Sudah ku duga, Mbak Alana pasti akan menghentikanku pergi saat ini. Wajar saja dia bersikap seperti itu kepadaku, mengingat apa yang saat ini tengah dilakukan oleh Mas Arkan yang sulit membagi waktunya untuk Mbak Alana."Ada apa Mbak?" tanyaku sambil aku hempaskan bokongku kembali ke atas kursi."Mas Arkan sudah mulai tidak adil denganku, aku juga istrinya, kenapa dia hanya memperhatikan dirimu akhir-akhir ini?" tanya Mbak Alana sambil menatapku sedikit kesal.Aku pun mengernyitkan dahiku, kenapa Mbak Alana berbicara seperti itu kepadaku? Kenapa tidak memprotes saja kepada Mas Arkan? Batin ku dalam hati."Lantas, kenapa Mbak Alana tidak protes saja sama Mas Arkan?" tanyaku sambil menatap wajah Mbak Alana yang terlihat gelisah, entah apa yang dipikirkannya saat ini."Bagaimana aku bisa protes? Mas Arkan seolah menjauhiku. Kau pun tau jika saat ini hubungan ku sama Mas Arkan memburuk sejak terakhir kali kita bertengkar," jawab Mbak Alana yang saat itu tengah menatapku curiga."Lalu?" tan
Arkan semakin yakin jika saat ini pembunuh kedua istri mudanya adalah istri tuanya. Hal ini diperkuat dengan sebuah bukti-bukti yang tak sengaja dia temukan di dalam kamar Alana dan juga keanehan yang terjadi dengan sikap Alana akhir-akhir ini cukup berbeda."Balak yakin, jika yang membunuh kedua istri muda Bapak adalah istri Tua, Bapak?" tanya Miko dengan tatapan penuh menyelidik."Iya, tapi saya belum bisa mengatakan yakin 100 persen, mengingat belum ditemukan bukti-bukti dan saksi yang melihat peristiwa yang menimpa kedua istri muda saya, Pak. Untuk itulah saya meminta Pak Miko mulai menyelidiki istri saya," jawab Arkan menatap wajah Miko yang saat itu tengah menatap dirinya dengan tatapan heay"Baiklah, kalau begitu saya akan segera melakukan penyelidikan kepada istri Bapak. Terima kasih atas kerja samanya," pamit Miko lalu bergegas pergi meninggalkan tempat tersebut.Arkan menganggukkan kepalanya dengan tersenyum, lalu tak lama setelah itu dia pun beranjak dari tempat duduknya da
Alana tampak terdiam, saat sosok ghaib itu meminta tumbl kepadanya. Sudah lama dirinya hanya bisa menunda-nunda menumbalkan Alina yang sudah dijanjikan sebagai tumbal madu untuk makhluk ghaib tersebut."Aku akan menumbalkan maduku secepatnya, sebelum bukan purnama itu terlihat, aku akan membawakan dia untuk dirimu," ucapnya dengan nada tegas."Kali ini jangan pernah membohongiku lagi Alana, aku tidak segan-segan menuntut balas atas apa yang kau lakukan kepadaku," ucap makhluk ghaib itu kini sedang mendekati Alana dengan jari-jari tangannya yang panjang kini sedang menempel d pundaknya.Alana tampak gemetar saat melihat jari-jari panjang itu sudah menempel di pundaknya."A-aku tidak akan berkata bohong lagi kepadamu, percayakah kepadaku," ucap Alana dengan suara terbata-bata."Baiklah, aku akan menunggu tumbal itu datang kepadaku Alana." Setelah mengatakan itu, makhluk ghaib itu pun akhirnya menghilang.Angin kencang yang tadi mulai berhembus akhirnya telah menghilang.Alana tampak Fr
Pengusiran Arkan saat itu, membuat Alana tampak sangat geram, dia pun akhirnya meninggalkan pesta tersebut dengan membawa amarah.Ia tampak marah dengan sikap Arthan dan juga Alina, dalam hatinya mulai memutuskan untuk segera merencanakan untuk menyingkirkan Alana dari rumahnya.Alana yang tampak geram itu, mulai menelpon seseorang dan mengadakan janji temu untuk merencanakan penculikan Alana nantinya.Alana yang saat itu sedang berjalan menuju ke arah sebuah gudang, tanpa dia sadari jika saat itu Alina tak sengaja melihat dirinya berjalan ke arah gudang dan mengikuti dirinya, setelah dia meminta ijin kepada suaminya untuk ke belakang sebentar."Mbak Alana ke gudang itu lagi? Sebenarnya apa yang dia sembunyikan di sana? Kenapa sulit sekali menemukan barang bukti di sana? Di manakah Mbaka Alana menyimpan semua barang bukti itu?" gumam Alina dengan wajah curiga.Dengan hati-hati Alina mulai melangkahkan kakinya menuju ke arah gudang yang ada di sana, saat itulah dia melihat Alana masuk k
Arkan terkerjut dengan penuturan istrinya yang saat ini berada di dalam sebuah gudang dengan nada memelas."Alina, apa yang kau katakan? Tenangkan dirimu, di sini tidak bisa membuka pintu gudang, pintunya di kunci dari dalam. Coba kau buka terlebih dahulu." Arkan berusaha untuk menenangkan Alina yang saat ini terlihat sedang panik.Alina lalu mengikuti apa yang dikatakan oleh Arkan, segera dia berusaha membuka pintu gudang tersebut, tapi tidak bisa.Beberapa waktu kemudian, Alana yang melihat Alina sedang berusaha untuk membuka pintu gudang dan ditambah lagi dia mendengar suara Arkan dari luar, membuat Alana meminta makhluk ghaib itu untuk segera menjadikan Alina tumbal."Cepat jadikan dia tumbal! Dia mau lari dari tempat ini!" teriak Alana kepada makhluk ghaib itu.Makhluk berwajah menyeramkan itu menaruh attensinya ke arah pintu gudang itu, ia melihat Alina yang saat itu sedikit berhasil membuka pintu, langsung menghampiri dirinya.BlumMakhluk ghaib itu tiba-tiba menghilang dan tak
Ayana lalu memasuki pikiran alam bawah sadarnya Alana, dia lalu membawanya menuju ke tempat ghaib, di mana saat itu terlihat sangat menyeramkan.BlamSeketika arwah Alana kini ditarik memasuki pikiran bawah sadarnya, Alana melihat banyak sosok yang menyeramkan di sana."Tidak, aku di mana sekarang?" tanya Alana dengan wajah ketakutannya.Dia terkejut saat melihat suasana yang saat itu sangat menyeramkan, ia tidak menemukan siapa pun di sana. Ia hanya melihat semuanya tampak hitam dan sepi, tanpa ada seorang pun yang berada di sana. Suasana tampak sangat sepi dan tak lama kemudian, muncullah sosok tinggi besar dan kini tengah menatap sengit ke arah Alana.Seketika Alana ketakutan, dia menjerit dan memundurkan langkah kakinya ke arah belakang."Alana .... Alana ...." Suara ghaib itu tampak memanggil di sana.Saat itulah tiba-tiba dia merasakan suara riuh mulai mendekati dirinya, sosok yang tak kasat mata itu hanya memperlihatkan mata mereka ditengah kegelapan di sana."Tolong ..., tolon
Alina tentu tidak pernah menyangka jika saat itu Ayana memang datang untuk membantunya.Meskipun dia tidak tau apa yang saat itu terjadi dengan dirinya, ketika Ayana mulai merasuki tubuhnya. Ia hanya merasakan jika saat itu tubuhnya sangat berat dan saat itulah dia suda tidak mengingat apapun.Alina yang saat itu sangat lemas, langsung digendong oleh Arkan keluar dari gudang tersebut menuju ke dalam rumahnya.Sementara itu, terlihat Alana kini sedang diikat tangannya oleh Azriel yang saat itu sedang kesurupan."Bagaimana keadaannya?" tanya Arkan saat dia melihat Azreiy dibantu dengan beberapa pembantunya untuk memegangi tubuh Alana yang saat ini sedang meronta dengan sangat kuat di sana."Lepaskan aku!" Alana mulai meronta-ronta dengan sangat kuat, ketika Azriel berusaha untuk mengikat tali yang terlepas di tangannya tadi."Pergi kau Ayana! Pergi!" teriak Alana dengan nada marahnya.Alina hanya tersenyum Daan terlihat sedang menyederkan kepalanya ke dada bidang suaminya saat Arkan ma
Arkan terkejut saat menemukan sebuah kotak di sudut gudang yang ada di rumahnya, berisi benda-benda yang pernah dipakai oleh Ayana sebelum peristiwa mengerikan itu terjadi pada istrinya.Sejenak, pikirannya melayang kembali pada kenangan di mana saat itu dia dan Ayana melewatkan acara tujuh bulanan calon bayinya, sebelum peristiwa mengerikan itu menimpa Ayana."Kenapa Alana menyimpan semua benda ini? Apakah dia sengaja menyimpan barang bukti di gudang ini dari tempat kejadian perkara, di mana saat itu, Ayana terbunuh?" hati Arkan berbisik dengan gemetar, mempertanyakan setiap detail peristiwa yang menimpa istrinya.Seraya memegang salah satu barang tersebut, Arkan merasa perasaan bingung dan curiga mulai menghantuinya. Sebuah pertanyaan besar bermunculan di benaknya, "Apakah Alana-lah pelaku utama di balik kamtian Ayana? Bukankah dia sangat senang saat mengetahui Ayana tengah mengandung bayiku? Lalu, apakah semua itu hanya kebohongan semata? Dia hanya berpura-pura saja senang, tapi da
Setelah pemakaman Mbak Alana, kami pun mulai menjalani kehidupan normal seperti biasanya.Aku dan keluarga Mas Arkan memutuskan untuk menghibahkan rumah itu untuk dijadikan panti asuhan.Setelah itu, kami memutuskan untuk tinggal bersama menempati rumah baru kami yang cukup besar dan luas di pusat kota.Kehidupan kami pun sangat bahagia dan aku pun menunggu kelahiran anak kami yang pertama, tiga bulan lagi.Saat ini kami sedang melakukan tingkepan atau tujuh bulanan di rumah baru kami sekalian syukuran menempati rumah kami yang baru Aku sangat senang saat semua keluarga berkumpul di sini bersama penuh kebahagiaan.Kasus pembunuhan kak Ayana dan Rizka sudah ditutup, saat yang menjadi tersangka Mbak Alana sudah mendapatkan ganjaran terlebih dahulu atas perbuatannya.Hal-hal ghaib yang sengaja disembunyikan oleh Mbak Alana akhirnya dikeluarkan dari rumah lama kami dengan bantuan pak Ustaz.****Tiga Bulan Kemudian Akhirnya aku merasakan sesuatu pada jalan lahirku."Mas, perutku sangat
Arkan dan Alina tak bisa menyembunyikan rasa terkejut saat mereka menyaksikan kematian Alana yang begitu tragis di hadapan mereka. Batu ghaib yang selama ini dibawa oleh Alana, ternyata mempunyai kekuatan supranatural yang kerap kali membuat keanehan terjadi di rumah Arkan. Setelah berhasil menyelamatkan Alina, segera Arkan menghubungi Pak Miko untuk segera datang ke tempat kejadian. Di sana, Arkan menjelaskan dengan detail bagaimana kejadian tragis tersebut terjadi, merasa bersalah dan ingin menegaskan bahwa ini bukan salah siapa-siapa. Begitu banyak perasaan yang ingin ia ungkapkan. namun rasa haru sudah menghalangi kata-kata itu keluar. Arkan lantas mengajak Alina ke rumah sakit untuk memeriksa kondisi kesehatannya dan juga calon bayi yang ada di dalam kandungannya. Hatinya sedikit lega melihat Alina masih bisa tersenyum walaupun sedih. "Semuanya sudah berakhir, kita sudah melewati ini bersama-sama, Alina," ucap Arkan dengan wajah penuh bahagia. Arkan merasa bersyukur bahwa m
Alana merasa mendapatkan kekuatan baru dalam dirinya setelah batu ghaib yang selama ini ia bawa mulai memberikan pengaruh tak terduga. Seolah-olah ada dorongan besar dari dalam diri untuk mencari sasaran baru. Alana berjalan menuju sebuah parkiran yang agak sepi. Di sana, tak sengaja ia bertemu dengan seorang lelaki yang tampak hendak masuk ke dalam mobilnya. Melihat kecantikan Alana yang luar biasa, seketika lelaki itu pun melupakan rencananya untuk masuk ke dalam mobilnya, dan bergegas mendekati Alana, mencoba untuk berkenalan dengan dirinya. "Apakah dia sudah mulai tertarik kepada diriku, sehingga dia datang mendekati diriku?" batin Alana, merasa senang karena akan ada yang menjadi mangsanya.Entah mengapa, pada saat itu Alana merasa ada sesuatu yang berbeda. Sesosok makhluk ghaib seakan berkumpul di dalam tubuhnya, memberikan semacam keberanian dan kekuatan yang misterius. Lelaki itu tampak tersenyum mesum ke arahnya sambil bertanya, "Mbak, mau kemana? Apa boleh aku antarkan
Rencana jahat Mbak Alana ternyata gagal, semua berkat Mas Arkan yang secara kebetulan mengangkat teleponku dan berhasil melacak keberadaanku melalui jaringan seluler. Entah mengapa, saat itu ada perasaan lega sekaligus rasa khawatir yang menghantui pikiranku, beruntunglah Mas Arkan akhirnya datang tepat waktu dan segera menolongku.Sementara itu, Mas Arkan mengejar Mbak Alana dan berteriak memanggil Mbak Alana yang mencoba melarikan diri dari sini."Alana! Jangan lari!" teriak Mas Arkan, menghentikan mbak Alana yang semakin melangkahkan kakinya jauh.Tak lama kemudian, terdengar langkah kakinya yang semakin mendekat, dan ternyata itulah Mas Arkan, yang kembali ke pondok setelah gagal mengejar Mbak Alana."Kamu tidak apa-apa?" tanya Mas Arkan dengan wajah cemas sekaligus lega, sambil segera membuka ikatan tanganku. "Aku baik-baik saja, Mas. Tapi, tolong bantu Pak Dwi," pintaku sembari merasakan napas yang terengah-engah, dan mulai turun dari ranjang bambu tempatku terikat. Dengan sig
Sepanjang jalan aku mulai banyak berpikir tentang keadaan Alina. Entah apa yang terjadi dengan dirinya saat ini, ya Tuhan, apa yang harus aku lakukan? gumamku dalam hati.Aku sangat mencemaskan Alina, ingin rasanya aku segera sampai di sana.Beberapa saat kemudian handphone milikku berdering kembali.KringSegera aku memasang bluetooth di telingaku dan mendengar teriakan Alina yang saat itu terdengar memilukan.***Aku terseret dengan kasar oleh Mbak Alana, ke arah suatu tempat yang tak aku kenal. Hatiku berdebar kencang saat kami semakin dalam memasuki hutan dan akhirnya sampai di sebuah pondok tua yang tampak terlantar.Saat itulah, pikiranku berlari cepat mencari cara untuk menyelamatkan diri.Aku mengumpulkan keberanian saat Mbak Alana lengah membuka pintu pondok itu.Tangan ku bergetar, saat aku terburu-buru mengambil ponsel dalam tas milikku, tapi akhirnya aku berhasil menggenggam ponsel dan menekan nomor Mas Arkan, yang sudah aku simpan dalam mode speed dial."Ya Allah, semoga
Aku terkejut saat mendengar apa yang diungkapkan oleh Mbak Alana. Sebuah perasaan takut dan panik mulai merayapi hatiku kala mendengar apa yang dikatakan oleh Mbak Alana."Apa maksudmu, Mbak? Apakah ini sengaja kau rencanakan?" tanyaku dengan suara gemetar dan tubuh yang bergetar.Mbak Alana terdiam, wajahnya tertunduk, tapi ada senyuman tipis di sudut bibirnya yang terlihat.Saat itulah aku merasa ada sesuatu yang aneh di sekitarku, seperti adanya suatu kehadiran yang tidak biasa. Angin bertiup kencang, menggetarkan jendela mobilku, seolah menegaskan kekhawatiranku. Bulu kudukku berdiri, ketakutan mulai menguasai pikiranku."Apakah ini sebuah pertanda ada makhluk lain di sini? Apakah ada sesuatu yang ingin memberitahuku lewat angin ini?" batinku, sementara aku merasa semakin kalut dengan situasi yang terjadi. Aku mencoba merenung sejenak, mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi dan bagaimana aku harus menghadapinya. Tak ada yang lebih penting bagi ku saat ini selain menenangkan dir
Mendengar rintihan Mbak Alana, seketika hatiku merasa iba padanya. Aku pun langsung menolong Mbak Alana yang saat itu sedang duduk kesakitan. Tanpa menaruh curiga, aku membantunya berdiri dan menanyakan keadaannya. "Mbak Alana, apa kamu baik-baik saja, Mbak?" tanyaku dengan menatap wajah Mbak Alana yang saat itu berpura-pura kesakitan. "Bawa aku ke rumah sakit saja, aku sudah tidak tahan, ini sakit sekali, aku bisa mati di sini jika kau tidak membantuku membawa ke rumah sakit" rintihnya dengan berpura-pura menahan rasa sakit yang luar biasa. Aku saat itu sempat berpikir, apakah aku seharusnya mengikuti ucapan Alana atau tidak? Mengingat saat itu di rumah dalam keadaan sepi dan semua orang sedang pergi sebentar. "Ya Allah, aku bingung. Haruskah aku membantunya pergi ke rumah sakit?" gumamku dalam hati, sambil mencoba menilai apakah ini sebuah situasi yang cukup genting untuk aku turut campur. Aku merasa perlu untuk menolong mbak Alana, tapi di sisi lain, aku juga tidak ingin meng
Alina terdiam, menahan perasaan yang bergolak dalam dadanya. Ia tahu bahwa Arkan, suaminya, hanya mencoba untuk memancing jawaban darinya. Namun, seolah-olah Arkan telah memahami isi hatinya tanpa harus Alina ungkapkan."Apa aku perlu menjawab pertanyaanmu, Mas?" ujar Alina dengan mencebikkan bibirnya, berusaha menutupi rasa cemburunya."Bukankah kamu sendiri sudah tahu bagaimana perasaanku, Mas?" Arkan tersenyum sedikit, seolah mengerti apa yang tengah Alina rasakan."Aku tahu kamu cemburu, Alina. Maafkan aku jika aku sudah menyinggung perasaanmu," ucapnya lembut, matanya menatapku hangat wajah Alina. "Ada apa, kok kamu mencariku?" Merasa tersentuh dengan perhatian suaminya, Alina terpaksa mengungkapkan kegelisahan yang menghantui hatinya."Aku hanya... mengkhawatirkan dirimu, Mas," ungkapnya dengan tatapan gelisah.Arkan menatap tenang, sambil mendengarkan legelisahan yang dirasakan oleh istrinya."Entah mengapa, akhir-akhir ini aku sering merasa tak tenang, seperti ada bayangan bur
Aku terkesiap saat mendengar ucapan Mas Arkan. Entah mengapa, saat itulah aku merasakan ada suatu keanehan, seperti Mas Arkan sedang berusaha mengurungku di sini."Apakah dia benar-benar sengaja melarangku pergi?" gumamku dalam hati, takut akan apa yang akan terjadi selanjutnya. "Kamu melarangku pergi, Mas?" tanyaku, menatap wajah suamiku yang terlihat marah. "Apa yang membuatmu sampai seperti ini? Apa salahku, hingga Mas Arkan melarangku untuk pergi?" tanyaku dengan wajah mulai menuntut jawabannya."Iya, aku melarangmu pergi! Sebaiknya kau tetap tinggal di sini dan jangan pernah coba-coba untuk pergi tanpa seijinku. Aku akan memerintahkan anak buahku untuk mengawasi dirimu, Alana," tegas Mas Arkan.Aku merasa keberatan dengan ucapan Mas Arkan. Di benakku, muncul pertanyaan-pertanyaan yang tak kunjung menemukan jawabannya."Mengapa dia ingin mengurungku? Apakah ini karena rasa cemburu atau mungkin ada alasan lain? Atau mungkin ini berkaitan dengan kasus yang kini membelitku? Tapi buk