Beranda / Pernikahan / Tak Semanis Madu / 69. Pengakuan Raka 2

Share

69. Pengakuan Raka 2

Penulis: Novita Sadewa
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
POV RAKA

Ada rasa yang hilang saat Bella selalu berusaha menjauh dan menghindar dariku beberapa hari terakhir. Aku tak tahu pasti apa yang menjadikannya berubah. Dari sana aku mulai mencari tahu, Bella sangat istimewa menurutku, dia selalu ada saat aku dalam situasi sulit. Karena itulah aku merasa sangat kehilangan saat dia menjauh.

Rasa bersalah menyeruak saat aku tahu bahwa, Bella menyimpan rasa padaku bertahun-tahun. Ya, aku mengetahui hal tersebut dari Raya yang aku paksa untuk bicara dan akhirnya dia bersedia bicara. Meski terlambat setidaknya aku tahu.

Bella, putri dari Wiraguna memang sempurna, cantik, anggun, dan juga sangat ramah. Tak ada keberanian bagiku untuk bersanding dengan Bella. Menjadi anak dari seorang Anwar yang sudah tidak aku akui sebagai bapakku itu bukanlah pilihanku. Masalah yang terjadi diantara keluarga kami membuatku tahu diri dan takut akan bayang-bayang kebenciannya terhadapku bisa saja menciptakan jarak diantara kami. Bagiku, menjalin persahabatan akan l
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Tak Semanis Madu   70. Tunjukkan kemampuanmu

    POV BELLAKenyataan mengejutkan kudengar begitu tiba-tiba. Kak Raka, ternyata adalah anak dari Om Anwar, teman sekaligus musuh Papa. Masih sangat jelas dalam ingatanku, kala mereka menyebut nama Anwar Fatoni saat menyekap dan membuangku ke hutan malam itu. Malam, gelap, dan mencekam, membuatku merasakan traumanya hingga sebesar ini.Beruntung tidak ada binatang buas yang memangsaku malam itu. Aku bisa selamat karena seorang pencari kayu menemukanku keesokan harinya. Mereka menemukanku dalam keadaan tidak sadarkan diri, ya, aku hampir mati ketakutan malam itu.Mereka membawaku ke klinik dan menghubungi nomor telepon Papa yang selalu Papa selipkan di saku bajuku, sebelum aku berangkat sekolah. Ya, anak SD dilarang membawa ponsel, sehingga Papa menyelipkan nomor di saku, agar aku bisa menggunakannya saat dibutuhkan atau keadaan darurat. Papa adalah sosok terbaik bagiku dan sosok itu kutemukan lagi dalam diri Abimana, suami pilihan Papa.Om Anwar lolos dari tuduhan dengan alasan aku han

  • Tak Semanis Madu   71. Tunjukkan Kemampuanmu 2

    Suami? Oh tidak, kali ini aku tidak akan melibatkan Abi, kalau Abi terlibat berarti tuduhan mereka benar dong? Ya, aku akan berusaha semampuku sendiri. Aku harus menunjukkan pada semua bahwa aku tidak seperti yang mereka pikirkan, bahwa aku mampu."Baiklah, kamu pelajari semua dan gunakan waktu satu bulan ini dengan sebaik-baiknya!" kata Mbak Mei penuh penekanan."Siap, percayakan semua padaku," ucapku penuh percaya diri.Semua berkas sudah disiapkan, kali ini yang diinginkan oleh redaksi adalah tema keluarga, arti sebuah keluarga. Kucari dari berbagai sumber dan kupelajari dengan sangat hati-hati."Eh, Raka nggak masuk, ya?" tanya Mbak Mei pada Mbak Selly, begitu seriusnya aku memikirkan edisi bulan depan membuatku tak sadar Kak Raka tidak ada di meja."Ijin ke Surabaya, nganter ceweknya, sakit katanya," jelas Mbak Mei. Aku tersenyum kecut, tapi tak mengapa, setidaknya dia mendengar saranku untuk setia pada satu wanita."O, oke. Eh, Sell, kok Pak Abi nggak kelihatan, ya? Kira-kira b

  • Tak Semanis Madu   72. Pencuri tetaplah pencuri

    Kuikuti langkah Pak Christian, tentunya dengan perasaan tak karuan. "Duduk!" serunya begitu kami masuk dan beliau duduk di kursi kebesaran.Aku mengikuti perintah, duduk di kursi yang sudah disediakan. "Ada yang harus saya sampaikan pada kamu, Bella," ucapnya begitu aku duduk.Aku hanya mengangguk, lebih baik diam daripada salah bicara. Bukan Abimana yang aku hadapi saat ini, melainkan pemimpin Redaksi."Jadi, Edisi bulan Maret itu sangat menentukan prospek ke depan dari Majalah ini. Satu tahun akan di akumulasi pada bulan Maret dan diambil rata-ratanya untuk menentukan peringkat Majalah. Kamu tau, kan? Pak Abimana itu perfectionist, semua yang ditangani hampir menduduki posisi pertama di bidangnya dan redaksi ini adalah yang pertama kalinya untuk Pak Abi. Saya nggak mau membuat Pak Abimana kecewa. Saya hanya mengingatkan, kalau kamu tidak mampu, kamu bisa mundur," ucap Pak Christian. Rupanya bukan rekan-rekan saja, tapi Pak Christian juga ragu akan kemampuan dan kinerjaku.Aku menghe

  • Tak Semanis Madu   73. Pencuri tetaplah pencuri 2

    Begitu pesan kukirim, aku pun bergegas menghampiri Papa yang duduk dan bersandar di bahu ranjang. Ya, Abimana hanyalah seorang anak dan suami saat di rumah. Jadi, harus tetap patuh pada perintah mereka-mereka yang berkuasa di rumah. Patuh pada Papa saat sedang bersama Papa dan patuh pada istri saat bersama istri.Segera kukerjakan apa yang diperintahkan oleh Papa. Seperti sabda Rasulullah. "Berbuat baiklah kamu terhadap ibu dan bapakmu, niscaya anak-anakmu akan berbuat baik terhadapmu.'' (HR Thabrani). Itulah yang coba aku terapkan dan tanamkan saat ini. Semoga kelak akan berbuah manis untukku dan juga untuk Bella. Amin."Kamu sudah siap untuk besok, Bi?" tanya Papa sambil membaca majalah yang disediakan hotel."Sudah," jawabku singkat."Nggak ada Meta, Kamu nggak kesusahan menyiapkannya sendiri?""Nggak, Pa, Meta itu asistenku, tentu aku bisa melakukan yang lebih dari asisten," jawabku, aku tak mau membuat Papa cemas memikirkan besok. Biarlah aku yang menghandle semuanya."Terus? Bell

  • Tak Semanis Madu   74. Kedatangan tamu yang tidak diharapkan

    POV BellaHari ini untuk kegiatan kantor di non aktifkan sementara. Kami akan fokus pada malam perayaan ulang tahun sekaligus pemilihan gadis sampul. Pemilihan gadis sampul dilaksanakan pagi ini sedangkan untuk puncaknya nanti malam. Terlihat Kak Raka dan Nadia juga hadir."Katanya sakit, malah datang!" gumamku."Hai, Bell," sapa Nadia menghampiriku."Hem," jawabku malas."Masih sendiri aja? Nggak capek," sindirnya. Aku hanya bisa tersenyum. Bahkan, aku lebih maju dua langkah darinya. Terbukti, aku sudah menikah dua kali meski dengan orang yang sama sedangkan dia? Sekali saja belum. Ha ha ha tertawa dalam hati rasanya.Bagiku, tak perlu kesana-kemari hanya untuk publikasi sebuah hubungan kalau kenyataannya, sang tunangan baru saja menyatakan cintanya padaku. Untuk apa? Menyedihkan."Terlihat sendiri tapi bahagia itu lebih baik daripada terlihat bersama tapi tidak bahagia," sindirku balik."Apa maksudmu?""Maksudku, aku memang terlihat sendiri. Tapi, aku jauh lebih bahagia darimu," jel

  • Tak Semanis Madu   75. Kedatang tamu yang tidak diharapkan 2

    Kusempatkan diri untuk pulang, sebelum melanjutkan acara untuk nanti malam. Kurebahkan tubuhku di ranjang yang tidak begitu empuk dan bagus itu. Perasaan kesal kembali muncul saat melihat gawai yang terlihat sangat sepi. Hanya ada notifikasi pesan group WA.Sejak tadi pagi, Abi juga tidak menghubungiku sama sekali. Jangankan mengatakan cinta, sekedar menanyakan kabar saja tidak. Apa benar dia berselingkuh? Atau memang sangat sibuk?Sepertinya waktu satu Minggu akan terasa bagai setahun jika aku menunggu dengan rasa penasaran yang luar biasa ini. Kalung berlian? Cincin saja kekecilan kalau untukku, wanita mana yang tidak kesal mendengarnya."Apa aku harus menghubunginya terlebih dahulu? Murahan sekali?" gerutuku. Pesan masuk dari Abi mengejutkanku yang tengah asik menerka dan memikirkan Abi. Dengan sigap kubuka lalu kubaca. "Ah, Bella. Biasa aja, dong!" kataku pada diri sendiri yang tanpa sadar terlihat sangat antusias membaca nama Abimana di layar.[Tidak usah datang ke acara nanti

  • Tak Semanis Madu   76. Kejutan

    POV BELLASetelah kulakukan penolakan itu. Aku pun bergegas meninggalkan tempat acar. Tak peduli Pak Christian menahan atau Mbak Mei memanggil. Menjaga kewarasanku jauh lebih penting, daripada harus tetap tinggal dan ikut g*la seperti Adip.Taksi yang aku pesan pun sudah sampai dan menunggu di depan gerbang utama, aku bergegas masuk dan pulang. "Sesuai aplikasi, Mbak?" tanya Pak Sopir tentang tujuanku begitu aku masuk."Ya."Drrrttt ... Drrrttt ....Di dalam mobil menuju kontrakan, ponselku bergetar. Kulihat nama Abi tertera di sana. Kuambil napas lalu kubuang perlahan untuk menetralkan suasana. Pastilah dia akan menanyakan perihal kedatanganku atau marah karena tidak mendengarkannya.Kugeser tombol hijau setelah kusiapkan jawaban apa yang akan aku berikan. "Assalamualaikum, Bi, sibuk sekali, sampai jam segini baru menghubungi istrimu?" Siasat pertama yang biasa wanita lakukan adalah lebih baik marah dahulu dari pada dimarahi."Waalaikumsalam. Maaf istriku, aku hanya ada sedikit masa

  • Tak Semanis Madu   77. Kejutan 2

    "Saya akan bertanggung jawab sepenuhnya, apabila Pak Abimana marah atas tindakan saya. Tapi saya rasa Pak Abimana bukan orang yang suka mencampur adukkan masalah pribadi dengan masalah pekerjaan," sanggahku."Apa kamu siap dipecat? Kalau Pak Abimana ternyata marah padamu?"Degh ... meski aku tahu itu tidak mungkin, tetap saja jantungku berdebar saat aku mendengar kata pemecatan."InsyaAllah, siap!" jawabku mantap setelah aku pikir masak-masak. Mana mungkin itu terjadi, bahkan yang akan marah besar adalah Abi, karena mereka sudah mencampur adukkan masalah pribadi di sini."Ya sudah, kamu boleh keluar. Rapat diundur nanti setelah makan siang. Karena saya masih harus bertemu dengan Pak Adip, untuk meminta maaf," katanya yang seolah menyindirku."Kenapa Bapak harus minta maaf?""Kamu pikir bermasalah dengan mereka tidak akan menjadi Masalah untuk saya?" ucapnya marah."Maaf, Pak, kalau begitu saya permisi." Percuma memberi pengertian pada Pak Christian yang terlihat begitu tunduk dan patu

Bab terbaru

  • Tak Semanis Madu   175. Ending

    POV BellaDi sini aku sendiri, menahan sakit dan bertaruh nyawa melahirkan buah cintaku dengan Abi. Di sana entah apa yang terjadi, apakah Abi sudah mengucap ijab kabul kembali dengan Tari atau sedang bertaruh nyawa berjuang untuk melepaskan diri. Sakitnya melahirkan bercampur dengan sakit hati yang semakin dalam saat kuingat kata talak dari Abimana, kata itu terus terngiang di telinga ini. Tak percaya, bahwa sekarang aku bukan lagi istri dari Abimana, pria hebat dengan sejuta pesona. Dia akan kembali pada wanita itu. Wanita yang begitu terobsesi dan tak mau melepaskan apa yang sudah menjadi milik orang.Lukaku bertambah saat kulihat Papa Hayuda yang juga mengalami luka, Asri yang terus menemani dengan setia. Juga ikut merasakan pedihnya hatiku, menangis di luar sana. Pak Nardi yang terluka cukup parah karena sempat menghadapi mereka sendirian juga sedang dirawat di sini atas permintaan Papa dan permohonan Papa pada kedua laki-laki itu."Dokter, apa perlu operasi? Kenapa anak saya be

  • Tak Semanis Madu   174. POV Adip

    POV AdipPapa menghubungi melalui pesan dari nomor yang tidak aku ketahui saat aku sedang mempersiapkan berkas rapat nanti siang bersama Meta. Papa mengatakan, bahwa Abi dan keluarganya sedang dalam bahaya. Bahkan sekarang Bella sedang bertaruh nyawa sendirian, melahirkan tanpa Abi, karena Abi sedang ditawan oleh Tari. Begitu panjang pesan yang yang Papa kirimkan, termasuk kondisi yang ada di dalam rumah Abi ia gambarkan. Aku tau, Papa sedang menyuruhku untuk bertindak tanpa ada kesalahan. Seketika aku pun bangkit dari tempat duduk.[Papa ingin kedua putra Papa kembali dengan selamat.] Pesan Papa yang terakhir membuatku semakin terenyuh. "Ada apa, Pak?" tanya Meta yang duduk menata berkas untuk rapat."Aku harus pergi, Met. Kamu ke rumah sakit. Bella mau lahiran dan Abi sedang ditawan Tari di rumahnya." "Apa?" Meta pun beranjak dan terlihat begitu terkejut.Kuberikan ponsel agar Meta membacanya sendiri. Ia pun meraihnya lalu membaca pesan Papa."Aku akan mencari bantuan.""Saya akan

  • Tak Semanis Madu   173. Talak 2

    POV ABIAku sungguh merasa kecolongan, tak pernah ada di benakku akan seperti ini. Kukira semua akan baik-baik saja. Kacau, pikiranku sungguh kacau seolah tak bisa berputar saat kulihat Bella menahan sakit yang teramat. Melihat air mata yang juga tumpah di mana-mana, Asri, Pak Nardi, Papa, dan juga Bella yang menangis melihat keadaan Bella. Membuatku semakin kacau. Di saat aku melihat anak dan istriku dalam bahaya, Tari justru terus mendesak. Hal yang konyol dia minta. Talakku pada Bella yang tengah mengandung buah hati kami.Perlahan aku melangkah, gontai, air mataku pun tumpah. Kuraih jemari Bella yang juga terisak. Mengatakan talak bukanlah sebuah permainan terlebih pada wanita yang teramat aku sayang.Namun, memikirkan keselamatan dua orang yang begitu aku kasihi adalah yang utama. Sebagai seorang kepala keluarga aku harus bisa berkorban demi keselamatan mereka.Berat namun akhirnya kata itu terucap juga. Kutitipkan Bella dan anakku pada Papa, saat ini hanya Papa yang bisa aku a

  • Tak Semanis Madu   172. Talak

    "Jangan mimpi kamu, Tari. Selamanya Bella akan tetap menjadi istriku," tolak Abi mentah-mentah.Tari terbahak, sepertinya dia sudah tidak waras. Dendamnya begitu besar pada kami sehingga perbuatannya sudah tidak bisa di jangkau oleh logika."Apa kamu pikir setelah apa yang kalian lakukan padaku aku akan diam begitu saja, Mas?! Kamu sudah merenggut semuanya, bahkan perusahaan Papa bangkrut karenamu!""Perusahaan kalian bangkrut karena memang sudah seharusnya! Karena barang curian tidak akan pernah bertahan lama jika pemiliknya sudah mengetahui. Aku harap kamu ingat dengan ide yang kau curi di Batam, atau kamu sudah hilang ingatan?! Satu lagi, jangan panggil Mas padaku, jijik aku mendengarnya!" kata Abi lantang. "Apa karena istri kamu itu tidak bisa memanggil kamu dengan sebutan itu?" "Diam kamu, Tari!" Mereka terus berdebat mengeluarkan semua kata-kata kasar. Hingga aku merasa ada yang keluar dan basah."Abi!" teriakku saat kulihat cairan keluar. Asri dan Papa yang masih melihat ket

  • Tak Semanis Madu   171. Kedatangan tamu 2

    "Tari?!" lirihku. "Pak Nardi?!" Aku tersentak saat kulihat Pak Nardi sudah terikat dan terluka, mulutnya pun sudah ditutup oleh lakban. Tampak Pak Nardi memberi isyarat pada kami untuk berlari. Karena sepertinya Tari datang dengan niat tidak baik.Cepat aku dan Asri menutup pintu namun ditahan oleh laki-laki yang menemani Tari. Laki-laki bertubuh besar dan jumlahnya pun banyak.Mereka mendorong kami, beruntung aku hanya terhuyung tak sampai terjatuh karena Asri dengan cepat meraih tanganku."Apa maumu?" tanyaku. Mereka mendesak masuk ke dalam."Siapa, Bell?" Papa pun datang menghampiri setelah mendengar keributan."Tari?" Tak kalah sepertiku, Papa pun terlihat begitu kaget. Dua orang menyergap Papa yang berlari ke arah kami, bersamaan dengan itu dua orang mencekal kedua tanganku dan tangan Asri. "Apa-apaan ini, Tari?" berontak Papa memaksa untuk lepas dari kedua pria bertubuh kekar itu. Namun mereka mencengkeram tangan Papa lebih kuat. "Tenang, calon Papa mertua."Deg! Calon m

  • Tak Semanis Madu   170. Kedatangan tamu

    Di luar rencana sebelumnya yang hanya beberapa hari di Batam ternyata sampai sekarang Abi belum juga pulang. Ya, sudah hampir dua minggu Abi di Batam, rencananya besok baru akan pulang. Meski Abi selalu menghubungi lewat pesan atau video call, tetap saja hatiku hampa tanpa kehadirannya. Setiap malam biasanya dia memijat kaki yang semakin hari semakin terasa mudah sekali lelah. Sekarang Asri yang melakukannya, namun tak bisa setiap hari karena aku kasihan jika Asri harus melakukannya setiap hari.Tak jarang pula Abi berbicara pada anaknya walau hanya melalui ponsel, untuk sekedar menasehatinya untuk tidak nakal dan menjaga Mamanya."Sudah, Sri. Kamu istirahat sudah malam," kataku pada Asri yang tengah memijat kakiku saat kulihat benda pipih persegi panjang yang aku letakkan di atas nakas sebelahku itu berpendar. "Jangan lupa diminum susunya, Mbak. Nanti kalau Mas Abi telepon Asri biar bisa bilang sudah, Mas," kata Asri. Aku terkekeh, pasti mereka sering berhubungan melalui ponsel dan

  • Tak Semanis Madu   169. Ribetnya seorang Abimana 2

    "Bisa aja kamu, Bell," jawab Abi menggaruk tengkuknya, malu.Keluar dari kamar kulihat Papa duduk di sofa membaca majalah, majalah kami yang semakin berkembang pesat meski konsultasi Pak Christian dan Kak Raka secara virtual dengan Abi karena jarak yang jauh. "Papa mau nasi goreng? Sekalian Bella buatin, mau buatin Abi soalnya." tawarku."Memangnya kamu sudah boleh masak sama suamimu yang lebai itu?" tanya Papa, sejauh ini hubungan mereka masih sama, tak ada perubahan. Entah mau sampai kapan, kukira dengan kehamilanku akan membuat keduanya semakin dekat, namun kenyataannya tidak. Pernah aku meminta mereka untuk pergi bersama mencari rujak cingur di Surabaya dengan alasan permintaan bayi. Abi menolak dengan alasan akan basi, aku menjawab dan mengajari untuk beli saat waktu penerbangan sudah dekat, bumbu di pisah. Niat hati ingin mendekatkan mereka dengan menyuruh mencari makanan lebih jauh agar bisa menginap bersama. Aku malah ditertawakan. Abi membaca rencana dan tujuanku. Gagal la

  • Tak Semanis Madu   168. Ribetnya seorang Abimana

    Hari terasa begitu cepat, perut ini pun sudah semakin membesar seiring berjalannya acara tujuh bulanan beberapa waktu lalu. Menurut dokter, usia kandungan sudah menginjak 38 minggu. Tapi di usia kandungan yang semakin membesar, aku harus melepas Abi untuk pergi ke Batam karena suatu hal yang terjadi di proyek Batam dan memerlukan penanganan dari Abi secara langsung.Hayuda pun sudah mulai berangsur stabil. Sedangkan Mama belum juga diketahui ada di mana. "Hai anak papa, jangan nakal ya, besok Papa mau ke Batam dulu. Jagain Mama biar nggak ganjen sama si Dedi itu, ya," sindir Abi yang meletakkan kepalanya di pangkuanku, mengusap dan mengecup perut yang semakin membesar ini tiada henti. Itulah aktifitas Abi selama beberapa bulan ini setiap malam menjelang tidur. Sedang aku mengusap kepalanya."Ih, Abi, siapa yang ganjen, jangan fitnah di depan anak," keluhku, saat ini kami ada di atas ranjang big size kamarku, Abi meninggalkan kamarnya dan tidur di kamarku sejak kami pulang ke Jakart

  • Tak Semanis Madu   167. Rayuan Abi 2

    Beranjak aku berdiri menyamainya. "Sayang, kalau aku lihat kamu terus jadi nggak tega untuk pergi, pengennya deket kamu terus, sayang-sayangan sama kamu," rayuku membelai wajah yang semakin hari semakin memancarkan aura kecantikan dan keibuan itu. Terdengar klise memang, tapi sangat dibutuhkan kalau hanya sekedar untuk merayu ibu hamil, meski aku sendiri kadang suka eneg setiap mendengar rayuanku."Benarkah?" tanyanya memelukku sejenak, Namun tiba-tiba melangkah menuju ke depan meja rias."Sini deh, lihat, perutku sudah mulai membuncit. Pantas saja kamu tidak tertarik lagi," ucapnya di depan kaca. Mengamati bentuk tubuhnya dari berbagai arah, tampaknya dia terganggu saat memelukku dan perut buncit itu bersentuhan dengan perutku terlebih dahulu.Aku pun mendekati dan memeluknya dari belakang, mengusap perut yang sudah mulai terlihat berisi. Terlihat dari pantulan cermin besar yang ada di depan sana wajah masam dari istri kesayangan. "S*eksi, aku suka. Ini yang membuat aku semakin cinta

DMCA.com Protection Status