“Aa, please udah sampe sini aja anterinnya,”Selina memelas dengan menunjukan ke dua bola mata mirip kelinci yang lucu, berharap sang kakak tidak mempermalukannya di depan para guru dan murid di sana.Beberapa pasang mata menajamkan penglihatan mereka, melihat keakraban yang terjadi di antara Selina dan Adam. Sekilat orang salah paham, mereka mirip sepasang kekasih padahal adik-kakak (sepersusuan).Adam menghentikan langkahnya dan menaruh koper itu di samping Selina. Lalu ia menengok arlojinya karena memang sudah waktunya ia pergi mengecek toko.Ia menoleh pada sang adik lalu mengusap pucuk kepalanya. “Baiklah, hati-hati di jalan adikku! Jangan nakal! Kalau nakal kena batunya,”“I swear!” ucap Selina nyengir dengan jari di tangan kanannya menunjukan pinky promise di depannya, sedangkan jari di tangan kirinya melipat pinky promise itu. Tak jauh dari sana beberapa guru sedang menggunjing kebersamaan Selina dan Adam.“Ya ampun! Gak nyangka Bu Selina begitu dekat dengan kekasih barunya,”
Shiza duduk termenung di depan jendela kamarnya. Ia mengingat pertama kali pertemuannya dengan Adam. Masih lekat di ingatannya, Adam begitu manis memperlakukan Selina. Ia jadi membayangkan andai ia adalah Selina yang seringkali mendapat perlakuan manis darinya. Maka betapa beruntungnya dirinya. Bulir air mata menetes begitu saja, mengingat keping demi keping memori tentangnya. Saat ia menubruk tubuhnya dan saat itu jaraknya begitu dekat dengan Adam. Seketika desir aneh tetapi terasa indah menyergapnya. Ada rindu yang menggebu. Namun saat yang sama, rasa kesal pun ikut hadir bercokol dalam dada tatkala menyaksikan kilatan amarah pada mata Adam ketika menyerang Aqsa. Shiza langsung menyeka air matanya kendatipun terasa begitu berat mengingat ini tentang rasa hingga tanpa sadar sang kakak sudah berada di belakangnya menghampirinya. “Kamu gak nungguin Mama?” tanya Aqsa menyentuh pundak sang adik hingga membuatnya menoleh. Tak ingin terlihat lemah dan murung di hadapan kakak, Shiza bur
Ruri terlihat marah lalu ia keluar dari kamar hotel. Melihat hal itu, Selina mengejarnya. Ia yakin jika Ruri tersinggung dengan sikap dan perkataan teman-temannya. Ada-ada saja masalah datang bertandang tanpa diundang!“Kalian!” Selina menggeram pelan menatap semua muridnya. “Seharusnya kalian tidak perlu berbicara seperti itu! Ingatlah! Di sini tidak ada senior atau junior, termasuk siapa yang paling cerdas. Kalian semua sama diberi kesempatan untuk mengikuti lomba. Tolong, jaga manner kalian!” ucapnya lagi dengan sedikit keras dan menguak daun pintu hingga lebar hendak mengejar Ruri yang entah pergi ke mana.Terlihat Ruri berjalan cepat menaiki lift menuju lantai bawah. Entah, kemana tujuan anak itu pergi. Mungkin, jika masih berada di lingkungan sekolah maka sudah dipastikan ia akan mengadu pada Wijaya. Sayang, Wijaya tidak ikut diwakilkan oleh wakil kepala sekolah karena sakit.“Ruri! Tunggu!”Dengan sedikit tersaruk-saruk Selina berlari mengikuti langkah kaki Ruri yang begitu ce
Selina mengusap punggung Zahrana dengan lembut. Ia mengerti benar perasaan Zahrana saat ini. Selina melepaskan pelukan mereka. Terlihat Zahrana hendak membuka bibirnya dengan gemetar.“Jangan katakan apapun! Aku tahu semuanya. Aku sudah mengikhlaskan ...” lirih Selina memegangi tangan Zahrana dan menatapnya dalam. “Takdir manusia siapa yang tahu. Jika saat ini kebahagiaan terenggut maka di hari berikutnya kesedihan yang akan senyap. Semua seperti siklus, akan ada masanya datang dan pergi. Terima kasih sudah menjadi sahabatku,”Deg,Pernyataan Selina itu terdengar singkat tetapi tepat menghujam batinnya. Benar sekali!“Barokallahu laka wabaroka alaika wajama'a bainakuma pi khoir!” bisik Selina lalu tersenyum pada Zahrana.Zahrana mendapatkan ucapan selamat dari sahabatnya. Namun ia merasa tak bahagia mendengarnya, justru ia merasa sakit.Selina meninggalkan Zahrana yang mematung dekat anak muridnya. Ia berjalan mengantar anak didiknya menuju ruang pidato dan debat bahasa Indonesia. Sem
Sepulang dari villa, Mahendra memutuskan untuk kembali ke Purwakarta menyelesaikan pekerjaannya. Setelah urusan pencemaran nama baik selesai ia akan berencana pindah ke Bandung, pindah ke salah satu rumah sakit swasta di sana. Sebenarnya ia mengajukan pindah ke rumah sakit Jakarta tetapi tidak bisa karena ia hanya bisa pindah ke daerah yang masih termasuk ke dalam provinsi Jawa Barat.Sebagai orang tua, Darius senang mendengar kabar itu karena Mahendra bisa tinggal serumah dengan istri kecilnya. Tentu saja Alana masih kuliah dan tak mungkin ia pindah kuliah saat ini. Berbeda dengan Mahendra, ia sama sekali tidak mengabari Alana jika ia akan pindah ke Bandung. Ia takut Alana akan mengira dirinya benar-benar menjalani pernikahan itu. Mahendra membeli apartemen.“Jadi Andra mau pulang ke Purwakarta sekarang?” tanya Kiran menatap mantunya yang lebih mirip adiknya. Sebab Kiran menikah di usia sangat muda sehingga ke dua putrinya juga tampak seperti bukan anaknya melainkan adiknya.“Iya, Ma
Lelaki yang terlihat mencurigakan itu mendekati Selina. Sontak, Selina pun melakukan perlawanan, martial art defense yang sudah ia pelajari dari kakaknya.‘Hiat!’ seru Selina menjatuhkan lawannya dalam satu kali jurus saat lift tepat berhenti di lantai dua. Selina bergegas keluar dari lift itu dan berlari. Lelaki itu pun dengan mudah dijatuhkan. Tentu saja lelaki itu benar-benar tak berniat menyerang Selina.“Ough!” serunya dengan meringis. Lalu bangun dengan sedikit sempoyongan. “Teh Selina, ini saya! Arif,” ucapnya melepas hoodie yang menutup kepalanya lalu berlari mengejar Selina. Namun karena tak terdengar Selina mengabaikan panggilannya.Tak menyerah, lelaki bernama Arif terus berlari dengan nafas terengah-engah mengejar Selina.‘Gila nih cewek cakep banget tapi agresif tendangannya,’ batinnya.“Teh Selina, saya disuruh Om Rian!” serunya.Mendengar nama Rian, Selina langsung menoleh terkejut. “Ap-pa? Rian? Om Rian?” ulang Selina tak percaya. Ia mengerutkan alisnya sejenak. Apa mu
131.“Tentu saja Bu Zahra pasti mengundang kita dong,” sambung Selina yang baru sadar bahwa Winda tengah memberi umpan agar Zahrana bercerita soal pernikahannya.Zahrana menarik sudut bibirnya. “Insyaallah! Aku permisi ya mau ke toilet dulu,” ucapnya merasa tegang. Ia kesal dengan obrolan Winda dan Hanum yang menyinggung perasaannya.Hanum dan Winda pun saling lirik. Sesuatu telah disembunyikan oleh Zahrana. Bukan Winda namanya jika tidak mencari tahu apa yang terjadi. Pasalnya ia merasa apa yang terjadi pada Zahrana itu berkaitan dengan Selina. Tentu saja Winda ada di pihak Selina.Obrolan pun berakhir. Keesokan harinya, hari yang paling dinanti para guru, antara tegang dan bahagia. Hari terakhir perlombaan akan menjadi penentu siapa yang akan memboyong juara umum.Para guru dengan setia menunggu detik demi detik acara lomba. Selina pun dengan sedikit was-was menunggu hasil penjurian. Apakah Ruri masuk tiga besar atau tidak. Di bawah bimbingannya Ruri bekerja keras dalam berlatih. Da
“Hei, kamu dapat dari mana foto papaku?” pekik Alana baru sadar jika foto yang diperlihatkan Mahendra adalah foto papanya bersama temannya. Alana menarik foto itu dari jemari Mahendra, membuat Mahendra terlihat kesal.“Kembalikan! Aku hanya bertanya siapakah foto seorang gadis yang bersama papamu itu?”sembur Mahendra dengan sedikit kesal.“No! Jawab dulu pertanyaanku! Mengapa kamu mencuri foto papaku? Itu foto dari album lama?” cerocos Alana dengan menyembunyikan foto itu di belakang punggungnya. Wajahnya seketika memerah karena marah. Ia tak suka barang pribadinya disentuh oleh orang lain.Mahendra bingung mau menjawab apa. Apa iya ia harus katakan jika gadis di foto itu mirip seseorang yang ia cintai? Mungkinkah? Apa reaksi Alana nantinya?Mahendra menarik nafas dalam. Ia tak mau berseteru terus dengan gadis itu, ia akan mengendalikan emosinya dan berbicara dengannya baik-baik.“Baiklah, Nana, aku akan akan ceritakan alasannya kenapa tapi tolong kembalikan foto itu karena aku akan m
Sebulan kemudian Hari paling bahagia telah tiba. Pernikahan Dave dan Selina berlangsung meriah, dilaksanakan di sebuah resort milik Meliani di mana memiliki konsep nature atau alam. Selina sangat menyukai pemandangan alam sehingga dia memilih mengadakan acara walimah dan resepsi di ruangan outdoor atau terbuka. Ada banyak pepohonan pinus yang rimbun dan hijau. Dekorasi didominasi warna putih dengan aneka bunga mawar warna-warni di mana-mana. Sebuah lantunan sholawat syahdu dan merdu terdengar. Acara ijab qabul dilaksanakan terpisah. Hanya dihadiri oleh penghulu, calon mempelai lelaki Davendra Diraya,wali Selina yang tak lain Rayyan Sanjaya, saksi yaitu Ustaz Bashor dan Adam serta kerabat. “Qobiltu Nikahaha Wa Tazwijaha Hafla Selina Almaqhvira binti Rayyan Sanjaya Alal Mahril wa madzkuur ala radhiitu bihi wallahu waliyyu taufiq,” Dave mengucapkan kalimat ijab kabul dalam bahasa Arab dengan lantang. Dia mengucapkan puji syukur karena lancar membaca ijab qabul. Terlihat dia begitu bah
Selina memasukkan surat tersebut ke dalam amplopnya lagi. Selepas sekolah dia meremas surat tersebut lalu membuangnya ke tempat sampah. Tidak ada waktu meladeninya.Jika Selina mau membuktikan foto tersebut dia hanya perlu meminta bantuan Dave dan Arman. Dave akan menjelaskan soal foto-foto tersebut dengan lebih gamlang. Mungkin di resort milik ibunya Dave ada CCTV yang akan menampilkan sosok orang yang diam-diam menguntitnya dan mencuri foto dirinya dengan angle yang menyudutkan posisi Selina.Adapun Arman akan menjelaskan soal foto dirinya saat keluar dari dokter kandungan. Selina hanya mengantar Nunik Nirmala dan Arman mengetahui hal tersebut.Selina merasa tidak terima perlakuan Ummi Sarah yang seolah meragukannya. Hatinya perih saat diinterogasi olehnya. Jalan yang terbaik adalah Selina ingin keluar dari kehidupan ke dua orang tua asuhnya dan menjalani kehidupannya sendiri. Dia tak ingin menjadi beban keluarga apalagi mereka adalah keluarga agamis.Sudah beberapa hari Selina tin
“Tentu saja Dokter. Saya akan memberi restu. Andra sudah menceritakan segalanya. Saya ingin Anda menjaganya dan menyayanginya dengan tulus. Saya merasa menyesal karena terlambat mengetahuinya. Nasi sudah menjadi bubur. Mungkin ini hukuman dunia bagi saya karena telah menyia-nyiakan orang yang mencintai saya dengan tulus,”Rayyan menunduk lesu.“Sabar ya Pak Rayyan, Anda sudah bertindak benar. Menyadari kesalahan dan ingin memperbaikinya. Yang terpenting sudah berusaha.”“Kamu masih muda, terlihat dewasa cara berpikirnya,”Dave menaikkan alisnya sebelah. “Masih muda? Yang benar saja Pak. Saya sudah kepala tiga,”Beberapa orang sering mengatakan hal serupa.“Serius?”“Iya, covernya saja terlihat dua puluh,”Akhirnya ke dua pemuda tampan yang berbeda usia tersebut tertawa bersama untuk pertama kalinya. Mereka berjalan beriringan keluar dari lobi apartemen sembari terus berbincang.“Ngomong-ngomong, apa hubungan Pak Rayyan dengan Andra?”“Andra anak teman saya, Darius. Saya, Darius dan Di
Mahendra mengunjungi Dave di apartemennya. Dia ingin mempertemukan seseorang padanya.“Seseorang ingin bertemu denganmu,” ucap Mahendra merangkul pundak sahabatnya.“Siapa? Sejak kapan kamu bikin penasaran,”“Ayah kandung Selina,” bisik Mahendra ke telinga Dave. Dave terkejut sekali mendengar perkataan temannya. “Bela-belain langsung terbang dari Singapura. Padahal kakinya masih sakit akibat kecelakaan.”“Jangan bercanda, Andra!”Dave tertawa renyah.“Kalian bisa mengobrol empat mata,”“Baiklah,”Dave melirik sekilas pada lelaki paruh baya yang sangat tampan di belakang Mahendra. Dia berjalan dengan langkah lamban seperti tengah kesakitan. Dave mengulurkan tangannya terlebih dahulu padanya dan memperkenalkan diri.“Saya Davendra Diraya. Biasa dipanggil Dave,” ucap Dave dengan menampilkan senyum terbaiknya.“Saya Rayyan Sanjaya,” ucapnya dengan penuh wibawa.Dave seketika tertegun melihat penampilan Rayyan dan cara bicaranya. Dia bukan lelaki biasa. Dari penampilannya saja terlihat ber
Dave merasa bersalah karena telah membuat Selina menunggu kabar darinya. Mendadak, dia memiliki urusan penting di mana dia harus menangani pasien yang ternyata salah satu karyawan sang ibu-yang tengah berusaha mengakhiri hidupnya akibat depresi dengan meloncat dari rooftop gedung. Dengan kemampuannya Dave berhasil membujuk karyawan tersebut untuk mengurungkan niatnya. Padahal masalahnya sepele. Lelaki yang baru berusia dua puluh lima tahun itu baru saja memergoki kekasihnya selingkuh.Setelah semua masalahnya usai, Dave langsung memencet nomor Selina. Namun Selina tidak mengangkat teleponnya sebab dia tidak mengaktifkannya.‘Pasti my Selin marah,’ gumamnya.Tak menyerah, kali ini Dave benar-benar nekad. Dia mengirim voice note.[Assalamualaikum Sel, maaf aku baru bisa menghubungimu sebab ada urusan yang harus aku selesaikan.Sel, maaf, aku tak bisa bertemu apalagi berbincang denganmu langsung. Suatu hal yang sulit sebab aku tahu kamu begitu menjaga jarak dengan lawan jenis. Maaf, aku
“Ummi, ada lagi yang bisa saya bantu?” tanya Rois.“Tidak ada, makasih Kang! Tolong jangan sampe bocor ya!” Sekali lagi Ummi Sarah menegaskan. Dia masih tidak percaya dengan foto-foto yang menampilkan wajah putri cantiknya.“Iya, Ummi, tenang aja. Seperti yang Ustaz katakan, jika kita menutup aib orang lain kelak di akhirat Allah akan menutup aib kita, Ummi,” ucapnya dengan begitu sopan.“Masyaallah, betul Kang,”Ummi Sarah kagum dengan respon Rois tersebut. Sempat terpikir ingin menjodohkan Selina dengan pemuda itu tetapi usianya jauh di bawah Selina.Selepas ashar, Ummi Sarah langsung menghampiri Selina yang baru saja pulang mengajar. Selina terlihat sudah mandi dan tengah duduk seperti biasa di meja belajar sembari memainkan kelopak bunga mawar warna-warni dalam vas bunga kaca.“Ummi boleh masuk?” ujar Ummi Sarah di ambang pintu kamarnya.“Ya,” jawab Selina singkat.“Ummi ingin bicara denganmu,”“Ya, bicaralah!” “Ummi percaya padamu. Tapi Ummi hanya ingin kamu menjelaskan soal fo
Ummi Sarah menarik nafas dalam setelah melihat foto-foto Selina yang dia peroleh dari tangan Ceu Sari. Dilihatnya lekat-lekat foto tersebut satu per satu. Betul memang foto tersebut foto-foto Selina. Namun lelaki yang bersamanya tidak terlihat wajahnya. Hanya terlihat saja tubuhnya yang menjulang tinggi.“Bagaimana Ummi? Foto itu fitnah bukan?” seru wanita yang melempar foto tersebut ke arahnya. Lalu dia pergi meninggalkan kerumunan.“Sepertinya telah terjadi kesalahpahaman. Silahkan bubar kalian semua!” seru Ummi Sarah pasrah pada para orang tua santri. Mereka tidak bisa diajak kompromi lagi terlebih adanya foto-foto tersebut yang semakin membuat spekulasi yang di luar kendali. Ummi Sarah langsung melambaikan tangannya pada Rois, menyuruhnya untuk membubarkan mereka setelah membawa anak mereka.Beberapa anak menolak dijemput oleh ke dua orang tua mereka. Bahkan ada yang sampai menangis tak ingin pulang karena sudah betah tinggal di pesantren. Mereka berlarian pada Ummi Sarah, mencium
“Ceu, Ummi mau mendatangi mereka saja,” ucap Ummi Sarah seraya merapikan kerudungnya. Perlahan, Ummi Sarah menggerakan tangannya untuk menarik knop pintu rumah. Saat pintu terbuka tampaklah pemandangan para orang tua murid santri kelas tsanawiyah atau setingkat SMP tengah berkerumun di halaman rumah. Mereka langsung mendelik pada pintu dan menatap Ummi Sarah dengan tatapan yang tajam. “Ummi, saya mau mencabut anak saya dari pondok. Namanya Syamsul Hamid,” seru salah satu ayah santri. “Saya juga mau menjemput anak saya, Putri Annisa Lavina,” “Sebentar, sebentar, mohon maaf Ayah dan Bunda. Mari masuk terlebih dahulu. Kita bicara di dalam,” tawar Ummi Sarah bersikap sopan. Yang benar saja, mereka mengobrol masih di halaman itu pun dalam keadaan berdiri. “Tidak! Kami tidak sudi masuk ke rumah Anda, Ummi,” pekik salah satu orang tua murid yang lain. “Iya, jangan banyak basa-basi! Sudahlah jangan munafik kalau jadi orang! Saya sebagai orang tua murid sangat kecewa pada Ummi dan Ustaz
Sambungan telepon dari Davendra Diraya kembali terdengar di telinga Selina. Gegas, Selina menyambar ponselnya dengan kecepatan sepersekian detik. Terlihat sangat bersemangat. Tanpa ba-bi-bu Dave berucap salam lalu mengatakan maksud pembicaraannya yang tertunda.[Aku hanya ingin mengatakan bahwa aku … suka sama kamu, Sel! Aku jatuh cinta padamu. Aku ingin melamarmu,] ucap Dave dengan serius.[Apa?]Selina yang mendengar perkataan Dave via telepon benar-benar terkejut. Tak percaya jika memang dokter yang menjelma guardian angel yang selalu menolongnya tersebut menyatakan cinta padanya. Dia mengipasi wajahnya yang bersemu merah beberapa kali.[Maukah kamu menerima cintaku? Kamu tidak perlu menjawab sekarang. Aku bersedia menunggu. Jika kamu bersedia, aku akan merasa menjadi seorang lelaki yang paling beruntung di dunia ini. Aku akan melamarmu langsung pada Abahmu, kalau perlu hari ini juga,] katanya begitu bersemangat.[Um … ][Baiklah, kamu pasti syok aku menembakmu melalui sambungan te