Beranda / Romansa / TRUST / Celine dan Reyhan

Share

TRUST
TRUST
Penulis: Born Skinny

Celine dan Reyhan

Suara ketukan heels  di atas lantai marmer terdengar bergema, memenuhi sepanjang koridor vila yang dipenuhi dengan lukisan-lukisan indah berharga tinggi. Siapa lagi pemilik Loubotin mahal tersebut jika bukan Celine Margaretha Lee, wanita muda berdarah campuran Indonesia-Singapura itu merupakan model, ikon fashion, brand ambassador yang dikenal dermawan.

Kini, menginjak usia 27 tahun, pesonanya tampak semakin kuat. Potongan gaun Balmain putih yang dikenakannya seolah memeluk tubuh ramping Celine dengan pas. Ditambah tas tangan J’adior melengkapi penampilannya. Tak dapat dipungkiri oleh siapapun, termasuk diri Celine sendiri, bahwa dia flawless–sempurna.

Meskipun memiliki tampang bak bidadari, rambut hitam legamnya yang berkilau, hidung mancung bak perosotan, eyeliner ala mata kucing serta seringainya yang ia pamerkan tak dapat menutupi auranya. Berkelas, galak, angkuh. Dia tahu bahwa dirinya terlahir untuk menjadi yang terbaik dalam segalanya, dan dia menyukai itu.

Kaki jenjang Celine berjalan menuju dapur vila. Sangat mewah. Rasa-rasanya mampu membuat koki manapun akan tersenyum dari telinga ke telinga. Seringaiannya yang angkuh itu pun seketika sirna, tergantikan dengan senyuman manis setelah melihat seorang pria tampan yang sedang menyeruput secangkir kopi sembari membaca berita di tabletnya. Pria itu hanya menggunakan jubah mandi dan dibalik itu hanya mengenakan sehelai boxer.

Celine menghampiri sang pria dan menyentuh bahu kokoh tersebut. Dengan lembut ia mencoba mencium pipi kiri sang pria. Pria itu pun tersenyum dan memalingkan mukanya ke arah Celine. Sebuah kecupan kecil pun tercipta. Dengan malu-malu Celine melepas kecupan itu dan kemudian berjalan menuju mesin kopi. Menuangkan dirinya sendiri secangkir kopi yang baru.

“Siapa yang akan kau hancurkan kali ini, ratuku?” tanya pria itu lembut sembari menatap Celine dengan penuh kasih sayang. Tak diragukan lagi, tampak sekali pria itu mencintai Celine hanya dari tatapan yang diberikan.

“Kau mengenalku dengan baik, sayang.” ucap Celine yang berjalan kembali menuju meja makan. Ia pun duduk di kursi dan menyambar tablet yang dipegang si pria itu. Ia tersenyum melihat berita yang sedang dibaca sang pria. “Oh, ternyata kau sedang membaca artikel tentangku. Manis sekali dirimu, Reyhan.”

Reyhan Wijaya, pria yang baru memasuki kepala tiga tetapi kemampuannya sebagai desainer fashion sudah terkenal hingga mancanergara. Selain itu ia juga merupakan penulis lagu, penyanyi, dan pelukis. Secara keseluruhan dia adalah seniman yang bertalenta dan serba bisa. Apapun yang disentuhnya menjadi emas atau tumpukan uang. Tangan midas, itulah julukanya di industri seni.

Dia memang tampan meskipun tak setampan Iko Uwais atau semempesona tampang Jefri Nichol yang digandrungi kawula muda. Namun, mata indahnya yang dapat menatap tajam siapapun, bibir dengan ukuran yang sempurna seolah menarik siapapun untuk menciumnya, rambutnya yang dicat coklat gelap yang kini terlihat berantakan, serta badan tegapnya yang tak kalah seperti aktor. Dia tampak luar biasa. Wanita manapun tak akansanggup menolak pesonanya.

“Ini pekerjaanku, sebagai calon suamimu aku harus peduli terhadap apapun yang calon istriku lakukan.” ucapnya sembari berjalan di belakang Celine kemudian memeluk wanitanya dari belakang. Ia mengecup puncak kepala Celine dengan lembut. Seolah hari esok tak akan tiba, dan ia harus menuangkan seluruh cintanya pada sang model hari ini, saat ini.

“Luar biasa. Aku tampak cantik di pemotretan majalah Vogue kali ini.” Reyhan hanya terkekeh mendengarnya. Pacarnya itu memang punya masalah dengan yang namanya rendah hati atau kesederhanaan, tau tak punya hal-hal tersebut tepatnya. Walaupun terkesan sombong, itu memang fakta.  

“Tentu saja. Kau selalu cantik.” keduanya pun saling bertukar pandangan dan senyuman. Sungguh manis pasangan yang sedang dimabuk cinta ini. “Apakah semua yang diperlukan untuk pesta sudah beres?” tanya Reyhan. Celine hanya mengangguk sebagai jawaban dengan senyum yang tak pudar.

“Aku harus keluar hari ini, menyebarkan beberapa undangan terakhir pada beberapa kolega yang kukenal. Aku tak mungkin melewatkan orang-orang yang membantuku sampai ke titik ini.” Ujarnya sembari menyeruput kopinya yang sudah agak dingin. ‘Waktu berlalu tanpa terasa jika aku bersama Reyhan.’ pikirnya. “Aku tak percaya aku akan menikahimu, sayang.” ucap Reyhan sembari mengusap kepala Celine. Jemarinya sangat menyukai sensasi lembut dari rambut wanitanya itu.

Sepasang bintang ini akan menikah pada akhir tahun. Tapi mereka akan menyelenggarakan pesta pertunangan pada akhir munggu pekan depan. Tidak akan seheboh yang dibayangkan karena pesta akan diselenggarakan secara privat. Wartawan manapun tidak akan diizinkan masuk. Mereka berdua merasa pesta ini adalah momen penting untuk berbagai kebahagiaan bersama orang-orang terdekat. Mereka pun tak mau wartawan mengganggu kemeriahan pesta.

“Apakah kau tidak akan mengundang adikmu, sayang?” tanya Reyhan. Seketika raut muka Celine berubah menjadi serius. “Aku akan mengiriminya pesan lewat snapchat. Aku piir dia tidak akan datang. Dia pasti sibuk.” Celine tampak tak suka adiknya disebut-sebut.

“Aku tak percaya aku belum pernah melihatnya sama sekali selama kita berpacaran.” Reyhan terkekeh. Jangankan melihat, mendengar tentang adiknya saja hampir tak pernah. Bahkan baru awal tahun ini ia mendengar tentang adik Celine tersebut. Celine dan adiknya tampak tak peduli dengan satu sama lain, atau bahkan di tahap saling menjauhi.

Semenjak orang tua Celine berpisah, ia dan adiknya pun entah mengapa ikut tak akur. Berbeda dengan sang adik yang ikut ibunda ke Jakarta, Celine saat itu memilih untuk ikut papanya di Singapura demi menjadi seorang pramugari, cita-citanya sebelum terjun di dunia modelling. Selain itu ia sedang menjadi budak cinta mantan sekaligus cinta pertamanya.

Celine jadi teringat kali terakhir melihat adiknya. Ia tak tahu persis pekerjaan apa yang digeluti adiknya itu. Namun saat diundang ke sebuah bar langganan temannya, dia melihat si adik yang tengah dibopong pria paruh baya. Bukannya khawatir, Celine merasa jijik dan tak mau berurusan apabila adiknya ternyata terjun ke dunia malam.

Meskipun Celine adalah seorang model, ia tak pernah sekalipun merendahkan dirinya dan harus menjual diri demi ketenaran. Karena itu ia mengingat dan sangat berterima kasih kepada siapapun yang telah membantunya hingga sejauh ini. Selain itu dia juga tak mau diterjang rumor-rumor yang tak benar.

“Lagipula dia itu tidak penting.” Celine kemudian berdiri dan mengecup singkat pipi calon suaminya. “Kita akan makan siang bersama kan?” tanya Celine. Reyhan mengangguk kemudian membalas kecupan di bibir merah merona sang model lalu berkata, “Hari ini aku ingin makan yang simple.”  “As your wish, my king.”

“Aku akan meneleponmu nanti, kujemput mungkin sekitar jam 11 siang.” imbuh Celine sembari beranjak dan berjalan melalui koridor menuju pintu depan. Reyhan pun berdiri, membuang sisa kopi dan menaruh gelas di dalam mesin cuci piring. Ia kemudian berjalan menuju kamar tidur. Ia merasa sangat mengantuk karena semalam harus menyelesaikan desain yang akan dilaunching bertepatan dengan masa bulan madunya. Ia tak ingin diganggu deadline setelah menikah. “Sebaiknya aku tidur beberapa jam jika tak ingin terlihat buruk saat makan siang.” kemudian ia pun merebahkan badannya dan tertidur lelap.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Felicia Aileen
menarik nih ceritanya.. pengen follow akun sosmed nya tp ga ketemu :( boleh kasih tau gaa?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status