Beranda / Romansa / TURUN RANJANG / Menyatukan Perasaan

Share

Menyatukan Perasaan

Penulis: naftalenee
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Sesampainya di kamar, Sera terduduk lesu di ujung ranjang. Ada perasaan bersalah yang cukup besar kepada Ardhi karena ucapan-ucapan yang terlontar dari bibirnya. Ia tidak tahu kenapa bibirnya lantang sekali mengucap kata demi kata yang kemudian ia sesali.

Sera pun sebenarnya lelah. Mereka terus mengulang pola yang sama. Ribut kemudian baikan. Seperti itu terus hingga salah satu mengalah dan minta maaf.

Apa memang seperti ini siklusnya? Apa setiap pasangan mengalami ini juga? Atau hanya dirinya dengan Ardhi yang selalu saja terlibat cek-cok yang melelahkan ini?

Sera mendesah lirih.

Bukan. Ini sebenarnya bukan salah Ardhi. Sera hanya sedang terlalu sensitif karena hatinya sedang terombang-ambing. Berada di rumah yang penuh kenangan ini membuat Sera rapuh dan goyah. Namun, setelah dia duduk diam cukup lama di kamar, Sera pun mulai sadar kalau keinginannya untuk menetap di rumah peninggalan orang tuanya itu hanya singgah sesaat di otaknya. Sera tidak bena

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Murni Aty
kamu harus kuat sera, apalagi untuk menghadapi sang mertua..
goodnovel comment avatar
Aurell Kayfa Handayani
cie cie Ardhi...tambah mesra aja nich šŸ˜˜šŸ˜˜šŸ˜˜
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • TURUN RANJANGĀ Ā Ā Tentang Sarah

    Pintu kamar terbuka lebar. Sera membuka mata dan berdiri diambang pintu cukup lama. Memasuki kamar yang sudah lama ditinggalkan itu membawa rasa yang aneh di dada. Ada kekosongan yang terasa menyakitkan. Sera tidak tahu, dengan apa ia bisa mengisi kekosongan itu. Ada banyak kenangan membekas. Sera tidak akan pernah lupa, setiap ayahnya sedang pergi ke luar kota untuk urusan pekerjaan, Sera akan menemani ibunya tidur di kamar ini. Mereka bisa betah mengobrol di atas ranjang, dengan tubuh sudah terbalut selimut, selama berjam-jam lamanya hingga dini hari. Setelah sama-sama lelah bicara, dan mata sudah setengah tertutup karena kantuk, mereka akan menyudahi dengan saling berpelukan. Sera akan mencium pipi sang ibu dan kemudian mengucapkan selamat tidur. Sera juga diingatkan pada momen di mana ia dimarahi oleh sang ayah di kamar itu. Sore itu, Sera diam-diam masuk ke sana untuk mengambil ponsel barunya yang disita karena membuatnya malas belajar. Saat akan keluar dari san

  • TURUN RANJANGĀ Ā Ā Getting Warm [1]

    Matahari di Minggu pagi itu menyapa malu-malu. Sinarnya menyeruak di tengah sisa-sisa air hujan yang masih menetes di luar sana. Tetes demi tets air itu adalah sisa-sisa dari derasnya hujan yang semalam turun mengguyur Jakarta sampai subuh. Portal-portal berita mengabarkan adanya banjir yang cukup tinggi di beberapa titik hingga menyebabkan kemacetan. Desember. Memang bulan di mana hujan sedang senang-senangnya mengguyur bumi. Namun, akhir-akhir ini, hujan memang kerap datang sesuka hati. Volume air yang jatuh pun tak kira-kira. Langit seperti sedang ingin membuang-buang stok air dan melimpahkannya ke bumi dengan membawa kemurkaan. "Kayaknya emang harus cari rute alternatif yang agak jauh. Jalan yang kita lewati kemarin banjir. Jadi terpaksa harus memutar," ucap Sera dengan mata yang terpaku pada ponsel di tangannya. Jari-jarinya tidak berhenti mengusap layar ponselnya untuk membaca berita terkini tentang kondisi jalanan Jakarta yang mengkhawatirkan. Tidak ha

  • TURUN RANJANGĀ Ā Ā Getting Warm [2]

    Setiap kali mulai membahas tentang kelanjutan hubungan mereka yang sebentar lagi tidak akan disembunyikan lagi dari publik, Sera tiba-tiba akan kembali diingatkan pada ganjalan di dada yang entah kenapa tidak mau hilang meski wanita itu sudah berkeras hati membuangnya jauh-jauh. Ditepis berkali-kali pun akan hadir kembali.Sera tahu. Seharusnya ia menceritakan rasa ganjil yang menaungi hatinya itu kepada Ardhi dan mencari solusinya bersama-sama. Namun, Sera bingung. Ia tidak tahu harus memulai menceritakan kegundahannya itu mulai dari mana. Karena Sera pun tidak tahu, apa yang sesungguhnya mengganjal di hatinya."Kamu yakin nggak masalah matiin hape lama? Nanti kalau ada emergency gimana?" tanya Sera mengalihkan topik.Ardhi mengendikkan bahu. "Biar Adi yang urus. Kalau orang-orang cari saya, mereka harus melalui Adi."Sejak kemarin, Ardhi memang tidak terlihat bersentuhan dengan ponsel ataupun tabletnya yang sehari-harinya tak pernah lepas drai tangan Ar

  • TURUN RANJANGĀ Ā Ā Keteguhan Hati

    Hari-hari sebelumnya, kembali ke apartemen tidak pernah menjadi hal yang menyenangkan untuk Sera. Ia selalu merasakan kekosongan dan kesepian yang melelahkan hati dan pikiran. Selalu ada keengganan yang menelusup ke relung jiwa kala Sera membuka pintu dan tidak mendapati siapa-siapa di sana. Ia selalu disambut oleh kehampaan. Namun, hari ini berbeda. Untuk pertama kalinya, Sera tidak sendirian. Ada Ardhi di sampingnya. Menggenggam tangannya. Seolah-olah Ardhi pun tahu, bahwa selama ini Sera amat sangat tersiksa dalam kesendiriannya di apartemen yang luas itu. Kalau biasanya Sera masuk ke apartemen dalam keadaan gelap, kali ini tidak. Karena Ardhi berada satu langkah di depannya untuk menyalakan lampu. Sera tersenyum. Tidak pernah selega ini rasanya. "Kenapa Sera?" Ardhi memutar tubuh dan mendapati Sera masih berdiri di depan pintu. "Nggak papa," ujar Sera. Ia bergerak maju untuk melepas flat shoes, meletakkannya di rak dan menyusul Ardhi.

  • TURUN RANJANGĀ Ā Ā Mulai Menata Hidup [1]

    Kalau diberi kesempatan oleh Tuhan untuk memperbaiki satu kesalahan di masa lalu, Ardhi ingin kembali ke satu hari sebelum tragedi menyakitkan yang merenggut nyawa kekasih hatinya. Ardhi akan mengusahakan segala cara agar hari itu ia dan Sarah tidak membicarakan tentang liburan ke Bandung atau liburan ke mana pun yang melibatkan mobil dan kendaraan apa pun. Ardhi akan lebih memilih tinggal di rumah, menonton film-film romantic-comedy besutan Hollywood kesukaan Sarah. Atau mungkin berkebun di halaman belakang rumah orang tuanya yang sangat luas dan penuh dengan berbagai jenis bunga dan tanaman obat. Dengan begitu, tidak akan ada tragedi menyesakkan yang memisahkan dirinya dari Sarah. Dengan begitu, tidak akan ada rasa sakit yang tak lekang oleh waktu yang timbul tenggelam menyiksa batin. Dengan begitu, Ardhi dan Sarah akan bisa menghirup udara yang sama. Dalam keadaan hidup. Namun, sepertinya permintaannya terlalu muluk-muluk. Kesempatan seperti itu tentu tidak akan p

  • TURUN RANJANGĀ Ā Ā Mulai Menata Hidup [2]

    "Cari kantor KUA yang tidak terlalu mengantre. Dan kalau bisa dalam minggu ini sudah siap semuanya. Termasuk perubahan jadwal kerja saya. Kamu pasti mengerti, jangan sampai urusan pekerjaan mengacaukan hari penting saya dan pastikan kalau urusan kantor juga tidak terganggu karena kealpaan saya.""Siap, dimengerti, Pak." Adi yang duduk di balik kemudi itu mengangguk patuh.Rupanya Ardhi tak main-main dengan ucapannya kemarin saat ia mengajak Sera untuk menikah lagi secara resmi. Begitu berjumpa dengan Adi di Senin pagi, laki-laki itu langsung membombardir asistennya dengan tugas tambahan di luar pekerjaan kantor. Ardhi meminta Adi untuk mencari informasi di KUA agar Ardhi bisa segera mengumpulkan berkas-berkas yang diperlukan untuk pendaftaran pernikahan. Ardhi juga meminta asistennya itu untuk mencarikan cincin kawin. Alih-alih keberatan, Adi justru terlihat sumringah.Perintah-perintah yang disampaikan secara beruntun oleh Ardhi sama sekali tidak memecah konsen

  • TURUN RANJANGĀ Ā Ā Mulai Menata Hidup [3]

    Meeting yang cukup menguras energi itu akhirnya berakhir. Helaan napas lega dari para pegawai samar-samar terdengar oleh Ardhi. Namun, laki-laki itu tak berkata apa-apa. Sudah sewajarnya mereka mengeluh karena meeting pagi itu memakan waktu yang cukup panjang. Bahkan tak tanggung-tanggung sampai memasuki waktu makan siang. Siapa pun pasti akan mengeluhkan leher yang pegal, pantat yang kebas dan panas, perut keroncongan, dan kepala yang pening karena terlalu sepaneng saat berada di ruang meeting."Kalian tidak perlu keluar untuk cari makan siang, Adi sudah pesankan buat kalian," ujar Ardhi kepada para pegawainya sebelum ia beranjak pergi dari ruang meeting.Seketika raut-raut melas dan tertekuk di wajah para pegawai itu tergantikan oleh ekspresi berbinar. Serempak mereka mengucapkan terima kasih kepada bos mereka yang meski galak–dan terkadang bisa sangat sadis kepada para pegawai yang tak disiplin– namun tetap memiliki sisi baik. Sisi yang sebenarnya tidak

  • TURUN RANJANGĀ Ā Ā N*****x and Chill?

    Sera melangkahkan kaki di lorong apartemen dengan langkah yang santai namun pasti. Ia sudah tidak sabar untuk segera berjumpa dengan Ardhi dan menagih ajakan menonton yang laki-laki itu tawarkan, namun ia juga tidak mau terlihat terlalu bersemangat. Lebih tepatnya, ia tidak mau terlalu melambungkan harapan. Ia tidak ingin menjadi satu-satunya pihak yang antusias dengan kegiatan sederhana yang akan mereka lakukan.Sampai di depan pintu unit apartemennya, jantung Sera bergemuruh riuh. Kalau mau jujur, keadaan ini cukup menggelikan untuk Sera. Ia dan Ardhi hanya akan menonton Netflix berdua sambil makan pop corn. Bukan kegiatan yang spesial, bukan? Tetapi tetap saja, bagi Sera, ini merupakan tahap yang sudah sangat bagus dalam progres hubungannya dengan Ardhi. Hal-hal sederhana yang biasa dilakukan oleh para pasangan normal saat berkencan, akan jadi berbeda saat yang melakukannya adalah sepasang suami istri yang tidak mengenal kata berkencan sebelumnya."Chill, Sera

Bab terbaru

  • TURUN RANJANGĀ Ā Ā Menjadi Dewasa [2] - (END)

    ā€œArdhi nggak pernah begitu waktu masih sama aku dulu. Dia nggak pernah bersikap begitu dengan siapa pun.ā€ Arunika yang pertama membuka percakapan begitu Ardhi keluar dari ruangan milik laki-laki itu yang menyisakan dirinya bersama Sera. Ia tersenyum getir. ā€œHow can people changes a lot? What did you do to him?ā€ ā€œItā€™s just about time,ā€ Sera menjawab dengan jujur. ā€œAnd no. I didnā€™t do anything. Ardhi nggak berubah. Dia hanya nggak mau berusaha menunjukkan jati dirinya yang sesungguhnya karena dia pikir dia bisa menutupi luka di hatinya setelah ditinggal Kak Sarah dengan melakukan itu. Dan dia nggak sadar kalau yang dia lakukan membuat orang lain terluka. Membuat kamu terluka. Yang pada akhirnya juga berbalik melukai dirinya sendiri.ā€ Sera mengendikkan bahu. Ia baru menyadari kalau ini baru kali pertama mereka berdua saling bicara kepada satu sama lain dan rasanya sungguh aneh karena Arunika bicara seolah-olah mereka cukup dekat

  • TURUN RANJANGĀ Ā Ā Menjadi Dewasa

    Ardhi bersedekap. Meski ada jarak yang memisahkan mereka lebih dari satu meter laki-laki itu tetap terlihat menjulang di hadapan Arunika. Ia sama sekali tidak terintimidasi oleh ucapan sinis Arunika. Laki-laki itu memberikan tatapan serius yang tidak bisa ditolak oleh Arunika.“Dunia nggak berpusat pada hidup kamu aja, Arunika,” ucap Ardhi dengan serius, “You have to accept that fact. Setiap orang punya panggungnya sendiri-sendiri dan sayangnya kamu nggak bisa menyeret aku dan Sera ke panggung sandiwara hidup kamu. Jangan terus memaksakan sesuatu yang nggak bisa kamu lakukan.”Senyum sinis Arunika lenyap. Arunika mengernyit. Mempertahankan ekspresi wajahnya agar tetap teguh, tetapi gagal. Ia melepas topeng sinis sialan itu dan tersenyum sedih. Menunjukkan sisi terlemahnya di depan Ardhi.“Kalau kamu nggak cuci otaknya David, dia nggak akan membuang aku, Berengsek!”Bahkan saat mengumpati Ardhi, ia tidak terdeng

  • TURUN RANJANGĀ Ā Ā This Means War

    Sebuah kotak kardus cokelat seukuran kotak sepatu di depan pintu apartemennya langsung menyita perhatian Sera saat ia baru kembali dari rumah ibu mertuanya untuk mengambil rendang dan aneka masakan rumahan yang ia buat bersama Selia sejak pagi. Ia sangat yakin kalau saat ia pergi tadi, kotak itu tak ada di sana.Saat Sera membungkuk untuk mengambil kotak itu, Sera langsung tahu bahwa Ardhi bukanlah pengirimnya. Laki-laki kaku itu tidak pernah memberikan sesuatu secara anonim kepadanya. Tidak akan pernah lagi, karena Sera pernah mengancam Ardhi agar tidak bersikap menjadi laki-laki misterius dan penuh rahasia. Selain karena ancaman itu, Ardhi juga lebih suka mempercayakan segala hal kepada asistennya yang paling setia karena ia tak mau repot.Kotak mencurigakan itu ditujukan untuk dirinya. Namanya tertera di pojok kanan atas. Selain itu tak ada informasi lain.Setelah meletakkan barang-barang bawaannya di atas meja dapur, Sera membuka“Astaga, ada-ad

  • TURUN RANJANGĀ Ā Ā DEAR PEMBACA

    Halo kakak-kakak pembaca. Perkenalkan saya Nafta, penulis cerita TURUN RANJANG. Mohon maaf sekali karena ini bukan update. Setelahmenulis sebanyak 133 bab, saya putuskan untuk membuat pengumuman ini sekaligus untuk menyapa pembaca yang sudah sangat loyal dengan cerita ini. Kisah ini akan saya tutup di bab 136, yang itu artinya tinggal 3 bab lagi menuju tamat. Saya sedih sekaligus lega karena akhirnya bisa menamatkan cerita ini setelah 8 bulan lamanya menuliskan kisah Ardhi dan Sera di GoodNovel. Mungkin beberapa dari kalian merasa kalau belum siap berpisah dengan Ardhi dan Sera, tapi cerita ini memang seharusnya selesai ketika Sera sudah mengetahui rahasia di balik pernikahannya dengan Ardhi. Saya sengaja tambahkan sedikit konflik dengan memunculkan David dan Arunika untuk melengkapi cerita. So, sampai ketemu di 3 bab terakhir yang akan saya upload minggu ini^^ Mohon maaf sekali karena cerita ini tidak akan ada ekstra part. Jadi cerita akan

  • TURUN RANJANGĀ Ā Ā Another Storm is Coming Up [2]

    “Mau sampai kapan kamu nggak bicara sama aku?” ujar Ardhi dengan nada sedikit geram. “You can’t do this to me, Sera. Aku nggak bermaksud menyisihkan kamu dari masalah. I’m just trying to protect you, don’t you get it?”Sera sudah mengabaikan suaminya itu sejak siang hingga menjelang malam hanya karena tidak diizinkan Ardhi untuk bertemu dan bicara secara langsung dengan David saat laki-laki itu tiba-tiba datang berkunjung ke apartemen mereka.Ardhi gemas sekali dengan tingkah Sera yang menurutnya terlalu berlebihan. Sudah Ardhi bilang kalau menghadapi David yang sedang emosi jauh lebih mudah dibandingkan dengan menghadapi Sera yang marah kepadanya. Sebenarnya aksi kali ini lebih pantas disebut merajuk. Dan hal ini juga seringkali mempersulit dirinya karena Sera selalu sengaja melakukannya. Wanita itu hanya diam, tak menanggapi satu pun ucapan Ardhi hingga laki-laki itu bingung harus bagaimana.“Se

  • TURUN RANJANGĀ Ā Ā Another Storm is Coming Up

    Roda kehidupan berputar. Kebahagiaan dan ketenangan dalam hidup tak bertahan selamanya. Dan itu seringkali terjadi dalam hidup Ardhi dan Sera. Mereka sudah cukup terbiasa untuk bisa menghadapinya dengan kepala dingin saat masalah datang hingga sedikit menyisihkan kebahagiaan dan ketenangan selama satu bulan pasca hari pernikahan. David yang sempat ā€˜menghilangā€™ dan tidak muncul di acara keluarga itu kini menunjukkan batang hidung. Tepat satu minggu sebelum rapat direksi, David muncul di depan pintu apartemen Ardhi dan Sera. Dan bukannya langsung membukakan pintu untuk sepupu Ardhi itu, Ardhi dan Sera malah sibuk berdebat. Membiarkan David menunggu di balik pintu. ā€œKamu udah setuju kalau kita akan bicara dengan mereka. Kita, ardhi. Bukan cuma kamu sendiri.ā€ Sera menantang Ardhi dengan tatapan tajam yang gagal membuat Ardhi terintimidasi. ā€œAku memang bilang gitu, Sera. Tapi nggak sekarang. Aku nggak tahu David mau bicara soal apa. Aku nggak tahu gimana suasana h

  • TURUN RANJANGĀ Ā Ā The Day [2]

    ā€œKeluarga kamu ternyata nggak seburuk yang aku bayangin,ā€ ucap Sera saat keduanya memasuki lift untuk naik ke lantai sebelas. ā€œMaksud kamu?ā€ ā€œMereka kelihatan tulus waktu ngasih selamat buat kita,ā€ jelas Sera. ā€œMereka mulai sadar kalau nggak sepantasnya ngata-ngatain kamu dan menyisihkan kamu dari bagian keluarga Prasetyo. Mungkin beberapa orang masih akan meremehkan kamu dan menyebut kamu nggak layak menjadi bagian keluarga Prasetyo. Tapi kan kita nggak bisa memuaskan hati semua orang. So let it be. Lama-lama mereka akan capek sendiri.ā€ Ardhi merangkulkan lengan di bahu Sera dan menariknya mendekat. Ia menciumi puncak kepala Sera berkali-kali. ā€œKamu juga harus tahu, kalau kamu memang pantas jadi istriku. Cuma kamu, Sera. Jangan lupakan itu.ā€ ā€œAku nggak akan ada di sini sekarang kalau aku nggak yakin bisa bertahan sama kamu di tengah-tengah rumitnya hubungan keluarga. Aku bisa ngerti kok. Keluargaku juga banyak dramanya. Jadi aku bisa n

  • TURUN RANJANGĀ Ā Ā The Day

    Sera pernah bermimpi memiliki pernikahan megah dengan pasangan tampan bak pangeran dalam negeri dongeng yang ceritanya pernah ia baca dan ia tonton kala masih SD. Seiring Sera tumbuh dewasa, khayalan itu perlahan mengabur. Ia mulai bisa berpikir realistis bahwa pangeran tampan berkuda putih yang akan jatuh cinta pada pandangan pertama kepadanya itu tidak akan pernah hadir dalam hidupnya. Sampai ia bertemu dengan Ardhi dan terlibat dalam jerat kehidupan pelik yang banyak tangis dan kesedihan, ia pun segera sadar bahwa hidup memang tidak seindah yang diceritakan dalam dongeng. Namun, tidak lantas hidup ini buruk.Sera sudah belajar banyak tentang kehidupan selama hampir satu tahun mengenal Ardhi. Bahagia itu ada dan hadir menjelma cinta dan kasih sayang yang ia dan Ardhi rasakan terhadap satu sama lain. Saling memahami dan saling mengerti satu sama lain adalah bentuk dari usaha mereka mencapai bahagia itu. Hari ini, bisa dibilang merupakan salah satu hari membahagiakan bagi Ser

  • TURUN RANJANGĀ Ā Ā Before The Day

    Entah apa yang akhirnya David katakan kepada Arunika. Wanita itu tak lagi menemui Ardhi. Tak juga mengirimkan pesan ā€˜anehā€™ yang memicu kesalahpahaman. David juga tidak merecoki Ardhi dengan segala tuduhan dan umpatannya yang memuakkan. Ya, sebenarnya beberapa hari yang lalu, Ardhi-lah yang sengaja meminta dengan baik-baik kepada David melalui telepon agar laki-laki itu menahan diri dulu untuk tidak membuat masalah baru dan berhenti menemui wanita yang sempat dikencaninya hanya demi menutupi rasa sakit hatinya karena Arunika. Untungnya, David mau mendengarkannya meski tak benar-benar memberikan respons yang baik. Dan kabar terakhir yang Ardhi dengar dari sepupu-sepupunya yang lain, David sedang ada urusan pekerjaan di Bali dan Arunika ikut serta. Ardhi cukup bersyukur akan hal itu karena ia bisa berfokus pada acara pernikahannya dengan Sera yang tinggal menghitung jam. Saat ini sudah tengah malam. Ia dan Sera ada di kamar Ardhi di rumah orang tuanya. Mereka dipaksa me

DMCA.com Protection Status