“Apa?! Seseorang membawanya pergi? Beraninya!!!” Bai Ruyu sangat geram kala mendengar kabar menghilangnya Qiao Zhi Jing. “Tunggu apa lagi? cepat sebar gambar wajahnya di seluruh Kota. Jadikan dia buronan yang melarikan diri. Pastikan kalian segera menangkapnya!” titahnya tegas. “Baik!” Tentara yang melapor kepada Bai Ruyu pun bergegas undur diri untuk menjalankan tugas yang dibebankan kepadanya. “Apa aku tidak salah dengar? Qiao Zhi Jing berhasil kabur?” sahut suara seorang wanita yang secara tiba-tiba keluar dari tempat persembunyiannya setelah sengaja menguping pembicaraan. Namun, tampaknya Bai Ruyu tak mempermasalahkan soal wanita itu karena telah lancang. “Kau mendengar semuanya? Baguslah. Aku tidak perlu menjelaskannya. Benar, adikmu berhasil kabur. Seseorang tiba-tiba muncul dan membawanya pergi,” ungkap Bai Ruyu berterus terang, tanpa menyembunyikan apa pun. Langkah kaki Qiao Li Ying dipercepat mendekati tempat di mana posisi Bai Ruyu tengah berpijak. Namun, Bai Ruyu
“Ah, sepertinya aku terlalu sibuk sampai ketinggalaan banyak informasi,” kata Kaisar Bai. “Hanya seorang pelayan rendahan seperti saya tidak terlalu penting untuk dibahas. Namun, jika Anda penasaran, saya akan memberitahunya.” Ming Tian mulai memainkan trik licik yang membuat Kaisar Bai penasaran. “Emm … tidak ada salahnya sedikit berbasa-basi. Kalau begitu, ceritakan apa yang telah terjadi,” perintahnya. “Baiklah. Kalau begitu, saya akan mulai menceritakannya … .” Panjang lebar Ming Tian menceritakan insiden yang terjadi di istana Bai Ruyu kepada Kaisar Bai. Respon Kaisar Bai tampak lebih serius kala mendengarkannya dengan seksama. Kaisar Bai merasa cerita yang disampaikan Ming Tian cukup menarik, hingga memicu rangsangan rasa penasarannya. “Bai Ruyu ini, sejak kecil dia memang tidak berubah. Dia masih kejam dan tidak berperasaan. Takutnya jika … .” Kaisar Bai sengaja menggantung ucapannya karena bimbang melontar isi pemikirannya tentang putra pertamanya yang tak pernah berhenti
"Ayahanda?" Bai Ruyu sangat terkejut tatkala mendapati Kaisar Bai telah memasuki kamarnya. Dan yang membuatnya lebih terkejut lagi yakni, di sampingnya Qiao Li Ying tengah berlutut dengan kondisi tangan yang terikat ke belakang.Di dalam kamar Bai Ruyu, Kaisar Bai sengaja masuk secara diam-diam dan memerintahkan semua orang di istana kediaman Bai Ruyu untuk merahasiakan kunjungannya. Tatkala Bai Ruyu akhirnya telah kembali ke kamarnya usai menangani beberapa urusan, sontak dia dikejutkan oleh sosok ayahandanya yang telah duduk menunggunya di dalam kamarnya. BRAK! Kaisar Bai menghantamkan lengannya di atas meja."Beraninya kau!" Tanpa basa-basi, Kaisar Bai langsung meluapkan emosinya di hadapan Bai. "Ayahanda, mohon ampun." Bai Ruyu bergegas bersujud di hadapan Kaisar Bai. "Bukan hanya bertindak tanpa izinku, ternyata kau juga berani menyembunyikan seorang wanita dari Keluarga Qiao! Bai Ruyu, apa kau berencana melawan?!" marahnya.Dari yang dikatakan oleh Kaisar Bai, sekilas saja B
"Baiklah, seperti itu saja. Kalau begitu, masalah surat perjanjian kuserahkan padamu," tegasnya, "namun, masalah yang kau buat bukan hanya ini saja. Untuk masalah pembantaian Klan Mo ... lupakan saja. Tapi untuk pembebasan wanita Keluarga Qiao, bagaimana kau akan menjelaskannya?" Pertanyaan Kaisar Bai membungkam mulut Bai Ruyu rapat-rapat. Sekilas dia mengedarkan pandangannya ke arah Qiao Li Ying yang juga sejak tadi hanya membungkam mulutnya tanpa mengatakan satu hal apa pun. Posisi Qiao Li Ying tetap berlutut di samping Kaisar Bai dengan kedua lengan terikat ke belakang. Pandangannya tertunduk ke bawah dengan tatapan kosong.Qiao Li Ying tampak tidak peduli dengan nasibnya, walaupun sebenarnya dalam hatinya berharap agar Bai Ruyu mengkhawatirkan nasibnya yang malang."Ayahanda, dia hanya seorang anak adopsi Jendral Qiao. Dia bukan apa-apa bagiku. Terserah bagaimana Ayahanda akan memperlakukannya," cetus Bai Ruyu.Bagaikan ditusuk seribu duri. Hati Qiao Li Ying amat sakit tak berdar
"Pangeran Kedua, apa tubuhmu sudah lebih baik?" tanya Ling Yi dengan sengaja menahan tawa di balik senyum tersungging."Sialan kau!" Umpatan langsung terlontar renyah sebagai balasan pertanyaan dari Ling Yi. Hatinya masih dendam karena Ling Yi tampak sangat bersenang-senang kala mempermainkannya dengan alasan memberinya ujian, walaupun sebenarnya Ling Yi memberinya ujian sungguhan, bukan hanya sebuah candaan."Ouhh ... Pangeran Kedua, tak kusangka ternyata Anda adalah seorang yang keras mulut. Umpatan Anda cocok dengan karakter Anda ... pria berengsek," ledeknya berterus terang."Kau!" Jari telunjuk Bai Wuxin sepontan tertuju ke wajah Ling Yi. Namun, tiba-tiba saja Bai Wuxin merintih kesakitan karena tak sadar bahwa dia baru saja mengangkat lengannya yang patah. "Arggh ...," lirihnya kesakitan."Pangeran Kedua, sekarang Anda masih terluka. Mohon jaga sikap Anda. Hati-hati, karena aku bisa menyerang kapan pun yang kuinginkan," ancamnya."Kau kira aku takut? Hekh! yang benar saja." Mer
"Kenapa kau menurunkan pedangmu? kau takut 'kan?" ejek Bai Wuxin tatkala mendapati bahwa Ling Yi melingkarkan pedang lunak miliknya ke pinggang lagi. Tanda bahwa dia sengaja menarik tantangannya."Pangeran Kedua, jangan salah paham. Aku bukan seorang pecundang. Sekali pun harus bertarung, maka kita lakukan dengan adil. Sekarang Anda masih terluka. Akan kutunggu sampai Anda benar-benar pulih, baru melanjutkan tantangan yang sempat tertunda," kata Ling Yi. Selesai menuntaskan ucapannya, Ling Yi pun akhirnya beranjak meninggalkan tenda kamar Bai Wuxin.PRANG!Bai Wuxin asal melemparkan pedangnya ke bawah. "Bilang saja kau takut. Dasar Ling Yi sialan! auuh ... aku tidak tahan dengannya," gerutu Bai Wuxin.***"Ternyata seperti itu. Ini pasti karma yang harus kami tanggung. Klan Mo banyak berhutang kepada Keluarga Qiao, namun ... ." Sengaja menggantung ucapannya. "Okh! okh!" Wanita paruh baya itu terbatuk-batuk. Tatkala melihat telapak tangannya, ternyata batuknya berdahak darah."Nyonya,
Selang beberapa hari kemudian, Kaisar Bai tiba-tiba jatuh sakit. Penyakit yang diderita Kaisar Bai cukup aneh. Penyakit yang diidapnya membuat Kaisar Bai seperti mayat hidup. Kaisar Bai hanya bisa terbaring lemah di atas ranjang, sedangkan kelima inderanya telah mati rasa. Indera penglihatan, indra pendengaran, indera penciuman, indera pengecam, dan indera perabanya benar-benar telah mati rasa, termasuk tubuhnya kaku seperti orang lumpuh. Kaisar Bai hanya bisa terbaring di atas ranjang dengan kondisi tidak berdaya."Bagaimana kondisi ayahanda sekarang?" tanya Bai Ruyu kepada Kasim Tang yang senantiasa menjaga Kaisar di sampingnya.Kasim Tang pun menjawab, "Seperti yang Anda lihat, Kaisar sudah menjadi seperti ini," lirihnya. Tidak tega melihat nasib Kaisar Bai yang patut dikasihani. Bagaimana pun, selama ini Kasim Tang yang selalu berada di sisi Kaisar Bai. Dia adalah orang terdekatnya, dibandingkan keluarga sendiri. Begitupula Kasim Tang, jauh di dalam lubuk hatinya telah menganggap
Dua hari lalu sebelum Kaisar Bai jatuh sakit ...."Apa? kau ingin menyerahkanku kepada Ayahmu? Pangeran Pertama, apa kau bercanda?" Qiao Li Ying sontak terhenyak tatkala Bai Ruyu memerintahkannya untuk menjadi pelayan tidur Kaisar Bai."Aku tidak pernah bercanda dengan perkataanku. Qiao Li Ying, percayalah ... hanya kau satu-satunya wanita yang kucintai di dunia ini. Aku rela melakukan apa pun demi kebahagiaan kita di masa depan. Lalu, apa kau rela melakukan sesuatu demi masa depan kita?" rayu Bai Ruyu dengan ucapan cinta termanisnya.Sungguh tidak salah bahwa kelemahan wanita terletak pada pendengarannya. Hanya mendengar kata cinta dari seorang pria yang dicintainya, itu saja sudah membuat Qiao Li Ying bahagia dan percaya tanpa syarat. Apa lagi ketika Bai Ruyu meraih lengan Qiao Li Ying dan mencium punggung tangannya dengan lembut. "Demi masa depan kita ... apa maksudmu? aku sama sekali tidak mengerti. Jika kau memang mencintaiku, kenapa kau ingin menyerahkanku kepada Kaisar?" ulikn
Para tetua Negara Tang membawa kavalerinya untuk memerangi tentara Negara Qing yang menjaga di perbatasan. Sebelum berangkat ke Ibu Kota, Bai Wuxin sempat menitipkan perbatasan kepada Ling Yi untuk berjaga-jaga. Sesuai dengan prediksi, ternyata masih ada sisa-sia prajurit Negara Tang yang tidak terima dengan perjanjian perdamaian. Namun, melihat Kaisar Wan yang tampak baik-baik saja, seketika para tetua menghentikan para prajuritnya. Setelah itu, Kaisar Wan sendiri yang mencetuskan dekret bahwa Negara Qing dan Negara Tang telah menjanjikan perdamaian. Jika ada yang berani melawan dekret tersebut, maka dialah yang akan dicap sebagai pemberontak.Seketika para tetua dan segenap prajurit Negara Tang menerima dekret tersebut tanpa melawan. Sejak saat itu, Negara Qing dan Negara Tang akhirnya damai setelah berperang selama puluhan tahun. Rakyat menjadi lebih makmur, aman, dan tentram, sementara kursi singgasana Negara Qing masih dibiarkan kosong karena Bai Wuxin menolak posisi tersebut."P
"Jadi, namamu Qiao Zhi Jing?" Entah sejak kapan dia berdiri di sana, lalu tiba-tiba mencekal lengan Qiao Zhi Jing, lalu memojokkannya ke dinding.Hua Rongzhou sudah lama menunggu Qiao Zhi Jing keluar dari toilet. Mana kala pada saat itu, kelas tengah berlangsung dan Qiao Zhi Jing meminta izin untuk pergi ke toilet. Selang setalah 5 menit berlalu, giliran Hua Rongzhou yang turut meminta izin pergi ke toilet. Tak disangka, ternyata izin Hua Rongzhou hanyalah alasan agar dia dapat berbicara dengan Qiao Zhi Jing.Qiao Zhi Jing reflek mengernyitkan kedua alisnya seraya berontak dari cekalan Hua Rongzhou yang begitu kuat mencengkram lengannya. Tak hanya satu lengannya saja, kini Hua Rongzhou bahkan dengan beraninya mencengkram kedua lengan Qiao Zhi Jing dan mengangkatnya ke atas."Hei, apa yang kaulakukan?" protes Qiao Zhi Jing karena tak dapat menahan emosinya, apalagi melawan tenaga Hua Rongzhou yang jauh lebih besar dibandingkan tenaganya."Jawab aku! apa namamu Qiao Zhi Jing?" Nada suar
"Baiklah. Hua Rongzhou, silakan duduk di kuris kosong sebelah Qiao Zhi Jing," himbau Guru Fang."Apa?!" Reflek Qiao Zhi Jing bangkit dari posisinya dan mengejutkan seisi kelas. Mata memandang tertuju kepadanya. Untuk pertama kalinya, Qiao Zhi Jing dijadikan sorotan oleh seluruh teman kelasnya."Ada masalah apa, Qiao Zhi Jing?" tanya Guru Fang."Ah ... itu ... maaf, maaf, saya hanya terkejut." Qiao Zhi Jing dengan sungkan dan canggung kembali duduk di kurisinya.Selang kemudian, murid pindahan bernama Hua Rongzhou melangkah menuju kursi kosong yang terletak di samping kanan Qiao Zhi Jing. Sedangkan Qiao Zhi Jing sengaja memalingkan wajahnya ke arah lain sembari menutupinya dengan buku. Ia terlalu enggan menatap siswa pindahan bernama Hua Rongzhou yang sempat beradu konflik dengannya pada pagi tadi."Aissshh ... sial! kenapa dia malah muncul di sini?" gerutunya kesal. "Tidak! untuk apa juga aku bersembunyi seperti ini? jelas-jelas dia yang salah karena menabrakku lebih dulu, bahkan perg
"Aisshh ... dasar bocah arogan! kuharap kau jatuh terpeleset," decak Qiao Zhi Jing karena kesal mendengar respon dari siswa tampan.SLERET ... "Och ... sialan! siapa orang yang masih membuang kulit pisang di trotoar," umpatnya selepas terlepet dan jatuh karena menginjak kulit pisang.Netra Qiao Zhi Jing membola tatkala menyaksikan pemandangan di hadapannya. Tercengang karena tak menyangka harapannya langsung dikabulkan hanya dengan menunggu satu detik saja. Bingung bercampur puas menjadi satu rasa berkecamuk dalam hatinya. Namun, perasaan puas yang memenangkan peraduan. Seulas senyum terukir jelas di garis bibir Qiao Zhi Jing. Kemudian, dia pun tertawa lepas."Hahaha. Dia memang pantas mendapatkannya," ucap Qiao Zhi Jing. "Ouch ... sakit sekali," rintihnya kesakitan tatkala menggerakkan kakinya guna beranjak dari tempatnya. "Bocah tengik! sudah membuatku seperti ini, malah langsung pergi. Awas saja jika kita bertemu lagi. Aku pasti akan langsung menendang lututmu!" cetusnya.***"Hei
Sama seperti biasanya, Qiao Zhi Jing kembali menjalani hari-hari normal sebagai siswa yang datang ke sekolah setiap pagi. Pagi hari, sekitar pukul 06.00 pagi, dia sudah berangkat menuju sekolah. Namun, entah mengapa tanpa sadar langkahnya menuntun dirinya menuju perpustakaan Kota."Ada apa denganku? Kenapa aku malah pergi ke sini?" Ketika terbangun dari alam bawah sadarnya, Qiao Zhi Jing akhirnya tersadar bahwa dirinya saat ini tengah berada di depan perpustakaan Kota yang masih belum beroperasi. Ia menggaruk-garuk belakang kepalanya yang tidak gatal. BRUK! Namun, tiba-tiba saja seseorang menabaraknya hingga dia kehilangan keseimbangan dan jatuh tersungkur."Ouch. Sakit sekali," pekiknya kesakitan sembari memegangi lututnya yang memar, namun tidak berdarah."Maaf, maaf sekali. Aku tidak sengaja. Biar kubantu." Sosok yang baru saja menabrak Qiao Zhi Jing tak pergi begitu saja sebelum bertanggung jawab karena tidak sengaja menabrak Qiao Zhi Jing. Dia bergegas mengulurkan tangannya guna
"Hei, Bai Wuxin sialan! Keluarkan aku dari sini! Hei!!!" umpat Bai Ruyu seraya memberontak dengan cara menghantam-hantamkan tinjunya ke sel penjara. Alhasil, Bai Wuxin menyisakan nyawa Bai Ruyu dan memutuskan untuk mengurungnya di penjara. "Berisik sekali!!! Yo, lihatlah siapa ini? Bukankah ini Pangeran Pertama, Bai Ruyu? Apa kau masih mengingat siapa aku?" salah seorang narapidana berperawakan kekar, perlahan berjalan menghampiri Bai Ruyu seraya melemparkan senyum tersungging penuh makna tersirat.Reflek Bai Ruyu menoleh ke arah sumber suara. Sepontan, tubuhnya menegang kala menatap sang narapidana berotot yang berjalan menghampirinya."S-siapa kau?" tanya Bai Ruyu dengan nada bicara gagap. Kini, Bai Ruyu tak dapat menyembunyikan rasa takutnya lagi."Ternyata kau sungguh telah melupakanku. Auhh ... Jujur saja, aku merasa sakit hati. Kalau begitu, apa kau mengingat siapa Ketua Chen?" tanyanya guna menguji."Ada banyak orang bermarga Chen. Bagaimana aku tahu? Apa nama itu sepenting i
"Hahaha. Bai Wuxin, kau masih saja menyalahkanku atas segalanya. Sampai saat ini, ternyata kau masih saja belum mengerti. Semua ini terjadi karenamu!" tunjuk Bai Ruyu dengan wajah murka ke arah Bai Wuxin."Bai Ruyu, aku rasa kau yang tidak pernah mengerti. Sampai kapan kau akan bersikap egois hingga menghalalkan segala cara hanya untuk menyaingiku? Menyerahlah. Semua ini sudah berakhir. Sampai kapan pun, kau tidak akan pernah bisa mengalahkanku," cetus Bai Wuxin.SREEKK!CRING!Dengan sigap, Bai Ruyu bangkit dari singgasanya seraya menyerang Bai Wuxin dengan pedangnya. Sedangkan Bai Wuxin yang lebih cekatan langsung menangkis serangan dari Bai Ruyu. Pedang mereka saling beradu dengan gesitnya, bersamaan dengan sorot mata tajam bak ujung bilah pedang yang siap terhunuskan. Namun, di tengah pertarungan, penyakit Bai Ruyu tiba-tiba kambuh. Pada detik itu, Bai Wuxin tak menyia-nyiakan kesempatan untuk menjatuhkan lawan dengan sekali serang. Pada akhirnya, Bai Wuxinlah yang berhasil memena
"Siswa? Siswa?" Seorang petugas perpustakaan berusaha menggugah Qiao Zhi Jing dari lelapnya."Hah?!!" Sepontan Qiao Zhi Jing terhenyak tatkala bangun dari lelapnya. Qiao Zhi Jing mengedarkan pandangannya ke sekeliling dengan netra terbelalak saking antusiasnya. "Apa yang terjadi? Di mana aku?" Qiao Zhi Jing bergumam dengan wajah ling lung."Siswa, apa kau baik-baik saja?" tanya sang petugas perpistakaan."Eh? Ah?" Tanggapan Qiao Zhi Jing gelagapan, tersadar kala mendapati di hadapannya berdiri seorang petugas perpustakaan yang sejak tadi berusaha keras membangunkan Qiao Zhi Jing dari lelapnya."Maaf, sudah larut malam. Sudah waktunya kami tutup," kata sang petugas perpustakaan."Tutup? apa maksudnya?" Qiao Zhi Jing bertanya-tanya keheranan. Entah mengapa, Qiao Zhi Jing merasa amat kesulitan memahami dirinya sendiri, layaknya baru terbangun dari tidur yang cukup panjang. Entah apa yang telah terjadi kepadanya, yang jelas isi pikirannya sangat berantakan saat ini."Sudah larut malam. Pe
"TIDAAAAKKK!!!" teriak Bai Wuxin dengan lantang kala menyaksikan wanita yang dicintainya terluka. Tanpa banyak berpikir, Bai Wuxin bergegas berlari tergopoh-gopoh menuju istana demi menghampiri Qiao Zhi Jing.Setelah Ming Tian berhasil menargetkan Qiao Zhi Jing, Hua Rong yang berdiri di dekatnya takkan tinggal diam. Hua Rong turut memungut satu pedang yang tersisa dari lantai, lalu menebas leher Ming Tian. Tak puas hanya dengan satu kali tebasan, Hua Rong yang dikuasai dendam dan kemurkaan, ia menusuk-nusuk tubuh Ming Tian, lalu memutilasinya hingga tubuh Ming Tian terpisah menjadi beberapa bagian."Aaaarrrggghhh!!! kenapa kau membunuhnya? kenapa? kenapa? kenapa!!! aku harus membunuhmu! matilah! matilah!!!" Hua Rong telah kehilangan kendali atas dirinya."H-Hua Rong ... jangan. Be ... berhentilah," lirih Qiao Zhi Jing. Dia berusaha menghentikan Hua Rong. Pandangannya berkunang-kunang, tubuh Qiao Zhi Jing melemah dan meluruh. Setelah itu ...HAP!"Qiao Zhi Jing, bertahanlah ... ." Hua