"Oma ikut nggak?" Kini giliran Arga yang bertanya.
"Enggak kayaknya, ini juga di Indonesia cuma sekitar dua minggu," jawab Gara tak yakin. Pasalnya, Bang Dev itu kalau bilang 2 minggu biasanya cuma jadi seminggu lalu kembali ke Korea lagi, katanya pekerjaan sudah menumpuk.
"Abang sadar nggak sih, mereka semua kayak nggak ada yang perduli sama kita." Mata Caca memanas saat mengucapkan kalimat barusan.
Kadang dia merasa tidak memiliki orang tua, disaat terpuruk saja tidak ada yang datang dan menenangkan kecuali abang kembarnya ini.
"Enggak boleh ngomong gitu, Ca. Bang Dev kan emang sibuk, kalau Mama-Papa lebih nyaman tinggal di desa." Arga mengelus surai lembut sang adik.
"Kalau kamu kangen, libur kuliah nanti kita kesana aja gimana?" Gara ikut menimpali.
Sebenarnya dia juga merindukan orang tuanya, pemuda itu juga ingin tinggal dengan mereka dan merasakan memiliki keluarga yang utuh dan harmonis. Tapi lagi-lagi dia ingat, masih ada adiknya ya
Dafa langsung pulang setelah selesai kuliah. Daripada ke rumah Dion yang sudah sering ia kunjungi lebih baik beli buku bareng Caca.Setiap pergi berdua mereka selalu memakai pakaian tertutup juga masker dan topi agar tidak ada yang tau. Sebenarnya Dafa tidak suka sembunyi-sembunyi begini, tapi mau bagaimana lagi, sahabatnya itu yang memaksa. Kalau Dafa tidak mau ya mereka tidak jadi keluar bareng.Setiap melihat buku Caca selalu kalap, dia selalu ingin membeli semua. Kalau bisa setokonya juga, tapi nanti pasti abangnya marah."Udah belum sih, Ca? Lama banget." Berkali-kali Dafa menghela napas kesal.2 jam mereka ada di sana dan Caca belum selesai memilih, padahal gadis itu sudah membawa setumpuk novel dan buku lainnya. Sedangkan Dafa sendiri hanya mengambil 5 buku."Sabar, ini juga lagi milih," ketus Caca. Dia tidak suka kalai sedang memilih sesuatu tapi diburu-buru.15 menit kemudian keduanya telah keluar dari toko buku. Dafa masih te
Pemuda yang masih rebahan itu terkekeh, "Bunda ternyata suka pamer juga ya," ujarnya yang langsung mendapat jitakan dari sang bunda."Bener lho, waktu Bunda ngomong tadi malah kayak lagi menyombongkan diri.""Bunda cuma ngingetin supaya kamu nggak nyesel nantinya.""Iya deh, iya ...." Dafa berdiri, hendak pergi ke kamarnya namun secara tidak sengaja kaki laki-laki itu tersandung kaki meja."Argh ...." Dia meringis sambil memegangi kaki yang terasa nyut-nyutan."Rasain, salah sendiri diajak ngomong Bundanya malah mau minggat," ketus Fenti.Bukannya khawatir, wanita paruh baya itu justru menyalakan televisi dan mengambil kacang bawang di meja.Karena merasa bundanya tidak akan perduli, Dafa lantas berjalan ke kamarnya dengan kaki terpincang-pincang. Mungkin dia memang kualat karena meninggalkan bundanya yang masih memberi nasihat.Sesampainya di kamar laki-laki itu langsung menggulung celananya, ternyata kaki yang terantuk
Badan laki-laki itu sontak merapat pada sang sahabat. Bulu kuduknya berdiri dan matanya memandang awas ke arah pintu kamar."Katanya nggak takut," sindir Caca."I--iya emang nggak takut, cuma kaget aja," elak Dafa. Kalau ngaku gengsi dong.Caca mencibir lalu menyuruh sahabatnya itu agar membukakan pintu. Jelas saja Dafa langsung menolak."Mager, kamu aja sana," katanya sok-sokan malas gerak padahal Caca yakin dia sedang ketakutan setengah mati.Tok tok tok ....Kembali terdengar ketukan dari arah pintu. Terpaksa dia harus membukanya sendiri, secara sengaja Caca mempercepat film hingga bagian paling seram dan mengeraskan volume suaranya.Mati-matian Dafa menahan air yang hendak keluar dari kandung kemihnya. Sahabatnya itu benar-benar berniat menyiksa. Dalam batin laki-laki itu sudah merapalkan segala macam doa yang ia bisa.Caca menyunggingkan satu senyum tipis. Dia menarik daun pintu dan muncullah 2 sosok laki-laki jangku
2 hari kemudian Devan benar-benar pulang. Tidak ada yang berubah, semua berjalan seperti biasa. Hanya saja kini hidup si kembar dan adiknya lebih teratur karena adanya Lily yang membantu.Saat ini, Caca dan ketiga temannya tengah berada di kafe milik Gema. Sebenarnya Gema dan Gama bukan asli saudara sepupunya, ibu kedua laki-laki itu hanya anak panti yang diangkat oleh kakek-nenek Caca agar anak tunggal mereka tidak kesepian.Meski begitu, perlakuan pada mereka tidak dibedakan. Bude Ambar juga sudah dianggap seperti anak sendiri."Buset, Ca ... abang lo ganteng banget deh." Mata Naya tak berkedip saat melihat Gama dan Gema bolak-balik melayani pembeli.Setiap kafe ramai mereka langsung membantu karyawannya, dulu Caca pernah ingin membantu mereka tapi langsung dilarang dan dimarahi. Menjadi satu-satunya anak perempuan di keluarga Kingstone membuat dia begitu dimanja."Astaga ... lihat otot-otot tangannya itu, ya ampun, gue jadi penasaran giman
Caca terus berjalan hingga bertemu Kiara di depan toko kacamata."Lah, nggak jadi beli sepatu, Ca?"Caca menggeleng lalu berkata, "gue baru tau kalau Fahry pacaran sama Vania.""Hah, apa? Kok bisa, sejak kapan? Ya ampun gue juga baru tau," ujar Kiara dengan histeris, namun Caca langsung memberi kode pada gadis itu agar memelankan suaranya."Kok bisa sih, Ca. Bukannya tuh cowok lagi deketin lo, ya?""Gue juga bingung," jawab Caca keheranan. Dia sendiri juga tidak tau maksud dan tujuan Fahry mendekatinya. Mungkin laki-laki itu memang sengaja mempermainkan dia."Udahlah nggak usah diambil hati. Toh di dunia ini cowok bukan cuma dia. Lagian fans lo kan banyak, tinggal tuding juga pasti langsung dapat pacar."Caca tak menjawab apa-apa, dia berjalan dijajaran kacamata dan memilih satu yang menurutnya paling menarik. Gadis itu kalau membeli apa-apa bukan menurut bagus atau tidaknya, tapi asal menarik dan nyaman pasti langsung dipilih.
"Martabak. Abang kalau mau minta sama Lily.""Kakak!" Devan menatap tajam sang adik."Iya, maksudnya minta ke Kak Lily."Padahal menurut Caca lebih enak menyebut namanya tanpa embel-embel 'kak' karena terasa lebih akrab, tapi abangnya pasti akan marah. Katanya tidak sopan, padahal si pemilik nama juga tidak mempermasalahkan."Jangan kebiasaan jajan sembarangan, Ca. Nanti perutnya sakit," ujar lelaki yang kini duduk di depan meja bar."Enggak kok, kan udah langganan. Abang kembar juga biasa makan ini tapi nggak sakit perut," sanggah gadis berambut cokelat itu.Devan memang sangat berhati-hati dalam memilih makanan, lelaki itu juga jarang membeli di pinggir jalan. Bukan sombong karena orang kaya, tetapi dia sudah kapok karena dulu pernah sekali membeli nasi goreng dan pulang-pulang langsung sakit perut. Makanya sekarang dia lebih suka makan di restoran atau masakan rumah.Tapi bagi Caca makanan yang dibeli dari pedagang kaki lima justru
Pagi harinya, Caca yang hendak ke kampus secara tidak sengaja bertemu Erza di jalan. Lelaki dengan motor sport berwarna hitam dan jaket geng motor kebanggaannya itu langsung mendekat dan membunyikan klakson.Keduanya melaju hingga sampai ke tujuan masing-masing. Memang sudah beberapa minggu ini dia lebih dekat dengan Erza, apalagi setelah tau Fahry berpacaran dengan musuhnya."Heh, cewek ganjen! Lo pasti sengaja kan deket-deket sama anak UKS biar bisa narik perhatian pacar gue?"Caca yang akan beranjak dari area parkir langsung disembur tuduhan berkedok pertanyaan dari Vania and the geng. Ketiga perempuan berwajah menor itu memandang gadis di depannya dengan angkuh, sebenarnya hanya dua sih soalnya Angel tidak terlalu berani berhadapan dengan Caca.Gadis yang menjadi sasaran hanya melirik dengan malas, meladeni mereka sama saja dengan membuang waktu secara percuma."Lo tuli, ya?!" Vania mencekal lengan Caca dengan kencang."Biasalah ..
Caca berguling-guling diatas ranjang. Sesi nonton drakor sudah selesai, kini ia bingung harus melakukan apalagi untuk mengusir rasa bosan yang mendera.Seharusnya waktu luang seperti ini digunakan untuk istirahat, menjauhkan diri sebentar dari gadget. Tapi apa daya, rasa jenuh yang kian menggunung membuat gadis itu segera meraih ponsel dan membuka insta*ramnya.Banyak sekali notifikasi yang masuk, padahal baru 2 jam dia tidak membukanya.Gadis itu memilih membuka pesan teratas, dari akun @veninistin berisi pertanyaan tentang sebuah foto yang diunggah oleh salah satu akun.Dia lantas beralih pada notifikasi, banyak sekali akun yang menyebutnya dalam sebuah komentar. Karena penasaran, Caca langsung melihat postingan tersebut.Betapa mengejutkannya, ternyata Dafa yang membuat postingan tersebut. Sahabat laki-lakinya itu mengunggah foto seorang gadis yang wajahnya tertutup buku. Itu foto saat di toko buku kemarin, Caca sangat mengingatnya.S