“Qiao Zhi … Qiao Li Ying? Ternyata itu kamu. Bukankah Qiao Zhi Jing yang tadi memanggilku, kenapa itu bisa jadi kamu?” tanya Bai Wuxin karena merasa heran. “Kenapa? apa kau tidak senang melihatku dan bukannya Qiao Zhi Jing. Pangeran Kedua, apa kau sudah tidak mencintaiku lagi?” Qiao Li Ying memasang wajah sayu sendu dengan tatapan nanarnya. Langkahnya perlahan menghampiri Bai Wuxin. Ketika lengannya hendak menyentuh wajah Bai Wuxin, reflek Bai Wuxin sengaja memalingkan wajahnya ke samping. “Sudah kuduga. Pangeran Kedua, kau yang telah mencampakkanku. Kau tidak mencintaiku lagi!” cetus Qiao Li Ying. Emosinya berubah kemarahan dan geram. “Qiao Li Ying, kita sudah berakhir. Seharusnya kita harus mengakhirinya sejak lama. Jangan menyiksa diri,” ucap Bai Wuxin tanpa menatap wajah Qiao Li Ying. Qiao Li Ying meraih lengan Bai Wuxin, lalu menyentuhkan ke wajahnya. Sepontan Bai Wuxin menarik lengannya, namun Qiao Li Ying justru mencegahnya. Dia semakin mencengkram erat, seolah tak in
LAPOR!!! Laporan darurat militer. Negara Tang kembali melancarkan serangan ke Kota Gu yang menjadi benteng perbatasan Negara Qing. Negara Tang diam-diam memasukkan bubuk mesiu lewat para pedagang ilegal. Setelah rencana mereka membawa masuk bubuk mesiu berhasil, para mata-mata Negara Tang yang telah lama menjadi penduduk Kota Gu mulai beraksi pada malam hari.Para mata-mata itu ternyata selama ini mengembangkan bubuk mesiu menjadi bahan peledak atau bom. Mereka mengembangkannya di ruang bawah tanah. Aksi mereka sangat hati-hati, sehingga tak ada seorang pun petugas pemerintahan Kota Gu yang mengetahuinya. Setelah berhasil menciptakan banyak bahan peledak, para mata-mata yang ditugaskan oleh Negara Tang mulai melancarkan serangan. Dalam satu malam, mereka berhasil meledakkan Kota Gu menjadi lautan api. Kota Gu sebagai benteng pertahanan Negara Qing berhasil diratakan. Rakyat Negara Qing banyak yang tewas dan tak sedikit yang terluka. Setelah berhasil, meledakkan Kota Gu, Negara Tang m
BAB 49“Pangeran Pertama, menyerahlah. Jika terus dilanjutkan, Anda bisa mati,” saran Kasim Tang. Tekadnya tetap bulat. Bai Ruyu masih belum ingin menyerah, bahkan setelah tubuhnya dibuat babak belur oleh para prajurit elite yang bertarung dengannya. Semua itu tidak ada apa-apanya, sebab para prajurit elite hanya menggunakan 20% kekuatannya kala bertarung melawan Bai Ruyu. Berkali-kali Bai Ruyu dijatuhkan, lalu bangkit lagi, tetapi dijatuhkan lagi. Berulang kali pertarungan monoton terus berlanjut, namun tak ada satu pun prajurit elite yang berhasil dijatuhkan olehnya. Awalnya Bai Ruyu menganggap kemampuan beladirinya lumayan hebat sebelum dia bertemu dengan lawan tangguh seperti lawa yang tengah dihadapinya saat ini. Namun ternyata, latihannya selama ini tidak ada apa-apanya. Ia merasa semuanya seperti lelucon. Kendati demikian, ia tetap tidak menyerah. Dengan tubuh terhuyung-huyung, Bai Ruyu tetap berusaha bangkit dan melancarkan serangan lagi. “Aku tidak akan kembali sebelu
“Dari awal aku sudah menduganya. Ayah akan kembali ke medan perang lagi. Hanya tidak disangka, ternyata akan secepat ini,” tutur Qiao Zhi Jing. Dalam hatinya merasa tidak rela ketika ayahnya harus memenuhi panggilan militer, berperang demi melindungi Negara. “Putriku, jaga dirimu baik-baik. Dari awal, sebagai orangtua, yang kami inginkan hanyalah kebahagiaanmu. Apa pun keputusanmu, kami tetap akan menghormatinya. Jangan pernah lewatkan makan, dan berpakaianlah lebih tebal. Lihatlah pakaianmu ini. Tipis sekali.” Jenderal Qiao berkomentar. Bukannya merasa kesal mendengar omelan dari ayahnya, Qiao Zhi Jing justru tertawa kecil. Karena dari situlah Qiao Zhi Jing dapat merasakan kehangatan dari perhatian sosok ayah yang selalu mengkhawatirkannya. “Aku tahu. Ayah, kau tidak perlu khawatir. Aku bisa menjaga diriku sendiri. Sebaliknya, Ayah yang harus menjaga keselamatan Anda. Jika Ayah merasa tidak bisa mengalahkan musuh, jangan lupa gunakan jurus andalan. Lari!” celetuk Qiao Zhi Jing
Wussshh ...CRING!SREKK!SREKK!SREKK!Seseorang tiba-tiba datang mematah satu persatu panah yang meluncur ke arah Qiao Zhi Jing dan keluarganya. Dengan pedang panjang di tangannya, ia mengacungkan ujung pedangnya. Menantang Li Zhang dan para tentara yang berada di hadapannya. “Siapa lagi yang berani melukainya, aku tidak akan segan membunuhnya dengan pedangku!” cetusnya. Dari arah belakang, Qiao Zhi Jing menatap punggungnya dengan tubuh gemetar. Untung saja seseorang datang menolongnya tepat waktu. Jika tidak, tidak tahu bagaimana kisah selanjutnya. “B-Bai Wuxin?” gagap Qiao Zhi Jing. Perlahan Bai Wuxin menoleh ke belakang. Tiba-tiba pandangan Qiao Zhi Jing mengabur. Karena terlalu syok menghadapi situasi menegangkan yang baru saja terjadi, akhirnya dia pingsan. Sedangkan Bai Wuxin bergegas datang menopang tubuh Qiao Zhi Jing seraya menyandarkan kepalanya di bahu lebar miliknya. “Pangeran Kedua, saya yakin Anda juga telah mendengar semuanya. Kaisar Bai telah menitahkan
Perlahan-lahan Qiao Zhi Jing membuka netranya setelah beberapa jam tak sadarkan diri. Lag-lagi aroma dupa yang tak asing tercium menyengat di hidungnya. Samar-samar Qiao Zhi Jing menatap punggung seseorang tatkala dia mengedarkan pandangannya ke samping. “Di mana aku?” Mendapati Qiao Zhi Jing akhirnya terbangun, sosok itu pun bergegas menghampiri Qiao Zhi Jing. Ia duduk di samping, ranjang tempat Qiao Zhi Jing terbaring seraya menggenggam erat telapak tangan Qiao Zhi Jing. “Akhirnya kau bangun. Aku sangat takut terjadi sesuatu denganmu,” ujarnya sembari mencium punggung tangan Qiao Zhi Jing begitu dalam. Sentuhan bibirnya terasa begitu hangat. Napasnya berdesir dan terasa berat kala menyapu punggung tangan Qiao Zhi Jing. “Bai Wuxin, apa itu kau?” tanya Qiao Zhi Jing. “Aku di sini. Jangan khawatir. Aku tidak akan meninggalkanmu,” tuturnya. Suara Bai Wuxin terdengar begitu parau. “Kenapa aku bisa ada di sini? lalu, bagaimana dengan keluargaku? Bagaimana dengan ibuku dan lainnya? ap
Pada malam sebelum berita konspirasi Jendral Qiao, keempat jendral bertugas untuk melindungi para pengungsi Kota Gu ke tempat yang lebih aman. Pekerjaan mengungsikan warga diserahkan kepada Jendral Han dan Jendral Liu. Sementara Jendral Qiao dan Jendral Qiao berencana mengambil risiko untuk menyelidiki kamp militer musuh. Jenderal Qiao menerobos masuk ke dalam kamp musuh secara diam-diam bersama rekan prajurit sehidup semati yang selalu setia berperang bersamanya. Entah sejak kapan prajurit musuh tahu bahwa malam itu Jenderal Qiao akan datang, tiba-tiba saja mereka dikepung dari berbagai arah."Jendral Qiao, kita bertemu lagi. Suatu kehormatan kita dipertemukan dengan cara ini. Terakhir kali, kau menusuk sebelah mataku dengan pedangmu hingga membuatku cacat seperti ini." Seorang Jendral Negara Tang yang bernama Jendral Cui berjalan menghampiri Jendral Qiao dan pasukannya yang telah dikepung dari segala arah.Jendral Cui bernostalgia pada kejadian 2 tahun lalu saat Jendral Qiao berhasil
“Dekret Kekaisaran! Pangeran Kedua, Bai Wuxin silakan terima titah,” cetus utusan Kaisar yang datang ke kediaman Bai Wuxin tanpa pemberitahuan. Bai Wuxin langsung menyambutnya seraya bersujud menerima titah dari ayahandanya. “Kota Shui telah berhasil jatuh ke tangan musuh. Untuk menenangkan para rakyat, aku memerintahkan Pangeran Kedua untuk melindungi para pengungsi dan merebut kembali Kota Shui.” Dekret yang dibicakan oleh utusan Kaisar. “Saya menerima … .” Belum sempat Bai Wuxin melanjutkan perkataannya, sang utusan dengan sigap memotongnya dengan membacakan dekret lain. “Dekret Kedua. Pada tanggal (…) Pangeran Bai Wuxin menikah dengan putri Jendral Wulin, Qiao Zhi Jing. Namun, karena Jendral Wulin adalah seorang pengkhianat Negara, maka Pangeran Bai Wuxin diperintahkan untuk menceraikan seorang putri pengkhianat. Pangeran Bai Wuxin diperintahkan untuk menceraikan Qiao Zhi Jing dan memulangkannya kembali pada keluarganya.” Sekian dekret kekaisaran yang dibacakan membuat Bai
Para tetua Negara Tang membawa kavalerinya untuk memerangi tentara Negara Qing yang menjaga di perbatasan. Sebelum berangkat ke Ibu Kota, Bai Wuxin sempat menitipkan perbatasan kepada Ling Yi untuk berjaga-jaga. Sesuai dengan prediksi, ternyata masih ada sisa-sia prajurit Negara Tang yang tidak terima dengan perjanjian perdamaian. Namun, melihat Kaisar Wan yang tampak baik-baik saja, seketika para tetua menghentikan para prajuritnya. Setelah itu, Kaisar Wan sendiri yang mencetuskan dekret bahwa Negara Qing dan Negara Tang telah menjanjikan perdamaian. Jika ada yang berani melawan dekret tersebut, maka dialah yang akan dicap sebagai pemberontak.Seketika para tetua dan segenap prajurit Negara Tang menerima dekret tersebut tanpa melawan. Sejak saat itu, Negara Qing dan Negara Tang akhirnya damai setelah berperang selama puluhan tahun. Rakyat menjadi lebih makmur, aman, dan tentram, sementara kursi singgasana Negara Qing masih dibiarkan kosong karena Bai Wuxin menolak posisi tersebut."P
"Jadi, namamu Qiao Zhi Jing?" Entah sejak kapan dia berdiri di sana, lalu tiba-tiba mencekal lengan Qiao Zhi Jing, lalu memojokkannya ke dinding.Hua Rongzhou sudah lama menunggu Qiao Zhi Jing keluar dari toilet. Mana kala pada saat itu, kelas tengah berlangsung dan Qiao Zhi Jing meminta izin untuk pergi ke toilet. Selang setalah 5 menit berlalu, giliran Hua Rongzhou yang turut meminta izin pergi ke toilet. Tak disangka, ternyata izin Hua Rongzhou hanyalah alasan agar dia dapat berbicara dengan Qiao Zhi Jing.Qiao Zhi Jing reflek mengernyitkan kedua alisnya seraya berontak dari cekalan Hua Rongzhou yang begitu kuat mencengkram lengannya. Tak hanya satu lengannya saja, kini Hua Rongzhou bahkan dengan beraninya mencengkram kedua lengan Qiao Zhi Jing dan mengangkatnya ke atas."Hei, apa yang kaulakukan?" protes Qiao Zhi Jing karena tak dapat menahan emosinya, apalagi melawan tenaga Hua Rongzhou yang jauh lebih besar dibandingkan tenaganya."Jawab aku! apa namamu Qiao Zhi Jing?" Nada suar
"Baiklah. Hua Rongzhou, silakan duduk di kuris kosong sebelah Qiao Zhi Jing," himbau Guru Fang."Apa?!" Reflek Qiao Zhi Jing bangkit dari posisinya dan mengejutkan seisi kelas. Mata memandang tertuju kepadanya. Untuk pertama kalinya, Qiao Zhi Jing dijadikan sorotan oleh seluruh teman kelasnya."Ada masalah apa, Qiao Zhi Jing?" tanya Guru Fang."Ah ... itu ... maaf, maaf, saya hanya terkejut." Qiao Zhi Jing dengan sungkan dan canggung kembali duduk di kurisinya.Selang kemudian, murid pindahan bernama Hua Rongzhou melangkah menuju kursi kosong yang terletak di samping kanan Qiao Zhi Jing. Sedangkan Qiao Zhi Jing sengaja memalingkan wajahnya ke arah lain sembari menutupinya dengan buku. Ia terlalu enggan menatap siswa pindahan bernama Hua Rongzhou yang sempat beradu konflik dengannya pada pagi tadi."Aissshh ... sial! kenapa dia malah muncul di sini?" gerutunya kesal. "Tidak! untuk apa juga aku bersembunyi seperti ini? jelas-jelas dia yang salah karena menabrakku lebih dulu, bahkan perg
"Aisshh ... dasar bocah arogan! kuharap kau jatuh terpeleset," decak Qiao Zhi Jing karena kesal mendengar respon dari siswa tampan.SLERET ... "Och ... sialan! siapa orang yang masih membuang kulit pisang di trotoar," umpatnya selepas terlepet dan jatuh karena menginjak kulit pisang.Netra Qiao Zhi Jing membola tatkala menyaksikan pemandangan di hadapannya. Tercengang karena tak menyangka harapannya langsung dikabulkan hanya dengan menunggu satu detik saja. Bingung bercampur puas menjadi satu rasa berkecamuk dalam hatinya. Namun, perasaan puas yang memenangkan peraduan. Seulas senyum terukir jelas di garis bibir Qiao Zhi Jing. Kemudian, dia pun tertawa lepas."Hahaha. Dia memang pantas mendapatkannya," ucap Qiao Zhi Jing. "Ouch ... sakit sekali," rintihnya kesakitan tatkala menggerakkan kakinya guna beranjak dari tempatnya. "Bocah tengik! sudah membuatku seperti ini, malah langsung pergi. Awas saja jika kita bertemu lagi. Aku pasti akan langsung menendang lututmu!" cetusnya.***"Hei
Sama seperti biasanya, Qiao Zhi Jing kembali menjalani hari-hari normal sebagai siswa yang datang ke sekolah setiap pagi. Pagi hari, sekitar pukul 06.00 pagi, dia sudah berangkat menuju sekolah. Namun, entah mengapa tanpa sadar langkahnya menuntun dirinya menuju perpustakaan Kota."Ada apa denganku? Kenapa aku malah pergi ke sini?" Ketika terbangun dari alam bawah sadarnya, Qiao Zhi Jing akhirnya tersadar bahwa dirinya saat ini tengah berada di depan perpustakaan Kota yang masih belum beroperasi. Ia menggaruk-garuk belakang kepalanya yang tidak gatal. BRUK! Namun, tiba-tiba saja seseorang menabaraknya hingga dia kehilangan keseimbangan dan jatuh tersungkur."Ouch. Sakit sekali," pekiknya kesakitan sembari memegangi lututnya yang memar, namun tidak berdarah."Maaf, maaf sekali. Aku tidak sengaja. Biar kubantu." Sosok yang baru saja menabrak Qiao Zhi Jing tak pergi begitu saja sebelum bertanggung jawab karena tidak sengaja menabrak Qiao Zhi Jing. Dia bergegas mengulurkan tangannya guna
"Hei, Bai Wuxin sialan! Keluarkan aku dari sini! Hei!!!" umpat Bai Ruyu seraya memberontak dengan cara menghantam-hantamkan tinjunya ke sel penjara. Alhasil, Bai Wuxin menyisakan nyawa Bai Ruyu dan memutuskan untuk mengurungnya di penjara. "Berisik sekali!!! Yo, lihatlah siapa ini? Bukankah ini Pangeran Pertama, Bai Ruyu? Apa kau masih mengingat siapa aku?" salah seorang narapidana berperawakan kekar, perlahan berjalan menghampiri Bai Ruyu seraya melemparkan senyum tersungging penuh makna tersirat.Reflek Bai Ruyu menoleh ke arah sumber suara. Sepontan, tubuhnya menegang kala menatap sang narapidana berotot yang berjalan menghampirinya."S-siapa kau?" tanya Bai Ruyu dengan nada bicara gagap. Kini, Bai Ruyu tak dapat menyembunyikan rasa takutnya lagi."Ternyata kau sungguh telah melupakanku. Auhh ... Jujur saja, aku merasa sakit hati. Kalau begitu, apa kau mengingat siapa Ketua Chen?" tanyanya guna menguji."Ada banyak orang bermarga Chen. Bagaimana aku tahu? Apa nama itu sepenting i
"Hahaha. Bai Wuxin, kau masih saja menyalahkanku atas segalanya. Sampai saat ini, ternyata kau masih saja belum mengerti. Semua ini terjadi karenamu!" tunjuk Bai Ruyu dengan wajah murka ke arah Bai Wuxin."Bai Ruyu, aku rasa kau yang tidak pernah mengerti. Sampai kapan kau akan bersikap egois hingga menghalalkan segala cara hanya untuk menyaingiku? Menyerahlah. Semua ini sudah berakhir. Sampai kapan pun, kau tidak akan pernah bisa mengalahkanku," cetus Bai Wuxin.SREEKK!CRING!Dengan sigap, Bai Ruyu bangkit dari singgasanya seraya menyerang Bai Wuxin dengan pedangnya. Sedangkan Bai Wuxin yang lebih cekatan langsung menangkis serangan dari Bai Ruyu. Pedang mereka saling beradu dengan gesitnya, bersamaan dengan sorot mata tajam bak ujung bilah pedang yang siap terhunuskan. Namun, di tengah pertarungan, penyakit Bai Ruyu tiba-tiba kambuh. Pada detik itu, Bai Wuxin tak menyia-nyiakan kesempatan untuk menjatuhkan lawan dengan sekali serang. Pada akhirnya, Bai Wuxinlah yang berhasil memena
"Siswa? Siswa?" Seorang petugas perpustakaan berusaha menggugah Qiao Zhi Jing dari lelapnya."Hah?!!" Sepontan Qiao Zhi Jing terhenyak tatkala bangun dari lelapnya. Qiao Zhi Jing mengedarkan pandangannya ke sekeliling dengan netra terbelalak saking antusiasnya. "Apa yang terjadi? Di mana aku?" Qiao Zhi Jing bergumam dengan wajah ling lung."Siswa, apa kau baik-baik saja?" tanya sang petugas perpistakaan."Eh? Ah?" Tanggapan Qiao Zhi Jing gelagapan, tersadar kala mendapati di hadapannya berdiri seorang petugas perpustakaan yang sejak tadi berusaha keras membangunkan Qiao Zhi Jing dari lelapnya."Maaf, sudah larut malam. Sudah waktunya kami tutup," kata sang petugas perpustakaan."Tutup? apa maksudnya?" Qiao Zhi Jing bertanya-tanya keheranan. Entah mengapa, Qiao Zhi Jing merasa amat kesulitan memahami dirinya sendiri, layaknya baru terbangun dari tidur yang cukup panjang. Entah apa yang telah terjadi kepadanya, yang jelas isi pikirannya sangat berantakan saat ini."Sudah larut malam. Pe
"TIDAAAAKKK!!!" teriak Bai Wuxin dengan lantang kala menyaksikan wanita yang dicintainya terluka. Tanpa banyak berpikir, Bai Wuxin bergegas berlari tergopoh-gopoh menuju istana demi menghampiri Qiao Zhi Jing.Setelah Ming Tian berhasil menargetkan Qiao Zhi Jing, Hua Rong yang berdiri di dekatnya takkan tinggal diam. Hua Rong turut memungut satu pedang yang tersisa dari lantai, lalu menebas leher Ming Tian. Tak puas hanya dengan satu kali tebasan, Hua Rong yang dikuasai dendam dan kemurkaan, ia menusuk-nusuk tubuh Ming Tian, lalu memutilasinya hingga tubuh Ming Tian terpisah menjadi beberapa bagian."Aaaarrrggghhh!!! kenapa kau membunuhnya? kenapa? kenapa? kenapa!!! aku harus membunuhmu! matilah! matilah!!!" Hua Rong telah kehilangan kendali atas dirinya."H-Hua Rong ... jangan. Be ... berhentilah," lirih Qiao Zhi Jing. Dia berusaha menghentikan Hua Rong. Pandangannya berkunang-kunang, tubuh Qiao Zhi Jing melemah dan meluruh. Setelah itu ...HAP!"Qiao Zhi Jing, bertahanlah ... ." Hua