Terlihat seorang wanita muda bernama Maya dan anaknya, Indri, keluar dari apartemennya di malam hari menuju temannya karena ada urusan penting. Saat mereka memasuki jalan yang sepi, sekelompok pemuda gangster tiba-tiba muncul dan menghalangi mereka.
"Ada apa lagi dengan kalian?" tanya Maya dengan tegas, terkejut oleh kehadiran mereka."Cepat tanda tangani berkas ini, May! Ini perintah dari mantan suamimu," ucap Bani, pemimpin kelompok tersebut."Saya sudah bilang, saya tidak akan menandatangani sertifikat rumah itu. Rumah itu milik saya, dan atas nama saya. Lagi pula, saya sudah mewariskannya kepada anak saya. Katakan pada bos kalian, saya tidak akan memberikannya kepada orang jahat seperti dia."Mendengar penolakan Maya, Bani yang menerima perintah dari Cakra, bos utama geng tersebut, langsung menyekap Maya dan anaknya. Maya berontak, tapi tak berdaya menghadapi kekuatan anggota geng yang kuat. Dia diancam bahwa jika tidak menandatangani, anaknya akan dibunuh. Ririn merasa ketakutan dan frustrasi, tetapi dia berusaha menahan diri demi melindungi anaknya. Sementara itu, Indri menangis ketakutan, memohon pada Bani agar tidak menyakiti ibunya."Dia tidak punya pilihan, Maya. Kalau tidak menandatangani, anakmu akan menderita akibatnya," ujar Bani dingin, sementara anggota geng lainnya tetap mengancam Indri.Meskipun terpaksa, Maya mempertimbangkan opsi sulit yang dihadapinya. Namun, dalam hatinya, dia bertekad untuk melawan ketidakadilan.Di sisi lain, Kakek Zaki, seorang tukang sol sepatu, berada di tempat tidak jauh dari lokasi di mana Ririn disekap. Mendengar suara teriakan, dia penasaran dan mendekati tempat kejadian dengan hati-hati. Saat melihat Maya dan Indri disekap oleh sekelompok gangster, rasa keadilan memuncak di dalam dirinya, terutama melihat Indri yang mengingatkannya pada masa lalu yang menyakitkan.Kakek Zaki langsung menghampiri para gangster yang menyekap Maya dan Indri. "Lepaskan mereka," ucapnya dengan tatapan tajam.Para gangster langsung mengalihkan pandangan ke arah Kakek Zaki. Bani mendekatinya, tetapi Kakek Zaki tetap tenang, seolah sudah terbiasa dengan situasi semacam itu."Maumu apa, Kakek? Sudahlah, pergi sana, jangan campuri urusan kami. Sayangilah sisa umurmu," ejek Bani."Sudah saya bilang, lepaskan mereka, kalau kalian mau selamat," tegas Kakek Zaki.Mendengar ucapan Kakek Zaki, Bani dan anak buahnya tertawa geli. Ririn, yang sudah mengenal karakter kejam para gangster, merasa khawatir."Kek, tolong pergilah dari sini. Mereka sangat jahat," ucap Maya khawatir."Kamu sudah dengar, Kakek tua? Jangankan kamu, seorang anak kecil pun jika menghalangi jalan kami, kami tidak akan segan untuk membunuhnya," ancam Bani dengan nada tinggi. Saat itu, Kakek Zaki melihat ke arah Indri, yang gemetar ketakutan, lalu kembali menatap tajam Bani."Sudah saya bilang, lepaskan mereka, karena saya tidak akan pergi sebelum kalian melepaskan mereka," ucap Kakek Zaki tetap dengan sikap dingin.Mendengar jawaban Kakek Zaki, Bani semakin emosi dan langsung melakukan pukulan dengan sangat bertenaga. Namun, Kakek Zaki membuat semua orang terkejut dengan melakukan hindaran cepat dan memasukkan pukulan ke arah perut Bani dengan keras. Bani langsung tersungkur sambil memegang perutnya karena rasa sakit yang luar biasa.Setelah Kakek Zaki berhasil menunjukkan keahliannya dalam pertarungan, para gangster yang tadinya angkuh menjadi ragu. Maya dan Indri, meskipun masih dalam ketakutan, merasakan adanya harapan. Kakek Zaki dengan mantap berkata, "Jangan coba-coba lagi menyakiti mereka."Setelah Kakek Zaki berkata dengan mantap, Bani segera berteriak memerintahkan anak buahnya untuk membunuh Kakek Zaki. Para anak buah, bersenjatakan golok, melancarkan serangan ke arah Kakek Zaki. Namun, Kakek Zaki dengan keahlian beladiri yang luar biasa, melibas serangan mereka dengan gerakan yang memukau.Dengan kecepatan dan kekuatan yang mengejutkan, Kakek Zaki melakukan serangan balasan secara brutal kepada semua anak buah Bani. Terdengar suara tulang retak dan teriakan kesakitan dari para gangster yang tidak berdaya. Kakek Zaki berhasil mematahkan tangan dan kaki mereka dengan keahlian yang membuat para anak buah Bani tersungkur tak berdaya di tanah.Bani, yang menyaksikan kekalahan brutal anak buahnya, merasa ketakutan. Kakek Zaki, sambil menatap tajam, berkata, "Keadilan tidak akan pernah tunduk pada kejahatan. Pergilah sebelum hukuman lebih berat menimpa kalian." Saat itu, akhirnya Bani langsung pergi meninggalkan tempat tersebut, sambil menahan rasa sakit. Para anak buahnya masih terkapar di sana, dengan tangan dan kaki mereka yang patah karena tindakan Kakek Zaki.Maya dan Indri masih terdiam, kaku, memperhatikan tindakan Kakek Zaki. Mereka masih shock melihat apa yang terjadi. Kakek Zaki menghampiri mereka dengan lembut."Kalian tidak apa-apa?" tanyanya."Siapa kamu sebenarnya, Kakek?" tanya Maya tidak percaya."Maksud ibu apa! Ibukan sudah tahu sendiri saya hanya tukang sol sepatu!" ucap Kakek Zaki tersenyum.Kakek Zaki kemudian melihat Indri, yang membuatnya teringat pada masa lalunya."Jangan takut, nak. Kakek bukan orang jahat, kakek hanya ingin melindungi kamu," kata Kakek Zaki sambil mengusap kepala Indri dengan lembut.Maya dan Indri tidak mengucapkan sepatah kata pun, mereka hanya diam, membeku melihat Kakek Zaki.Tidak lama kemudian, terdengar suara sirine polisi dari kejauhan, menuju tempat kejadian. Kakek Zaki berkata kepada Maya dengan lembut."Bu, biarkan polisi menangkap para gangster ini, dan ibu ceritakan bagaimana ibu dihadang oleh mereka. Saya sebetulnya tidak berharap ibu menceritakan bahwa saya yang melumpuhkan mereka. Tapi jika ibu ingin menceritakannya, silakan. Saya akan pergi dari sini untuk melanjutkan pekerjaan saya."Maya menjawab dengan perasaan yang masih shock, "Baiklah, Kek. Terima kasih atas bantuannya."Kakek Zaki pergi meninggalkan Maya dan Indri untuk melanjutkan pekerjaannya sebagai tukang sol sepatu.Beberapa saat kemudian, polisi tiba di tempat kejadian dan menangkap para gangster yang sudah terkapar tak berdaya. Maya memberikan kesaksiannya tentang insiden tersebut, tetapi memilih untuk tidak menyebutkan peran Kakek Zaki dalam pertarungan tersebut. Setelah para gangster diamankan, Maya dan Indri dibawa ke kantor polisi untuk memberikan keterangan lebih lanjut. Maya masih terguncang oleh kejadian tersebut, namun bersyukur atas pertolongan Kakek Zaki.Sementara itu, Kakek Zaki melanjutkan pekerjaannya sebagai tukang sol sepatu dengan hati yang lega, mengetahui bahwa mereka berdua aman. Meskipun dia hanya seorang tukang sol sepatu, tindakannya membuktikan bahwa keadilan bisa datang dari siapa pun.Di tempat lain, Bani dengan rasa malu dan ketakutan melaporkan kegagalannya kepada Cakra, pimpinan gangster yang duduk di balik layar kejahatan mereka. Cakra marah."Kamu benar-benar mengecewakan aku, Bani! Bagaimana mungkin kalian kalah oleh seorang kakek-kakek?!" ucap Cakra.Bani mencoba memberikan alasan, tetapi Cakra tidak merestuinya."Kalian tidak bisa menyelesaikan tugas sederhana ini. Sekarang, kita punya polisi di belakang kita, dan itu semua karena kegagalan kalian!" ucap Cakra.Bani mencoba membela diri, tetapi Cakra tidak mau mendengarnya."Tidak ada alasan! Aku tidak akan mentolerir kegagalan. Kalian harus menyelesaikan masalah ini atau bersiap-siap menghadapi konsekuensinya!"Cerita terus berlanjut, menggambarkan perjuangan Maya dan Indri dalam menghadapi konsekuensi kejadian tersebut, sementara gangster di bawah pimpinan Cakra berencana untuk membalas kekalahan mereka. Kisah tentang kakek tukang sol sepatu yang menolong Maya dan anaknya dengan keahlian luar biasa tersebar cepat di berbagai tempat. Seorang warga yang tanpa sengaja menyaksikan aksi heroik Kakek Zaki dari kejadian sebelumnya mulai menyebarkan cerita itu di lingkungan sekitarnya. Berita tersebut dengan cepat menyebar di kalangan warga, termasuk di tempat padat penduduk tempat Kakek Zaki tinggal.Warga mulai mengumpulkan cerita dan informasi tentang kakek tukang sol sepatu yang memiliki keahlian bela diri yang menakjubkan. Banyak yang terkejut mengetahui bahwa sosok yang selama ini dikenal hanya sebagai tukang sol sepatu memiliki kemampuan melawan gangster dengan begitu efektif.Di kontrakan kecil tempat tinggal Kakek Zaki, tetangga-tetangganya mulai membicarakan kejadian tersebut. Beberapa di antara mereka tidak percaya bahwa kakek yang sering terlihat sederhana memiliki keterampilan yang luar biasa. Cerita tersebut menjadi bahan pembicaraan di warung, pasar, dan tempat-tempat umum lainnya.Seiring berjalannya waktu, cerita tentang Kakek Zaki menjadi semakin melegenda di masyarakat sekitarnya. Beberapa orang bahkan mencoba mencari tahu lebih banyak tentang masa lalu dan keterampilan luar biasa yang dimiliki oleh kakek tersebut. Pada akhirnya, Kakek Zaki tanpa disadari telah menjadi sosok pahlawan di mata warga, memberikan inspirasi dan harapan bahwa kebaikan dan keadilan masih ada di tengah-tengah kehidupan sehari-hari.Pagi itu, ketika Kakek Zaki bersiap-siap untuk berangkat melakukan aktifitasnya sebagai tukang sol sepatu, seorang warga mendekatinya dengan rasa penasaran yang besar. Warga tersebut bertanya, "Maaf, Kakek Zaki, saya penasaran tentang kehebatan Anda dalam melumpuhkan para gangster. Dari mana asal Anda? Apakah Anda dulunya seorang militer? Dan kenapa bisa ada di sini?"Kakek Zaki menjawab dengan dingin, tanpa kesombongan sedikitpun, "Saya hanya seorang tukang sol sepatu yang mencoba menjalani kehidupan sederhana."Warga itu semakin penasaran, "Lalu bagaimana Anda memiliki keterampilan bertarung seperti itu? Apakah Anda pernah belajar bela diri?"Kakek Zaki duduk sejenak di kursi depan kontrakan kecilnya, menjawab dengan tenang, "Saya belajar keahlian ini dalam perjalanan hidup saya. Kadang, masa lalu membawa kita pada hal-hal yang tidak kita banggakan."Warga itu tampak tertarik, "Mengapa Anda memilih tinggal di sini? Apa yang membawa Anda ke lingkungan kami?"Kakek Zaki tetap tenang, "Saya mencari kedamaian setelah berbagai peristiwa sulit di masa lalu. Dan di sini, saya menemukan makna baru dalam membantu sesama dan melawan kejahatan. Tempat mana pun bisa menjadi rumah, selama kita berusaha menciptakan kebaikan di dalamnya." Warga tersebut mengangguk mengerti, terinspirasi oleh sikap rendah hati Kakek Zaki. Meskipun tidak menyampaikan kebenaran penuh tentang masa lalunya, kisah hidup Kakek Zaki terus menyentuh hati dan memberikan inspirasi di kalangan warga kota kecil mereka.Beberapa tahun sebelum kejadian di masa kini, saat Kakek Zaki masih muda, kehidupannya sangat berbeda. Zaki tinggal di daerah perkotaan bersama kedua orang tuanya, namun kisahnya penuh dengan kebandelan.Sejak kecil, Zaki telah menunjukkan sikap yang sangat bandel dan tidak patuh terhadap kedua orang tuanya. Dia sering melanggar aturan dan seringkali terlibat dalam kegiatan yang tidak diizinkan. Meskipun begitu, ada satu hal yang membuatnya fokus dan berkomitmen, yaitu hobi berlatih beladiri.Zaki menyimpan obsesi yang mendalam terhadap seni bela diri sejak usia dini. Meskipun dia tidak selalu patuh di rumah, namun ketika berlatih beladiri, dia menunjukkan kegigihan yang luar biasa. Rutin berlatih setiap hari, Zaki mengembangkan keahlian bela diri hingga mencapai tingkat yang luar biasa, melebihi batas kemampuan rata-rata.Keahlian bertarung Zaki terus berkembang, dan dia mulai dikenal di kalangan beladiri lokal. Teman-teman sebayanya mengagumi skilnya yang luar biasa, meskipun kedu
Keahlian dan kebrutalan Zaki segera menjadi pembicaraan di kalangan semua kumpulan geng di kota. Cerita tentang bagaimana Zaki berhasil menghancurkan geng rival dan mendapatkan posisi tangan kanan Bruno menyebar dengan cepat, memicu rasa penasaran dan ketakutan di antara kumpulan geng lainnya.Setiap gosip dan kisah seram tentang Zaki menjadi semakin berwarna, membuatnya menjadi sosok yang didambakan dan ditakuti di jalanan kota. Anggota geng lainnya mulai bertanya-tanya tentang siapa sebenarnya Zaki dan dari mana asal usul keahliannya yang luar biasa.Pada setiap pertemuan antar geng, cerita tentang Zaki menjadi topik utama pembicaraan. Para pemimpin geng saling bertukar informasi, mencoba mencari tahu lebih banyak tentang sosok misterius ini yang telah mengubah dinamika persaingan antar geng.**Pemimpin Geng A:** "Kau dengar cerita tentang Zaki dari Gelang Hitam? Katanya, dia membantai seluruh geng rival tanpa ampun."**Pemimpin Geng B:** "Benarkah? Bagaimana mungkin satu orang bis
Di rumah sederhana Zaki, suasana terlihat cemas dan penuh kekhawatiran. Kedua orangtuanya selalu mencemaskan Zaki, anak satu-satunya mereka. Saat malam tiba, mereka duduk bersama di ruang tamu, penuh ketidakpastian tentang keberadaan dan keadaan Zaki.**Ibu Zaki (cemas):** "Dimana ya Zaki sekarang? Kenapa dia tidak pulang?"**Ayah Zaki (khawatir):** "Dia selalu begini setiap kali terlibat dalam urusan gengnya. Tapi kali ini terasa berbeda."Orangtua Zaki saling pandang, menunjukkan kecemasan yang mendalam. Mereka hanya bisa mendoakan agar Zaki tetap dalam keadaan baik-baik saja dan segera pulang.**Ibu Zaki (berdoa):** "Ya Allah, lindungilah Zaki. Semoga dia selamat dan segera kembali ke rumah."**Ayah Zaki (merestui):** "Amin. Semoga anak kita dalam lindungan-Nya."Ketidakpastian dan kekhawatiran orangtua Zaki semakin tumbuh seiring berjalannya waktu. Mereka hanya bisa berharap agar Zaki selalu dalam perlindungan Tuhan dan segera pulang ke pelukan orangtuanya.Lalu di tempat lain
Zaki merasa kesal, "Kurang ajar! Lepaskan orangtuaku, mereka tidak tahu apa-apa. Urusanmu hanya dengan saya." Pimpinan geng Rifal tertawa puas, "Ternyata seorang Zaki yang pemberani dan brutal, lemah terhadap orangtuanya." Zaki merasa harga dirinya dipermalukan, tetapi tidak bisa melakukan apa-apa.Pimpinan Geng Rifal: "Zaki, kau terlalu naif jika berpikir bisa datang ke sini tanpa konsekuensi."Zaki: "Lepaskan orangtuaku! Urusan kita hanya antara kita berdua."Pimpinan Geng Rifal: "Seandainya begitu mudahnya, Zaki. Tapi aku punya kekuatan untuk membuatmu merasakan sakit yang luar biasa."Zaki: "Apa maksudmu?"Pimpinan Geng Rifal: "Anak buahku, tunjukkan padanya konsekuensi dari tindakannya."*Anak buah Geng Rifal menyerang Zaki dengan pukulan bertubi-tubi.*Zaki: "Aargh! Lepaskan mereka, kalian pengecut!"Pimpinan Geng Rifal: "Kau lihat, Zaki, keberanianmu tidak akan menyelamatkan mereka. Lebih baik menyerah sekarang juga."*Zaki berusaha melakukan tangkisan dan hindaran, namun
kumpulan pemuda tersebut terkejut melihat foto yang ditunjukan oleh roni. "inikan zaki, pa, dia adalah anggota geng gelang hitam. Zaki ini orang yang sangat kuat dan berbahaya, serta sangat brutal. Semua anggota geng di kota ini sangat takut padanya. Namun yang saya dengar, anehnya zaki bisa terbunuh oleh geng rifal, padahal sebelumnya zaki bisa membantai geng sebelumnya yang lebih kuat dan ditakuti dari geng rifal. *Roni mendengarkan dengan serius informasi yang diberikan oleh kumpulan pemuda. Ia bertanya lebih lanjut,* "Apakah ada yang tahu lebih banyak mengenai konflik antara Zaki dan Geng Rifal? Mengapa Zaki bisa kalah dan bagaimana Geng Rifal bisa mengalahkannya? Setiap informasi akan membantu penyelidikan kami." Namun disini ketika pemuda tersebut akan menjelaskan kembali, tiba tiba pemuda tersebut langsung terjatuh terkena tembakan tepat di kepalanya. *Suasana menjadi tegang setelah pemuda yang hendak memberikan informasi mendadak terjatuh oleh tembakan. Roni dan rekannya be
Ketika Roni mendapat kabar bahwa Zaki sudah mulai membaik, dia dan rekannya segera meluncur ke rumah sakit dengan harapan mendapatkan informasi kunci yang dapat membuka kebenaran di balik serangkaian peristiwa misterius.***Roni:** "Kita harus segera berbicara dengan Zaki. Mungkin dia memiliki informasi yang dapat membantu kita mengungkap kebenaran."**Rekan Roni:** *(berpikir)* "Aku perlu berhati-hati agar Roni tidak mengetahui bahwa aku adalah mata mata dari geng harimau besar. Informasi ini bisa membuka tabir konflik yang lebih dalam."*Setibanya di rumah sakit, Roni dan rekannya disambut oleh suasana yang tenang dan lampu yang redup di lorong-lorongnya. Mereka mendekati ruangan Zaki dengan hati-hati.***Roni:** "Hati-hati, kita tidak tahu apa yang telah terjadi sejak terakhir kali kita melihat Zaki. Pastikan kita siap untuk segala kemungkinan."*Pintu ruangan Zaki terbuka, dan mereka melihat Zaki yang duduk di ranjang, wajahnya masih pucat, tetapi tatapannya kini lebih tajam.***
Danil menerima telepon dari pembunuh yang memberikan detail rencana mereka, di mana pembunuh tersebut akan menyamar menjadi seorang dokter untuk menangani Zaki di rumah sakit. Tugas Danil adalah untuk membantu melancarkan aksi pembunuhan tersebut. Setelah menerima telepon itu, Danil memutuskan untuk berperan dalam rencana pembunuhan tersebut. Dia melihat kesempatan ini sebagai cara untuk menyelesaikan masalah dengan Zaki dan pada saat yang sama, menjalin hubungan yang lebih kuat dengan gengster Harimau Terbang. *Danil, dengan hati-hati, mengambil teleponnya dan memilih untuk menelepon dokter yang sedang merawat Zaki di rumah sakit. Dia memutuskan untuk menyamarkan suaranya agar menyerupai Roni, menciptakan kesan bahwa panggilan itu berasal dari kepolisian.***Danil (mengubah suaranya agar menyerupai Roni):** "Dokter, ini Roni dari kepolisian. Kami membutuhkan bantuan Anda dengan segera di rumah sakit lainnya. Ada pasien darurat yang membutuhkan kehadiran Anda. Mohon segera datang."
Danil (dalam hati dengan kesal): "Kurang ajar, berarti gagal lagi untuk mengeksekusi Zaki. Dia memang hebat. Sekarang saya harus kembali ke rumah sakit dan berpura-pura tidak tahu apa yang terjadi." Saat itu akhirnya Danil menuju ke rumah sakit kembali dan langsung masuk ke dalam.Di dalam rumah sakit terlihat orang-orang berkumpul di dekat ruangan Zaki.Suster yang merawat Zaki langsung menghampiri Danil dengan kecemasan."Suster, apa yang terjadi di ruangan Zaki?" tanya Danil dengan khawatir."Pa Danil, telah terjadi sesuatu di ruangan Zaki. Saya tadi masuk ke ruangan Zaki, dan sudah terlihat ruangan Zaki berantakan, serta seorang dokter yang akan merawat Zaki, terlihat sudah tergeletak tidak bernyawa dengan bersimbah darah. Saya tidak tahu apa yang telah terjadi," jelas suster dengan nada panik. Saat itu, Danil langsung masuk ke ruangan Zaki dan melihat pembunuh yang menyamar sebagai dokter tersebut. Mata Danil menyipit tajam, mengisyaratkan kekesalan yang mendalam. Dia tahu betu