Jauh di dalam lautan kesadarannya, Xuan Li mengalami keadaan yang sulit. Bayangan masa lalu bersama orang-orang yang ia sayangi datang seperti nyata. Dengan ujaran kebencian, mereka mendorong tubuhnya yang terikat oleh rantai hingga terjatuh ke dalam lautan tenang tak berujung.
Di tengah keputusasaan, ia mencoba melepaskan diri dari rantai yang membelenggunya. Usahanya berhasil. Namun, rantai yang hancur berubah menjadi bayangan hitam dengan mata merah menakutkan mencekiknya. "Si-siapa kamu?" Xuan Li merasa nafasnya dan daya hidupnya terhisap oleh makhluk menyeramkan itu. "Serahkan jiwamu dengan patuh. Sebagai gantinya, aku akan membalaskan dendamu. Hahaha." "Tidak! Aku tidak sudi dikendalikan olehmu." Xuan Li berusaha keras untuk melepaskan diri, tapi sepertinya usahanya sia-sia. "Hidupku benar-benar sudah berakhir." Pandangannya mulai meredup. Saat hampir mati ia melihat cahaya terang yang menekan bayangan hitam. Cengkeramannya terlepas, namun ia tidak bisa merasakan apapun lagi selain kegelapan. Ketika ia kembali membuka mata, pandangannya kabur oleh cahaya yang lembut dan asing. Xuan Li mendapati dirinya berbaring di atas tempat tidur kayu yang sederhana, namun nyaman. Dari celah pintu yang terbuka, angin sejuk membawa aroma hutan yang murni, sementara panorama pegunungan yang menjulang tampak seperti lukisan surgawi. Sesaat, ia mengira dirinya telah mati dan berada di alam nirwana. "Jangan banyak bergerak dulu! Cederamu cukup serius." Sebuah suara diiringi langkah-langkah tenang terdengar mendekat. Seorang pria berambut putih, dengan wajah tenang dan mata tajam seperti elang, memasuki ruangan. Usianya mungkin tidak muda namun wajahnya memancarkan aura keabadian. "Apakah aku masih hidup?" Xuan Li melontarkan pertanyaan konyol yang membuat pria itu tersenyum. "Tentu saja. Aku menemukanmu di dasar jurang," jawab pria itu sembari memeriksa keadaan Xuan Li dengan menyentuh pergelangan tangannya. "Terima kasih sudah menyelamatkanku." Semula ia berpikir jika apa yang ia lalui sebelumnya hanyalah mimpi buruk. Ia tidak menyangka orang-orang terdekatnya berniat untuk menyingkirkannya. "Tubuh giokmu adalah anugerah sekaligus kutukan," ujar pria itu. "Tanpa kendali yang baik kekuatan itu akan menghancurkanmu." Xuan Li tidak mengerti ucapan pria itu. "Tubuh giok? Maaf, siapa Anda sebenarnya, Tuan." "Namaku Wu Jin, atau lebih dikenal sebagai Tabib Hantu Wu." Xuan Li terbelalak mendengar namanya, tokoh yang disegani di seluruh Benua Tua. "Rupanya kamu belum tahu jika kamu memiliki tubuh giok," lanjutannya. "Aku hanya tahu tubuhku sangat lemah. Orang-orang menganggapku sampah, begitu juga keluargaku." Terngiang ucapan Yan Hui dan saudaranya, Xuan Yi, yang menginginkan kematiannya. Tabib Hantu Wu menjelaskan secara rinci mengenai tubuh giok hingga membuatnya mengerti. Tubuh giok menyimpan kekuatan yang besar, butuh kultivasi yang tinggi untuk bisa mengendalikannya. Namun, pemiliknya butuh kerja keras yang lebih karena tubuh giok menyerap energi berkali-kali lipat lebih besar dari tubuh normal. Xuan Li akhirnya mengerti mengapa dantiannya belum terbentuk meskipun ia sudah berlatih. Sebelum jatuh pingsan, ia juga hampir dikendalikan oleh kekuatan hitam tubuh giok yang ingin menguasai tubuhnya. "Saat ini mungkin hanya ayah dan ibumu yang tahu tentang tubuh giokmu. Kamu harus tetap merahasiakannya. Untuk sementara tubuhmu aman, aku menekan kekuatan hitam tubuh giok dengan artefak batu hitam. Namun, sewaktu-waktu kekuatan itu bisa kembali meledak. Kamu harus tetap mengendalikan emosi dan segera meningkatkan kultivasimu." "Jadi, ayah sudah tahu. Pantas saja." Wajah Xuan Li terlihat murung. "Tidak perlu bersedih. Setelah tubuhmu pulih, aku akan melatihmu dan menjadikanmu satu-satunya muridku." "Terima kasih, Guru. Xuan Li bersedia mengabdi padamu." Saking senangnya Xuan Li lupa dan bergerak untuk memberi hormat. Sedetik kemudian ia mengaduh kesakitan dan membuat Tabib Hantu Wu tertawa. Tabib Hantu Wu, seorang penyendiri legendaris yang dikenal karena penguasaan seni pengobatan dan kekuatan misteriusnya. Lokasi tempat Xuan Li berada adalah Gunung Tulang Naga, kawasan terpencil yang bahkan para petualang ulung pun jarang berani mendekatinya. Selama berbulan-bulan, Xuan Li dirawat oleh Tabib Hantu Wu, tubuhnya dipulihkan dengan ramuan langka dan teknik akupuntur yang hanya dikuasai olehnya. Meski dantiannya berkembang lambat, Xuan Li memiliki kelebihan yang lain. Keuletannya, tekadnya yang kuat, dan pengetahuan mendalam tentang seni pengobatan membuatnya tidak bisa diremehkan. Dalam kurun waktu lima tahun, Xuan Li mempelajari berbagai seni pengobatan dari sang tabib: teknik pemurnian pil, ramuan obat, akupuntur, hingga seni pengobatan yang dapat menyelamatkan atau menghancurkan hidup seseorang. Sebagai seorang genius, Xuan Li menguasai semua yang diajarkan dengan dedikasi yang tak terbantahkan. Suatu sore, Tabib Hantu Wu berbicara serius kepada Xuan Li. "Tubuh giokmu adalah pedang bermata dua. Setiap langkahmu akan membawa bahaya, bukan hanya bagi dirimu, tetapi juga bagi orang-orang di sekitarmu." Tabib Hantu Wu mengeluarkan sebuah gulungan. "Ini adalah catatan bahan utama Pil Penyelaras Roh dan tata cara pemurniannya. Pil ini akan membantumu untuk berkultivasi dengan cepat." Xuan Li menerimanya lalu membukanya. Bahan-bahan untuk membuat pil penyelaras roh terbilang langka dan sulit didapat. Ia harus berkeliling ke seluruh penjuru benua untuk mendapatkannya. "Aku mengerti, Guru." "Takdir sering kali membawamu kembali ke tempat yang kau hindari." Tabib Hantu Wu menangkap keraguan di mata Xuan Li. "Pergilah, Xuan Li. Tapi ingat, jika kau kehilangan arah atau dirimu sendiri, Gunung Tulang Naga akan selalu menjadi tempatmu kembali." "Aku pasti akan kembali, Guru. Bukan sebagai murid yang mencari perlindungan, tetapi sebagai seseorang yang telah memenuhi takdirnya." Xuan Li berbicara penuh tekad. Tabib Hantu Wu tersenyum tipis, namun ada kesan sendu di balik sorot matanya. "Berhati-hatilah dengan langkahmu karena setiap langkah menentukan nasib."Di penghujung tahun kelima berada di Gunung Tulang Naga, Xuan Li akhirnya akan segera meninggalkannya. Ia dan gurunya berjalan menuruni gunung. Sekilas pandang, langkah mereka seolah lamban, tetapi hanya dalam sekejap, jarak ratusan meter sudah mereka lewati.Setelah tiba di kaki gunung, Tabib Hantu Wu menghentikan langkahnya, menatap Xuan Li sejenak, lalu ia berkata, “Ingatlah, dunia luar penuh tipu daya. Gunakan semua ilmu yang kuajarkan seperlunya saja. Jangan terlalu percaya pada apa yang terlihat oleh mata, karena kebenaran seringkali tersembunyi jauh di balik penampilan.”Xuan Li menundukkan kepalanya dalam-dalam lalu menyatukan kedua tangannya sebagai tanda penghormatan.“Aku akan selalu mengingat nasihatmu, Guru.”"Pergilah!" Tanpa menunggu balasan, pria tua itu berbalik dan mulai kembali mendaki gunung. Ia tidak menoleh lagi untuk menyembunyikan segala perasaan berat di hatinya. Di dalam dadanya, ada kesedihan yang mendalam, tetapi ia tidak ingin muridnya melihatnya. Saat in
Xuan Li bisa saja melawan dan menjatuhkan penyandera itu dengan mudah. Namun, ia memilih untuk menahan diri. Wanita itu terluka, dan dalam situasi seperti ini, lebih baik tidak menambah musuh baru."Jangan khawatir."Suara Xuan Li yang rendah tidak membuat wanita itu menurunkan pedangnya, meski kewaspadaannya sedikit mengendur. Di luar kamar terdengar suara langkah kaki mendekat dan tidak lama kemudian pintu diketuk dari luar. Ketegangan kembali terasa, penyandera memberi tatapan tajam pada Xuan Li sebelum akhirnya kembali bersembunyi. Seorang pelayan berdiri di depan pintu dengan satu nampan penuh makanan lezat. Xuan Li tidak membiarkannya masuk."Berikan padaku!" Xuan Li mengambil nampan berisi makanan dengan satu tangannya. "Kamu boleh pergi!"Xuan Li menarik nampan itu dengan cepat, lalu segera menutup pintu sebelum pelayan sempat berkata lebih jauh. Ia lalu berjalan ke sebuah meja kayu dan meletakkan nampan yang dibawanya. Masih dengan sikapnya yang santai, ia duduk di lantai
Xuan Li menyibak lengan baju dan menyodorkan tangan kirinya ke depan. Di balik sikapnya yang tenang, ada kegelisahan yang tersembunyi. Ia sudah memikirkan setiap kemungkinan, namun tetap saja, ada rasa khawatir yang sukar ia jelaskan.Penasehat istana mulai memeriksa nadi Xuan Li. Jemarinya yang sudah berpuluh tahun menangani berbagai kasus menyentuh kulit Xuan Li dengan perlahan, seolah merasakan riak-riak energi spiritual di balik lapisan daging. Mata penasehat terpejam dengan penuh konsentrasi, aliran energi murni itu terasa seperti sungai tenang yang mengalir di sepanjang meridian tubuh Xuan Li. Tapi, di tengah ketenangan itu, ia juga mendeteksi sesuatu yang lain, yaitu sebuah kekuatan besar, tak terduga, bersumber dari sebuah artefak yang tersimpan di dalam lautan kesadaran pemuda ini.Artefak itu bukan sembarang benda. Penasehat istana membuka matanya perlahan, alisnya sedikit berkerut. “Artefak ini…,” pikirnya. Artefak itu milik Wu Jin atau yang lebih dikenal sebagai Tabib Han
Sesosok tubuh tinggi besar, berwajah tegas muncul dari balik dinding. Pakaian khas panglima membalut tubuhnya yang kekar, membuatnya terlihat kuat dan berwibawa. Aura kekuatan spiritual terasa begitu pekat meskipun ia sedang tidak menggunakannya."Panglima Shu!" pekik pengawal yang mengenalnya.Mereka segera memberi hormat dan berlutut di hadapannya."Ada apa ini? Kenapa kalian membuat keributan?" Panglima Shu mengulangi pertanyaannya sambil mengedarkan pandangannya ke sekeliling."Ampun, Tuan. Pemuda itu mencuri giok seleksi tabib. Kami khawatir dia akan membahayakan nyawa Tuan Putri." Salah satu pengawal berbicara dengan lancar.Xuan Li tetap tenang meskipun Panglima Shu menatapnya tajam. Ia percaya, bahwa orang yang cerdas tidak akan bertindak sembarangan, apalagi menuduh tanpa bukti.Ketika berdiri tepat di hadapannya, Xuan Li segera menyatukan kedua tangannya memberi hormat. "Saya tidak mencuri, Tuan. Token ini diberikan secara langsung oleh penasihat istana. Jika Tuan tidak perc
Saat Xuan Li masih dalam meditasi, tiba-tiba ia merasakan getaran energi yang mendekat dengan cepat. Mata batinnya menangkap kehadiran sejumlah besar kekuatan yang mengarah ke tempatnya berada. Ia segera menyadari bahwa daya serapnya mungkin telah menimbulkan efek samping tak terduga. Dengan sigap, ia menutup penyerapan energi dan menstabilkan aliran spiritual dalam tubuhnya, mengalihkan kesadarannya kembali ke keadaan waspada.Tidak lama setelah itu, suara langkah-langkah berat terdengar semakin dekat. Beberapa tetua istana, dipimpin oleh tetua utama yang berwibawa, memasuki ruangan dengan ekspresi tajam dan penuh kecurigaan. Mereka mengenakan jubah berornamen yang menandakan posisi tinggi mereka di istana."Apa yang kau lakukan di sini, anak muda?" tanya tetua utama dengan nada datar namun penuh ancaman. Matanya menyipit, menatap Xuan Li seakan ingin menembus sampai ke inti jiwanya.Xuan Li berdiri, membungkukkan badan dan menyatukan tangan sebagai bentuk penghormatan. “Maafkan s
Di aula megah yang dihiasi pilar emas dan lampu gantung perunggu, keenam tabib terpilih berdiri berjajar, suasana penuh tekanan menyelimuti ruangan. Beberapa di antara mereka tampak gelisah, mengusap jubah mereka dengan gugup, sementara yang lain berusaha menjaga wajah tetap tenang meski ketegangan terlihat dari sorot mata mereka. Xuan Li berdiri di antara mereka, tubuhnya tegap, dengan ekspresi netral yang tak menunjukkan emosi apa pun, seperti danau tenang yang menyembunyikan kedalamannya.Dari sudut aula, suara langkah berat menggema, memecah keheningan. Para pengawal membuka pintu besar, dan sosok Raja Jing memasuki ruangan. Mantel ungunya berkilauan di bawah cahaya lilin, setiap gerakannya menunjukkan wibawa seorang penguasa. Di belakangnya, penasihat istana mengikut dengan diam, memegang gulungan dokumen dengan hati-hati.“Yang Mulia Raja Jing telah tiba!” seru seorang pengawal, membungkukkan badan hingga sejajar dengan lantai. Para tabib serentak menundukkan kepala mereka seb
Xuan Li berdiri diam di samping ranjang Putri Jing Yue, memandangi wajah pucat sang putri yang tampak tak bernyawa. Tangan kanannya terulur, dengan jemari yang gemetar pelan saat ia melepaskan seutas energi spiritual untuk memeriksa kondisi sang putri lebih dalam. Begitu energinya menyentuh lautan kesadaran Putri Jing Yue, perasaan dingin yang menusuk segera menyambutnya."Lautan kesadaran yang beku..." gumamnya pelan, hampir seperti bisikan. Namun, jauh di dalam kegelapan, ia merasakan sesuatu yang lebih buruk. Jiwa sang putri seperti terperangkap, membeku dalam cengkeraman bayangan hitam yang mengerikan.Dahi Xuan Li berkerut dalam, dan dadanya sesak oleh kesadaran yang menghantamnya. Belenggu Jiwa. Racun yang terkenal hanya berasal dari satu tempat yaitu Suku Tali Merah, sebuah kelompok kuno di Dataran Tengah. Mereka dikenal karena sihir gelap dan kutukan yang memanfaatkan lautan kesadaran sebagai ladang permainan mereka. Suku itu sangat berbahaya, bahkan bagi para kultivator ti
Tubuh Xuan Li terasa seperti diikat beban tak kasatmata, setiap tarikan napasnya membawa bara panas yang merongrong kekuatannya. Jika bukan karena tubuh giok yang diwarisinya, ia takut jika racun Belenggu Jiwa sudah lama menghancurkan dirinya. Racun itu bukan hanya mematikan, melainkan seperti hidup, menjelajah nadinya, menyerang kesadaran, dan menciptakan ilusi kelam. Namun, tubuh gioknya yang kokoh, menangkis sebagian besar ancaman racun yang menyerangnya.Di dalam dirinya, getaran halus seperti riak air perlahan menjalar. Ia merasakan kehadiran gelombang destruktif yang siap menghancurkan kapan saja. Jemarinya mengepal, dingin oleh keringat, seolah menggenggam harapan yang hampir tergelincir.“Tubuhku... akankah bisa bertahan?” pikirnya. Tatapannya jatuh pada lantai marmer berkilau di bawah kakinya yang memantulkan bayangan dirinya yang kini ringkih namun tetap mencoba untuk berdiri tegap.Dalam dantiannya, artefak batu hitam pemberian Tabib Hantu Wu memancarkan cahaya redup, men
Xuan Li terdiam, tetapi tekanan spiritual yang ia lepaskan semakin kuat. Udara bergetar hebat, menciptakan pusaran energi yang tak kasat mata. Murid-murid yang lebih lemah merasakan dada mereka seakan tertindih beban raksasa dan langsung jatuh berlutut. Beberapa tetua mulai berkeringat dingin, wajah mereka menegang saat mencoba menahan tekanan yang semakin mencekik."I-Ini bukan tekanan biasa…!" bisik salah satu tetua dengan suara bergetar.Langit di atas Lembah Angin yang tadinya cerah kini berubah kelam. Awan hitam berkumpul, berputar seperti pusaran raksasa, sementara kilatan petir ungu kebiruan menari di antaranya. Angin bertiup kencang, menerbangkan dedaunan dan mengguncang bangunan di sekitar.Bai Xian, yang sejak tadi hanya mengamati dengan tenang, menyipitkan matanya. "Dia marah…"Bukan sekadar marah biasa. Ini adalah kemarahan yang cukup untuk mengganggu keseimbangan energi spiritual di seluruh lembah.Di antara para tetua, pria berjanggut panjang yang sebelumnya lantang menu
Xuan Li berdiri di tengah alun-alun dengan tatapan santai, seolah-olah situasi ini hanyalah hiburan baginya. Namun, di balik sikapnya yang tenang, tekanan spiritual yang ia lepaskan membuat banyak orang merasa tercekik. Murid-murid Lembah Angin menelan ludah, sementara beberapa tetua yang lebih lemah mulai berkeringat dingin.Tetua berjanggut panjang, yang baru saja menuduhnya, menggertakkan giginya. "Beraninya kau mengancam kami di tempat ini?! Kau pikir bisa lolos begitu saja setelah melakukan hal ini?"Xuan Li tidak menjawab. Sebaliknya, ia menoleh ke arah murid yang tergeletak di tanah, yang tubuhnya masih bergetar hebat. Matanya menyipit, memeriksa dengan saksama aura hitam samar yang melingkupi tubuh pemuda itu.‘Serangan jiwa, ya?’ pikirnya.Ia berlutut, meletakkan dua jarinya di atas dahi murid itu, mengabaikan tatapan penuh kecurigaan yang tertuju padanya. Dalam sekejap, seberkas cahaya perak berkilat dari ujung jarinya dan meresap ke dalam tubuh si murid. Aura hitam yang t
Di dalam ruang pertemuan yang temaram, beberapa tetua duduk melingkar. Suasana terasa begitu tegang.Tetua berjanggut panjang mengetuk ujung jarinya ke meja kayu tua. Tatapannya tajam, menelusuri wajah rekan-rekannya satu per satu. "Kita tidak bisa membiarkan dia tinggal di sini lebih lama. Kekuatan yang dia tunjukkan terlalu luar biasa, terlalu mencurigakan," katanya dengan nada datar, tetapi penuh tekanan.Seorang pria bertubuh kurus dengan wajah tirus menyandarkan tubuhnya ke kursi, bibirnya melengkung tipis. "Kau benar. Ratu Bai Xian mungkin mempercayainya karena dia telah menyelamatkannya, tetapi apakah itu cukup untuk menjamin bahwa dia tidak memiliki agenda lain?"Wanita paruh baya berambut putih panjang mendesah pelan. "Kalian terlalu berlebihan. Dia memang misterius, tetapi dia belum menunjukkan tanda-tanda niat buruk. Jika kita bertindak gegabah dan menyinggungnya, itu bisa membawa bencana bagi kita."Tetua berjanggut panjang menyipitkan matanya. "Justru karena dia belum
Di ruang pertemuan para tetua, beberapa sosok duduk dalam lingkaran, ekspresi mereka serius. Salah satu dari mereka, seorang pria tua dengan janggut panjang dan jubah abu-abu, mengetukkan jari ke meja dengan tatapan tajam."Kita telah membiarkan orang luar masuk ke tempat ini, bahkan mempercayakannya dengan formasi pelindung kita," katanya dengan suara rendah, namun penuh tekanan. "Apa yang dipikirkan Ratu Bai Xian?"Seorang wanita paruh baya dengan rambut putih panjang mendesah. "Dia menyelamatkan Ratu Bai Xian dan memulihkan formasi yang melemah. Itu adalah fakta.""Tapi kita tidak tahu siapa dia sebenarnya," sela seorang pria lain dengan wajah tirus. "Mengapa seseorang dengan kemampuan sehebat itu tiba-tiba muncul dan menawarkan bantuannya? Jangan lupa, kekuatan seperti itu selalu datang dengan harga."Hening sejenak.Tetua berjanggut panjang itu menyipitkan matanya. "Aku telah mengirim beberapa orang untuk mencari tahu latar belakangnya. Wu Yu dari Kekaisaran Bulan Perak? Itu mung
Ruangan itu dipenuhi keheningan yang menekan. Xuan Li menatap Bai Xian dengan tatapan tajam."Setelah ini, jangan pernah lagi berhubungan dengan Alam Bayangan," katanya dengan suara datar namun mengandung ketegasan yang tak bisa dibantah.Bai Xian terdiam. Meski tubuhnya lemah, matanya tetap menyimpan kewibawaan seorang pemimpin. Namun, ada kilasan ketidakpastian dalam tatapannya."Kau ingin aku memutuskan hubungan dengan mereka begitu saja?" tanyanya pelan."Jika kau ingin aku memperbaiki formasi perlindungan lembah ini, itu syaratnya," Xuan Li menjawab tanpa ragu. "Alam Bayangan bukanlah pihak yang bisa dipercaya. Mereka selalu meninggalkan jejak kotor di mana pun mereka berada. Jika kau tetap membiarkan mereka masuk, cepat atau lambat, Lembah Angin akan hancur dari dalam."Qing Peng, yang berdiri di dekat Bai Xian, mengepalkan tangan. Ia terlihat ingin mengatakan sesuatu, tetapi pada akhirnya memilih diam.Bai Xian menatap Xuan Li lama, seolah menimbang sesuatu. Akhirnya, ia menghe
Langkah kaki Xuan Li nyaris tak bersuara saat ia mengikuti pria bertopeng di depannya. Namun, Xuan Li tetap waspada.Pria itu tidak menoleh, tetapi suaranya terdengar tenang dan penuh keyakinan.“Tidak perlu mencurigaiku.”Xuan Li tak langsung menjawab, tetapi matanya tetap mengawasi gerak-gerik pria itu.“Aku Qing Peng, pengawal khusus Ratu Bai Xian, pemimpin Lembah Angin ini.”'Lembah Angin?'Mata Xuan Li sedikit menyipit. Ia pernah mendengar nama itu, sebuah tempat tersembunyi yang tidak bisa ditemukan sembarang orang. Jika benar, maka kemungkinan besar lembah ini dilindungi oleh formasi tingkat tinggi.Setelah beberapa saat berjalan, mereka tiba di sebuah tanah lapang. Sekilas, tempat ini tampak kosong. Namun, Xuan Li segera menyadari ada sesuatu yang tidak biasa.'Angin di sini… tidak bergerak seperti seharusnya.'Matanya mengamati ruang di hadapannya dengan lebih seksama. Ada getaran aneh di udara, samar namun jelas terasa oleh seseorang yang peka terhadap energi spiritual.'For
Langit malam perlahan memudar, berganti dengan semburat jingga yang mulai menyapu cakrawala. Xuan Li berdiri di atas artefak terbangnya, membiarkan angin dingin dini hari menerpa wajahnya. Pikirannya masih dipenuhi bayangan masa lalu yang baru saja ia tinggalkan.Saat itulah suara yang familiar muncul di benaknya."Dunia memang kejam, Xuan Li. Jangan menjadi lemah karenanya."Suara Wu Hei menggema di pikirannya, penuh dengan nada mengejek yang khas.Xuan Li mendengus. "Tumben kau bermulut manis."Wu Hei hanya terkekeh sebelum kembali bersembunyi di dalam penjara jiwa yang mengekangnya.Xuan Li mengabaikan gangguan itu dan menajamkan pandangannya ke depan. Ia tidak ingin lagi membuang waktu memikirkan masa lalu. Tanpa ragu, ia mengerahkan energi spiritualnya dan mempercepat laju artefak terbangnya, meninggalkan ibu kota Kekaisaran Bulan Perak sejauh mungkin.Fajar mulai menyingsing ketika Xuan Li akhirnya melihat sebuah lembah tersembunyi di bawahnya. Dari kejauhan, tempat itu tampak s
Xuan Li menghentikan langkahnya di atas atap sebuah bangunan yang menghadap langsung ke kediaman Yan Hui. Mata tajamnya menelusuri halaman luas di bawahnya. Bangunan itu berdiri megah di dalam kompleks kementerian di istana luar, menunjukkan betapa tinggi kedudukan pemiliknya.Plakat berlapis emas yang menggantung di depan gerbang mencantumkan jabatan resmi pemiliknya—Wakil Penasehat Kekaisaran, Yan Hui."Wakil Penasehat..."Xuan Li mengepalkan tangan di balik jubahnya.Yan Hui bukan hanya mendapatkan kehidupan yang nyaman, tetapi juga pengaruh politik yang besar. Setelah bertahun-tahun, pengkhianatan pria itu bukan hanya memberinya kebebasan, tetapi juga membawa kejayaan yang bahkan melebihi apa yang seharusnya ia miliki.Di sekeliling kediaman, penjagaan sangat ketat. Beberapa pengawal berjaga di gerbang utama, sementara beberapa lainnya berpatroli di sepanjang tembok luar.Namun, bagi Xuan Li, menerobos ke dalam tanpa terdeteksi bukanlah hal yang sulit.Dengan satu lompatan ringan
Malam menyelimuti istana kekaisaran dengan keheningan yang menegangkan. Bayangan hitam beringsut keluar dari gerbang belakang istana, melangkah tertatih seolah setiap langkahnya membawa beban yang tak tertahankan.Dari balik kegelapan, Xuan Li mengamati tanpa suara, tubuhnya menyatu dengan bayangan di antara bangunan batu yang kokoh. Tatapannya tajam menelusuri sosok yang berjalan dengan langkah sempoyongan.Pria itu tampaknya terluka. Jubah hitam panjang dan tudung kepala yang menyatu dengan pakaiannya hampir sepenuhnya menutupi wajahnya."Apakah dia terkena efek dari pembersihan energi gelap...?"Xuan Li menyipitkan matanya. Energi tubuh dharma Kaisar Xuan Huayin telah menyapu bersih kegelapan yang mengotori istana. Tak seharusnya ada yang masih menyimpan jejak energi gelap, kecuali mereka memiliki sesuatu yang lebih dari sekadar hubungan biasa dengan kegelapan itu.Pria itu terus berjalan, dan saat ia melintas di dekat tempat persembunyian Xuan Li, cahaya bulan yang tersaring di an