Hawa nyaris rubuh andaikata Fadel tak buru-buru menangkap tubuhnya.“Hawa Sayang! Tenanglah!” ucap Fadel langsung membopong sang istri kembali ke tempat tidur.“Benarkah itu Bang? Selina?” tanya Hawa dengan mata yang berkaca-kaca.“Sayang, dengarkan Abang, itu baru dugaan. Menurut saksi mata yang melihat. Mudah-mudahan Selina tidak ikut menyeberang dengan feri itu. Seperti yang kamu ketahui, Selina gadis yang tangguh, pasti dia sudah lebih dulu menyelamatkan diri. Kamu tahu? Rekaman CCTV sebelum Selina diculik? Dia mengira jika Arif itu penguntit lantas Selina melakukan semacam martial art defense. Bukankah seperti apa yang kamu ceritakan bahwa Selina sengaja belajar beladiri itu bahkan saat kamu berada di Cianjur?” papar Fadel dengan percaya diri.Hawa pun mengangguk dan berusaha untuk tidak meratap sebelum semua bukti terungkap.“Iya, Bang. Sekarang aku baru tahu jika tujuan Selina belajar teknik beladiri seperti itu rupanya memang dia sudah siapkan terlebih dahulu menghadapi situas
Pertanyaan Dave membuat Selina bergeming.“Maaf, aku menanyakan hal …” ucapan Dave menggantung, khawatir jika memang telah terjadi sesuatu pada gadis cantik di depannya maka ia pasti mengalami syok dan trauma. Dan, jika memang telah terjadi pelecehan pada gadis itu atau kemungkinan terjauh sampai rudapaksa, maka Dave takkan mengampuni mereka.“Alhamdulillah, orang itu tak sampai berbuat senonoh padaku. Hanya saja, ke dua lelaki itu telah melakukan hal biadab pada yang lain,” ucap Selina dengan memejamkam matanya dan bibir gemetar.‘Syukurlah, kamu gadis baik, mungkin terbaik yang pernah aku temui. Kamu dijaga oleh Allah. Entahlah, apa yang ada di pikiranku saat ini. Mengapa ada desir aneh yang menjalar di dadaku saat bersamamu? Aku tak pernah merasakan ini sebelumnya,’ batin Dave berisik.“Syukurlah,”Dave menghela nafas lega.“Apa ponselmu menyala? Aku ingin menelepon orang rumah,” tukas Selina berusaha kembali menormalkan perasaannya.“Andai ponselku menyala, sudah kupastikan mengab
Ke dua motor sport yang ditunggangi oleh dua orang pria berpakaian serba hitam dan helm full face menghadang jalan Dave. Ia mencoba menyerang Dave dan Selina. Dave terpaksa mengerem mendadak hingga membuat Selina tercekat dan menarik kerah jaket yang dipakai Dave, membuat Dave tercekik.“Sel! Tanganmu!” gumamnya dalam situasi seperti itu.“Maaf,” sahut Selina langsung bersembunyi di balik punggung kokoh Dave.“Kalau berani! Lawan satu-satu! Pengecut!” pekik Dave dengan suara keras dan lantang tatkala ia terpaksa turun dari motor dan menarik Selina untuk ikut turun juga.Ke tiga pemotor itu ikut turun pula dari motor mereka dan bersiap-siap mengeroyok Dave. Kini Dave harus berhadap-hadapan dengan tiga orang sekaligus di jalan yang begitu sepi itu. Selina semakin ketakutan. Ia mencengkeram jaket Dave dengan erat.“Lari Sel!” ucap Dave menatap Selina sekilat atau kemungkinan Selina akan ikut terpukul di sana. Selina pun memilih mundur dan berlari lalu sembunyi tak jauh dari semak belukar
“Dave!” pekik Selina sudah berpikir negatif duluan. “Ulat,” gumam Dave dengan tersenyum tipis. Ia mencomot ulat itu dari syal yang dijadikan hijab oleh Selina. Selina yang melihat itu langsung bergidik. “Ap-pa? Ulat!” Selina panik dan menjerit. “Ulat! Ulat! Jauhin itu Dave!” Selina ketakutan dan geli di saat yang sama. Dave mendapat tontonan gratis melihat reaksi Selina yang rupanya phobia ulat. Akhirnya lelaki yang cukup jarang tertawa ataupun tersenyum itu ikut tertawa melihat kelakuan Selina. “Um, tenang Sel, aku bukan pria mesum kok,” gumamnya meninggalkan Selina yang mematung. Mereka kembali ke jalan yang hanya dilapisi lapisan LPB atau agregat bebatuan terjal yang belum diaspal. Beruntung, tiba-tiba ada seorang pemuda yang tengah mengayuh sepedanya. Ide mencuat di kepala Dave. Dave langsung menghampiri pemuda itu, yang sepertinya warga yang bermukim tak jauh dari sana. Ia menukar sepeda ontel tua itu dengan arloji mahalnya setelah bernegosiasi. Ya, seorang psikiater panda
Ummi Sarah dan Ustaz Bashor terkejut saat melihat foto yang dikirim pihak kepolisian. Mereka menemukan foto sepasang sepatu itu tak jauh dari pesisir pantai. Selina seorang yang cerdik ia sengaja menjatuhkan sepatu itu sebagai tanda jejak agar mudah mencarinya.Mereka saling lirik dan tersenyum lega.“Alhamdulillah, Selina memang cerdas, Ummi,” ucap Ustaz Bashor penuh syukur dan haru. Ia pun langsung sujud syukur bersama Ummi Sarah. Mereka pun berpelukan. Penemuan beberapa benda milik Selina menjadi bukti jika Selina berusaha melakukan pelarian diri dari penculikan. Jelas, Selina tidak tenggelam bersama feri yang ditumpangi para anak gadis yang diculik oleh Lucas. Lucas sendiri pandai menumbalkan bawahannya, menggantikan dirinya yang kini telah pergi ke luar negeri. Ia menjadi bulan-bulanan polisi asing.Entah bagaimana nasib Jenab, Bintang, Mawar dan Melati kini serta para gadis remaja yang diculik?“Abah yakin Selina selamat?” tanya Ummi Sarah setelah menyeka air matanya yang deras.
Akhirnya kapal Pelni berlabuh di Pelabuhan Tanjung Priok. Selina mengikuti pada penumpang turun. Ia pun bertanya pada penumpang lain jam berapakah saat itu. Ia telah menghabiskan perjalanan hampir satu setengah hari di dalam kapal laut tersebut. Selina terkejut saat mendengar jawaban dari penumpang bahwa malam itu sekitar pukul dua pagi. Selina akan mencari kendaraan malam yang masih beroperasi. Ia pun meminta tolong pada penumpang yang merupakan seorang wanita muda dengan memesan ojek online. Ia akan turun di Terminal Kp. Rambutan agar bisa naik bus dari sana menuju Cianjur.“Mbak, sendirian aja?” tanya penumpang wanita itu.“Tadi sama temen, cuman temen sudah pualng duluan,” jawab Selina mengarang. Mungkin yang ia maksud teman ialah Dave.“Temen atau temen? Soalnya aku tadi lihat itu mah bukan temen. Pacar ya?” sahut wanita berambut panjang itu terkekeh. Ia tengah mengetikan sesuatu di layar ponselnya. Dengan baik hati ia memesankan taksi online untuk Selina.“Emang Mbak lihat gitu
Sore itu Adam bergegas menemui Winda dan janji bertemu di sebuah cafe kopi tak jauh dari sekolah MAN Hidayah. Winda yang memilih cafe itu sebab tempatnya nyaman dan tak terlalu ramai. Ia juga tak sendirian, mengajak Hanum dan si remaja tampan sedikit nakal yang tak lain Ruri.“Win, kenapa kamu? Dari tadi bolak balik ke kamar mandi mirip setrika aja? Kamu gak salah makan?” cerocos Hanum sembari mengunyah sepotong wafle yang sudah ia pesan duluan. Sementara itu Ruri tengah asik main game online di ponselnya, tak peduli apa yang ke dua guru itu ributkan.“Aku nervous, gaess,” desis Winda lalu beringsut lagi dari kursi. Ia berdiri dan menggosok-gosok tangannya. Sesekali menatap cermin kecil seukuran telapak tangannya, memastikan jika riasannya tidak terlalu tebal dan menor. Kali ini ia berdandan dengan make up ala Korea yang booming, flawless sehingga tampak natural. Outfit yang ia kenakan juga kasual dengan warna pastel. Demi apa?Demi Adam. Menurut informasi yang ia gali Adam suka gad
Tak selang lama Ustaz Bashor dan Adam pun datang bergiliran. Betapa mereka merasa bahagia atas kedatangan Selina yang selamat. Tak lupa Ustaz Bashor pun langsung menghubungi pihak berwajib soal kedatangan Selina sedangkan Ummi Sarah menelepon Hawa yang saat ini tengah terbaring di rumah sakit.Hawa sampai menitikan air mata mendengar kabar sang adik. Ia langsung meminta pulang paksa karena ingin segera menemui Selina. Sebagai suami Fadel pun mengikuti keinginan istrinya sebab ia tahu jika Hawa memang bertambah sakit saat mendengar Selina hilang. Jika Hawa bertemu dengan Selina seyogyanya Hawa akan lekas sembuh.Selina tak banyak bicara saat itu, ia cukup kelelahan setelah perjalanan panjang yang ia lewati. Keluarga pun memakluminya dan tak ingin menginterogasi Selina. Mereka membiarkan Selina istirahat di kamarnya sendirian sebab Selina tak ingin diganggu.Namun di kamar Selina tak bisa tidur dan gelisah. Ingatannya tentang peristiwa demi peristiwa itu muncul secara random. Ia sendiri