Setelah dokter Diki pulang dari kediaman Jane, Oma Ainur merasa sangat ingin berbicara kepada cucunya tentang maksud dari kedatangan dokter Diki yang ingin melamar Jane menjadi istrinya. Namun, saat melihat wajah kelelahan Jane setelah beraktivitas seharian di luar rumah, Oma Ainur memutuskan untuk menunda pembicaraan itu hingga besok pagi. Situasi ini mungkin akan menciptakan ketegangan dan keingintahuan di antara mereka.Setelah dokter Diki pergi. Oma Ainur pun memperhatikan raut muka Jane, cucunya. Wajahnya tampak kelelahan setelah melewati hari yang panjang.Oma Ainur melihat Jane dengan penuh kekhawatiran. Sang nenek pun berkata, “Jane … kamu terlihat sangat lelah. Apa yang kamu sangat sibuk seharian ini?”Jane menghela napasnya berat, seraya berkata,“Iya, Oma. Hari ini sangat melelahkan bagiku. Aku beraktivitas seharian dan banyak hal yang telah aku lalui hari ini.” Sejenak Jane mengingat rentetan kejadian hari ini dimana dirinya semakin terjebak dalam permainan yang telah dir
Arjuna duduk termenung di ruang tamu apartemennya, wajahnya dipenuhi kegelisahan yang tak terbendung. Jane, istri pura-puranya tidak dapat dihubungi dari tadi dan belum memberikan kabar sedikit pun padanya. Meskipun mereka sebelumnya telah sepakat untuk menjalani pernikahan pura-pura, akan tetapi perasaan Arjuna terhadap Jane telah berubah menjadi lebih dalam.Dengan hati yang berat, Arjuna mengambil teleponnya dan memilih nomor yang sudah dia hafal dengan baik. Layanan wanita bayaran adalah jalan satu-satunya yang dapat menenangkan pikirannya malam ini. Cindy atau Nola, dua wanita yang sudah lama mengenalnya, akan menjadi pilihan yang tepat untuk mengalihkan perhatiannya dari kegelisahannya.Arjuna : "Cindy, apa kabar?" sapa Arjuna dengan suara yang terdengar lebih tenang dari yang sebenarnya.Cindy : "Cukup baik, Bos Arjuna. Apakah Anda membutuhkan sesuatu?" jawab Cindy dari ujung telepon.Arjuna : "Ya, saya butuh bantuanmu malam ini. Bisakah kamu datang ke apartemenku sekarang?
“Oma ingin tahu, kapan kamu akan memperkenalkan Arjuna kepada Oma?" ulang sang nenek. Ketika mendengar pertanyaan itu, Jane merasa ketakutan yang besar. Dia tidak menyangka bahwa Oma Ainur akan bertanya tentang hal itu. Jane merasa sedikit canggung dan bingung tentang bagaimana dia harus menjawab. "Eh, Oma Ainur, aku ..." sahutnya tercekat. “Oma yakin kamu dan Arjuna sudah berkencan cukup lama. Jadi Oma sangat ingin bertemu dengannya dan mengenalnya lebih baik." Jantung Jane tiba-tiba berdebar kencang. Dia merasa sangat khawatir Oma Ainur tertarik untuk bertemu dengan Arjuna. Gadis itu juga merasa cemas karena dia belum siap untuk memperkenalkan Arjuna kepada sang nenek. Jane pun berkata, "Oma Ainur, aku sangat senang bahwa Oma ingin bertemu dengan Arjuna. Tapi, aku masih merasa sedikit ragu untuk memperkenalkannya kepada Oma. Aku ingin memastikan semuanya berjalan baik antara kami, sebelum kami melibatkan keluarga." Oma Ainur menjawab, "Tentu, Jane. Oma mengerti. Kamu
Setelah melewati kemacetan jalanan kota Jakarta yang terkenal padat, Jane akhirnya tiba di apartemen Arjuna. Kedatangannya sangat ditunggu-tunggu, karena di dalam apartemen tersebut ada perwakilan dari kantor catatan sipil yang akan membantu melegalkan pernikahan mereka.“Halo semuanya, maaf saya terlambat. Jalanan sangat macet,” ucap Jane sambil menundukkan kepalanya karena Arjuna menatapnya dengan sangat tajam.“Tidak masalah, Nona Jane. Ayo … silakan masuk,” sahut Boris, Asisten dari Arjuna.Situasi di dalam apartemen mulai terasa hangat dan penuh harapan. Jane pun segera duduk di sana. Mereka semua berkumpul di ruang tamu di dalam apartemen itu.Perwakilan dari kantor catatan sipil menyambut kedatangan Jane dengan senyum ramah di wajahnya. Dia pun mempersilakan Jane dan Arjuna duduk di depannya, sambil menyiapkan berkas-berkas yang diperlukan untuk melegalkan pernikahan mereka. Mereka berdua duduk dengan tegang dan penuh harapan, menantikan momen penting dalam hidup mereka.Perwa
Jane berdiri tegak di depan meja kerja Arjuna, dengan ekspresi serius yang mencerminkan konsentrasinya pada pembicaraan yang akan mereka lakukan. Arjuna duduk di balik meja, matanya menatap tajam ke arah Jane, menunggu penjelasan atas pertanyaannya."Jane, kenapa ponselmu tadi malam tidak bisa dihubungi?" tanya Arjuna dengan nada penasaran.Jane menelan ludah, menyiapkan dirinya untuk menjawab pertanyaan itu. "Maafkan saya, Tuan. Ponsel saya kemarin malam ada di dalam tas, dan saya tidak menyadari kalau baterainya habis."Arjuna mencibir tak suka, ekspresinya tetap serius. "Cih! Alasan saja! Lagian kenapa kamu tidak memeriksa ponselmu sebelum tidur?" ketus Arjuna.Jane menundukkan kepala, merasa bersalah. "Saya berpikir jika ponsel saya masih dalam keadaan baik, Tuan. Saya sama sekali tidak menyangka kalau baterainya akan habis begitu cepat."Arjuna menatap gadis itu, mencoba memahami penjelasan Jane. Namun, dia masih ingin mengetahui lebih lanjut. "Dan kenapa kamu baru menyadari k
Jane, seorang wanita yang berbakat dalam memasak, dari tadi sibuk di dapur apartemen Arjuna. Dia dengan hati-hati telah mempersiapkan semua bahan dan menciptakan hidangan lezat untuk makan siang mereka. Jane dan Arjuna baru saja sah menjadi suami dan istri di atas kertas setelah menandatangani dokumen resmi pernikahan dari kantor catatan sipil. Arjuna pun menyuruh Jane untuk memasak makanan lezat, dalam rangka merayakan keabsahan pernikahan mereka.Hidangan-hidangan yang telah disiapkan oleh Jane adalah sapi rica-rica, sayur pakcoy tumis, dan rawon sapi. Semua hidangan itu telah terhidang dengan sempurna di atas meja di ruang makan mereka.Jane sangat antusias saat dia menyelesaikan hidangan-hidangan tersebut. Perempuan itu dengan cermat menata semuanya di atas meja, memastikan setiap hidangan terlihat menarik dan menggugah selera. Piring-piring putih bersih dan sendok-garpu yang berkilauan menambah kesan elegan pada meja makan makan.Saat semuanya telah siap, Jane memanggil suamin
Setelah menikmati makan siang yang lezat, Arjuna dan Jane, didampingi oleh Asisten Boris, memulai perjalanan menuju ke sebuah butik pengantin ternama di Jakarta Selatan. Mereka berdua duduk di kursi belakang mobil mewah, milik Arjuna sementara Boris dengan tenang mengemudikan mobil melalui jalanan ibu kota.Lalu Arjuna berkata kepada Jane,“Nona Jane, ingat! Kita masih tetap harus bersandiwara! Kamu jangan sampai melupakannya!” ujar Arjuna setengah berbisik kepada gadis cantik yang telah sah menjadi istrinya, walaupun hanya pura-pura saja.“Iya, Tuan Arjuna. Aku pasti akan ingat semua tugas-tugasku,” sahut Jane pasrah dengan semua perkataan Arjuna kepadanya.“Okay, good!” seru Arjuna sambil tersenyum penuh misteri ke arah Jane.Pria itu sangat puas dengan sandiwara yang mereka lakoni dari tadi. Arjuna sungguh sangat menikmatinya sebagai sesuatu yang dirinya inginkan untuk selalu dekat dengan Jane.Sang pemuda sepertinya telah jatuh cinta terlalu dalam kepada istri pura-puranya itu, ta
Hari telah sore, langit cerah dan matahari masih bersinar terang. Sesudah sesi foto pernikahan mereka yang penuh dengan kegembiraan dan cinta, Arjuna dan Jane memutuskan untuk berhenti sejenak di sebuah supermarket.Masih disopiri oleh Asisten Boris, mereka tiba di supermarket dan melangkah keluar dari mobil. Jane merasa sedikit aneh berjalan-jalan di supermarket bersama seorang pria. Sebelumnya dia tidak pernah melakukan ini. Akan tetapi Jane juga merasa senang. Hari ini adalah hari pertama dirinya dan Arjuna sebagai pasangan suami istri, walaupun semua hanyalah sandiwara. Tapi Jane tidak berdaya untuk melawan selain telah terikat kontrak dengan Arjuna. Keberadaan Asisten Boris yang menjadi mata-mata dari Opa Robi, juga sungguh sangat meresahkan.“Sayangku, Jane. Ayo kita masuk ke dalam. Kita perlu belanja beberapa bahan makanan. Isi kulkas benar-benar kosong sekarang,” ucap Arjuna kepada istri pura-puranya.“I … iya, Mas Juna.” jawab Jane singkat.Arjuna lalu menggandeng tangan Jan