Setelah menikmati makan siang yang lezat, Arjuna dan Jane, didampingi oleh Asisten Boris, memulai perjalanan menuju ke sebuah butik pengantin ternama di Jakarta Selatan. Mereka berdua duduk di kursi belakang mobil mewah, milik Arjuna sementara Boris dengan tenang mengemudikan mobil melalui jalanan ibu kota.Lalu Arjuna berkata kepada Jane,“Nona Jane, ingat! Kita masih tetap harus bersandiwara! Kamu jangan sampai melupakannya!” ujar Arjuna setengah berbisik kepada gadis cantik yang telah sah menjadi istrinya, walaupun hanya pura-pura saja.“Iya, Tuan Arjuna. Aku pasti akan ingat semua tugas-tugasku,” sahut Jane pasrah dengan semua perkataan Arjuna kepadanya.“Okay, good!” seru Arjuna sambil tersenyum penuh misteri ke arah Jane.Pria itu sangat puas dengan sandiwara yang mereka lakoni dari tadi. Arjuna sungguh sangat menikmatinya sebagai sesuatu yang dirinya inginkan untuk selalu dekat dengan Jane.Sang pemuda sepertinya telah jatuh cinta terlalu dalam kepada istri pura-puranya itu, ta
Hari telah sore, langit cerah dan matahari masih bersinar terang. Sesudah sesi foto pernikahan mereka yang penuh dengan kegembiraan dan cinta, Arjuna dan Jane memutuskan untuk berhenti sejenak di sebuah supermarket.Masih disopiri oleh Asisten Boris, mereka tiba di supermarket dan melangkah keluar dari mobil. Jane merasa sedikit aneh berjalan-jalan di supermarket bersama seorang pria. Sebelumnya dia tidak pernah melakukan ini. Akan tetapi Jane juga merasa senang. Hari ini adalah hari pertama dirinya dan Arjuna sebagai pasangan suami istri, walaupun semua hanyalah sandiwara. Tapi Jane tidak berdaya untuk melawan selain telah terikat kontrak dengan Arjuna. Keberadaan Asisten Boris yang menjadi mata-mata dari Opa Robi, juga sungguh sangat meresahkan.“Sayangku, Jane. Ayo kita masuk ke dalam. Kita perlu belanja beberapa bahan makanan. Isi kulkas benar-benar kosong sekarang,” ucap Arjuna kepada istri pura-puranya.“I … iya, Mas Juna.” jawab Jane singkat.Arjuna lalu menggandeng tangan Jan
Jane dan Arjuna kembali ke apartemen pria itu setelah selesai berbelanja dengan Asisten Boris. Mereka membawa banyak belanjaan dan Jane langsung mulai menyusun isi kulkas dengan penuh semangat. Sementara Arjuna memutuskan untuk mandi terlebih dahulu dan meninggalkan Jane dan Boris di dapur.Jane menata barang-barang itu di atas meja. Seraya berkata,”Wah, belanjaan kita banyak sekali, Asisten Boris. Terima kasih sudah membantuku.Boris sambil tersenyum, lalu menjawab,“Tidak perlu berterima kasih, Nona Jane. Saya senang bisa membantu. Ini adalah salah satu tugas saya sebagai asisten, Bos Arjuna.”Jane mengangguk. Kemudian berkata lagi,“Ya, Asisten Boris. Tapi aku lihat Anda bukan hanya sekadar asisten bagi Mas Juna. Anda seperti teman yang selalu ada untuknya,” ucap Jane dari ketulusan hatinya.Asisten Boris semakin tersenyum hangat, lalu menjawab, “Terima kasih, Nona Jane. Saya senang bisa menjadi teman dan mendukung Anda dan Bos Arjuna.”Jane dan Boris terlihat bekerja sama denga
Asisten Boris menjadi bingung sendiri melihat tingkah sang atasan yang dari tadi sangat gelisah sambil menatap layar ponselnya.Boris yang telah ditugaskan oleh Opa Robi menjadi mata-mata untuk Arjuna dan Jane menjadi semakin bingung saat mengetahui jika istri sang bos tidak tinggal di apartemen. Asisten Boris pun segera memberitahukan hal ini kepada Opa Robi melalui pesan singkat.Asisten Boris : “Maaf Tuan Besar, jika saya mengganggu. Tapi saya ingin menyampaikan kepada Tuan. Jika Nona Jane tidak tinggal di apartemen bersama Tuan Muda Arjuna.Demikian pesan singkat dari Asisten Boris yang membuat Opa Robi yang hendak tidur malam itu menjadi naik pitam seketika. Oma Rini pun menjadi bingung sendiri melihat tingkah suaminya. Dia pun segera bertanya,“Opa, kamu kenapa sih? Kok wajahmu berubah begitu? Seperti orang yang sedang marah,” cecar sang istri.“Ini semua karena Arjuna, Oma!” Lalu Opa Robi pun menunjukkan pesan singkat dari Asisten Boris.“Ya ampun, Juna! Jadi anak itu memboh
Asisten Boris menjadi bingung sendiri melihat tingkah sang atasan yang dari tadi sangat gelisah sambil menatap layar ponselnya.Boris yang telah ditugaskan oleh Opa Robi menjadi mata-mata untuk Arjuna dan Jane menjadi semakin bingung saat mengetahui jika istri sang bos tidak tinggal di apartemen. Asisten Boris pun segera memberitahukan hal ini kepada Opa Robi melalui pesan singkat.Asisten Boris : “Maaf Tuan Besar, jika saya mengganggu. Tapi saya ingin menyampaikan kepada Tuan. Jika Nona Jane tidak tinggal di apartemen bersama Tuan Muda Arjuna.Demikian pesan singkat dari Asisten Boris yang membuat Opa Robi yang hendak tidur malam itu menjadi naik pitam seketika. Oma Rini pun menjadi bingung sendiri melihat tingkah suaminya. Dia pun segera bertanya,“Opa, kamu kenapa sih? Kok wajahmu berubah begitu? Seperti orang yang sedang marah,” cecar sang istri.“Ini semua karena Arjuna, Oma!” Lalu Opa Robi pun menunjukkan pesan singkat dari Asisten Boris.“Ya ampun, Juna! Jadi anak itu memboh
Setelah makan malam selesai, suasana di rumah Oma Ainur menjadi tenang. Lampu kecil di ruang tamu masih menyala lembut, memberikan kilauan hangat di sekitar ruangan yang dipenuhi dengan aroma masakan yang menggugah selera. Dokter Diki, seorang pria muda dengan senyum hangat dan mata yang penuh perhatian, duduk di samping Oma Ainur, meminum segelas teh hangat setelah makan malam yang lezat."Terima kasih banyak, Dokter Diki, sudah meluangkan waktu untuk makan malam bersama kami," ucap Oma Ainur sambil tersenyum ramah. Dokter Diki tersenyum ke arah Jane, perempuan yang membuatnya jatuh hati sambil membalas ucapan Oma Ainur, "Tidak perlu berterima kasih, Oma Ainur. Saya senang bisa menghabiskan waktu bersama Anda dan Jane. Merawat kesehatan Anda adalah prioritas saya."Jane, cucu Oma Ainur, duduk di seberang meja dengan senyum tipis di wajahnya. Dia diam-diam menyaksikan interaksi antara neneknya dan Dokter Diki. Meskipun dia tahu bahwa Oma Ainur sangat menghormati Dokter Diki karena
Jane terkejut saat Arjuna menerima panggilan telepon darinya. Suara pria itu terdengar di seberang sana penuh nada marah dan kekesalan. Jane semakin kaget saat Arjuna mengatakan bahwa dia telah berada di depan rumah Jane sejak tadi. Hatinya berdegup kencang, tidak percaya bahwa Arjuna benar-benar ada di sana.“Duh … kok aku gak tahu jika Bos Juna ada di sana tadi.” Hati Jane mulai gelisah. Gadis itu dapat merasakan kemarahan Arjuna dari suaranya yang menggelegar bagaikan suara petir yang besar saat menjawab panggilan telepon dari Jane.“Jangan-jangan, Bos Juna tahu tentang kepulangan dokter Diki tadi,” takutnya dalam hati.Dengan hati yang masih berdebar, Jane mencoba untuk tidak membuat suara apapun saat dia mulai mengendap-endap keluar dari kamarnya. Dia ingin keluar rumah tanpa membangunkan Oma Ainur, sang nenek yang sedang tertidur di kamar sebelah. “Semoga Oma Ainur tidak bangun,” harapnya dalam hati.Dalam kegelapan malam, Jane mulai membuka pintu rumah secara perlahan, berusa
“Mas Juna. Dengar dulu penjelasanku. Aku tidak mungkin menerima lamaran dokter Diki. Kita kan sudah menikah,” seru Jane menjelaskan. Ada sedikit kelegaan di hati Arjuna mendengar penjelasan dari Jane.Ternyata gadis itu tidak menerima lamaran dokter Diki.“Terus, apa Oma Ainur sudah menolak lamaran dokter itu?” Selidik Arjuna lagi.“Aku sudah jujur kepada Oma Ainur jika aku telah memiliki seseorang yang spesia .di hatiku yaitu kamu, Mas Juna,” ucap Jane mencoba bersikap biasa saja.“Oh, yah?” tanya Arjuna senang mendengar ucapan Jane barusan.“Iya, Mas Juna. Makanya Oma meminta untuk bertemu denganmu. Tapi kamu bilang kapan-kapan saja bertemu Oma,” sindir Jane.“Ya karena aku nggak tahu duduk persoalan sebenarnya. Kalau tahu begini sudah sejak awal aku akan memperkenalkan diriku kepada Oma Ainur,” tukas Arjuna.Lalu pria itu berkata lagi,“Apakah kamu sudah mengatakan kepada Oma Ainur jika kita berdua telah menikah?”“Belum, Mas. Ada baiknya jika kita mengatakannya secara bersama-sam