Untung saja Caca sudah diajarkan cara meretas akun. Jemarinya bergerak lincah diatas keyboard hingga berhenti pada satu akun yang hanya memiliki 1 postingan, dan itupun video tadi. Sepertinya ada orang yang sengaja membuat akun ini untuk mengerjainya.
Karena menyangkut dirinya dan Jenny, maka Caca tidak akan tinggal diam. Dia mencari bukti-bukti kejahatan Jenny yang memang sudah lama disimpan. 1 video memperlihatkan Jenny yang memasukkan dompetnya sendiri kedalam tas Caca dan 1 video lagi memperlihatkan Jenny yang menusuk dan mendorong Jena dari tangga sebuah gedung. Caca juga menyertakan bukti yang menyatakan bahwa Jenny telah menukar identitas dengan adiknya.
Setelah memposting, Caca menandai akun yang tadi, juga akun Jenny, tak lupa dia juga menandai akun gosip yang tadi ikut memposting video tentangnya.
Baru beberapa menit postingannya sudah diserbu ribuan like dan komentar. Rata-rata berisi cuitan orang yang tidak men
Hanya dalam waktu 1 malam semua video menjadi sangat viral. Orang-orang langsung mengecam perilaku Jenny. Bahkan perusahaan keluarganya nyaris bangkrut karena berita ini.Selain video yang diposting Caca, ada juga video yang diunggah akun lain. Dalam video itu menjelaskan bagaimana perilaku Jenny semasa sekolah. Lagi-lagi publik menghujat gadis itu karena menjadi tukang bully.Kebetulan hari ini weekend, jadi Caca tidak perlu repot-repot keluar rumah. Gadis dengan setelan kaos dan celana pendek berwarna hitam itu duduk di balkon dengan senyum mengembang di wajahnya. Satu masalah hampir selesai."Gue udah diam, tapi lo malah milih jalan lain," gumamnya sembari memandang lekat laptop di pangkuannya.Sebenarnya dia tidak sendiri di apartemen ini. Ada ketiga temannya yang dari tadi entah melakukan apa di dalam."Buset ... gue nggak tau dia sekejam ini. Itu cewek yang pernah ngelabrak Kiara kan?" Fey duduk di kursi samping Caca, sedangkan Naya dan
"Enak, Kak Arkan bener nggak mau nyobain?" Caca menyodorkan lobster depan Arkan.Mereka duduk di ujung dan tidak terlalu banyak pengunjung sehingga Caca tidak malu-malu menjahili Arkan."Kamu mau bikin Kakak masuk rumah sakit, ya?" Tanya Arkan dengan pasrah. Dia kan alergi seafood, tapi Caca tetap saja suka menjahilinya.Benar-benar susah menghadapi satu-satunya anak perempuan di keluarga Kingstone tersebut. Ada saja kelakuan yang berhasil menarik perhatian dan bikin geram.Caca terkekeh pelan. Baginya, menggoda Arkan sama saja menggoda Arga karena keduanya mempunyai sifat yang mirip."Kan enak, Kak kalau di rumah sakit. Bisa ketemu suster-suster cantik.""Nggak lah, bau obat.""Namanya juga rumah sakit, kalau rumah sehat lah baru bau makanan," cetus Caca dengan senyum lebarnya.Arkan bersiap menyentil kening Caca sebelum sebuah suara menghentikan gerakannya."Caca?""Bunda." Caca langsung berdiri dan menyal
"Iya-iya, maaf. Aku juga akan berusaha buat berubah." Caca menatap geli sahabat laki-lakinya ini. Kebiasaan banget. Setiap habis minta maaf maka langsung cemberut dan sedikit manja seperti anak kecil lagi. "Oke, permintaan maaf masih ditinjau dulu sebelum diterima. Jadi, apa yang akan kamu lakuin supaya proses peninjauan bisa dipercepat?" Tanya Caca sembari mengangkat dagunya angkuh. Tingkah mereka sudah seperti seorang ratu yang memarahi pelayannya. Dafa menekuk kakinya, tangan kiri berada di belakang punggung dan tangan kanan terulur ke depan sang sahabat. "Apakah Anda bersedia makan malam dengan saya?" Caca terkekeh. Dia menerima uluran tangan itu. "Asal gratis, maka saya pasti mau," jawabnya. Keduanya tertawa bersama. Dafa menyuruh Caca bersiap-siap, dia juga akan pulang untuk melakukan hal yang sama. Sekitar 15 menit kemudian keduanya telah berada di dalam lamborghini milik Dafa. Kali ini Caca tidak m
Namanya juga Caca, walau jadi pusat perhatian dia tetap tidak akan peduli, asal tidak ada yang mengganggunya."Padahal gue mau ngajak hang out," ujar Naya dengan sedih.Dia sudah merencanakan jalan-jalan dan belanja dengan teman-temannya sejak satu bulan yang lalu, namun belum memberitahu mereka. Dia kira semuanya akan memiliki waktu luang, ternyata Caca malah ada acara lain."Yah, maaf. Kak Nay ngajak mereka berdua aja deh, kan hari ini cuma ada satu mata kuliah jadi pulangnya cepet.""Enggak masalah, Nay. Sekali-kali kita harus biarin dia pergi sama laki-laki, siapa tau habis ini langsung pacaran." Fey merangkul pundak Naya.Ingin sekali perempuan itu melihat Caca berpacaran. Sejak pertama kenal dia selalu melihat reaksi temannya yang cenderung tidak nyaman saat berdekatan dengan laki-laki, apalagi yang tidak dikenal."Bener juga, biar lo bisa ngelupain si sahabat brengs*k," kata Naya."Tapi tadi malam gue sama dia udah baikan
Malam ini, Caca pergi keluar bersama Arga. Entah kenapa abang yang biasanya selalu betah di rumah itu sekarang berkata bosan dan suntuk makanya mengajak ke kafe. Berbeda dengan Gara yang justru kali ini memilih tidak keluar, bisa Caca tebak kalau laki-laki itu pasti akan berseluncur di sosial media dan menggoda gadis-gadis cantik nan sexy.Kakak-beradik itu kini sudah duduk berhadapan di kafe rooftop. Semua orang yang melihat pasti akan mengira kalau mereka sebagai pasangan kekasih. Apalagi keduanya memakai pakaian yang hampir sama, kaos dilapisi jaket jeans, celana jeans sobek dan juga topi berwarna hitam menambah keserasian mereka. Bedanya Caca memakai kaos berwarna putih dengan tulisan huruf hangeul di bagian dada, sedangkan Arga memakai kaos hitam dengan tulisan 'no comment.'"Menurut Abang, temenku ada yang menarik nggak?""Ada, kenapa?""Serius?" Bukannya langsung menjawab, perempuan itu malah balik bertanya dengan mata berbinar-binar.
"Oma ikut nggak?" Kini giliran Arga yang bertanya."Enggak kayaknya, ini juga di Indonesia cuma sekitar dua minggu," jawab Gara tak yakin. Pasalnya, Bang Dev itu kalau bilang 2 minggu biasanya cuma jadi seminggu lalu kembali ke Korea lagi, katanya pekerjaan sudah menumpuk."Abang sadar nggak sih, mereka semua kayak nggak ada yang perduli sama kita." Mata Caca memanas saat mengucapkan kalimat barusan.Kadang dia merasa tidak memiliki orang tua, disaat terpuruk saja tidak ada yang datang dan menenangkan kecuali abang kembarnya ini."Enggak boleh ngomong gitu, Ca. Bang Dev kan emang sibuk, kalau Mama-Papa lebih nyaman tinggal di desa." Arga mengelus surai lembut sang adik."Kalau kamu kangen, libur kuliah nanti kita kesana aja gimana?" Gara ikut menimpali.Sebenarnya dia juga merindukan orang tuanya, pemuda itu juga ingin tinggal dengan mereka dan merasakan memiliki keluarga yang utuh dan harmonis. Tapi lagi-lagi dia ingat, masih ada adiknya ya
Dafa langsung pulang setelah selesai kuliah. Daripada ke rumah Dion yang sudah sering ia kunjungi lebih baik beli buku bareng Caca.Setiap pergi berdua mereka selalu memakai pakaian tertutup juga masker dan topi agar tidak ada yang tau. Sebenarnya Dafa tidak suka sembunyi-sembunyi begini, tapi mau bagaimana lagi, sahabatnya itu yang memaksa. Kalau Dafa tidak mau ya mereka tidak jadi keluar bareng.Setiap melihat buku Caca selalu kalap, dia selalu ingin membeli semua. Kalau bisa setokonya juga, tapi nanti pasti abangnya marah."Udah belum sih, Ca? Lama banget." Berkali-kali Dafa menghela napas kesal.2 jam mereka ada di sana dan Caca belum selesai memilih, padahal gadis itu sudah membawa setumpuk novel dan buku lainnya. Sedangkan Dafa sendiri hanya mengambil 5 buku."Sabar, ini juga lagi milih," ketus Caca. Dia tidak suka kalai sedang memilih sesuatu tapi diburu-buru.15 menit kemudian keduanya telah keluar dari toko buku. Dafa masih te
Pemuda yang masih rebahan itu terkekeh, "Bunda ternyata suka pamer juga ya," ujarnya yang langsung mendapat jitakan dari sang bunda."Bener lho, waktu Bunda ngomong tadi malah kayak lagi menyombongkan diri.""Bunda cuma ngingetin supaya kamu nggak nyesel nantinya.""Iya deh, iya ...." Dafa berdiri, hendak pergi ke kamarnya namun secara tidak sengaja kaki laki-laki itu tersandung kaki meja."Argh ...." Dia meringis sambil memegangi kaki yang terasa nyut-nyutan."Rasain, salah sendiri diajak ngomong Bundanya malah mau minggat," ketus Fenti.Bukannya khawatir, wanita paruh baya itu justru menyalakan televisi dan mengambil kacang bawang di meja.Karena merasa bundanya tidak akan perduli, Dafa lantas berjalan ke kamarnya dengan kaki terpincang-pincang. Mungkin dia memang kualat karena meninggalkan bundanya yang masih memberi nasihat.Sesampainya di kamar laki-laki itu langsung menggulung celananya, ternyata kaki yang terantuk
Dio berjalan tergesa bersama mantan calon besannya, yaitu Hansa dan Hesti.Setelah bertanya pada resepsionis, mereka langsung menuju ruangan dimana Dafa dan yang lain berada.Kriet ....Orang yang didalam seketika menoleh.Dio langsung mendekati anaknya. Pergelangan tangan Dafa yang tadi sempat tergores pisau kini sudah diperban, juga beberapa luka goresan lain sudah diobati. Disebelahnya ada Caca yang dahi dan tangannya yang sempat terluka tadi telah diobati."Maafin Ayah," ucap Dio dengan nada penyesalan.Dafa diam, rasanya dia masih kesal dengan laki-laki yang selama ini menjadi penutannya."Ayah lagi ngomong tuh lho, kok nggak dijawab sih," omel Caca membuat Dafa menjawab dengan malas-malasan."Iya.""Perjodohannya batal sesuai keinginan kamu," kata Dio lagi.Gara yang duduk disebelah Kiara menyimak semua omongan Dio dengan perasaan tak menentu. Senang karena akhirnya gadis pujaannya batal dijodohkan, bi
Tin ... tin ....Perempuan dengan kaos putih dipadukan rok span dan flat shoes yang hendak berlari menyeberang jalan segera menghindar, namun sayangnya terlambat. Meski tidak tertabrak, namun tubuhnya tetap terserempet mobil a*anza yang hendak melintas."Aww ...!" Pekik Caca."Woy! Hati-hati dong kalau nyeberang, gue nggak siap masuk penjara tau," ketus supir mobil yang ternyata seorang perempuan muda.Walau tubuhnya lecet-lecet dan sakit, perlahan Caca berdiri dan meminta maaf hingga pengendara tersebut kembali melajukan mobilnya menjauh.Sebenarnya jarak antara kafe dan rumahnya tidak terlalu jauh, namun entah kenapa kali ini rasanya berbeda. Caca berlari sudah cukup lama tapi tidak sampai juga.Dia terus berlari dengan tertatih-tatih, tanpa memperdulikan jidat dan tangan yang sempat tergores batu dan mengeluarkan darah.Sekitar 10 menit barulah perempuan itu sampai, dia segera menuju kamar Dafa."Daf!" Serunya sa
Hari ini Dafa kembali mengurung diri di dalam kamar. Berkali-kali Fenti memanggilnya namun tidak ada sahutan, wanita itu jelas khawatir dan berpikiran yang tidak-tidak. Bagaimana kalau anaknya nekat melakukan hal buruk?"Udahlah, Bun, biarin aja. Nanti juga keluar sendiri," ucap Dio yang jengah dengan sikap anaknya yang menurutnya sangat pembangkang dan gampang marah."Ini udah sore dan Dafa belum keluar juga, tapi kamu tenang-tenang aja!" Bentak Fenti yang tersulut emosi.Suaminya ini kenapa tidak khawatir sama sekali, padahal Dafa adalah anak tunggal mereka.Dio berdecak, bukannya tidak khawatir. Dia hanya tidak ingin memanjakan Dafa, apa salah kalau dia ingin memberikan yang terbaik untuk anaknya itu?"Coba kamu diemin, nanti juga juga bakal keluar sendiri kalau udah lapar.""Kalau segampang itu aku nggak akan sekhawatir ini, tapi coba kamu ingat, kemarin-kemarin bahkan Dafa betah nggak keluar selama seminggu.""Daf, ayo buka
Berkali-kali Dafa melirik ayahnya yang duduk di depannya."Ayah tadi udah bicara sama Caca supaya menjauh dari kamu," celetuk Dio membuat anaknya seketika mengangkat wajah dengan netra melebar."Maksud Ayah?""Ayah minta kamu juga menjauh, jaga perasaan calon istrimu."Calon istri? Ketemu saja belum. Dafa benar-benar tak habis pikir kenapa ayahnya sekarang jadi suka mengatur seperti ini."Ayah bisa nggak sih kalau mau bikin keputusan tuh ngomong dulu? Apa yang Ayah putuskan belum tentu aku mau," balas Dafa dengan kesal.Dio melepas kaca mata bacanya lalu menatap sang anak."Pendapat kamu itu nggak penting. Kalau kamu nggak setuju maka siap-siap Ayah kirim ke Singapura untuk melanjutkan pendidikan."Dafa menggenggam sendok dengan erat."Aku bukan anak kecil lagi, aku bisa menentukan pilihanku sendiri. Yang akan menjalani rumah tangga itu aku, kalau kayak gini kenapa nggak Ayah aja yang nikahin dia!""Dafa!" S
[Ini terakhir, Ca. Aku bakalan dijodohin nggak tau sama siapa, mungkin setelah ini kita nggak bisa ketemu lagi]Caca kembali membaca pesan itu dengan tangan gemetar. Apa ini? Apa Dafa sudah lelah membujuknya hingga menerima saat dijodohkan dengan perempuan yang bahkan belum dikenal?Bergegas perempuan itu keluar dari kamar dan berlari menuju rumah pohon. Untung saja dia sudah berganti pakaian dan sempat mencepol asal rambutnya."Daf!" Serunya ketika baru masuk ke rumah pohon.Lelaki di pojok sana menoleh dengan pandangan sendu. Rambut gondrongnya acak-acakan, Caca menggeleng pelan, penampilan Dafa kali ini benar-benar tak terurus.Perempuan itu mendekat lalu duduk di samping Dafa yang sedari tadi menatapnya dengan mata berkaca-kaca. Merasa tak tega, Caca langsung memeluknya."Ca ... aku nggak mau dijodohin, bertahun-tahun aku nunggu kamu. Aku cuma mau kamu ...," kata Dafa sambil terisak.Caca dapat merasakan kalau pundaknya pun
3 tahun telah berlalu.Banyak hal yang sudah terjadi, termasuk Devan yang menikah dengan Lily satu tahun setelah kedatangan Caca ke Korea.Kini, Caca kembali ke Indonesia untuk menghadiri pernikahan Arga. Apa kalian tau lelaki itu akan menikah dengan siapa?Yap, dengan Fey! Salah satu teman dekatnya.Tidak kaget sih, sejak dulu juga Caca sudah menebak hal ini akan terjadi. Naya sendiri sudah menikah paling awal, tepatnya 1 tahun yang lalu. Yang tidak disangka-sangka ternyata dia menikah dengan Rendi, laki-laki yang dulu perempuan itu anggap sebagai mantan paling menyebalkan."Duh, calon adik ipar cantik banget. Sayangnya masih jomblo," goda Fey yang duduk di depan meja rias.Perempuan itu tampak sangat menawan dalam balutan kebaya putih, sedangkan Caca pun terlihat tak kalah cantik dengan pakaian bridesmaid berwarna dusty blue.Daripada hadir bersama keluarganya, dia justru memilih menemani Fey."Yaelah, Kak. Masih
Benar apa yang dikatakan Kiara tadi bahwa Dafa akan menyusulnya. Sejak tadi laki-laki itu berdiri di depan gerbang karena tidak diperbolehkan masuk oleh Devan. Ada rasa kasihan yan tiba-tiba menyelusup ke relung hati Caca, jauh-jauh datang kemari taunya tidak mendapat izin bertemu, namun setelahnya perempuan itu kembali sadar. Perbuatan Dafa yang katanya hanya bermain-main terlanjur membuat dia muak. Jadi, mungkin memang begini lebih baik. Setelah berdiam diri cukup lama akhirnya Dafa pergi, mungkin akan mencari penginapan karena sepertinya sebentar lagi akan hujan. "Apa dia udah berubah?" Tanya Caca pada dirinya sendiri dengan pelan. Setelah berucap demikian gadis tersebut kembali masuk ke kamarnya, sedaritadi dia hanya melihat Dafa dari balkon. Berbagai pikiran berkecamuk di benaknya. Kenapa Fenti bisa mengininkan Dafa untuk menyusulnya? Apakah ini yang disebut kasih ibu sepanjang masa, jadi meski anaknya salah akan tetap dibela? Ah, p
Benar. Memangnya kalau ketemu terus Caca masih mau sama dia? Dafa termenung, perasaannya jadi was-was tatkala memikirkan kejadian-kejadian buruk yang mungkin akan terjadi.Ucapan Abizar tadi terus menghantuinya. Tanpa sadar tangan Dafa menarik gas lebih dalam, dan dalam waktu singkat dia telah sampai di rumah.Baru membuka pintu dia langsung melihat bundanya yang sedang serius mengetik di laptop."Bun ...." Dengan lesu dia mendekati Fenti dan duduk di sebelahnya.Wanita itu melirik sekilas lalu kembali menatap laptop."Apa?" Tanyanya."Gimana kalau besok Caca nggak mau ketemu aku, nggak mau pulang juga?""Ya dirayu.""Kalau nggak mempan?""Usaha dong, Dafa ... masa semuanya kamu tanya, semua hal yang terjadi antara kamu dan Caca ujung-ujungnya Bunda yang mikir jalan keluarnya. Kamu itu udah cukup dewasa lho, kalau masih ragu mending nggak usah nyusul Caca!" Tegas Fenti.Dafa meringis."Iya, iya ... ng
Berkali-kali Dafa menelfon Caca, namun tak pernah dijawab. Kini, setelah 3 bulan laki-laki itu baru mengetahui kalau sang sahabat berada di Negeri Ginseng.2 bulan pertama benar-benar tidak ada kabar mengenai Caca, bahkan semua akun sosial medianya pun tidak aktif. Namun 1 bulan terakhir ini, akun gadis itu mulai aktif kembali, beberapa kali Caca memposting foto dengan beberapa teman barunya, dan diantara semua orang di foto itu ada satu yang membuat Dafa terbakar api cemburu.Lelaki memakai kaos hitam dan celana hitam yang dipadu dengan jas bermotif kotak-kotak hitam dan putih di foto tersebut tampak merangkul pundak Caca dengan akrab. Kalau dilihat dari wajahnya sepertinya laki-laki tersebut bukan asli orang Korea."Apa gue minta buat dijodohin lagi ya? Ah, tapi keluarga Caca pasti nggak setuju," monolognya sembari mengacak rambut dengan frustasi.Dulu, 2 hari setelah Caca pindah sekaligus hari dimana dia dimarahi Fenti habis-habisan, Dafa langsun