Setelah melewati malam panjangnya dengan berbagi peluh bersama, kini Alina sudah menyerahkan miliknya seutuhnya pada suaminya. Ada rasa penyesalan saat mereka melewati malam pertamanya saat itu."Maafkan aku kak Ayana. Aku terpaksa melakukan ini dan menjadi istri dari kakak Iparku sendiri," gumam Alina dengan perasaan bersalahnya.Alina mencoba untuk bangkit dari tempat tidurnya, merasakan intinya perih dan ngilu ketika ia pertama kali menyerahkan mahkota miliknya kepada suaminya."Ssssshhh, kenapa perih sekali," Alina mendesis kesakitan pada intinya.Kembali dia mencoba untuk bangkit dari tempat tidurnya dan bergegas menuju ke arah kamar mandinya.Alina kemudian membasahi tubuhnya dan membersihkan sisa peluh yang menempel di sana.Malam yang penuh gairah, dia lewati bersama dengan Arkan dengan permainan ranjangnya yang menggila.Beberapa menit kemudian, Alina membuka pintunya dan terkejut melihat Arkan yang kini berdiri dengan menatap senyum ke arahnya yang saat ini hanya memakai bal
Alana yang saat itu melihat raut wajah Alina yang memucat, membuat dirinya tersenyum penuh kemenangan.Alina mulai ketakutan dan bergegas pergi dari sana.Entah mengapa dia tampak sedang merasakan adanya keanehan pada diri Alana yang saat itu seperti memberikn dirinya sebuah peringatan keras kepada dirinya.Sejak dia mendengar hal itu, Alina mulai menghindari Arkan dan tidak sedikitpun mau melakukan hubungan suami istri.Alana meminta waktu kepada Arkan dan memberikan alasan, jika intinya masih terasa sakit dan dirinya mengalami sedikit trauma untuk melakukan itu bersama dengan dirinya.Arkan mencoba mengerti dan merasa sedikit kecewa dengan penolakan halus dari Alina.Sementara itu, Alana tampak senang setelah beberapa minggu terakhir ini Alina gak mau tidur bersama dengan Arkan, hingga membuat dirinya semakin senang.Sementara itu, mama Elly tampak sedikit curiga dengan hubungan Arkan dengan istri barunya yang terkesan mulai saling menghindar. Hingga membuat mama Elly semakin kesal.
Arkan berusaha untuk menjawab apa yang saat ini tengah dipikirkan oleh Alina kepada dirinya saat ini. Namun, dari pertanyaan Alina saat ini membuat Arkan sedikit merasakan curiga kepada dirinya."Kenapa kau tertarik untuk mengetahui mendiang istri kedua ku? Apa kau mengenali dirinya?" tanya Arkan semakin curiga.Alina mendadak gugup dan menggelengkan kepalanya dengan cepat, agar Arkan tidak curiga kepada dirinya saat ini."Tidak, aku tidak mengenalnya. Hanya saja, aku hanya tertarik ingin tau kisah kalian saat itu," jawab Alina dengan menyembunyikan rasa kegugupannya."Kenapa kau tertarik ingin tau tentang istriku Ayana? Bukan Alana atau Rizka?" tanya Arkan dengan tatapan penuh menelisik.DegSeketika Alina merasakan jantungnya mulai berdegup dengan kencangnya ketika mendengar pertanyaan dari Arkan yang kini menatap dirinya dengan penuh curiga."Entahlah, aku merasa tertarik dengan dirinya karena banyak yang mengatakan bahwa wajahku saat ini mirip dengan dirinya," balas Alina dengan m
Alina sudah tidak bisa menguasai tubuhnya lagi, wajahnya kian memerah dan tubuhnya terasa sangat panas saat itu.Alina tak tau lagi harus bagaimana dirinya bisa mengendalikan keinginan bodohnya."Sadar Alina, apa kau telah meminum sesuatu yang diberikan oleh mamaku saat itu?" tanya Arkan dengan mencoba menghentikan Alina yang saat ini berusaha untuk menarik pakaian milik Arkan."Tolong, Mas. Aku sudah tidak tahan." Alina merancau tidak karuan saat itu.Alina mulai menarik pakaian Arkan yang melekat pada tubuhnya dan tak lama kemudian dia pun mencium bibir Arkan dengan rakusnya.Arkan lalu melihat segelas minuman yang ada dalam nakas. Kali ini memang benar, mamanya telah berhasil menjebak dirinya yang saat itu meminta Arkan masuk ke dalam kamarnya dan mengunci pintunya karena Alina sedang kesurupan di dalam kamarnya.Alana yang saat itu sudah tidak bisa menaha lagi hasrat dirinya, seketika langsung melucuti semua pakaian dalamnya dan menarik tangan Arkan untuk memulai memainkan tangann
Seketika jantung Alana langsung mencelos saat mendengar apa yang dikatakan oleh Arkan. Darahnya mulai mendidih dan tampak wajahnya menyembunyikan kemarahan yang luar biasa.Sementara itu, Alina tampak sedikit merasakan kecemburuan yang luar biasa saat melihat Arkan yang saat ini memeluk tubuh Alana dengan mesranya.Setelah Arkan melepas pelukannya, segera dia pun memanggil mamanya yang saat itu berada di dapur untuk memberitahukan kepadanya tentang kehamilan Alina."Mama ..., cepat ke sini, Ma!" Arkan berteriak tidak sabar.Mama Elly yang saat itu sedang sibuk menyiapkan makan malam, bergegas keluar dan menghampiri Arkan yang saat itu sedang memanggilnya."Ada apa seh Arkan? Kok kamu berteriak seperti itu?" tanya mama Elly dengan menggelengkan kepalanya.Tak lama kemudian, Arkan mengatakan kepada mamanya jika saat ini Alina sedang hamil anaknya."Mama, ada berita bagus untuk Mama," ucap Arkan dengan tersenyum ke arah mamanya."Apa?" tanya mama Elly dengan menatap wajah Arkan tak perca
Setelah Alana pergi dari tempat tersebut, Alina seketika mulai menuju ke arah pintu gudang tersebut dan mencoba untuk masuk ke sana. Namun, saat dia mulai memutar knop pintu tersebut, tiba-tiba pintu itu menutup rapat dan kuncinya tidak bisa dibuka sama sekali.Alina berusaha untuk membuka pintu tersebut, tapi tenaganya tidak kuat untuk memutar knop pintu tersebut."Ini sangat aneh sekali, kenapa tidak bisa dibuka sama sekali? Padahal aku melihat mbak Alana pergi tanpa mengunci pintu ruangan ini," gumam Alina dalam hati.Karena tak bisa membuka pintu gudang tersebut, Alina akhirnya memutuskan untuk segera kembali ke kamarnya.Tak ada yang melihat Alina saat dia masuk ke dalam kamarnya, membuat Alina bisa bernafas lega, segera Alina menanggalkan pakaiannya dan menyimpan pakaian tersebut pada tempatnya agar tidak ada yang curiga.Alina lalu berbaring ke atas tempat tidurnya dan mulai memejamkan matanya. Hari ini Alina tidur sendiri karena Arkan tengah tidur bersama dengan Alana.Alina s
Ucapan mama Arkan tampak membuat Alana cukup tersentak mendengar apa yang dikatakan olehnya."Apa? Mas Arkan harus menemani Alina tidur setiap hari? Tidak, aku tidak setuju jika Mas Arkan tidur bersama dengan Alina setiap hari. Aku juga istrinya Ma. Aku juga ingin mendapatkan perhatian yang sama," protes Alana dengan menatap kesal ke arahnya."Sebaiknya kau jangan bersikap seperti itu, Alana. Kau jangan jadi orang yang egois, Alina saat ini tengah hamil, dia butuh lebih perhatian Arkan dari pada dirimu," ucap mama Elly menatap penuh wajah Alana.Alana tampak marah dan menggenggam erat tangannya ketika mendengarkan ucapan mama mertuanya yang terus menaruh perhatiannya pada Alina."Alana, sebaiknya kau jangan salah paham dulu, Alina saat iniemang perlu perhatian lebih, dia sedang hamil dan aku memang harus memberikan perhatian lebih pada Alina. Aku tidak ingin terjadi sesuatu pada Alina dan bayinya jika terlalu banyak pikiran, Alana," tutur Arkan mencoba untuk menjelaskan kepada Alana.
Alana tercekat saat mendengar suara ghaib yang menuntut sebuah tumbal setelah sekian lama dia menunda untuk menumbalkan Alina."Tumbal? Haruskah aku melakukan lagi?" tanya Alana dengan nada dan wajah ketakutan.Makhluk tak kasat mata itu lalu tiba-tiba keluar dari balik cermin dengan cepat."Jangan pernah mencoba untuk membohongiku, Alana. Kau sudah berjanji akan memberikan diriku tumbal, sekarang aku mengih janji itu."Makhluk ghaib itu terlihat mendekati wajah Alana dan keluar dari cermin itu.Air liur yang menetes pada mulut makhluk ghaib itu tercium bau anyir dari mulut makhluk tak kasat mata itu.Alana menutup kedua matanya dengan wajah ketakutan.Makhluk ghaib itu terus menatap penuh intimidasi, dan tercium bau menyengat pada hembusan nafasnya bau busuk, hingga membuat Alana harus menahan nafasnya.Alana semakin ketakutan, kala makhluk ghaib itu mengitari tubuhnya."A-aku akan menumbalkan Alina untukmu, tapi tunggu waktu yang tepat. Sungguh, aku tidak bisa mengajaknya keluar unt