Share

Ibu Mertua

Penulis: naftalenee
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Satu minggu berlalu dengan cepat. Pagi ini, saat matahari masih malu-malu menunjukkan diri, Sera sudah sibuk dengan dunianya sendiri.

Beberapa waktu lalu, saat ia dan Ardhi mengobrol soal rencana bertemu kedua orang tua Ardhi, laki-laki itu memintanya untuk bersikap apa adanya dan menjadi dirinya sendiri. Maka, di sinilah Sera sekarang. Berada di dapur, berkutat dengan alat dan bahan untuk membuat cheesecake—sesuai dengan cerita Ardhi, Selia sangat menyukai jenis makanan yang mengandung keju—yang akan ia bawa sebagai buah tangan untuk diberikan kepada mertuanya itu.

Sera sempat khawatir memang, karena ia tidak semahir Thalia—yang sempat dijodohkan dengan Ardhi—dalam hal memasak. Tentu saja! Ia hanya belajar masak dari ibunya dan dari kursus yang ia ikuti seminggu sekali selama beberapa bukan terakhir. Tentu tak bisa dibandingkan dengan Thalia yang berkutat lebih lama dan lebih profesional dalam bidang kuliner yang memang ditekuninya.

Namun, Ardhi den

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • TURUN RANJANG   Dari Hati ke Hati

    Normalnya, dalam sebuah hubungan ada urutan tahapan yang biasa dilewati tiap pasangan. Perkenalan, pendekatan, pacaran, bertemu masing-masing keluarga, dan puncak tertinggi saat mereka akhirnya menikah dan menjajaki kehidupan rumah tangga. Namun, dalam hubungan Ardhi dan Sera tentu tak berlaku. Tanpa ada perkenalan, pendekatan, apalagi pacaran, mereka langsung terikat dalam pernikahan. Baru kemudian mereka mulai melewati tahap perkenalan dan pendekatan, yang amat sangat kacau dan tidak mulus. Pun baru-baru ini saja mereka tak lagi menatap satu sama lain seperti musuh dan benar-benar berperan layaknya pasangan.Ardhi dan Sera disambut oleh asisten rumah tangga yang paling lama mengabdi dengan keluarga Prasetyo. Mereka berdua digiring masuk ke ruang keluarga. Di sana, Randy dan Selia sedang menonton TV, yang tengah menayangkan sebuah video. Atau bisa dibilang film dokumenter tentang perjalanan hidup Ardhi dari kecil hingga dewasa."Ayah sama Ibu kenapa nonton itu lagi?"

  • TURUN RANJANG   Go Public [1]

    "Jadi, kapan kalian akan menggelar pesta pernikahan?" tembak Selia begitu saja setelah mereka menyelesaikan sarapan—yang dirangkap dengan makan siang. Ardhi tersedak air mineral yang baru saja diteguknya. "Maksud Ibu?" Selia menatap Ardhi dan Sera bergantian. "Ibu merestui kalian berdua bukan berarti lantas semuanya selesai, ya. Ibu mau semua orang tahu, kalau anak Ibu benar-benar normal, menyukai perempuan, dan nggak melajang sampai kakek-kakek." Selia berkata seperti itu karena rumor yang santer beredar, mengatakan Ardhi menyukai sesama jenis dan rumor tak mengenakkan lainnya selama beberapa tahun terakhir. Mungkin, kemarin-kemarin ia tutup telinga karena memang tak ada yang bisa dilakukannya selain diam. Dan sekarang, saat ada kesempatan untuk menepis rumor itu, Selia tak ingin menyia-nyiakannya. "Bu—" "Ibu pengen lihat anak Ibu di pelaminan," sela Selia saat Ardhi baru mau menimpali ucapannya. Alih-alih menatap Ardhi, Selia justru memakuka

  • TURUN RANJANG   Go Public [2]

    Tentu bukan ini yang Ardhi harapkan di kencan pertamanya dengan Sera. Bayangan akan melewati hari yang tenang seharian, bergandengan tangan tanpa malu dilihat orang-orang, bercerita banyak hal tanpa beban, dan tentunya melakukan banyak hal—seperti layaknya pasangan normal di luar sana saat berkencan—sampai petang hari menjemput. Namun, semesta tidak mengizinkan itu terjadi rupanya. Langkah kakinya terhenti dan Ardhi pun mendengus malas. Membuat Sera mengernyit dan ikut menghentikan langkah. "Kenapa?" Tanpa perlu ditanya dua kali, Ardhi langsung menjawab, "Dua orang yang pakai kaus putih, itu sepupuku, David dan istrinya, Arunika. Yang pernah aku ceritain waktu itu." "Mantan pacar kamu yang itu?" Ardhi mengangguk malas. Ya, Di depan sana, dari arah berlawanan yang berjarak beberapa meter, sepasang suami istri itu berjalan mendekat ke arah mereka. Siapa sangka mereka akan berjumpa dengan David dan Arunika di antara banyaknya mall

  • TURUN RANJANG   Go Public [3]

    "Arunika ternyata cantik banget," puji Sera mengungkapkan pendapatnya saat keduanya memasuki gedung bioskop."Kamu juga cantik," sahut Ardhi.Sera tertawa karena Ardhi mengatakan dengan suara datar. Yang mana tidak terdengar seperti pujian. "Ardhi, kamu pernah nggak sih menyesal karena dulu nggak berjuang lebih keras untuk mempertahankan hubungan kamu sama Arunika?""Aku mungkin nggak berhak bilang begini karena aku juga bukan pasangan yang baik, tapi aku nggak bisa masih toleransi untuk orang-orang yang nggak setia sama pasangannya. Aku tahu, aku salah saat itu. Aku pernah bilang kalau aku nggak benar-benar sesayang itu dengan Arunika, kan? Tapi dibalas dengan diselingkuhi itu keterlaluan. Kalau saja dibicarakan, walaupun pada alhirnya tetap harus berpisah, setidaknya nggak perlu harus lewat cara yang melibas habis kepercayaanku untuk dia. Sulit untuk melihat seseorang dengan cara yang sama setelah dikhianati sedemikian rupa.""So, kamu nyesel n

  • TURUN RANJANG   Go Public [4]

    Kencan di akhir pekan itu—meski sempat ada gangguan karena kemunculan David dan Arunika—berjalan lancar. Sera menikmati film yang ditontonnya bersama Ardhi. Bahkan, saking menikmatinya, sepanjang film ditayangkan, Sera bersandar nyaman di pundak Ardhi. Laki-laki itu juga tidak protes meski pundaknya terasa pegal. "Mau langsung pulang atau mau ke mana lagi?" tanya Ardhi. "Makan dulu, yuk. Aku laper banget," jawab Sera sambil meringis. Tangannya yang bebas menepuk-nepuk perut datarnya. Tangannya yang lain menggandeng lengan Ardhi. "Bentar, aku kabarin Ibu dulu. Takutnya Ibu nungguin buat makan malam bareng." Ardhi mengeluarkan ponsel dari saku celana, tetapi tangannya langsung ditahan oleh Sera. "Nggak usah. Ibu tadi kirim pesan ke aku, katanya suruh puas-puasin pacarannya. Sampai tengah malam juga nggak papa katanya. Soalnya aku nggak ada waktu buat kamu besok. Ibu mau ngajak aku keluar, tanpa kamu." Ardhi mengernyit. Langkahnya memelan

  • TURUN RANJANG   Teror Keluarga [1]

    Ardhi menolak pertemuan keluarga yang dicetuskan salah satu tantenya di grup keluarga. Karena baginya itu tidak begitu perlu. Saat namanya terus disebut-sebut di grup, dimintai klarifikasi langsung oleh keluarga besarnya, dengan tegas ia mengatakan—melalui voice note—bahwa ia akan mengenalkan Sera secara resmi di resepsi pernikahan mereka. Hal itu tentu saja membuat beberapa pihak di keluarga besar Prasetyo kesal dan semakin gencar mencari informasi soal 'kekasih misterius' Ardhi yang merupakan orang biasa. Bukan kalangan old money seperti mereka. Ardhi tak memedulikan itu. Toh, apa pun yang akan Ardhi katakan, mereka sudah lebih dulu gerak cepat mengulik informasi hingga mendalam soal latar belakang Sera dan semua-mua-muanya. Mereka tidak akan melewatkan secuil pun informasi yang bisa dipergunjingkan untuk memojokkan Sera. Dan seperti yang sudah diprediksi. Salah satu sepupu perempuan Ardhi berhasil mengorek banyak informasi. Terutama soal Sarah dan hubunga

  • TURUN RANJANG   Teror Keluarga [2]

    Ardhi menerima ponselnya dari Sera. Ia bergerak menjauh dari Sera dan Selia. Mengecek laman pesan, tetapi tidak ada satu pun pesan masuk dari mamanya David itu. Dengan alasan kesopanan, Ardhi balik menelepon Tante Martha meski sesungguhnya ia malas bicara dengan tantenya itu. "Keluarga besar yang lain sudah setuju mau mengadakan pertemuan keluarga," kata Martha tanpa basa-basi. Seperti yang sudah Ardhi duga, hanya butuh sekali deringan hingga diangkat oleh adik ipar ayah Ardhi itu. "Pertemuan keluarga untuk apa, Tante?" "Memangnya apa lagi? Kamu tahu-tahu mau menikah sama orang yang nggak keluarga kamu kenal, tentu saja kami khawatir itu akan memengaruhi citra keluarga. Kenapa kamu nggak berpikir sampai situ?! Kenapa nggak cari pasangan yang sederajat dengan keluarga?! Menikahi adik ipar sendiri? Kamu ini kenapa makin nggak waras setelah dua kali gagal?!" cerca Martha dengan nada super nyinyir. Ardhi sampai harus menjauhkan ponsel dari telinga

  • TURUN RANJANG   Gerak Cepat

    Selama sarapan dan sesudahnya, tidak ada pembahasan soal teror keluarga Prasetyo sejak semalam. Mereka makan dengan tenang. Kemarin, Ardhi sempat memberitahu Sera bahwa haram hukumnya bagi keluarganya untuk membahas hal-hal yang membangkitkan emosi saat berada di meja makan. Itu sudah berlaku sejak Ardhi kecil. Selia mengajarkan kepada anak laki-lakinya itu bahwa di meja makan, mereka wajib berada dalam kondisi yang tenang. Menikmati makanan sebagai salah satu bentuk rasa syukur atas nikmat Tuhan untuk umat-Nya. Khususnya hari ini, Selia mati-matian untuk mengamalkan ajaran yang ia pernah ajarkan kepada Ardhi agar ia bisa diam dan tidak lagi mengungkit soal keributan keluarga Prasetyo. Terlebih karena ia tak mau membuat Randy ikut kepikiran jika tahu saat ini keluarganya tengah ribut soal Ardhi dan Sera yang 'kepergok' pacaran. Untungnya, wanita itu berhasil menjaga mulutnya meski sudah sangat gatal ingin mengomel lagi soal Martha yang hobi sekali mengusik keluarganya.

Bab terbaru

  • TURUN RANJANG   Menjadi Dewasa [2] - (END)

    “Ardhi nggak pernah begitu waktu masih sama aku dulu. Dia nggak pernah bersikap begitu dengan siapa pun.” Arunika yang pertama membuka percakapan begitu Ardhi keluar dari ruangan milik laki-laki itu yang menyisakan dirinya bersama Sera. Ia tersenyum getir. “How can people changes a lot? What did you do to him?” “It’s just about time,” Sera menjawab dengan jujur. “And no. I didn’t do anything. Ardhi nggak berubah. Dia hanya nggak mau berusaha menunjukkan jati dirinya yang sesungguhnya karena dia pikir dia bisa menutupi luka di hatinya setelah ditinggal Kak Sarah dengan melakukan itu. Dan dia nggak sadar kalau yang dia lakukan membuat orang lain terluka. Membuat kamu terluka. Yang pada akhirnya juga berbalik melukai dirinya sendiri.” Sera mengendikkan bahu. Ia baru menyadari kalau ini baru kali pertama mereka berdua saling bicara kepada satu sama lain dan rasanya sungguh aneh karena Arunika bicara seolah-olah mereka cukup dekat

  • TURUN RANJANG   Menjadi Dewasa

    Ardhi bersedekap. Meski ada jarak yang memisahkan mereka lebih dari satu meter laki-laki itu tetap terlihat menjulang di hadapan Arunika. Ia sama sekali tidak terintimidasi oleh ucapan sinis Arunika. Laki-laki itu memberikan tatapan serius yang tidak bisa ditolak oleh Arunika.“Dunia nggak berpusat pada hidup kamu aja, Arunika,” ucap Ardhi dengan serius, “You have to accept that fact. Setiap orang punya panggungnya sendiri-sendiri dan sayangnya kamu nggak bisa menyeret aku dan Sera ke panggung sandiwara hidup kamu. Jangan terus memaksakan sesuatu yang nggak bisa kamu lakukan.”Senyum sinis Arunika lenyap. Arunika mengernyit. Mempertahankan ekspresi wajahnya agar tetap teguh, tetapi gagal. Ia melepas topeng sinis sialan itu dan tersenyum sedih. Menunjukkan sisi terlemahnya di depan Ardhi.“Kalau kamu nggak cuci otaknya David, dia nggak akan membuang aku, Berengsek!”Bahkan saat mengumpati Ardhi, ia tidak terdeng

  • TURUN RANJANG   This Means War

    Sebuah kotak kardus cokelat seukuran kotak sepatu di depan pintu apartemennya langsung menyita perhatian Sera saat ia baru kembali dari rumah ibu mertuanya untuk mengambil rendang dan aneka masakan rumahan yang ia buat bersama Selia sejak pagi. Ia sangat yakin kalau saat ia pergi tadi, kotak itu tak ada di sana.Saat Sera membungkuk untuk mengambil kotak itu, Sera langsung tahu bahwa Ardhi bukanlah pengirimnya. Laki-laki kaku itu tidak pernah memberikan sesuatu secara anonim kepadanya. Tidak akan pernah lagi, karena Sera pernah mengancam Ardhi agar tidak bersikap menjadi laki-laki misterius dan penuh rahasia. Selain karena ancaman itu, Ardhi juga lebih suka mempercayakan segala hal kepada asistennya yang paling setia karena ia tak mau repot.Kotak mencurigakan itu ditujukan untuk dirinya. Namanya tertera di pojok kanan atas. Selain itu tak ada informasi lain.Setelah meletakkan barang-barang bawaannya di atas meja dapur, Sera membuka“Astaga, ada-ad

  • TURUN RANJANG   DEAR PEMBACA

    Halo kakak-kakak pembaca. Perkenalkan saya Nafta, penulis cerita TURUN RANJANG. Mohon maaf sekali karena ini bukan update. Setelahmenulis sebanyak 133 bab, saya putuskan untuk membuat pengumuman ini sekaligus untuk menyapa pembaca yang sudah sangat loyal dengan cerita ini. Kisah ini akan saya tutup di bab 136, yang itu artinya tinggal 3 bab lagi menuju tamat. Saya sedih sekaligus lega karena akhirnya bisa menamatkan cerita ini setelah 8 bulan lamanya menuliskan kisah Ardhi dan Sera di GoodNovel. Mungkin beberapa dari kalian merasa kalau belum siap berpisah dengan Ardhi dan Sera, tapi cerita ini memang seharusnya selesai ketika Sera sudah mengetahui rahasia di balik pernikahannya dengan Ardhi. Saya sengaja tambahkan sedikit konflik dengan memunculkan David dan Arunika untuk melengkapi cerita. So, sampai ketemu di 3 bab terakhir yang akan saya upload minggu ini^^ Mohon maaf sekali karena cerita ini tidak akan ada ekstra part. Jadi cerita akan

  • TURUN RANJANG   Another Storm is Coming Up [2]

    “Mau sampai kapan kamu nggak bicara sama aku?” ujar Ardhi dengan nada sedikit geram. “You can’t do this to me, Sera. Aku nggak bermaksud menyisihkan kamu dari masalah. I’m just trying to protect you, don’t you get it?”Sera sudah mengabaikan suaminya itu sejak siang hingga menjelang malam hanya karena tidak diizinkan Ardhi untuk bertemu dan bicara secara langsung dengan David saat laki-laki itu tiba-tiba datang berkunjung ke apartemen mereka.Ardhi gemas sekali dengan tingkah Sera yang menurutnya terlalu berlebihan. Sudah Ardhi bilang kalau menghadapi David yang sedang emosi jauh lebih mudah dibandingkan dengan menghadapi Sera yang marah kepadanya. Sebenarnya aksi kali ini lebih pantas disebut merajuk. Dan hal ini juga seringkali mempersulit dirinya karena Sera selalu sengaja melakukannya. Wanita itu hanya diam, tak menanggapi satu pun ucapan Ardhi hingga laki-laki itu bingung harus bagaimana.“Se

  • TURUN RANJANG   Another Storm is Coming Up

    Roda kehidupan berputar. Kebahagiaan dan ketenangan dalam hidup tak bertahan selamanya. Dan itu seringkali terjadi dalam hidup Ardhi dan Sera. Mereka sudah cukup terbiasa untuk bisa menghadapinya dengan kepala dingin saat masalah datang hingga sedikit menyisihkan kebahagiaan dan ketenangan selama satu bulan pasca hari pernikahan. David yang sempat ‘menghilang’ dan tidak muncul di acara keluarga itu kini menunjukkan batang hidung. Tepat satu minggu sebelum rapat direksi, David muncul di depan pintu apartemen Ardhi dan Sera. Dan bukannya langsung membukakan pintu untuk sepupu Ardhi itu, Ardhi dan Sera malah sibuk berdebat. Membiarkan David menunggu di balik pintu. “Kamu udah setuju kalau kita akan bicara dengan mereka. Kita, ardhi. Bukan cuma kamu sendiri.” Sera menantang Ardhi dengan tatapan tajam yang gagal membuat Ardhi terintimidasi. “Aku memang bilang gitu, Sera. Tapi nggak sekarang. Aku nggak tahu David mau bicara soal apa. Aku nggak tahu gimana suasana h

  • TURUN RANJANG   The Day [2]

    “Keluarga kamu ternyata nggak seburuk yang aku bayangin,” ucap Sera saat keduanya memasuki lift untuk naik ke lantai sebelas. “Maksud kamu?” “Mereka kelihatan tulus waktu ngasih selamat buat kita,” jelas Sera. “Mereka mulai sadar kalau nggak sepantasnya ngata-ngatain kamu dan menyisihkan kamu dari bagian keluarga Prasetyo. Mungkin beberapa orang masih akan meremehkan kamu dan menyebut kamu nggak layak menjadi bagian keluarga Prasetyo. Tapi kan kita nggak bisa memuaskan hati semua orang. So let it be. Lama-lama mereka akan capek sendiri.” Ardhi merangkulkan lengan di bahu Sera dan menariknya mendekat. Ia menciumi puncak kepala Sera berkali-kali. “Kamu juga harus tahu, kalau kamu memang pantas jadi istriku. Cuma kamu, Sera. Jangan lupakan itu.” “Aku nggak akan ada di sini sekarang kalau aku nggak yakin bisa bertahan sama kamu di tengah-tengah rumitnya hubungan keluarga. Aku bisa ngerti kok. Keluargaku juga banyak dramanya. Jadi aku bisa n

  • TURUN RANJANG   The Day

    Sera pernah bermimpi memiliki pernikahan megah dengan pasangan tampan bak pangeran dalam negeri dongeng yang ceritanya pernah ia baca dan ia tonton kala masih SD. Seiring Sera tumbuh dewasa, khayalan itu perlahan mengabur. Ia mulai bisa berpikir realistis bahwa pangeran tampan berkuda putih yang akan jatuh cinta pada pandangan pertama kepadanya itu tidak akan pernah hadir dalam hidupnya. Sampai ia bertemu dengan Ardhi dan terlibat dalam jerat kehidupan pelik yang banyak tangis dan kesedihan, ia pun segera sadar bahwa hidup memang tidak seindah yang diceritakan dalam dongeng. Namun, tidak lantas hidup ini buruk.Sera sudah belajar banyak tentang kehidupan selama hampir satu tahun mengenal Ardhi. Bahagia itu ada dan hadir menjelma cinta dan kasih sayang yang ia dan Ardhi rasakan terhadap satu sama lain. Saling memahami dan saling mengerti satu sama lain adalah bentuk dari usaha mereka mencapai bahagia itu. Hari ini, bisa dibilang merupakan salah satu hari membahagiakan bagi Ser

  • TURUN RANJANG   Before The Day

    Entah apa yang akhirnya David katakan kepada Arunika. Wanita itu tak lagi menemui Ardhi. Tak juga mengirimkan pesan ‘aneh’ yang memicu kesalahpahaman. David juga tidak merecoki Ardhi dengan segala tuduhan dan umpatannya yang memuakkan. Ya, sebenarnya beberapa hari yang lalu, Ardhi-lah yang sengaja meminta dengan baik-baik kepada David melalui telepon agar laki-laki itu menahan diri dulu untuk tidak membuat masalah baru dan berhenti menemui wanita yang sempat dikencaninya hanya demi menutupi rasa sakit hatinya karena Arunika. Untungnya, David mau mendengarkannya meski tak benar-benar memberikan respons yang baik. Dan kabar terakhir yang Ardhi dengar dari sepupu-sepupunya yang lain, David sedang ada urusan pekerjaan di Bali dan Arunika ikut serta. Ardhi cukup bersyukur akan hal itu karena ia bisa berfokus pada acara pernikahannya dengan Sera yang tinggal menghitung jam. Saat ini sudah tengah malam. Ia dan Sera ada di kamar Ardhi di rumah orang tuanya. Mereka dipaksa me

DMCA.com Protection Status