Bab 26Duda tampan berkharisma.POV ABISetelah semalam aku pikirkan secara masak-masak, kurasa apa yang dikatakan Papa ada benarnya, jika aku terus berada di Pesantren, Aisyah yang belum terlalu dewasa akan terus berharap padaku. Akhirnya aku putuskan untuk kembali bersama Papa pagi ini."Saya pamit Kyai, terima kasih sudah mengajari saya banyak hal," ucapku pada Kyai Khalil. Bersama Kyai Khalil pula aku sadar bahwa takdir tak selalu sesuai dengan rencana, itulah sebabnya, di dalam do'a selalu ada kata semoga."Ya, kami juga senang bisa bertemu dan belajar banyak hal juga dari Nak Abi."Saat ini kami berada di depan rumah Kyai Khalil, ada Aisyah, Umi Marwah dan juga kedua kakak Aisyah, Adil dan Amar. Terlihat Aisyah tertunduk lesu, tidak menatapku sama sekali, gadis belia dengan lesung pipi itu memang cukup cantik. Namun, tidak mampu menggetarkan hatiku seperti apa yang sudah aku rasakan pada Bella.Kudekati dan kusapa dengan lembut Aisyah yang saat ini berdiri di tengah Umi dan Ab
Bab 27. Keputusan Bella.POV BELLA"Aaaaaaa ...." Kecepatan yang terlalu tinggi dan rem yang sudah tidak begitu peka, membuatku kehilangan kendali dan menabrak laki- laki yang sedang menyeberang di jalan sepi. Sepertinya dia juga sedang terburu- buru, terlihat dari caranya menyeberang dengan berlari, sangat mengejutkanku.Pagi ini aku harus menggantikan Viona yang bertugas di bagian delivery order, dia tidak bisa masuk karena sedang sakit. Seperti usaha yang sedang booming lainnya yaitu usaha makanan di bidang online, Cafe kami juga menyediakan layanan delivery order.Daftar dan menu sudah siap saat aku baru memasuki Cafe, Alhamdulillah sepagi ini sudah banyak sekali pesanan. Setelah daftar alamat dan Menu siap, aku pun segera menjalankan tugas.Ku lajukan kendaraan roda dua milik Cafe dengan kecepatan cukup tinggi karena kebanyakan pesanan mereka untuk sarapan, jadi aku harus cepat mengantarnya.Namun, nahas, bukan untung malah buntung, ya, aku benar-benar sudah menabrak orang. Kulih
Bab 28. KontrakanPOV AbiAda rasa khawatir saat Bella menghubungi Lila, aku lupa bahwa Bella juga mempunyai penghasilan dari Cafe. Ya, aku terpaksa melakukan ini, setelah aku tersadar dan melihat tidak ada orang lain selain dokter dan perawat Aku membuka pertanyaan pada Perawat tentang siapa yang membawaku kemari, mereka bilang seorang wanita, setelah aku bertanya siapa namanya, dia menjawab Salsa Bella, seketika hatiku terasa menghangat mendengar nama itu, apakah ini takdir dan jawaban atas doaku selama ini? aku tak tau, namun, aku tidak akan menyia- nyiakan kesempatan kali ini.Sebelum meninggalkanku, perawat memberikan ponsel padaku, ku terima dan aku segera mematikan ponsel milikku, sebelumnya aku sudah mengatur mode diam tanpa getar.Saat ini ya ada di otakku hanyalah bagaimana agar Bella tidak lagi lepas dari pantauan dan pergi lagi, terlebih masih banyak hal yang harus aku selesaikan dengannya. Mendekatinya kembali tentu bukan hal yang gampang, aku akan butuh banyak waktu be
Bab 29. Perang batinPOV Bella[Iya, Kak, tunggu sebentar] balasku.Masalahku tidak berhenti disini, aku sudah melupakan Kak Raka. Dengan membawa Abi ke rumah, bisa-bisa Kak Raka semakin menjauh dan usahaku selama ini akan sia-sia. "Waduh, Bella ... kok ceroboh, sih?" gerutuku merutuki perbuatanku yang hanya memikirkan materi tanpa memikirkan masalah hati.Perlahan aku membuka pintu setelah kubalas pesan Kak Raka. Kusunggingkan senyum saat kulihat Abi sedang tertidur pulas di sofa, mungkin karena pengaruh dari obat sehingga membuatnya begitu cepat tertidur. Sepertinya kali ini nasib baik berpihak padaku. Aku pun mengendap keluar, jika tidak hati-hati, Abi bisa saja terbangun dan menciptakan masalah baru untukku. Tak lupa kukunci pintu setelah aku keluar. "Kak Raka," sapaku pada Kak Raka yang berdiri menghadap jalan memunggungiku.Ia pun menoleh."Hai, Bell. Loh, tangan kamu kenapa, Bell?" tanyanya panik, meraih tanganku dan memeriksanya. Perhatian itu lah yang selalu membuatku terta
30. Luka lamaPOV BELLASatu Minggu semenjak Abi tinggal di kontrakan dan setelah pembahasan tentang masa lalu itu, aku dan Abi tidak banyak berbincang. Ya, aku terlalu takut membuka luka lama yang sudah sembuh. Begitu sulitnya aku menyembuhkan luka itu lah yang membuatku enggan untuk mengoreknya kembali.Aku dan Abi berbicara jika perlu dan mendesak saja, Abi juga sudah aku berikan kursi roda. Untuk jangka satu bulan aku menyewanya dan itu sangat bermanfaat. Dengan kursi roda itu Abi lebih mandiri, sehingga aku tidak perlu lagi memapahnya jika dia ingin melihat-lihat ke luar."Bi, hari ini aku akan pulang agak telat, makanan sudah aku siapkan, jangan lupa minum obat dan ...." Kataku terhenti, berat rasanya untuk melanjutkan kebohongan ini. Hari ini adalah hari di mana aku akan pergi bersama Kak Raka. Makan malam dan lanjut nonton film yang sudah kami rencanakan sebelum pertemuanku dengan Abi. Pikiranku agaknya terganggu mengingat saat aku menikmati makan malam romantis nanti, Abi ha
Part 31Memantapkan niat, janji dan tanggung jawabPOV BellaHatiku sungguh tak tenang meninggalkan Abi bersama Bu Gunawan dan Dilla di rumah sendirian, terlebih keadaan kaki Abi yang juga masih belum membaik, membuatku semakin khawatir jikalau mereka memaksa-maksa Abi, bukanya suudzon namun aku tau betul sifat Bu Gunawan yang senang memaksakan kehendak itu. Setelah aku berpikir keras, aku pun menemukan sebuah ide yaitu Menghubungi tetangga sebelah untuk menanyakan apakah Bu Gunawan dan Dilla masih ada di rumahku atau tidak. Bak gayung bersambut, Bu Ria, tetangga dekatku langsung mengangkat teleponku dan mengatakan bahwa mereka sudah pergi tak lama setelah aku pergi, aku pun lega dan bisa bekerja dengan tenang.Hari ini waktu terasa begitu lama, mungkin karena aku sangat menantikannya, dan terus memikirkannya. Penantianku tak sia-sia, karena ketika jam pulang belum tiba, Kak Raka sudah mengirim pesan untukku. Mengingatkan perihal malam ini. Seperti rencana sebelumnya, malam ini aku
Bab 32Pekerjaan BaruPOV Bella, Dua minggu sudah, sejak Abi memberiku waktu untuk memantapkan tujuan hubunganku dengan Kak Raka, belum ada pergerakan yang berarti antara aku dan Kak Raka. Namun, aku tetap berusaha."Dandan cantik, pake blazer, pake sepatu, mau kemana, Bell?" Abi bertanya seraya memperhatikan penampilanku dari ujung kaki hingga ujung rambut.Saat ini Abi sudah tidak menggunakan kursi roda lagi, dia sudah bisa berjalan menggunakan tongkat yang aku beli online. Syukurlah, dia tidak begitu merepotkanku sekarang, terapi pun dia bisa berangkat sendiri. Cukup memberinya uang untuk ongkos pulang dan pergi. Berada dalam posisiku saat ini memang tidak mudah. Aku harus bertindak selayaknya orang tua yang harus selalu siaga, baik dalam masalah keuangan maupun kebutuhan Abi yang lain. Ya, mau bagaimana lagi, aku harus tetap bertanggung jawab atas perbuatanku, dan sejak saat itu pula aku tidak pernah lagi menghubungi Lila. Aku masih marah dengannya dan aku juga tidak tahu bagaima
PART 33Mari pulang!Taksi yang aku pesan sudah datang, dengan langkah tertatih menahan sakit, aku segera masuk dan ku suruh taksi menuju kantor penerbit di mana Bella bekerja. Begitu paniknya aku hingga aku lupa tidak membawa uang. Namun, begitu aku melihat ponsel di tanganku, aku pun merasa tenang. Dengan ponsel yang aku bawa aku bisa membayar taksi via transfer. "Lebih cepat, Pak!" seruku."Iya, Mas."Tidak butuh waktu lama untuk sampai di kantor Bella. Dengan cepat aku turun, memasuki gerbang perusahaan. "Mau kemana, Mas?" tanya security yang menjaga gerbang utama padaku, berdiri di hadapanku, lebih tepatnya menghadangku agar tidak masuk ke dalam. Ia menatapku dengan tatapan sinis. Ya, tampilanku jauh dari kata mewah, aku hanya mengenakan sweater dan celana bahan yang dibeli Bella dari pasar. Tapi, tetap saja, seharusnya mereka tidak boleh seperti itu pada tamu. "Maaf, Pak. Apa Bella ada di dalam?" tanyaku."Bella? Siapa Bella?" tanyanya dengan tatapan tak suka."Karyawan baru,