Xuan Li tiba di depan sebuah rumah teh sederhana bernama Paviliun Angin Senja. Dari luar, bangunan ini tampak biasa saja, tidak mencolok, tetapi justru itu yang membuatnya ideal sebagai tempat berkumpulnya para informan dan pedagang berita.Saat melangkah masuk, aroma teh wangi bercampur dengan suara percakapan memenuhi ruangan. Beberapa orang duduk di meja, berbincang dengan suara pelan, sementara yang lain tampak sibuk dengan dokumen atau surat di tangan mereka.Xuan Li berjalan menuju meja kosong di sudut ruangan dan duduk. Seorang pelayan datang dengan cepat menghampirinya.“Mau pesan apa, Tuan?”“Teh bunga dan beberapa kudapan,” jawab Xuan Li dengan nada santai.Pelayan itu mengangguk dan pergi. Sementara itu, Xuan Li memanfaatkan waktu untuk mengamati sekeliling.Di sudut lain ruangan, seorang pria berwajah kasar sedang berbicara dengan suara rendah kepada seorang lelaki tua berjubah biru.“Kau dengar soal pertemuan para bangsawan besok?”“Tentu saja. Kudengar keluarga-keluarga
Mereka melewati dapur rumah teh yang dipenuhi uap dan aroma rempah-rempah. Pelayan yang sedang sibuk tidak menoleh sedikit pun ke arah mereka, seolah ini bukan hal yang aneh. Xuan Li mengamati detail kecil ini—berarti Hu San memiliki pengaruh di tempat ini.Setelah keluar melalui pintu belakang, mereka tiba di lorong sempit yang berkelok, berakhir di sebuah halaman kecil dengan sumur tua di tengahnya. Hu San melangkah ke samping, menendang sedikit bagian dinding kayu, dan pintu rahasia terbuka, memperlihatkan tangga yang turun ke bawah tanah.“Kau masih ingin mendengar lebih lanjut?” tanyanya, melirik ke arah Xuan Li dengan senyum penuh tantangan.Xuan Li tidak menjawab. Ia hanya menatap Hu San sejenak sebelum melangkah masuk, melewati pria itu tanpa ragu.Hu San tertawa pelan. “Menarik.”Mereka menuruni tangga, dan udara berubah menjadi lebih dingin. Dinding batu lembap menyerap suara langkah kaki mereka, menciptakan keheningan yang hanya dipecahkan oleh tetesan air dari langit-langi
Xuan Li menerima tugas itu dengan ekspresi datar, tetapi di dalam pikirannya, roda pemikiran berputar dengan cepat. Seorang pangeran yang diduga diracun? Itu bukan perkara kecil. Jika benar, maka ada permainan kekuatan yang jauh lebih besar dari sekadar konflik di antara bangsawan.Hu San tersenyum puas melihat Xuan Li tidak menunjukkan tanda-tanda ketakutan atau ragu. “Bagus. Tapi sebelum kau memasuki istana, kami butuh kepastian.”Pria tua dengan bekas luka di wajahnya mencondongkan tubuh ke depan. “Ada seorang informan yang seharusnya memberi kami informasi lebih lanjut. Namun, dia menghilang dua hari lalu. Sebelum kau mulai tugas utamamu, temukan dia. Jika dia masih hidup, bawa dia ke kami. Jika dia mati, cari tahu siapa yang membunuhnya.”Xuan Li menyipitkan mata. “Siapa namanya?”“Qing Hao,” jawab Hu San. “Seorang pelayan rendah di istana luar, tetapi dia punya akses ke tempat-tempat yang seharusnya tidak bisa dijangkau orang biasa. Terakhir kali terlihat di Distrik Utara kot
‘Seseorang tidak ingin aku tahu lebih banyak…’Pria itu mati begitu saja setelah mengucapkan nama Tuan Muda Li. Jelas, ada seseorang yang tidak ingin rahasia ini terbongkar. Namun, bagi Xuan Li, hal itu justru semakin membuktikan bahwa ada sesuatu yang lebih besar di baliknya.Ia berjongkok, menyentuh pergelangan tangan pria itu, dan mengalirkan sedikit energi spiritual ke dalam tubuhnya. Seketika, ia merasakan adanya sisa energi yang bergejolak, jejak racun yang bekerja cepat, membakar organ dalam pria itu dalam hitungan detik.‘Bunuh diri paksa… atau lebih tepatnya, seseorang telah menanamkan segel kematian di tubuhnya.’Xuan Li bangkit perlahan, menarik napas dalam. Satu-satunya petunjuknya sekarang adalah nama Tuan Muda Li dan Qing Hao, yang masih belum diketahui keberadaannya. Jika ingin menemukan jawaban, ia harus menggali lebih dalam.Nama itu bisa merujuk pada banyak orang dalam Kekaisaran Bulan Perak. Namun, jika dikaitkan dengan penyusupan dan hilangnya seorang informan, mak
Xuan Li bergerak dalam keheningan, seperti bayangan yang menyatu dengan kegelapan malam. Setiap langkahnya membawa angin dingin yang hampir tak berwujud, menyapu lantai marmer istana tanpa meninggalkan jejak. Matanya yang tajam menelusuri lorong panjang menuju ruang rahasia.Namun, sebelum ia bisa mendekati pintu masuknya, sesuatu terjadi.Boom!Suara menggelegar memenuhi udara, membuat seluruh istana bergetar. Sebuah kekuatan yang dahsyat tiba-tiba meledak di langit, mengoyak awan malam dengan sinar keemasan. Dalam sekejap, tekanan luar biasa melanda seluruh area, membuat udara terasa berat dan menyesakkan.Xuan Li berhenti. Dahinya mengernyit saat matanya menatap langit yang kini berubah warna.Di atas, sebuah tubuh dharma raksasa muncul, menjulang seperti dewa yang turun ke dunia fana. Sosok itu bersinar dengan cahaya yang membakar segala kegelapan, memancarkan aura yang cukup kuat untuk menggetarkan hukum dunia."Kaisar Xuan Huayin…" gumam Xuan Li dalam hati.Ia tidak perlu meneba
"Berhati-hatilah, Xuan Li. Kita bersiap sekarang!" seru Yan Hui dengan sikap waspada. "Emm." Xuan Li mengangguk, ia menggenggam pedangnya dengan erat. Napasnya berat, bukan hanya karena rasa takut, tetapi juga karena ini adalah pertama kalinya ia berburu binatang roh. Nyawa ayahnya tergantung pada kristal roh itu, dan ia harus mendapatkannya, apa pun risikonya. Tiba-tiba, tanah bergetar. Dari balik kegelapan hutan, sepasang mata merah menyala muncul, diikuti raungan dahsyat. Naga Hitam, makhluk buas dengan sisik gelap mengkilat, menyerbu dengan kecepatan yang sulit diprediksi. Bau manusia memancing insting berburunya sehingga pertarungan tidak mungkin terhindarkan. Adrenalin Xuan Li melonjak. Dengan gerakan gugup, ia mengayunkan pedangnya. Namun, kekuatannya terlalu kecil. Serangan itu hanya menggores sisik keras Naga Hitam dan membuat makhluk itu semakin murka. “Arrggh!” Tubuh Xuan Li terpental, menghantam batu besar hingga darah segar mengalir dari sudut bibirnya. Ia terus
Jauh di dalam lautan kesadarannya, Xuan Li mengalami keadaan yang sulit. Bayangan masa lalu bersama orang-orang yang ia sayangi datang seperti nyata. Dengan ujaran kebencian, mereka mendorong tubuhnya yang terikat oleh rantai hingga terjatuh ke dalam lautan tenang tak berujung.Di tengah keputusasaan, ia mencoba melepaskan diri dari rantai yang membelenggunya. Usahanya berhasil. Namun, rantai yang hancur berubah menjadi bayangan hitam dengan mata merah menakutkan mencekiknya."Si-siapa kamu?" Xuan Li merasa nafasnya dan daya hidupnya terhisap oleh makhluk menyeramkan itu."Serahkan jiwamu dengan patuh. Sebagai gantinya, aku akan membalaskan dendamu. Hahaha.""Tidak! Aku tidak sudi dikendalikan olehmu." Xuan Li berusaha keras untuk melepaskan diri, tapi sepertinya usahanya sia-sia."Hidupku benar-benar sudah berakhir."Pandangannya mulai meredup. Saat hampir mati ia melihat cahaya terang yang menekan bayangan hitam. Cengkeramannya terlepas, namun ia tidak bisa merasakan apapun lagi sel
Di penghujung tahun kelima berada di Gunung Tulang Naga, Xuan Li akhirnya akan segera meninggalkannya. Ia dan gurunya berjalan menuruni gunung. Sekilas pandang, langkah mereka seolah lamban, tetapi hanya dalam sekejap, jarak ratusan meter sudah mereka lewati.Setelah tiba di kaki gunung, Tabib Hantu Wu menghentikan langkahnya, menatap Xuan Li sejenak, lalu ia berkata, “Ingatlah, dunia luar penuh tipu daya. Gunakan semua ilmu yang kuajarkan seperlunya saja. Jangan terlalu percaya pada apa yang terlihat oleh mata, karena kebenaran seringkali tersembunyi jauh di balik penampilan.”Xuan Li menundukkan kepalanya dalam-dalam lalu menyatukan kedua tangannya sebagai tanda penghormatan.“Aku akan selalu mengingat nasihatmu, Guru.”"Pergilah!" Tanpa menunggu balasan, pria tua itu berbalik dan mulai kembali mendaki gunung. Ia tidak menoleh lagi untuk menyembunyikan segala perasaan berat di hatinya. Di dalam dadanya, ada kesedihan yang mendalam, tetapi ia tidak ingin muridnya melihatnya. Saat in
Xuan Li bergerak dalam keheningan, seperti bayangan yang menyatu dengan kegelapan malam. Setiap langkahnya membawa angin dingin yang hampir tak berwujud, menyapu lantai marmer istana tanpa meninggalkan jejak. Matanya yang tajam menelusuri lorong panjang menuju ruang rahasia.Namun, sebelum ia bisa mendekati pintu masuknya, sesuatu terjadi.Boom!Suara menggelegar memenuhi udara, membuat seluruh istana bergetar. Sebuah kekuatan yang dahsyat tiba-tiba meledak di langit, mengoyak awan malam dengan sinar keemasan. Dalam sekejap, tekanan luar biasa melanda seluruh area, membuat udara terasa berat dan menyesakkan.Xuan Li berhenti. Dahinya mengernyit saat matanya menatap langit yang kini berubah warna.Di atas, sebuah tubuh dharma raksasa muncul, menjulang seperti dewa yang turun ke dunia fana. Sosok itu bersinar dengan cahaya yang membakar segala kegelapan, memancarkan aura yang cukup kuat untuk menggetarkan hukum dunia."Kaisar Xuan Huayin…" gumam Xuan Li dalam hati.Ia tidak perlu meneba
‘Seseorang tidak ingin aku tahu lebih banyak…’Pria itu mati begitu saja setelah mengucapkan nama Tuan Muda Li. Jelas, ada seseorang yang tidak ingin rahasia ini terbongkar. Namun, bagi Xuan Li, hal itu justru semakin membuktikan bahwa ada sesuatu yang lebih besar di baliknya.Ia berjongkok, menyentuh pergelangan tangan pria itu, dan mengalirkan sedikit energi spiritual ke dalam tubuhnya. Seketika, ia merasakan adanya sisa energi yang bergejolak, jejak racun yang bekerja cepat, membakar organ dalam pria itu dalam hitungan detik.‘Bunuh diri paksa… atau lebih tepatnya, seseorang telah menanamkan segel kematian di tubuhnya.’Xuan Li bangkit perlahan, menarik napas dalam. Satu-satunya petunjuknya sekarang adalah nama Tuan Muda Li dan Qing Hao, yang masih belum diketahui keberadaannya. Jika ingin menemukan jawaban, ia harus menggali lebih dalam.Nama itu bisa merujuk pada banyak orang dalam Kekaisaran Bulan Perak. Namun, jika dikaitkan dengan penyusupan dan hilangnya seorang informan, mak
Xuan Li menerima tugas itu dengan ekspresi datar, tetapi di dalam pikirannya, roda pemikiran berputar dengan cepat. Seorang pangeran yang diduga diracun? Itu bukan perkara kecil. Jika benar, maka ada permainan kekuatan yang jauh lebih besar dari sekadar konflik di antara bangsawan.Hu San tersenyum puas melihat Xuan Li tidak menunjukkan tanda-tanda ketakutan atau ragu. “Bagus. Tapi sebelum kau memasuki istana, kami butuh kepastian.”Pria tua dengan bekas luka di wajahnya mencondongkan tubuh ke depan. “Ada seorang informan yang seharusnya memberi kami informasi lebih lanjut. Namun, dia menghilang dua hari lalu. Sebelum kau mulai tugas utamamu, temukan dia. Jika dia masih hidup, bawa dia ke kami. Jika dia mati, cari tahu siapa yang membunuhnya.”Xuan Li menyipitkan mata. “Siapa namanya?”“Qing Hao,” jawab Hu San. “Seorang pelayan rendah di istana luar, tetapi dia punya akses ke tempat-tempat yang seharusnya tidak bisa dijangkau orang biasa. Terakhir kali terlihat di Distrik Utara kot
Mereka melewati dapur rumah teh yang dipenuhi uap dan aroma rempah-rempah. Pelayan yang sedang sibuk tidak menoleh sedikit pun ke arah mereka, seolah ini bukan hal yang aneh. Xuan Li mengamati detail kecil ini—berarti Hu San memiliki pengaruh di tempat ini.Setelah keluar melalui pintu belakang, mereka tiba di lorong sempit yang berkelok, berakhir di sebuah halaman kecil dengan sumur tua di tengahnya. Hu San melangkah ke samping, menendang sedikit bagian dinding kayu, dan pintu rahasia terbuka, memperlihatkan tangga yang turun ke bawah tanah.“Kau masih ingin mendengar lebih lanjut?” tanyanya, melirik ke arah Xuan Li dengan senyum penuh tantangan.Xuan Li tidak menjawab. Ia hanya menatap Hu San sejenak sebelum melangkah masuk, melewati pria itu tanpa ragu.Hu San tertawa pelan. “Menarik.”Mereka menuruni tangga, dan udara berubah menjadi lebih dingin. Dinding batu lembap menyerap suara langkah kaki mereka, menciptakan keheningan yang hanya dipecahkan oleh tetesan air dari langit-langi
Xuan Li tiba di depan sebuah rumah teh sederhana bernama Paviliun Angin Senja. Dari luar, bangunan ini tampak biasa saja, tidak mencolok, tetapi justru itu yang membuatnya ideal sebagai tempat berkumpulnya para informan dan pedagang berita.Saat melangkah masuk, aroma teh wangi bercampur dengan suara percakapan memenuhi ruangan. Beberapa orang duduk di meja, berbincang dengan suara pelan, sementara yang lain tampak sibuk dengan dokumen atau surat di tangan mereka.Xuan Li berjalan menuju meja kosong di sudut ruangan dan duduk. Seorang pelayan datang dengan cepat menghampirinya.“Mau pesan apa, Tuan?”“Teh bunga dan beberapa kudapan,” jawab Xuan Li dengan nada santai.Pelayan itu mengangguk dan pergi. Sementara itu, Xuan Li memanfaatkan waktu untuk mengamati sekeliling.Di sudut lain ruangan, seorang pria berwajah kasar sedang berbicara dengan suara rendah kepada seorang lelaki tua berjubah biru.“Kau dengar soal pertemuan para bangsawan besok?”“Tentu saja. Kudengar keluarga-keluarga
Xuan Li berdiri diam, menatap mayat kering pria iblis itu. Sisa-sisa energi hitam berputar di udara sebelum akhirnya menghilang sepenuhnya.Ini belum berakhir.Jika satu anggota Klan Iblis telah datang, maka yang lain pasti akan menyusul. Klan Iblis bukan kelompok yang mudah menyerah, terutama jika mereka mengincar sesuatu. Dan kali ini, mereka mengincar dirinya.“Apa kau baik-baik saja?” Wu Rong bertanya dari dalam tubuhnya.“Pemulihanmu belum selesai, jangan terlalu memaksakan diri,” tambah Wu Hei.Xuan Li menenangkan napasnya. “Aku tahu.”Matanya menatap langit yang mulai cerah. Tidak ada waktu untuk berdiam diri. Ia harus segera pergi sebelum lebih banyak musuh muncul.Dengan langkah ringan, ia meninggalkan tempat itu, menyusuri hutan dengan kecepatan yang stabil. Setiap jejaknya nyaris tak terdengar, menyatu dengan alam sekitar.Beberapa saat kemudian, ia menemukan sebuah sungai kecil. Ia berjongkok, mencuci tangannya yang berlumuran debu dan sisa darah. Wajahnya masih tenang, te
Tidak ingin terpuruk terlalu lama, Xuan Li duduk bersila untuk memulihkan diri. Meskipun ia memiliki kemampuan regenerasi yang jauh lebih baik daripada manusia biasa, luka-luka yang ia terima sebelumnya cukup dalam untuk menghambat pemulihannya.Xuan Li bukanlah seseorang yang ceroboh. Sejak beberapa waktu lalu, ia sudah menyadari sesuatu yang tidak wajar. Ada seseorang yang mengawasinya.‘Siapa pun itu, dia belum menyerang…’ pikirnya.Biasanya, seorang pembunuh akan langsung mengeksekusi target tanpa ragu. Namun, sosok ini memilih untuk menunggu, seakan mengamati kelemahan Xuan Li sebelum bergerak.Xuan Li tidak terburu-buru. Ia tetap menutup matanya, memperlambat napasnya, dan mulai melakukan teknik pemulihan.Di dalam tubuhnya, dua suara samar terdengar.“Kondisimu belum stabil.” Wu Rong memperingatkan, suaranya dalam dan penuh ketenangan.“Namun, jika kau butuh kekuatan, kami bisa membantumu,” tambah Wu Hei, suaranya sedikit lebih lembut tetapi tetap penuh wibawa.Xuan Li tidak me
Tubuh Xuan Li merosot ke batang pohon tua itu. Dadanya kembang kempis, tiap tarikan napas terasa seperti menarik beban berat. Keringat dingin membasahi keningnya sementara rasa sakit menyebar seperti racun yang merembes ke seluruh sendinya.Luka dalam yang belum sembuh itu merampas sisa-sisa tenaganya.Menggerakkan jari saja sudah menyiksa, apalagi harus membentuk formasi sihir rumit seperti yang biasa ia lakukan."Sial..." keluhnya lirih, hampir tak terdengar di antara desau angin malam yang menggigit tulang.Dengan tangan gemetar, Xuan Li merogoh kantong penyimpanan yang muncul dari udara kosong. Jemarinya yang kasar menyentuh permukaan dingin kristal energi, benda yang selama ini jadi andalannya. Saat kristal itu berada dalam genggamannya, cahaya kebiruan yang redup menyebar di sela-sela jarinya.Ia tertatih-tatih menancapkan kristal-kristal tersebut ke tanah lembap. Tangannya bergerak lambat, menggambar pola pertahanan yang telah ratusan kali ia praktikkan. Formasi yang kali ini i
Kegelapan menyelimuti kesadaran Xuan Li.Rasa sakit menusuk tulangnya, tajam dan dingin seperti ribuan jarum es yang menembus ke setiap saraf. Tubuhnya terasa berat, seolah terhimpit oleh gunung yang tak kasatmata. Ia mencoba bergerak, namun kekuatan asing mencengkeramnya, membelenggu setiap inci tubuh dan jiwanya.Ada sesuatu di dalam dirinya, bukan hanya Wu Hei. Ini lebih tua, lebih pekat, dan jauh lebih berbahaya. Energi gelap yang seakan bukan hanya ingin menguasai, tetapi juga melahapnya tanpa sisa."Apa… ini?"Pikirannya berputar, kacau dan tumpang tindih. Kilasan-kilasan ingatan dari dalam formasi pohon kembali muncul, fragmen masa lalu yang masih buram. Namun, di antara potongan-potongan yang belum tersusun itu, ada satu kebenaran yang kini tak bisa ia sangkal lagi.Darahnya bukan manusia.Pernyataan itu menghantamnya seperti badai. Ada sesuatu yang menggerogoti dadanya, rasa perih yang samar, hampir menyerupai kesedihan. Jika ia benar keturunan klan iblis, apakah itu berarti