Share

Bab 9

Author: Hyuncha
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Tanganku ditarik cepat oleh tangan pria yang tidak kukenal. 

Pria itu menarik tanganku, aku hampir saja terjatuh tapi, untungnya pria itu dengan sigap langsung menahan pinggangku dengan tangan yang satunya lagi. 

Saat itu juga, aku tersadar bahwa aku sudah berhadapan dengan wajah pria tersebut. 

Ketika aku melihat ke arah matanya, tanpa sadar aku langsung terpesona. Sepertinya aku sudah terkena mantra sihir!

Pria itu memiliki bola mata yang bulat, bulu mata sedikit lentik, alis tebal dan juga poni terbelah dua menambah kesan menarik. 

Saat pria itu berkedip, mataku tidak pernah melewatkan nya.

Tapi, tiba - tiba wajah Bernardo muncul di mataku, menghalangi pandangan dan membuat aku sadar jika aku sedang memandangi mata pria lain selain Bernardo. 

Dengan cepat aku langsung bangun dan menarik tanganku. Aku tidak ingin berlarut - larut dalam pesona pria lain!

"Terimakasih," aku mengucapkan nya denga

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • TIME (Indonesia)   Bab 10

    Aku melihat ke arah jam dinding, sekarang pukul sepuluh malam."Ahhh" aku menghela nafas cukup panjang.Mataku sudah ngantuk, tapi pekerjaanku belum juga selesai."Ini semua karena dia, Manajer Hong!" aku melipat tanganku ke dada sambil menatap tajam ke arah nya yang sedang berdiri di depan pintu.Tadi siang ketika aku menyerahkan laporan kepada Manajer, aku ikut rapat selama enam jam, dari pukul dua siang sampai pukul delapan malam. Gila, kan?Untungnya saja saat rapat berlangsung, aku hanya duduk dan mendengarkan tidak ikut berbicara, dan juga tersedia banyak makanan.Aku mengatur nafas dengan baik, lalu terdiam melihat lembar kerja di layar komputer, pekerjaanku belum selesai tapi, pikiranku tidak berhenti memikirkan kecelakaan itu dan mimpiku, bahkan saat rapat. Ini sungguh mengganggu pikiranku!Mungkin, kalau aku tahu mimpiku akan jadi nyata, aku akan mencegah orang tua gadis kecil itu untuk tidak pe

  • TIME (Indonesia)   Bab 1

    "Allea, apa kau sudah membeli tiketnya untuk besok?" tanya Adeline. "Ya, tunggu sebentar." Aku membuka ranselku dan mengeluarkan empat tiket bioskop, yang telah ku beli lewat calo. Aku menunjukkan empat tiket itu, "Ini dia tiketnya!" "Aku yang simpan atau mau dibagikan saja, agar masing-masing menyimpan tiket?" tanyaku sambil lirik satu persatu wajah temanku. Serempak ketiga temanku, Adeline, Serra dan Liliana menjawabnya, "Kau saja yang simpan." Besok libur sekolah, aku dan temanku akan menonton bioskop pada hari sabtu sore. Aku sudah membeli tiketnya lewat calo. Kami akan menonton film horor. "Besok jangan ada yang telat. Aku tidak mau menunggu!" ucapku sambil memegang pinggang. "Liliana?" Aku memanggil Liliana yang sedang sibuk bercermin merapikan poni, dan dia tidak merespon panggilan ku. "Kalau ada yang telat kita tinggalin, kan?" ucap adeline sambil menyenggol lenganku lalu, mengedipkan mata. "Lihat! Lihatlah dia, dia malah sibuk dengan po

  • TIME (Indonesia)   Bab 2

    Serra: *Mengirim Foto [Aku menemukan celana yang aku inginkan! Senangnya..] Serra mengirimkan foto celana yang dia beli, celananya celana panjang, berwarna maroon pensil, dan terdapat rombe-rombe di bagian bawah celana. [Untung saja aku tidak kehabisan seperti bulan kemarin.] Dia juga mengirim emoticon berpelukan. Liliana: dia mengirimkan emoticon

  • TIME (Indonesia)   Bab 3

    Ketika aku ingin mengirimkan Emoticon bergambar wajah tersenyum, tiba - tiba ponsel ku beralih ke panggilan masuk. Ada telepon dari pacarku. Aku terkejut dan hampir membuat ponselku jatuh ke wajahku. Aku terdiam sejenak selama tiga detik memandangi layar ponsel, terlihat nama yang sedang menelponku "Bernardo", terdapat juga Emoticon Love berwarna hitam di samping nama nya. "Kamu seperti permen kapas yang mencair sepanjang hari dihatiku." Nada dering ponselku berbunyi. Nada dering ini hanya terdengar saat Bernardo menelepon, aku juga memasang nada dering untuk orang tuaku, ketiga sahabatku dan juga bos dan teman - teman kerjaku. aku sengaja memasang nada dering yang berbeda pada mereka, agar aku dapat mengenali orang yang menelponku. Aku bukan tipe orang yang suka mengangkat telepon dari orang lain kecuali situasinya darurat. Aku mengangkat telepon darinya, terdengar suara di seberang sana "S

  • TIME (Indonesia)   Bab 4

    Empat puluh lima menit kemudian, aku sedang berjalan menuju tempat kerja. "Aku harus membeli makanan untuk sarapan di kantor, tapi apa yang harus ku beli ya?" pikirku. Melewati satu - persatu toko, "Sepertinya itu enak," melihat ke arah Toko Roti yang berada di seberang. Aku berjalan cepat menuju ke arah Zebra Cross, lampu rambu lintas sedang berwarna merah. Banyak orang yang sudah bersiap untuk menyebrang. Ponselku yang sedang ku genggam di tangan kanan tiba - tiba bergetar, sambil berjalan aku melihat ke arah ponselku, ada pesan singkat dari teman kantorku Hana, "Tolong belikan aku dua Roti isi selai kacang." Aku langsung menaruh ponsel ke dalam tas, baru saja ku tutup resleting tas, ponselku bergetar dan berdering. "Aku terbangun di pagi hari" "Melewati malam yang penuh dengan bintang bersinar" Suara nada dering terdengar kecil karena posisi ponsel berada di dalam tas. "Bagaimana

  • TIME (Indonesia)   Bab 5

    Aku sudah sampai di tempat kerjaku, hanya butuh waktu kurang dari enam menit saja dari toko roti itu untuk sampai di tempat kerjaku.Aku bekerja di Perusahaan DEB yang merupakan anak Perusahaan dari Perusahaan KGB. Perusahaan DEB memiliki tiga cabang di tiga kota besar Filipina, perusahan ini baru berdiri tahun 2015 bergerak di bidang industri makanan dan aku mulai bekerja tahun 2019 di bagian SDM sebagai pegawai biasa.Gedung kantor ini hanya terdiri lima lantai, ruangan ku berada di lantai tiga.Aku melihat ke arah jam tanganku menunjukkan pukul tujuh lewat empat puluh menit, aku sedang menunggu Lift dan terus - menerus menekan tombol Lift. "Lama sekali," gumamku."Allea!""Allea!" seseorang memanggil namaku.Aku memutar badan 30°, terlihat seorang pria berkemeja rapi berdasi oranye sedang duduk di sofa dekat meja resepsionis sambil melambaikan tangan ke arah ku."Hey, ya?" aku membalas lambai

  • TIME (Indonesia)   Bab 6

    Jam menunjukkan pukul dua belas siang, waktunya untuk beristirahat dan makan siang.Aku mengeluarkan ponselku yang ku letakkan di laci meja, membuka pesan - pesan yang masuk dari siapapun tanpa kubaca dan balas. Kecuali, pesan dari Bernardo.Dia mengirimiku beberapa pesan di jam tujuh lewat empat puluh lima menit pagi, walaupun pesan yang dikirim nya hal biasa tapi, sukses membuatku tidak mampu menahan senyum di bibirku. [Aku sudah sampai di tempat kerja.][Kau, sudah berangkat kerja?][Jangan lupa sarapan.][Jika tidak ingin memakan makanan yang berat di pagi hari, beli saja roti untuk mengganjal perut.]Aku sudah mengetik, [Maaf, aku baru melihat pesanmu, tadi aku membeli roti isi coklat] dan ingin mengklik Send tapi, dia sudah mengirimiku pesan lagi.[Ini sudah jam istirahat, jangan lupa untuk makan siang.]Aku langsung mengklik Send ketikan yang belum sempat ku kirim.Hanya berki

  • TIME (Indonesia)   Bab 7

    Tidak mungkin ada toko makanan yang memajang sebuah manekin, jarang terjadi! Kemungkinan hanya 0.01% saja. Yang kutahu toko makanan selalu memajang panel atau banner diluar tokonya.Wanita itu hanya berdiam diri dan matanya melihat ke arah Cafe ini. Dia sedang melihat apa?Wanita itu memakai baju lengan panjang berwarna biru, juga memakai rok selutut berwarna merah. Dia membawa kantong hitam di tangan kiri dan payung di tangan kanan.Mataku tidak berhenti memperhatikan wanita itu bahkan tanpa berkedip. kepalaku juga mulai penuh dengan pertanyaan - pertanyaan. Kenapa dia berdiam diri disana? Apakah dia sedang menunggu seseorang? Kenapa dia hanya melihat ke arah Cafe ini?Aku merasakan hal janggal, banyak orang yang melewatinya tetapi, tidak seorang pun yang melihat ke arah nya, seolah - olah wanita itu tidak ada disana. Apakah dia hantu?"Aku sudah melihat hantu pagi ini, masa harus melihatnya lagi?" pikirku.

Latest chapter

  • TIME (Indonesia)   Bab 10

    Aku melihat ke arah jam dinding, sekarang pukul sepuluh malam."Ahhh" aku menghela nafas cukup panjang.Mataku sudah ngantuk, tapi pekerjaanku belum juga selesai."Ini semua karena dia, Manajer Hong!" aku melipat tanganku ke dada sambil menatap tajam ke arah nya yang sedang berdiri di depan pintu.Tadi siang ketika aku menyerahkan laporan kepada Manajer, aku ikut rapat selama enam jam, dari pukul dua siang sampai pukul delapan malam. Gila, kan?Untungnya saja saat rapat berlangsung, aku hanya duduk dan mendengarkan tidak ikut berbicara, dan juga tersedia banyak makanan.Aku mengatur nafas dengan baik, lalu terdiam melihat lembar kerja di layar komputer, pekerjaanku belum selesai tapi, pikiranku tidak berhenti memikirkan kecelakaan itu dan mimpiku, bahkan saat rapat. Ini sungguh mengganggu pikiranku!Mungkin, kalau aku tahu mimpiku akan jadi nyata, aku akan mencegah orang tua gadis kecil itu untuk tidak pe

  • TIME (Indonesia)   Bab 9

    Tanganku ditarik cepat oleh tangan pria yang tidak kukenal. Pria itu menarik tanganku, aku hampir saja terjatuh tapi, untungnya pria itu dengan sigap langsung menahan pinggangku dengan tangan yang satunya lagi. Saat itu juga, aku tersadar bahwa aku sudah berhadapan dengan wajah pria tersebut. Ketika aku melihat ke arah matanya, tanpa sadar aku langsung terpesona. Sepertinya aku sudah terkena mantra sihir! Pria itu memiliki bola mata yang bulat, bulu mata sedikit lentik, alis tebal dan juga poni terbelah dua menambah kesan menarik. Saat pria itu berkedip, mataku tidak pernah melewatkan nya. Tapi, tiba - tiba wajah Bernardo muncul di mataku, menghalangi pandangan dan membuat aku sadar jika aku sedang memandangi mata pria lain selain Bernardo. Dengan cepat aku langsung bangun dan menarik tanganku. Aku tidak ingin berlarut - larut dalam pesona pria lain! "Terimakasih," aku mengucapkan nya denga

  • TIME (Indonesia)   Bab 8

    "Allea."Terdengar kembali suara yang terus memanggilku."Allea.""Allea."Mataku terasa gatal, aku mengusapi nya dengan secara pelan.Lalu, aku mengedipkan mata sebanyak tiga kali untuk menghilangkan rasa gatalnya, saat kedipan yang ketiga, aku sangat terkejut karena apa yang ku lihat sekarang itu berbeda. Kenapa bisa?"Allea, ini sudah jam sepuluh lewat sepuluh menit."Suara yang sedari tadi memanggil namaku itu suara Hana, dia juga menepuk pundakku."Kau dari tadi ku bangunkan tidak merespon sama sekali.""Alarm ponselmu terus berbunyi aku tidak tahu cara memakainya." ucap Hana sambil memberikan ponselku.Aku langsung membuka kunci dan mematikan alarm itu.Ternyata aku tidur di kursi kerjaku dan aku bermimpi pergi ke Cafe Monday bersama Hana dan Lauren juga melihat ada kecelakaan disana, "Ya ampun ternyata aku hanya mimpi."Tapi mimpi yang ku alami seperti nyata

  • TIME (Indonesia)   Bab 7

    Tidak mungkin ada toko makanan yang memajang sebuah manekin, jarang terjadi! Kemungkinan hanya 0.01% saja. Yang kutahu toko makanan selalu memajang panel atau banner diluar tokonya.Wanita itu hanya berdiam diri dan matanya melihat ke arah Cafe ini. Dia sedang melihat apa?Wanita itu memakai baju lengan panjang berwarna biru, juga memakai rok selutut berwarna merah. Dia membawa kantong hitam di tangan kiri dan payung di tangan kanan.Mataku tidak berhenti memperhatikan wanita itu bahkan tanpa berkedip. kepalaku juga mulai penuh dengan pertanyaan - pertanyaan. Kenapa dia berdiam diri disana? Apakah dia sedang menunggu seseorang? Kenapa dia hanya melihat ke arah Cafe ini?Aku merasakan hal janggal, banyak orang yang melewatinya tetapi, tidak seorang pun yang melihat ke arah nya, seolah - olah wanita itu tidak ada disana. Apakah dia hantu?"Aku sudah melihat hantu pagi ini, masa harus melihatnya lagi?" pikirku.

  • TIME (Indonesia)   Bab 6

    Jam menunjukkan pukul dua belas siang, waktunya untuk beristirahat dan makan siang.Aku mengeluarkan ponselku yang ku letakkan di laci meja, membuka pesan - pesan yang masuk dari siapapun tanpa kubaca dan balas. Kecuali, pesan dari Bernardo.Dia mengirimiku beberapa pesan di jam tujuh lewat empat puluh lima menit pagi, walaupun pesan yang dikirim nya hal biasa tapi, sukses membuatku tidak mampu menahan senyum di bibirku. [Aku sudah sampai di tempat kerja.][Kau, sudah berangkat kerja?][Jangan lupa sarapan.][Jika tidak ingin memakan makanan yang berat di pagi hari, beli saja roti untuk mengganjal perut.]Aku sudah mengetik, [Maaf, aku baru melihat pesanmu, tadi aku membeli roti isi coklat] dan ingin mengklik Send tapi, dia sudah mengirimiku pesan lagi.[Ini sudah jam istirahat, jangan lupa untuk makan siang.]Aku langsung mengklik Send ketikan yang belum sempat ku kirim.Hanya berki

  • TIME (Indonesia)   Bab 5

    Aku sudah sampai di tempat kerjaku, hanya butuh waktu kurang dari enam menit saja dari toko roti itu untuk sampai di tempat kerjaku.Aku bekerja di Perusahaan DEB yang merupakan anak Perusahaan dari Perusahaan KGB. Perusahaan DEB memiliki tiga cabang di tiga kota besar Filipina, perusahan ini baru berdiri tahun 2015 bergerak di bidang industri makanan dan aku mulai bekerja tahun 2019 di bagian SDM sebagai pegawai biasa.Gedung kantor ini hanya terdiri lima lantai, ruangan ku berada di lantai tiga.Aku melihat ke arah jam tanganku menunjukkan pukul tujuh lewat empat puluh menit, aku sedang menunggu Lift dan terus - menerus menekan tombol Lift. "Lama sekali," gumamku."Allea!""Allea!" seseorang memanggil namaku.Aku memutar badan 30°, terlihat seorang pria berkemeja rapi berdasi oranye sedang duduk di sofa dekat meja resepsionis sambil melambaikan tangan ke arah ku."Hey, ya?" aku membalas lambai

  • TIME (Indonesia)   Bab 4

    Empat puluh lima menit kemudian, aku sedang berjalan menuju tempat kerja. "Aku harus membeli makanan untuk sarapan di kantor, tapi apa yang harus ku beli ya?" pikirku. Melewati satu - persatu toko, "Sepertinya itu enak," melihat ke arah Toko Roti yang berada di seberang. Aku berjalan cepat menuju ke arah Zebra Cross, lampu rambu lintas sedang berwarna merah. Banyak orang yang sudah bersiap untuk menyebrang. Ponselku yang sedang ku genggam di tangan kanan tiba - tiba bergetar, sambil berjalan aku melihat ke arah ponselku, ada pesan singkat dari teman kantorku Hana, "Tolong belikan aku dua Roti isi selai kacang." Aku langsung menaruh ponsel ke dalam tas, baru saja ku tutup resleting tas, ponselku bergetar dan berdering. "Aku terbangun di pagi hari" "Melewati malam yang penuh dengan bintang bersinar" Suara nada dering terdengar kecil karena posisi ponsel berada di dalam tas. "Bagaimana

  • TIME (Indonesia)   Bab 3

    Ketika aku ingin mengirimkan Emoticon bergambar wajah tersenyum, tiba - tiba ponsel ku beralih ke panggilan masuk. Ada telepon dari pacarku. Aku terkejut dan hampir membuat ponselku jatuh ke wajahku. Aku terdiam sejenak selama tiga detik memandangi layar ponsel, terlihat nama yang sedang menelponku "Bernardo", terdapat juga Emoticon Love berwarna hitam di samping nama nya. "Kamu seperti permen kapas yang mencair sepanjang hari dihatiku." Nada dering ponselku berbunyi. Nada dering ini hanya terdengar saat Bernardo menelepon, aku juga memasang nada dering untuk orang tuaku, ketiga sahabatku dan juga bos dan teman - teman kerjaku. aku sengaja memasang nada dering yang berbeda pada mereka, agar aku dapat mengenali orang yang menelponku. Aku bukan tipe orang yang suka mengangkat telepon dari orang lain kecuali situasinya darurat. Aku mengangkat telepon darinya, terdengar suara di seberang sana "S

  • TIME (Indonesia)   Bab 2

    Serra: *Mengirim Foto [Aku menemukan celana yang aku inginkan! Senangnya..] Serra mengirimkan foto celana yang dia beli, celananya celana panjang, berwarna maroon pensil, dan terdapat rombe-rombe di bagian bawah celana. [Untung saja aku tidak kehabisan seperti bulan kemarin.] Dia juga mengirim emoticon berpelukan. Liliana: dia mengirimkan emoticon

DMCA.com Protection Status