"Za, lo kayaknya salah jalan deh!" Seru Caca yang mulai khawatir.
"Enggak. Ini jalan pintas, gue sama abang lo sering lewat kok."
Entah kenapa perasaan Caca semakin tak enak. Seperti ada yang berbeda dengan sikap Erza, suara laki-laki itu pun lebih datar dari biasanya.
"Za, coba tanya orang-orang di depan itu siapa tau kita beneran nyasar. Sepi banget lho ini tempatnya," kata Caca lagi saat melihat bayangan beberapa orang di depan sana. Ya, agak jauh di depan mereka ada sebuah lampu yang menerangi jalan, namun tak terlihat rupa orang-orang yang berdiri disana. Yang terlihat hanyalah bayang-bayangnya.
"Enggak ada yang salah," jawab Erza dingin.
"Za, lo kerasukan apa gimana sih?" Caca mulai frustasi, sikap laki-laki di depannya ini benar-benar aneh.
Biasanya selalu ceria dan suka bercanda, namun sekarang dingin dan datar.
Pelan-pelan ia mengeluarkan ponsel dari saku hoodie yang dikenakannya sebelum naik motor. Mengetikkan pesan pa
Sepertinya Tuhan mendengar doa Caca. Buktinya kini sebuah mobil sedan berhenti di sampingnya, pengendaranya ialah Fandi, kakak dari Freya."Kamu dari mana, ngapain lari-lari di tempat gelap begini?" Tanya laki-laki itu sambil melajukan motornya.Caca masih sesenggukan, beberapa kali ia menoleh ke belakang, membuat Fandi yakin bahwa teman adiknya ini dikejar beberapa preman yang tadi dia lihat.Tangan kirinya mengambil minum."Minum dulu," ujarnya.Kebetulan sekali dia menoleh saat Caca akan menerima minum, jadi laki-laki berusia 27 tahun itu dapat melihat tangan Caca yang berlumuran darah. Ia langsung menginjak rem, namun malangnya hal tersebut justru membuat kepala teman adiknya terantuk dashboard."Aww ...." Caca merintih pelan. Sudah lengannya sakit, kini kepala pun ikut sakit."Duh, maaf-maaf," ujar Fandi yang merasa bersalah.Secara spontan tangannya mengusap kepala Caca, persis seperti yang sering ia lakukan pada Fr
Karena hujan deras disertai kilatan petir, membuat anggota UKS menghentikan pencarian. Setengah jam yang lalu mereka sudah menyusuri jalanan dari basecamp ke tempat acara, namun Caca belum juga ditemukan.Meski ada perasaan senang, namun ada juga rasa sesal yang hinggap di hati Erza. Keakraban mereka selama beberapa minggu sebelumnya mampu membuat laki-laki itu merasa sedikit kasihan."Sebenernya Caca itu siapa lo sih, Ar? Kok kayaknya penting banget," celetuk salah satu anggota."Intinya lebih penting dari pacar." Bukan Arga yang menjawab, melainkan Gara.Arga duduk sembari menunduk. Dia benar-benar merasa tidak berguna karena tidak bisa melindungi adiknya.Gara duduk disampingnya lalu menepuk pundak saudara kembarnya untuk menenangkan, ini kedua kalinya dia melihat Arga terpuruk."Gak pa-pa Ar, gak pa-pa. Caca pasti pulang," ucapnya.Tak berselang lama, seorang perempuan masuk gerbang ditengah derasnya hujan."Itu Caca
Caca bersandar pada sandaran ranjang. Wajahnya murung dan matanya merah karena kelamaan menangis."Lagi, aaa ...." Gara menyodorkan sesendok makanan ke depan mulut Caca.Gadis itu menggeleng pelan, "udah, udah kenyang," lirihnya.Gara mengangguk, piring yang tadi dia pegang kini diletakkan di meja."Caca mau makan sesuatu nggak? Biar nanti Abang suruh orang dibawah yang beliin," kata Arga."Mau tidur aja," balas Caca dengan suara pelan, membuat kedua abangnya mengangguk pasrah.Gara menarik selimut sebatas pundak Caca yang kini sudah berbaring.Kedua laki-laki itu berpikir mungkin saking lelahnya, jadi meski habis pingsan gadis itu bisa langsung tertidur hanya dalam hitungan menit. Pemuda kembar itu keluar setelah memastikan sang adik tidur dengan nyenyak.Tanpa ada yang tau kalau sebenarnya Caca tidak tidur. Setelah kedua abangnya keluar dia langsung memiringkan badan, air matanya kembali luruh.Dia merasa menjadi
"Kalau gitu kita ke Bukit Moko lusa aja, hari ini terserah kamu maunya kemana."Telunjuk Caca mengarah ke dagunya, dia terdiam, otaknya langsung mengingat tempat-tempat yang sangat ingin dikunjungi."Banyak sih, Bang. Pingin ke Lembang Wonderland, The Great Asia Africa, Farm House, tapi yang paling pingin ke Sudut Pandang Bandung sama Orchid Forest Cikole," kata Caca."Masih seputar Bandung?" Tanya Arga heran.Mumpung libur cukup lama kenapa adiknya tidak mengajak liburan ke tempat lain, misalnya ke Bali atau luar negeri?"Ya udah siap-siap sana, setelah sarapan nanti kita ke Lembang," katanya kemudian. Tidak masalah liburan kemanapun, yang penting adiknya senang.Mereka bahkan tidak menanyakan soal mata adiknya yang membengkak. Sudah sangat paham dengan sifat Caca yang tertutup, gadis itu tidak suka ada orang lain ikut campur urusannya."Udah sana mandi, Abang juga mau siap-siap," kata Arga.Caca mengangguk dengan antusias. Di
Setelah 3 jam lebih diperjalanan akhirnya mereka sampai disalah satu tempat wisata, Farmhouse Lembang.Caca langsung mengajak kedua abangnya ke rumah Hobbit, rumah kurcaci yang serba mini. Awalnya gadis itu ingin berfoto di dalam, tapi kedua abangnya langsung menolak. Mereka tak tahan jika harus membungkuk dalam waktu yang lama. Tinggi mereka saja hampir 2 meter.Bisa-bisa pas keluar jadi bungkuk beneran, pikir Gara.Jadilah mereka hanya berfoto di area luar. Awalnya foto sendiri-sendiri, kemudian berdua, fotografernya gantian. Ketika ada pengunjung lain, baru ketiganya meminta tolong agar bisa foto bersama."Makasih, Kak," ujar mereka pada pengunjung perempuan yang barusan memotret mereka.Kedua wanita yang dimintai tolong mengangguk malu-malu, sejujurnya sejak tadi Caca memperhatikan gerak-gerik kedua perempuan itu yang beberapa kali melirik ke arah abang-abangnya sambil berbisik.Hmm ... pasti pada kesemsem, secara 'kan kedua abangn
"Enggak pa-pa deh ngantre, yang penting pakai hanbok. Percuma sampai sini kalo foto pakai pakaian biasa," kata Caca.Ketiganya melangkah menuju banyaknya orang yang berlalu lalang. Tak jarang ada yang meminta foto karena tau kalau ketiganya merupakan seleb*ram."Mending kalian suit deh biar bisa nentuin habis ini kita mau kemana."Arga dan Gara menurut."Yes, Jepang!" Ujar Arga dengan girang.Tangan kanannya mengepal keatas. Matanya menyipit menandakan bahwa dia sedang tersenyum."Gak adil. Ulangi!" Protes Gara yang akhirnya membuat mereka eyel-eyelan.Caca menggelengkan kepala heran, lagi-lagi dia harus menjadi penonton pertengkaran kedua abangnya."Jangan ditiru ya guys, percayalah kalau mereka ini anak kecil yang tersesat ditubuh orang dewasa," ucapnya berbisik pada kamera."Udah, udah. Suit sampai tiga kali, yang kalah harus terima nasib," putusnya sebelum kedua lelaki itu nambah heboh.Keduanya sama-sama mele
"Ternyata bagus ya," gumam Caca saat netranya melirik pohon-pohon yang penuh warna."Baguslah, nyesel kalau kamu tadi nggak mau diajak kesini," balas Arga."Kapan-kapan aku ngajak HiDFY kesini deh," ungkap Caca.Setelah tangan dan wajah mereka dihias menggunakan cat glow in the dark ketiganya langsung berfoto, menjelajahi zona lain, membuat vlog dan menikmati jamuan makan malam hingga tak terasa sudah hampir jam 10 malam."Yuk balik, bentar lagi tutup," ajak Gara yang langsung disambut anggukan kedua saudaranya.Kebetulan Caca juga sudah mengantuk, bahkan sudah beberapa kali dia menguap.Berjalan santai menuju tempat parkir. Kini gantian Gara yang menyetir, disebelahnya ada Arga, sedangkan Caca tiduran di jok belakang.Mobil melaju menuju hotel dengan kecepatan sedang, karena sudah malam dan sedikit mengantuk maka Gara tak mau ngebut, takut kecelakaan.Setengah jam lebih mereka diperjalanan hingga akhirnya sampai hotel. Arga me
Hari ini ketiga anak keluarga Kingstone menghabiskan waktunya dengan bermain di tempat wisata yang kemarin belum sempat dikunjungi. Untuk urusan menginap ke Bukit Moko, Arga sudah mengutus orang untuk mengurus semuanya termasuk pakaian dan sewa tenda, jadi nanti mereka bertiga tinggal datang dan menikmatinya."Ya ampun capeknya badan ...." Caca membaringkan badannya di kasur.Ternyata tidak hanya bekerja dan belajar yang melelahkan, tetapi bermain pun lebih melelahkan sampai rasanya Caca sudah kapok bepergian. Walau hal tersebut jelas tidak mungkin, mengingat profesinya sebagai publik figur yang mengharuskan selalu menyajikan foto-foto bagus, yang pastinya juga harus dengan pemandangan bagus agar penggemarnya tidak protes dan kecewa.Karena tidak memiliki waktu santai terlalu banyak membuat gadis itu mau tidak mau segera membersihkan diri."Segernya," ucapnya sembari menggosok rambut basahnya menggunakan handuk.Dia lalu mulai merias wajah da