakan pintu gerbang untuk mereka.Langit belum sepenuhnya gelap. Cahaya senja menyelimuti cakrawala dalam warna kelabu suram. Di sepanjang jalan, cabang-cabang pohon yang gundul menambah kesan sepi.Nadine dan Arnold berjalan berdampingan tanpa berbicara. Keheningan mengisi jarak di antara mereka. Arnold sempat membuka mulut, tetapi tidak tahu harus mulai dari mana.Dia bisa merasakan perubahan suasana hati Nadine, tetapi tidak tahu penyebabnya. Jadi, yang bisa dia lakukan hanyalah diam dan berhati-hati aga

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 712

    Diskusi akademik antara keduanya akhirnya mencapai akhir. Kelly tidak bisa menahan diri untuk menghela napas panjang."Lain kali jangan ajak aku ke acara akademik kayak gini lagi ya. Buat capek saja ...." Kelly bergumam pelan, lalu mengangkat tangan memberi isyarat kepada pramusaji untuk menyajikan makanan.Seperti yang sudah diduga, semuanya adalah makanan favorit Nadine!Selesai makan, Kelly awalnya ingin jalan-jalan sebentar. Namun, baru saja keluar dari restoran, dia langsung menerima telepon kerja. "Iya, iya! Tunggu sehari lagi bisa mati ya?"Meskipun mengomel, dia tetap buru-buru pergi ke kantor setelah menutup telepon. Sebelum pergi, dia tidak lupa berpesan, "Kak Arnold, hari ini ulang tahun Nadine, kamu temani dia ya! Pokoknya turuti semua yang dia mau!""Oke." Setelah melihat Kelly pergi, Arnold tersenyum menatap Nadine. "Mau ke mana?""Benaran bisa ke mana saja?" Mata Nadine berbinar.Arnold berpikir sebentar. "Selama masih dalam batas kemampuanku.""Kalau begitu, boleh nggak

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 711

    "Ayo, biar aku pakaikan untukmu." Kelly memasangkan gelang itu ke pergelangan tangan Nadine yang ramping. Gelang itu membuat kulit putih Nadine terlihat semakin bersinar. "Aku tahu model dan warna ini cocok banget sama kamu!"Nadine menunduk melihatnya, semakin dilihat semakin suka.Kelly tiba-tiba bertanya, "Kamu kira ini udah selesai?""Hm?" Nadine mengangkat kepala dengan bingung. Masih ada acara lain?Kelly tersenyum tanpa menjawab, lalu mengangguk kecil ke arah pramusaji. Detik berikutnya, lagu ulang tahun mulai mengalun di dalam ruang privat.Diiringi musik yang lembut, Arnold mendorong masuk sebuah kue dan berjalan ke arah mereka. Di atas krim putih dan merah muda, berdiri boneka fondan yang sangat cantik.Matanya besar, ekspresinya penuh percaya diri dan ceria. Jelas, itu versi kartun dari Nadine sendiri. Di sekelilingnya pun dihiasi mutiara merah muda. Sederhana, tetapi sangat indah."Pak Arnold?" Nadine tak bisa menyembunyikan keterkejutannya.Arnold menatapnya, bibirnya meny

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status