"Eh, ngomong-ngomong emang lo sekarang lagi deket sama dia?" Tanya Fey ketika mereka sampai di kamarnya.
Wajah gadis itu penuh kebingungan, seingatnya Caca hanya dekat dengan Fahry, eh, tapi beberapa hari yang lalu temannya itu memang mengunggah foto bersama Erza.
Caca duduk di sofa pinggir jendela, "ya, lumayan nyaman dijadiin temen curhat," balas gadis berwajah cantik tersebut."Gue saranin kalian cukup jadi teman aja ya, Ca. Soalnya dia playboy, jangan sampai lo yang gak pernah pacaran sekalinya dapat malah buaya kayak dia."
Caca mengangguk-angguk, tangannya bergerak mengikat rambut menjadi satu.
"Tenang aja, Kak. Gue gak mungkin suka sama dia kok," katanya membuat Fey bernapas lega.
Walaupun Erza sepupunya, tapi ia tidak pernah membenarkan kelakuan laki-laki itu yang suka bergonta-ganti pasangan. Dasar cowok murahan!
Kalau berani macam-macam dengan temannya, lihat saja, dia tidak akan tinggal diam!
"Tumben yang la
Ditengah-tengah kebingungan yang melanda tiba-tiba pintu kamarnya kembali diketuk. Tidak mungkin bila pelayan lagi, ia kan tidak meminta sesuatu.Dengan langkah gontai gadis itu membuka pintu. Tampaklah seorang pemuda tampan berkaos putih dan celana jeans hitam, rambutnya basah dan acak-acakan, sepertinya sengaja tidak disisir.Tanpa menunggu persetujuan dari pemilik kamar, laki-laki tersebut nyelonong masuk."Eh?""Keringin rambutku dong, Ca," pinta Dafa yang kini duduk di depan cermin.Datang tanpa diundang, masuk tampa diijinkan, sekarang main nyuruh-nyuruh juga. Enak sekali. Berasa jadi bos kali ya?"Handuk di rumahmu pada ilang atau gimana sampai ngeringin rambut aja harus kesini?" Sindir Caca, namun langkahnya tetap menuju ketempat duduk Dafa.Gadis itu mengambil hairdryer dan berdiri di belakang sang sahabat."Kamu 'kan juga punya hairdryer," kata Caca lagi."Males makai. Eh, ini apaan sih, biasanya nggak ad
2 hari setelah kejadian itu, kini tiba hari dimana HiDFY akan perform. Caca beserta rombongannya tengah bersiap. Gadis itu terlihat sangat cantik dan seksi saat memakai crop top lengan pendek yang di15 cm dari pahanya.Biasanya dia memilih mengenakan celana panjang, jogger, jeans, atau hotpants. Sekarang berbeda, meski awalnya menolak, tapi Diana tetap memaksanya memakai rok karena lagu yang akan mereka bawakan lebih girly."Lihat deh, mereka ganteng-ganteng banget ya," bisik Kiara dengan mata melirik rombongan artis yang duduk tidak jauh dari mereka."Lebih ganteng lagi kalau udah jadi pacar gue," balas Naya tak kalah pelan."Ye ... maruk banget. Pacar lo udah banyak," timpal Fey, tangan kanannya mendorong kepala Naya ke belakang."Gak usah pegang-pegang, ya. Bisa rusak dandanan gue," sungut Naya dengan mata melotot.Ternyata perkumpulan artis di sana juga sedari tadi melihat mereka. Terutama kaum laki-laki muda, mereka terus memandang Caca
"Za, lo kayaknya salah jalan deh!" Seru Caca yang mulai khawatir."Enggak. Ini jalan pintas, gue sama abang lo sering lewat kok."Entah kenapa perasaan Caca semakin tak enak. Seperti ada yang berbeda dengan sikap Erza, suara laki-laki itu pun lebih datar dari biasanya."Za, coba tanya orang-orang di depan itu siapa tau kita beneran nyasar. Sepi banget lho ini tempatnya," kata Caca lagi saat melihat bayangan beberapa orang di depan sana. Ya, agak jauh di depan mereka ada sebuah lampu yang menerangi jalan, namun tak terlihat rupa orang-orang yang berdiri disana. Yang terlihat hanyalah bayang-bayangnya."Enggak ada yang salah," jawab Erza dingin."Za, lo kerasukan apa gimana sih?" Caca mulai frustasi, sikap laki-laki di depannya ini benar-benar aneh.Biasanya selalu ceria dan suka bercanda, namun sekarang dingin dan datar.Pelan-pelan ia mengeluarkan ponsel dari saku hoodie yang dikenakannya sebelum naik motor. Mengetikkan pesan pa
Sepertinya Tuhan mendengar doa Caca. Buktinya kini sebuah mobil sedan berhenti di sampingnya, pengendaranya ialah Fandi, kakak dari Freya."Kamu dari mana, ngapain lari-lari di tempat gelap begini?" Tanya laki-laki itu sambil melajukan motornya.Caca masih sesenggukan, beberapa kali ia menoleh ke belakang, membuat Fandi yakin bahwa teman adiknya ini dikejar beberapa preman yang tadi dia lihat.Tangan kirinya mengambil minum."Minum dulu," ujarnya.Kebetulan sekali dia menoleh saat Caca akan menerima minum, jadi laki-laki berusia 27 tahun itu dapat melihat tangan Caca yang berlumuran darah. Ia langsung menginjak rem, namun malangnya hal tersebut justru membuat kepala teman adiknya terantuk dashboard."Aww ...." Caca merintih pelan. Sudah lengannya sakit, kini kepala pun ikut sakit."Duh, maaf-maaf," ujar Fandi yang merasa bersalah.Secara spontan tangannya mengusap kepala Caca, persis seperti yang sering ia lakukan pada Fr
Karena hujan deras disertai kilatan petir, membuat anggota UKS menghentikan pencarian. Setengah jam yang lalu mereka sudah menyusuri jalanan dari basecamp ke tempat acara, namun Caca belum juga ditemukan.Meski ada perasaan senang, namun ada juga rasa sesal yang hinggap di hati Erza. Keakraban mereka selama beberapa minggu sebelumnya mampu membuat laki-laki itu merasa sedikit kasihan."Sebenernya Caca itu siapa lo sih, Ar? Kok kayaknya penting banget," celetuk salah satu anggota."Intinya lebih penting dari pacar." Bukan Arga yang menjawab, melainkan Gara.Arga duduk sembari menunduk. Dia benar-benar merasa tidak berguna karena tidak bisa melindungi adiknya.Gara duduk disampingnya lalu menepuk pundak saudara kembarnya untuk menenangkan, ini kedua kalinya dia melihat Arga terpuruk."Gak pa-pa Ar, gak pa-pa. Caca pasti pulang," ucapnya.Tak berselang lama, seorang perempuan masuk gerbang ditengah derasnya hujan."Itu Caca
Caca bersandar pada sandaran ranjang. Wajahnya murung dan matanya merah karena kelamaan menangis."Lagi, aaa ...." Gara menyodorkan sesendok makanan ke depan mulut Caca.Gadis itu menggeleng pelan, "udah, udah kenyang," lirihnya.Gara mengangguk, piring yang tadi dia pegang kini diletakkan di meja."Caca mau makan sesuatu nggak? Biar nanti Abang suruh orang dibawah yang beliin," kata Arga."Mau tidur aja," balas Caca dengan suara pelan, membuat kedua abangnya mengangguk pasrah.Gara menarik selimut sebatas pundak Caca yang kini sudah berbaring.Kedua laki-laki itu berpikir mungkin saking lelahnya, jadi meski habis pingsan gadis itu bisa langsung tertidur hanya dalam hitungan menit. Pemuda kembar itu keluar setelah memastikan sang adik tidur dengan nyenyak.Tanpa ada yang tau kalau sebenarnya Caca tidak tidur. Setelah kedua abangnya keluar dia langsung memiringkan badan, air matanya kembali luruh.Dia merasa menjadi
"Kalau gitu kita ke Bukit Moko lusa aja, hari ini terserah kamu maunya kemana."Telunjuk Caca mengarah ke dagunya, dia terdiam, otaknya langsung mengingat tempat-tempat yang sangat ingin dikunjungi."Banyak sih, Bang. Pingin ke Lembang Wonderland, The Great Asia Africa, Farm House, tapi yang paling pingin ke Sudut Pandang Bandung sama Orchid Forest Cikole," kata Caca."Masih seputar Bandung?" Tanya Arga heran.Mumpung libur cukup lama kenapa adiknya tidak mengajak liburan ke tempat lain, misalnya ke Bali atau luar negeri?"Ya udah siap-siap sana, setelah sarapan nanti kita ke Lembang," katanya kemudian. Tidak masalah liburan kemanapun, yang penting adiknya senang.Mereka bahkan tidak menanyakan soal mata adiknya yang membengkak. Sudah sangat paham dengan sifat Caca yang tertutup, gadis itu tidak suka ada orang lain ikut campur urusannya."Udah sana mandi, Abang juga mau siap-siap," kata Arga.Caca mengangguk dengan antusias. Di
Setelah 3 jam lebih diperjalanan akhirnya mereka sampai disalah satu tempat wisata, Farmhouse Lembang.Caca langsung mengajak kedua abangnya ke rumah Hobbit, rumah kurcaci yang serba mini. Awalnya gadis itu ingin berfoto di dalam, tapi kedua abangnya langsung menolak. Mereka tak tahan jika harus membungkuk dalam waktu yang lama. Tinggi mereka saja hampir 2 meter.Bisa-bisa pas keluar jadi bungkuk beneran, pikir Gara.Jadilah mereka hanya berfoto di area luar. Awalnya foto sendiri-sendiri, kemudian berdua, fotografernya gantian. Ketika ada pengunjung lain, baru ketiganya meminta tolong agar bisa foto bersama."Makasih, Kak," ujar mereka pada pengunjung perempuan yang barusan memotret mereka.Kedua wanita yang dimintai tolong mengangguk malu-malu, sejujurnya sejak tadi Caca memperhatikan gerak-gerik kedua perempuan itu yang beberapa kali melirik ke arah abang-abangnya sambil berbisik.Hmm ... pasti pada kesemsem, secara 'kan kedua abangn