Nyonya Toni membungkam mulutnya pakai kedua tangan. Ia keceplosan atas apa yang ia lakukan di masa lalu. Mau mengelak juga sekarang percuma Sandi tak akan percaya begitu saja."Kalau iya memangnya kenapa? Kamu juga tak punya bukti apapun untuk menuduhku. Omongan saja tidak akan bisa menjadikan barang bukti!" ucap nyonya Toni sambil tertawa."Tunggu saja kamu akan mati mengenaskan selesai ini," balas Sandi.Nyonya Toni menertawakan Sandi. Dia merasa menang melihat Sandi dengan wajah sedihnya. Tidak tahu apa yang ia pikirkan yang jelas ia puas membuat Sandi tertekan."Seharusnya aku membunuhmu juga lima tahun lalu. Kenapa kamu bisa kembali? Mengacaukan semua rencanaku saja!" seru nyonya Toni."Aku kembali karena akan mengambil apa yang aku punya. Masa kejayaanmu sudah habis. Jangan merasa pintar karena tanpa bantuan orang lain kamu hanya sebutir debu yang tak bernilai," balas Sandi sambil meninggalkan ruangan.Nyonya Toni menggertakkan giginya. Ia sangat kesal dengan kejadian ini. Sandi
Sandi menggelengkan kepalanya. Di hatinya kini sudah ada Ani. Tidak mungkin ia berpaling untuk Velope sejak dulu sahabatnya mencintai wanita cantik itu. Tak mungkin dia akan berpacaran dengannya. Karena itu akan merusak persahabatannya."Velope hatiku hanya satu dan sudah terisi dengan satu nama. Aku harap kamu bahagia bersama Martin. Jangan kamu hancurkan hatinya karena mengejarku yang sudah mencontai satu wanita!" tegas Sandi."Baik. Tapi aku tak akan rela jika wanita yang kamu cintai adalah wanita yang tak punya latar belakang kuat seperti Ani yang hanya anak dari seorang bekas kepala pelayan keluargamu!" seru Velope.Sandi menghembuskan nafas kasarnya. Ia tak rela jika kekasih hatinya di hina seperti ini oleh seorang wanita yang menginginkan hatinya. Sepertinya ia harus tahu. Hati itu tak bisa dipaksakan. Velope harus mengerti itu karena sekeras apapaun ia menginginkan hati Sandi jika ia tak bisa membukanya maka akan susah baginya menerima kehadiran Velope."Velope yang namanya ha
Robi sangat kesal dengan apa yang dikatakan oleh nyonya Toni. Dia merasa nyonya terlalu bawel seakan memerintahnya untuk menghabisi Sandi. Robi tidak suka jika ada orang yang begitu teguh memerintahnya. ia mencekik leher nyonya Toni kuat. "Aku memang ingin menyingkirkan Sandi. Tapi kalau kamu meminjam tanganku untuk menghabisi Sandi karena kamu merasa berhak atas warisan orang tuanya kamu salah besar! seru Robi yang kesal mendengar alasan nyonya Toni. "Ampuni aku tuan Robi. Aku mengaku salah lepaskan aku. Aku bisa mati jika tercekik dengan kuat seperti ini. Tubuhku sudah sakit digebuki tadi oleh tahanan rendahan itu," ucap nyonya Toni lirih karena kesakitan. Robi mendorong nyonya Toni kuat sehingga terbanting ke lantai dengan keras. Nyonya Toni berteriak kesakitan lagi. Hari ini adalah hari yang sangat apes untuknya karena tiga kali tersakiti oleh orang. Tapi dia tidak akan menyerah untuk menghasut Robi yang sepertinya sudah mulai goyah hatinya. "Tuan muda Robi kenapa kamu meny
Rudi menegaskan kalau dia bukan bengong tapi memikirkan mimpi menyenangkan yang tuan muda Sandi katakan. "Tuan muda aku nggak bengong. Tapi kata tuan muda tadi mengatakan mimpi menyenangkan. Apakah selama ini merindukan belaian seorang wanita?" tanya Rudi."Rudi cobalah fokus. Kenapa pikiranmu sangat kotor! Aku memimpikan papiku jadi aku katakan kalau aku sedang mimpi menyenangkan. Senang karena mimpi bertemu papiku!" jawab Sandi tegas.Rudi menggaruk kepalanya lalu tersenyum. Jadi bukan mimpi yang seperti ia pikirkan. Dia meminta maaf pada Sandi karena salah menebak. Untung dia belum membawa wanita ke kamar tuan mudanya. Bisa-bisa nanti wanita itu dibunuh olehnya."Itu karena tuan muda tidak mengatakan secara menyeluruh jadi pikiranku melayang ke arah sana," balas Rudi."Baiklah aku akan maafkan kamu. Bagaimana tugas yang aku berikan?" tanya Sandi.Tugas yang diberikan Sandi tentu sudah ia selesaikan dengan mudah. Saat ini tinggal menunggu pergerakan dari musuh saja. "Sekarang kita
Jerri mengatakan kalau geng sembilan naga sudah bergerak. Mereka sudah menculik gadis yang mereka kira adalah Ani. Mereka membawa gadis pengganti itu ke suatu tempat wilayah mereka yang jauh dari keramaian. "Geng sembilan naga sudah membawa gadis pengganti yang mereka kira itu adalah Ani," ucap Jerri. "Bagus kalau begitu kita pantau saja pergerakan mereka," balas Sandi sambil berjalan dengan girang menuju mobilnya. Brak! Seseorang menabraknya karena terburu-buru berjalan menuju dalam gedung. Sandi melihat wajah siapa orang yang menabraknya. Bukannya minta maaf dia marah kepada Sandi karena menghalangi jalannya. "Apa kamu tidak punya mata jalanan selebar ini masih bisa menabrakku?" tanya seorang yang berburu-buru itu. "Tuan muda Robi kamu yang berjalan terburu-buru tapi menyalahkan aku. Jalanan selebar ini kamu masih menabrakku apa kamu tak punya mata untuk melihat," jawab Sandi membalikkan pertanyaan Robi. Robi menyeringai tipis kenapa dia bisa bertemu dengan musuh bebuyutanny
Ani mencemaskan Sandi yang saat ini pasti sedang kelelahan mengurus semuanya sendiri. Ani merasa bersalah karena harus terbaring lemas di rumah sakit. Tak bisa membantunya."Jangan khawatir kak Ani. Kita harus percaya kakak Sandi baik-baik saja. Kita memang belum mendapatkan kabar. Kita tunggu saja kabar baik darinya nanti," balas Sonia."Baiklah kalau begitu. Semoga Sandi baik-baik saja," ucap Ani masih merasa cemas.Ani hanya merasa pihak musuh yang salah sasaran ini akan semakin kesal. Mereka pasti menargetkan Sandi lagi hari ini. Apalagi tuan Toni dan istrinya pasti tak terima kalau putrinya menjadi tameng untuk Ani."Aku hanya cemas saja. Karena pasti nyonya Toni yang licik itu akan tidak senang karena putrinya yang mendapatkan kecelakaan seperti ini," imbuh Ani."Mau marah juga mereka bisa apa. Mereka sedang di rumah tahanan sekarang," ucap nyonya Lusi.Nyonya Lusi merasa sedikit lega mereka mendapatkan pembalasan yang menyakitkan seperti ini. Ia ingin melihat ekspresi istri adi
Nyonya Lusi mengatakan pada Rudi memang ia sudah tak sabar mengetahui apa yang terjadi pada Terri saat ini. Apakah dia sudah tersiksa batinnya atau mungkin sedang merencanakan sesuatu yang akan membuat keluarganya tersakiti lagi. "Cepat katakan Rudi aku sudah tak sabar mengetahuinya," ucap nyonya Lusi. "Lihatlah rekaman ini nyonya," balas Rudi. Rudi memutar video yang memperlihatkan Terri berada di sebuah klinik. Dia sudah sadar dan menanyakan ada dimana dia sekarang. Seorang perawat mengatakan kalau tadi ada seorang tuan muda yang mengantarnya ke sini tapi dia sudah pergi dia juga tidak meninggalkan uang untuk membayar biaya pengobatan Terri. "Seorang tuan muda yang membawa mobil mewah tadi? Lalu dimana dia sekarang?" tanya Terri. "Mana kami tahu nona. Ini adalah tagihan klinik untukmu!" jawab perugas medis.Terri meremas kertas tagihan itu lalu dia mengatakan tak punya uang. Ia meminta meminjam ponsel karena akan menelpon saudaranya. Ia juga mengaku anak dari Toni Brawijaya s
Nyonya Lusi menyetujui permintaan Sandi untuk mengunjungi makam tuan Brawijaya. Tapi hari ini mereka dalam keadaan lelah. Jadi nyonya Lusi meminta Sandi untuk istirahat dulu barulah pergi berkunjung ke makam tuan Brawijaya pada esok paginya."Ayo kita pulang dulu. Kalian semua sudah lelah dengan beberapa aktivitas berat beberapa hari ini. Kita akan berkunjung besok pagi dengan persiapan matang," ucap nyonya Lusi."Persiapan matang?" tanya Sandi yang tidak mengerti. Kenapa ke makam saja butuh persiapan matang."Kita akan membawa makanan kesukaan papimU. Bunga yanh biasa dibawa untuk mami. Juga teh cammomile kesukaan papi. Jangan lupa cerutu model baru perusahaan kamu bawakan juga," jawab nyonya Lusi.Sandi mengangguk mengerti. Benar juga mengunjungi papinya harus penuh dengan persiapan yang matang. Jika sekarang ke sana mungkin papinya tidak akan suka karena mereka datang dengan tangan kosong juga dalam kondisi lelah."Ayo kita pulang dulu. Istirahat lalu kita ke makam papi," ajak Sand