Home / Pernikahan / Tak Semanis Madu / 17. Kehebohan di Cafe

Share

17. Kehebohan di Cafe

Author: Novita Sadewa
last update Last Updated: 2022-07-21 23:37:57

Bab 17

Kehebohan di Cafe

Kupersilahkan Pak Bagas dan Pak Pradipta untuk masuk ke ruanganku. Namun, Pak Pradipta menolak. Berbeda dengan Pak Bagas, bosnya itu terlihat lebih tidak bersahabat. Dengan bintik merah di wajahnya, aku yakin korban dari karyawanku ini adalah si bos songong ini.

"Maafkan atas keteledoran karyawan kami. Kami akan mengganti seluruh biaya pengobatan bapak," kataku dengan lembut.

"Kalian pikir, saya tidak bisa berobat?" Salah paham, itu yang justru dia pikirkan pada kami.

"Bukan, Pak, bukan begitu, kami tau kami salah, maka dari itu kami juga harus bertanggung jawab. Jangan menuntut cafe kami, kami janji akan lebih berhati-hati kedepannya," jelasku panjang lebar.

Ia tersenyum sinis.

"Tolong, Pak. Cafe ini baru saja kami buka, kalau masalah ini tidak diselesaikan secara kekeluargaan, cafe kami bisa tutup sebelum berkembang," mohonku. Kutangkupkan kedua tanganku di dada.

"Bagas, kita pergi! Berdebat dengan wanita hanya akan membuat kita rugi, aku kira pemiliknya pri
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Tak Semanis Madu   18. Perubahan Tari

    Bab 18Perubahan TariPOV BELLAMengejutkan, Tari datang saat Abi masih memelukku, tak mau menyia-nyiakan kesempatan emas ini. Segera, kuraih pundak Abi. "Apa, Bi? Kamu merindukanku? Sampe kamu kesini dan memilih cafe ini untuk meeting? Ya, ampun Abi, bukannya di Surabaya kita sudah sering berdua saja?" ucapku manja.Abi tersenyum miring dan masih setia di tempat dan posisi yang sama tidak beranjak menemui Tari."Ya, aku merindukanmu. Sampai aku tidak sabar menunggumu pulang," ceplos Abi.Jujur aku tak percaya dengan jawaban Abi kali ini, tapi aku tak mau ambil pusing. Karena jawaban Abi kali ini sangat menguntungkan bagiku."Mas Abi, Bella, kalian ....""Tari, tinggalkan kami, ada yang harus aku selesaikan dengan Bella," kata Abi, bahkan dia mengusir Tari. Benar-benar membingungkan, semoga saja tidak ada rencana lain dari Abi."Apa?" Tari seakan tak percaya dengan perkataan pujaan hatinya ini."Tari, mengertilah," sambung Abi.Dengan wajah marah dan hentakan kaki, Tari meninggalkan k

    Last Updated : 2022-07-22
  • Tak Semanis Madu   19. Kejutan yang bertubi

    Bab 19Kejutan yang bertubi"Sri, aku berangkat, ya," pamitku setelah kukembalikan amplop Tari."Nggak sarapan dulu, Mbak?""Di cafe aja, lagi pula aku ada seminar, Sri," jawabku.Terdengar suara bel berbunyi. Asri bergegas membukanya. Beberapa saat kemudian aku mengikuti Asri, karena dia tak kunjung kembali."Siapa, Sri?" tanyaku menghampiri."Ini, Mbak, mamanya Mbak Tari."Kuulurkan tangan bermaksud menyalami, ini adalah kali pertama aku bertemu dengan ibu dari maduku, karena urusanku dengan Tari jadi ku pikir tidak baik jika berlaku sama pada ibunya. Namun, ternyata aku sudah salah mengira. Dia tidak membalas uluran tanganku, ia justru melengos sinis padaku. Dari gelagatnya sudah bisa dipastikan kebencian itu begitu nyata."Mama, udah dateng?" ucap Tari menghampiri mamanya."O ... jadi ini, Tar? Gundik si Abi?" Pertanyaan itu jelas dan lugas ditujukan untuk menyindirku. Hinaan itu sontak membuatku naik pitam."Apa Tante bilang? Gundik? Apa Tante tidak paham arti kata gundik? Saya j

    Last Updated : 2022-07-23
  • Tak Semanis Madu   20. Kemarahan Abi

    Bab 20Kemarahan AbiPOV ABIPapa menghubungiku semalam, memaksaku untuk pulang, aku harus menggantikan Pradipta untuk seminar dikarenakan Adip sedang kurang enak badan. Namun, nyatanya semua itu hanya sandiwara, nyatanya Tari dan Papa merencanakan kejutan ulang tahun untukku, yang bahkan aku sendiri melupakannya. Memalukan, dalam acara seminar mereka memberikan ini, sudah seperti anak kecil saja aku diperlakukan.Yang lebih membuatku marah adalah, Bella menyaksikan itu semua, sungguh tak bisa kubayangkan apa yang ada di pikiran Bella tentangku saat ini. Tak ingin melihat Bella semakin sakit jika terus berada di sana, aku pun menyuruhnya untuk segera pulang.Setelah kepergian Bella aku bergegas turun dari panggung untuk menyusul Bella pulang. Tapi, Mama dan Papa mencegah, mengajakku untuk sekedar makan malam merayakan ulang tahun. "Mas, hormatilah keinginan Papamu, makan lah sebentar," kata Tari mengikutiku, bersama Mama dan juga Papa, tak ketinggalan juga Mama mertuaku, yang tidak t

    Last Updated : 2022-07-23
  • Tak Semanis Madu   21. Kepergian Bella

    Bab 21Kepergian BellaPOV ABIHari ini semua membuatku seakan naik darah, Papa, Tari, mamanya, dan juga Bella yang pulang dalam kondisi mabuk. Apalagi setelah aku mendengar ini ada hubungannya dengan yang namanya Alex.Namun, aku masih bersyukur karena Bella masih selamat. Kubawa Bella untuk beristirahat di kamar dengan Asri yang masih setia mengikutiku. "Sri, ganti bajunya dulu, sama yang lebih longgar biar nyaman," perintahku saat kulihat Bella yang memakai Blazzer warna coklat, basah dan penuh dengan bau alkohol, dari sini aku yakin bahwa, apa yang dikatakan Meta memang benar. Karena, jika Bella melakukannya tanpa paksaan dan pemberontakan, tidak mungkin bajunya sampai basah terkena alkohol. Alex, pemuda Surabaya itu, aku sudah menaruh curiga sejak awal kami bertemu, caranya menatap Bella berbeda. Aku juga sudah memperingatkan Bella untuk berhati-hati padanya. Yang membuatku heran adalah, bagaimana dia menemukan Bella? Jelas-jelas alamat yang aku berikan saat itu sangat jauh dari

    Last Updated : 2022-07-23
  • Tak Semanis Madu   22. Murka Abimana

    22Kususuri kota Jakarta berhari- hari sudah hampir dua pekan ini, namun tak juga aku temukan Bella, Bella bak ditelan bumi. Keberadaannya tidak bisa aku temui, terminal hingga stasiun aku datangi, bahkan Surabaya aku singgahi. Tapi, Bella tetap tidak bisa aku temukan.Sedangkan Tari, dia tetap bungkam dan bersih keras tidak tau perihal kepergian Bella, namun perasaanku berkata lain, diam- diam aku terus mencari tau sejak saat itu, tapi nihil sepertinya Tari sudah mempersiapkan semuanya. Dia justru berbalik menyerangku dengan menyuguhkan kemarahan dengan alasan aku menunda terus resepsi yang dia inginkan itu. Aku membiarkannya, rasanya malas untuk berdebat, karena mustahil aku melakukan resepsi dalam kondisi seperti ini. Sejak saat itu kami pun tidak banyak bertegur sapa, aku sibuk mencari Bella dan Tari sibuk dengan diamnya."Pak, ini ponsel mbak Bella yang bapak suruh service beberapa waktu lalu," kata Meta begitu aku sampai di loby kantor. Ya, kami hanya menemukan tas tanpa ponse

    Last Updated : 2022-07-24
  • Tak Semanis Madu   23. POV HAYUDA dan ADIP

    23. POV HAYUDA DAN ADIPPOV HAYUDASudah enam bulan sejak kepergian Bella, sejak itu pula aku tidak lagi mengenal putraku, Putra yang dulu kuat dan cerdas, nyatanya sekarang ia rapuh dan lemah hanya dengan satu wanita, Bella, wanita yang aku sendiri belum tau betul seperti apa tapi mampu meluluh lantahkan hati dan pikiran putraku, Abimana.Sudah berbagai usaha Abi lakukan demi untuk menemukan Bella, namun sepertinya Bella memang sudah sangat berniat untuk meninggalkan Abi dan tidak ingin bertemu dengannya lagi. Menerima kenyataan bahwa Bella sendirilah yang meminta bantuan pada Tari untuk proses perceraiannya membuat Abi semakin hancur.Putus asa, itu yang kadang Abi rasakan, bergelut dengan penat dan panasnya jalanan ibu kota, tak hanya itu, kampung halaman Bella pun sudah ia jelajahi sampai habis tenaga. Abi, yang dulunya begitu kuat dan cerdas nyatanya lumpuh hanya dengan satu nama Bella. Tak jarang aku melihatnya melamun di balkon rumahnya menatap sebuah foto yang ada di ponsel,

    Last Updated : 2022-07-25
  • Tak Semanis Madu   24. Bella

    Part 24 POV BELLAPOV ini diambil sebelum Bella pergi dan disambung setelah Bella pergi.Aku mengerjap dengan kepala yang masih terasa berat. Kulihat sekitarku, ternyata aku sudah berada di kamarku. Teringat kembali kejadian yang baru saja aku alami, menakutkan dan begitu menjijikkan, Benar kata Abi bahwa aku harus berhati-hati pada Kak Alex. Kak Alex yang aku kira sama seperti Kak Raka, nyatanya menyimpan obsesi padaku sejak lama. Dia membuntutiku sejak beberapa hari yang lalu, karena mobil yang kukira milik orang suruhan Abi ternyata Kak Alex lah yang ada di dalamnya. Dari situ aku mulai curiga, kenapa harus mengikutiku berhari-hari, tidak langsung menegur atau menyapaku. Saat kecurigaan itu muncul, saat itulah aku menghubungi Mbak Meta, namun sepertinya dia sibuk, karena tak mungkin menghubungi Abi lagi setelah jawaban yang diberikannya padaku, jawaban yang membuatku semakin meradang setelah acara seminar tadi siang.Aksi Kak Alex di mulai saat dia mencoba menyalakan mesin mobil

    Last Updated : 2022-07-25
  • Tak Semanis Madu   25. POV Abi dan Bella

    Bab 25POV Abi dan BellaPOV BellaPagi ini aku bangun terlambat lagi, cerbung dan artikel membuatku lagi- lagi harus bergadang. Ya, aku harus bekerja keras untuk menghidupi diriku sendiri, tak mungkin terus menyuruh Lila untuk mengirimkan uang sedangkan menurut Lila, cafe Masih belum berkembang pesat setelah kepergianku satu tahun yang lalu, bisa tekor dan tutup jika aku terus menggerogotinya."Pagi, maaf telat," sapaku pada rekan kerja, segera aku ambil celemek hitam khas Cafe, lalu kuantar pesanan yang terlihat sudah menumpuk.Beberapa waktu lalu, kak Raka menghubungiku dan mengatakan bahwa ada lowongan pekerjaan di tempatnya bekerja. Tepatnya di bagian yang sama dengannya yaitu editor, tentu saja aku menerimanya. Dengan begitu aku bisa terus bertemu dengannya, hubungan kami semakin dekat, jadi aku harus terus memepetnya. Pihak perusahaan mengatakan, aku akan mendapatkan pengumuman satu minggu lagi, kuharap dengan rekomendasi dari Kak Raka aku bisa diterima, agar aku tidak ke

    Last Updated : 2022-07-25

Latest chapter

  • Tak Semanis Madu   175. Ending

    POV BellaDi sini aku sendiri, menahan sakit dan bertaruh nyawa melahirkan buah cintaku dengan Abi. Di sana entah apa yang terjadi, apakah Abi sudah mengucap ijab kabul kembali dengan Tari atau sedang bertaruh nyawa berjuang untuk melepaskan diri. Sakitnya melahirkan bercampur dengan sakit hati yang semakin dalam saat kuingat kata talak dari Abimana, kata itu terus terngiang di telinga ini. Tak percaya, bahwa sekarang aku bukan lagi istri dari Abimana, pria hebat dengan sejuta pesona. Dia akan kembali pada wanita itu. Wanita yang begitu terobsesi dan tak mau melepaskan apa yang sudah menjadi milik orang.Lukaku bertambah saat kulihat Papa Hayuda yang juga mengalami luka, Asri yang terus menemani dengan setia. Juga ikut merasakan pedihnya hatiku, menangis di luar sana. Pak Nardi yang terluka cukup parah karena sempat menghadapi mereka sendirian juga sedang dirawat di sini atas permintaan Papa dan permohonan Papa pada kedua laki-laki itu."Dokter, apa perlu operasi? Kenapa anak saya be

  • Tak Semanis Madu   174. POV Adip

    POV AdipPapa menghubungi melalui pesan dari nomor yang tidak aku ketahui saat aku sedang mempersiapkan berkas rapat nanti siang bersama Meta. Papa mengatakan, bahwa Abi dan keluarganya sedang dalam bahaya. Bahkan sekarang Bella sedang bertaruh nyawa sendirian, melahirkan tanpa Abi, karena Abi sedang ditawan oleh Tari. Begitu panjang pesan yang yang Papa kirimkan, termasuk kondisi yang ada di dalam rumah Abi ia gambarkan. Aku tau, Papa sedang menyuruhku untuk bertindak tanpa ada kesalahan. Seketika aku pun bangkit dari tempat duduk.[Papa ingin kedua putra Papa kembali dengan selamat.] Pesan Papa yang terakhir membuatku semakin terenyuh. "Ada apa, Pak?" tanya Meta yang duduk menata berkas untuk rapat."Aku harus pergi, Met. Kamu ke rumah sakit. Bella mau lahiran dan Abi sedang ditawan Tari di rumahnya." "Apa?" Meta pun beranjak dan terlihat begitu terkejut.Kuberikan ponsel agar Meta membacanya sendiri. Ia pun meraihnya lalu membaca pesan Papa."Aku akan mencari bantuan.""Saya akan

  • Tak Semanis Madu   173. Talak 2

    POV ABIAku sungguh merasa kecolongan, tak pernah ada di benakku akan seperti ini. Kukira semua akan baik-baik saja. Kacau, pikiranku sungguh kacau seolah tak bisa berputar saat kulihat Bella menahan sakit yang teramat. Melihat air mata yang juga tumpah di mana-mana, Asri, Pak Nardi, Papa, dan juga Bella yang menangis melihat keadaan Bella. Membuatku semakin kacau. Di saat aku melihat anak dan istriku dalam bahaya, Tari justru terus mendesak. Hal yang konyol dia minta. Talakku pada Bella yang tengah mengandung buah hati kami.Perlahan aku melangkah, gontai, air mataku pun tumpah. Kuraih jemari Bella yang juga terisak. Mengatakan talak bukanlah sebuah permainan terlebih pada wanita yang teramat aku sayang.Namun, memikirkan keselamatan dua orang yang begitu aku kasihi adalah yang utama. Sebagai seorang kepala keluarga aku harus bisa berkorban demi keselamatan mereka.Berat namun akhirnya kata itu terucap juga. Kutitipkan Bella dan anakku pada Papa, saat ini hanya Papa yang bisa aku a

  • Tak Semanis Madu   172. Talak

    "Jangan mimpi kamu, Tari. Selamanya Bella akan tetap menjadi istriku," tolak Abi mentah-mentah.Tari terbahak, sepertinya dia sudah tidak waras. Dendamnya begitu besar pada kami sehingga perbuatannya sudah tidak bisa di jangkau oleh logika."Apa kamu pikir setelah apa yang kalian lakukan padaku aku akan diam begitu saja, Mas?! Kamu sudah merenggut semuanya, bahkan perusahaan Papa bangkrut karenamu!""Perusahaan kalian bangkrut karena memang sudah seharusnya! Karena barang curian tidak akan pernah bertahan lama jika pemiliknya sudah mengetahui. Aku harap kamu ingat dengan ide yang kau curi di Batam, atau kamu sudah hilang ingatan?! Satu lagi, jangan panggil Mas padaku, jijik aku mendengarnya!" kata Abi lantang. "Apa karena istri kamu itu tidak bisa memanggil kamu dengan sebutan itu?" "Diam kamu, Tari!" Mereka terus berdebat mengeluarkan semua kata-kata kasar. Hingga aku merasa ada yang keluar dan basah."Abi!" teriakku saat kulihat cairan keluar. Asri dan Papa yang masih melihat ket

  • Tak Semanis Madu   171. Kedatangan tamu 2

    "Tari?!" lirihku. "Pak Nardi?!" Aku tersentak saat kulihat Pak Nardi sudah terikat dan terluka, mulutnya pun sudah ditutup oleh lakban. Tampak Pak Nardi memberi isyarat pada kami untuk berlari. Karena sepertinya Tari datang dengan niat tidak baik.Cepat aku dan Asri menutup pintu namun ditahan oleh laki-laki yang menemani Tari. Laki-laki bertubuh besar dan jumlahnya pun banyak.Mereka mendorong kami, beruntung aku hanya terhuyung tak sampai terjatuh karena Asri dengan cepat meraih tanganku."Apa maumu?" tanyaku. Mereka mendesak masuk ke dalam."Siapa, Bell?" Papa pun datang menghampiri setelah mendengar keributan."Tari?" Tak kalah sepertiku, Papa pun terlihat begitu kaget. Dua orang menyergap Papa yang berlari ke arah kami, bersamaan dengan itu dua orang mencekal kedua tanganku dan tangan Asri. "Apa-apaan ini, Tari?" berontak Papa memaksa untuk lepas dari kedua pria bertubuh kekar itu. Namun mereka mencengkeram tangan Papa lebih kuat. "Tenang, calon Papa mertua."Deg! Calon m

  • Tak Semanis Madu   170. Kedatangan tamu

    Di luar rencana sebelumnya yang hanya beberapa hari di Batam ternyata sampai sekarang Abi belum juga pulang. Ya, sudah hampir dua minggu Abi di Batam, rencananya besok baru akan pulang. Meski Abi selalu menghubungi lewat pesan atau video call, tetap saja hatiku hampa tanpa kehadirannya. Setiap malam biasanya dia memijat kaki yang semakin hari semakin terasa mudah sekali lelah. Sekarang Asri yang melakukannya, namun tak bisa setiap hari karena aku kasihan jika Asri harus melakukannya setiap hari.Tak jarang pula Abi berbicara pada anaknya walau hanya melalui ponsel, untuk sekedar menasehatinya untuk tidak nakal dan menjaga Mamanya."Sudah, Sri. Kamu istirahat sudah malam," kataku pada Asri yang tengah memijat kakiku saat kulihat benda pipih persegi panjang yang aku letakkan di atas nakas sebelahku itu berpendar. "Jangan lupa diminum susunya, Mbak. Nanti kalau Mas Abi telepon Asri biar bisa bilang sudah, Mas," kata Asri. Aku terkekeh, pasti mereka sering berhubungan melalui ponsel dan

  • Tak Semanis Madu   169. Ribetnya seorang Abimana 2

    "Bisa aja kamu, Bell," jawab Abi menggaruk tengkuknya, malu.Keluar dari kamar kulihat Papa duduk di sofa membaca majalah, majalah kami yang semakin berkembang pesat meski konsultasi Pak Christian dan Kak Raka secara virtual dengan Abi karena jarak yang jauh. "Papa mau nasi goreng? Sekalian Bella buatin, mau buatin Abi soalnya." tawarku."Memangnya kamu sudah boleh masak sama suamimu yang lebai itu?" tanya Papa, sejauh ini hubungan mereka masih sama, tak ada perubahan. Entah mau sampai kapan, kukira dengan kehamilanku akan membuat keduanya semakin dekat, namun kenyataannya tidak. Pernah aku meminta mereka untuk pergi bersama mencari rujak cingur di Surabaya dengan alasan permintaan bayi. Abi menolak dengan alasan akan basi, aku menjawab dan mengajari untuk beli saat waktu penerbangan sudah dekat, bumbu di pisah. Niat hati ingin mendekatkan mereka dengan menyuruh mencari makanan lebih jauh agar bisa menginap bersama. Aku malah ditertawakan. Abi membaca rencana dan tujuanku. Gagal la

  • Tak Semanis Madu   168. Ribetnya seorang Abimana

    Hari terasa begitu cepat, perut ini pun sudah semakin membesar seiring berjalannya acara tujuh bulanan beberapa waktu lalu. Menurut dokter, usia kandungan sudah menginjak 38 minggu. Tapi di usia kandungan yang semakin membesar, aku harus melepas Abi untuk pergi ke Batam karena suatu hal yang terjadi di proyek Batam dan memerlukan penanganan dari Abi secara langsung.Hayuda pun sudah mulai berangsur stabil. Sedangkan Mama belum juga diketahui ada di mana. "Hai anak papa, jangan nakal ya, besok Papa mau ke Batam dulu. Jagain Mama biar nggak ganjen sama si Dedi itu, ya," sindir Abi yang meletakkan kepalanya di pangkuanku, mengusap dan mengecup perut yang semakin membesar ini tiada henti. Itulah aktifitas Abi selama beberapa bulan ini setiap malam menjelang tidur. Sedang aku mengusap kepalanya."Ih, Abi, siapa yang ganjen, jangan fitnah di depan anak," keluhku, saat ini kami ada di atas ranjang big size kamarku, Abi meninggalkan kamarnya dan tidur di kamarku sejak kami pulang ke Jakart

  • Tak Semanis Madu   167. Rayuan Abi 2

    Beranjak aku berdiri menyamainya. "Sayang, kalau aku lihat kamu terus jadi nggak tega untuk pergi, pengennya deket kamu terus, sayang-sayangan sama kamu," rayuku membelai wajah yang semakin hari semakin memancarkan aura kecantikan dan keibuan itu. Terdengar klise memang, tapi sangat dibutuhkan kalau hanya sekedar untuk merayu ibu hamil, meski aku sendiri kadang suka eneg setiap mendengar rayuanku."Benarkah?" tanyanya memelukku sejenak, Namun tiba-tiba melangkah menuju ke depan meja rias."Sini deh, lihat, perutku sudah mulai membuncit. Pantas saja kamu tidak tertarik lagi," ucapnya di depan kaca. Mengamati bentuk tubuhnya dari berbagai arah, tampaknya dia terganggu saat memelukku dan perut buncit itu bersentuhan dengan perutku terlebih dahulu.Aku pun mendekati dan memeluknya dari belakang, mengusap perut yang sudah mulai terlihat berisi. Terlihat dari pantulan cermin besar yang ada di depan sana wajah masam dari istri kesayangan. "S*eksi, aku suka. Ini yang membuat aku semakin cinta

DMCA.com Protection Status