Bab 20Kemarahan AbiPOV ABIPapa menghubungiku semalam, memaksaku untuk pulang, aku harus menggantikan Pradipta untuk seminar dikarenakan Adip sedang kurang enak badan. Namun, nyatanya semua itu hanya sandiwara, nyatanya Tari dan Papa merencanakan kejutan ulang tahun untukku, yang bahkan aku sendiri melupakannya. Memalukan, dalam acara seminar mereka memberikan ini, sudah seperti anak kecil saja aku diperlakukan.Yang lebih membuatku marah adalah, Bella menyaksikan itu semua, sungguh tak bisa kubayangkan apa yang ada di pikiran Bella tentangku saat ini. Tak ingin melihat Bella semakin sakit jika terus berada di sana, aku pun menyuruhnya untuk segera pulang.Setelah kepergian Bella aku bergegas turun dari panggung untuk menyusul Bella pulang. Tapi, Mama dan Papa mencegah, mengajakku untuk sekedar makan malam merayakan ulang tahun. "Mas, hormatilah keinginan Papamu, makan lah sebentar," kata Tari mengikutiku, bersama Mama dan juga Papa, tak ketinggalan juga Mama mertuaku, yang tidak t
Bab 21Kepergian BellaPOV ABIHari ini semua membuatku seakan naik darah, Papa, Tari, mamanya, dan juga Bella yang pulang dalam kondisi mabuk. Apalagi setelah aku mendengar ini ada hubungannya dengan yang namanya Alex.Namun, aku masih bersyukur karena Bella masih selamat. Kubawa Bella untuk beristirahat di kamar dengan Asri yang masih setia mengikutiku. "Sri, ganti bajunya dulu, sama yang lebih longgar biar nyaman," perintahku saat kulihat Bella yang memakai Blazzer warna coklat, basah dan penuh dengan bau alkohol, dari sini aku yakin bahwa, apa yang dikatakan Meta memang benar. Karena, jika Bella melakukannya tanpa paksaan dan pemberontakan, tidak mungkin bajunya sampai basah terkena alkohol. Alex, pemuda Surabaya itu, aku sudah menaruh curiga sejak awal kami bertemu, caranya menatap Bella berbeda. Aku juga sudah memperingatkan Bella untuk berhati-hati padanya. Yang membuatku heran adalah, bagaimana dia menemukan Bella? Jelas-jelas alamat yang aku berikan saat itu sangat jauh dari
22Kususuri kota Jakarta berhari- hari sudah hampir dua pekan ini, namun tak juga aku temukan Bella, Bella bak ditelan bumi. Keberadaannya tidak bisa aku temui, terminal hingga stasiun aku datangi, bahkan Surabaya aku singgahi. Tapi, Bella tetap tidak bisa aku temukan.Sedangkan Tari, dia tetap bungkam dan bersih keras tidak tau perihal kepergian Bella, namun perasaanku berkata lain, diam- diam aku terus mencari tau sejak saat itu, tapi nihil sepertinya Tari sudah mempersiapkan semuanya. Dia justru berbalik menyerangku dengan menyuguhkan kemarahan dengan alasan aku menunda terus resepsi yang dia inginkan itu. Aku membiarkannya, rasanya malas untuk berdebat, karena mustahil aku melakukan resepsi dalam kondisi seperti ini. Sejak saat itu kami pun tidak banyak bertegur sapa, aku sibuk mencari Bella dan Tari sibuk dengan diamnya."Pak, ini ponsel mbak Bella yang bapak suruh service beberapa waktu lalu," kata Meta begitu aku sampai di loby kantor. Ya, kami hanya menemukan tas tanpa ponse
23. POV HAYUDA DAN ADIPPOV HAYUDASudah enam bulan sejak kepergian Bella, sejak itu pula aku tidak lagi mengenal putraku, Putra yang dulu kuat dan cerdas, nyatanya sekarang ia rapuh dan lemah hanya dengan satu wanita, Bella, wanita yang aku sendiri belum tau betul seperti apa tapi mampu meluluh lantahkan hati dan pikiran putraku, Abimana.Sudah berbagai usaha Abi lakukan demi untuk menemukan Bella, namun sepertinya Bella memang sudah sangat berniat untuk meninggalkan Abi dan tidak ingin bertemu dengannya lagi. Menerima kenyataan bahwa Bella sendirilah yang meminta bantuan pada Tari untuk proses perceraiannya membuat Abi semakin hancur.Putus asa, itu yang kadang Abi rasakan, bergelut dengan penat dan panasnya jalanan ibu kota, tak hanya itu, kampung halaman Bella pun sudah ia jelajahi sampai habis tenaga. Abi, yang dulunya begitu kuat dan cerdas nyatanya lumpuh hanya dengan satu nama Bella. Tak jarang aku melihatnya melamun di balkon rumahnya menatap sebuah foto yang ada di ponsel,
Part 24 POV BELLAPOV ini diambil sebelum Bella pergi dan disambung setelah Bella pergi.Aku mengerjap dengan kepala yang masih terasa berat. Kulihat sekitarku, ternyata aku sudah berada di kamarku. Teringat kembali kejadian yang baru saja aku alami, menakutkan dan begitu menjijikkan, Benar kata Abi bahwa aku harus berhati-hati pada Kak Alex. Kak Alex yang aku kira sama seperti Kak Raka, nyatanya menyimpan obsesi padaku sejak lama. Dia membuntutiku sejak beberapa hari yang lalu, karena mobil yang kukira milik orang suruhan Abi ternyata Kak Alex lah yang ada di dalamnya. Dari situ aku mulai curiga, kenapa harus mengikutiku berhari-hari, tidak langsung menegur atau menyapaku. Saat kecurigaan itu muncul, saat itulah aku menghubungi Mbak Meta, namun sepertinya dia sibuk, karena tak mungkin menghubungi Abi lagi setelah jawaban yang diberikannya padaku, jawaban yang membuatku semakin meradang setelah acara seminar tadi siang.Aksi Kak Alex di mulai saat dia mencoba menyalakan mesin mobil
Bab 25POV Abi dan BellaPOV BellaPagi ini aku bangun terlambat lagi, cerbung dan artikel membuatku lagi- lagi harus bergadang. Ya, aku harus bekerja keras untuk menghidupi diriku sendiri, tak mungkin terus menyuruh Lila untuk mengirimkan uang sedangkan menurut Lila, cafe Masih belum berkembang pesat setelah kepergianku satu tahun yang lalu, bisa tekor dan tutup jika aku terus menggerogotinya."Pagi, maaf telat," sapaku pada rekan kerja, segera aku ambil celemek hitam khas Cafe, lalu kuantar pesanan yang terlihat sudah menumpuk.Beberapa waktu lalu, kak Raka menghubungiku dan mengatakan bahwa ada lowongan pekerjaan di tempatnya bekerja. Tepatnya di bagian yang sama dengannya yaitu editor, tentu saja aku menerimanya. Dengan begitu aku bisa terus bertemu dengannya, hubungan kami semakin dekat, jadi aku harus terus memepetnya. Pihak perusahaan mengatakan, aku akan mendapatkan pengumuman satu minggu lagi, kuharap dengan rekomendasi dari Kak Raka aku bisa diterima, agar aku tidak ke
Bab 26Duda tampan berkharisma.POV ABISetelah semalam aku pikirkan secara masak-masak, kurasa apa yang dikatakan Papa ada benarnya, jika aku terus berada di Pesantren, Aisyah yang belum terlalu dewasa akan terus berharap padaku. Akhirnya aku putuskan untuk kembali bersama Papa pagi ini."Saya pamit Kyai, terima kasih sudah mengajari saya banyak hal," ucapku pada Kyai Khalil. Bersama Kyai Khalil pula aku sadar bahwa takdir tak selalu sesuai dengan rencana, itulah sebabnya, di dalam do'a selalu ada kata semoga."Ya, kami juga senang bisa bertemu dan belajar banyak hal juga dari Nak Abi."Saat ini kami berada di depan rumah Kyai Khalil, ada Aisyah, Umi Marwah dan juga kedua kakak Aisyah, Adil dan Amar. Terlihat Aisyah tertunduk lesu, tidak menatapku sama sekali, gadis belia dengan lesung pipi itu memang cukup cantik. Namun, tidak mampu menggetarkan hatiku seperti apa yang sudah aku rasakan pada Bella.Kudekati dan kusapa dengan lembut Aisyah yang saat ini berdiri di tengah Umi dan Ab
Bab 27. Keputusan Bella.POV BELLA"Aaaaaaa ...." Kecepatan yang terlalu tinggi dan rem yang sudah tidak begitu peka, membuatku kehilangan kendali dan menabrak laki- laki yang sedang menyeberang di jalan sepi. Sepertinya dia juga sedang terburu- buru, terlihat dari caranya menyeberang dengan berlari, sangat mengejutkanku.Pagi ini aku harus menggantikan Viona yang bertugas di bagian delivery order, dia tidak bisa masuk karena sedang sakit. Seperti usaha yang sedang booming lainnya yaitu usaha makanan di bidang online, Cafe kami juga menyediakan layanan delivery order.Daftar dan menu sudah siap saat aku baru memasuki Cafe, Alhamdulillah sepagi ini sudah banyak sekali pesanan. Setelah daftar alamat dan Menu siap, aku pun segera menjalankan tugas.Ku lajukan kendaraan roda dua milik Cafe dengan kecepatan cukup tinggi karena kebanyakan pesanan mereka untuk sarapan, jadi aku harus cepat mengantarnya.Namun, nahas, bukan untung malah buntung, ya, aku benar-benar sudah menabrak orang. Kulih