Jam menunjukkan pukul dua belas siang, waktunya untuk beristirahat dan makan siang.
Aku mengeluarkan ponselku yang ku letakkan di laci meja, membuka pesan - pesan yang masuk dari siapapun tanpa kubaca dan balas. Kecuali, pesan dari Bernardo.
Dia mengirimiku beberapa pesan di jam tujuh lewat empat puluh lima menit pagi, walaupun pesan yang dikirim nya hal biasa tapi, sukses membuatku tidak mampu menahan senyum di bibirku.
[Aku sudah sampai di tempat kerja.]
[Kau, sudah berangkat kerja?]
[Jangan lupa sarapan.]
[Jika tidak ingin memakan makanan yang berat di pagi hari, beli saja roti untuk mengganjal perut.]
Aku sudah mengetik, [Maaf, aku baru melihat pesanmu, tadi aku membeli roti isi coklat] dan ingin mengklik Send tapi, dia sudah mengirimiku pesan lagi.
[Ini sudah jam istirahat, jangan lupa untuk makan siang.]
Aku langsung mengklik Send ketikan yang belum sempat ku kirim.
Hanya berkisar dua detik saja, dia sudah mengirimiku balasan nya.
[Bagus!]
[Sekarang waktunya untuk makan siang.]
Bernardo mengirimiku Emoticon bergambar secangkir kopi.
Aku membalas pesannya dengan mengirimkan Emoticon bertulisan Good Lunch!
Aku menunggu beberapa detik untuk memastikan bahwa Bernardo tidak membalasnya, setelah sudah pasti aku langsung memasukkan ponselku kedalam kantong celanaku.
"Allea," Lauren memanggilku.
"Iya.,"
"Istirahat?"
"Ya, tunggu sebentar.." pintaku pada Lauren.
Aku masih mengetik laporan yang akan ku serahkan ke Manajer nanti siang.
Aku melihat ke arah Lauren, dia menaruh tangannya diatas penyekat meja ku dengan posisi menyilang, lalu pipinya ditempelkan di atas lengan nya sambil berkata, "hari ini mau ke Cafe Sun atau ke tempat lain?"
Hana yang masih duduk di kursi pun menyahut, "Tempat biasa saja, Cafe Sun."
"Menurutmu dimana Allea..?" tanya Lauren padaku.
"Terserah.."
"kalian mau nya dimana? Aku ikut saja."
Aku tidak mau ambil pusing, jadi aku ikuti saja mereka.
Ketika aku sudah menyelesaikan laporan, aku langsung mengeluarkan Flashdisk dari tasku, untuk memindahkan File laporan yang baru selesai dibuat.
Mataku tidak terlepas dari layar komputer, bahkan Hana memanggilku sampai tiga kali, aku tidak dengar suaranya.
"Allea."
"Allea."
"Allea."
"Dia sedang memindahkan File ke Flashdisk," sahut Lauren.
Aku sudah selesai memindahkan File laporan, memasukkan kembali Flashdisk ku ke dalam tas.
Lalu, aku memutarkan kursi 90° ke arah meja Hana, "Ada apa Hana?"
"Sudah selesai?"
Aku hanya mengangguk kepala kemudian memutar kembali kursi.
Menyusun kertas - kertas dokumen yang berantakan di meja, setelah itu aku langsung berdiri, dan memasukkan kursi ke kolong meja agar terlihat rapi.
Aku melihat ke arah Lauren yang sedari tadi menungguku.
"Ayo," ajak ku kepada Lauren.
"Hana..?" aku memanggil Hana yang masih membereskan File dokumen nya.
Lauren menarik tangan ku sambil meledek Hana, "Yo, yo tinggalin Hana."
Hana yang melihatku dan Lauren sudah menghampiri pintu, dia berteriak, "Woy tungguin lah."
"Nunggu di depan ruangan aja, gimana?" tanya Lauren padaku.
"Ya udah."
Lauren berteriak sambil berjalan keluar pintu, "Aku dan Allea nunggu di luar ruangan."
Di luar ruangan aku dan Lauren menunggu Hana hampir sepuluh menit.
Hana lari keluar ruangan dengan tersenyum ria dan berkata, "Let's go, aku udah siap."
"Kau berdandan?" tanya Lauren sambil memicingkan alis tebalnya.
"Mmm.." Lauren mengangguk.
Aku hanya bisa menggelengkan kepala.
"Pantas saja lama," seru Lauren sambil memasang muka kesal.
"Heheh," Hana hanya nyengir.
"Ayo ah," aku mendorong Hana dan Lauren untuk berjalan.
Kami bertiga keluar dari lorong, berbelok ke kanan, Lift berada disana.
"Ahhhh," aku menghela napas cukup panjang.
"Eh kita mau ke Cafe mana?" tanya Hana
"Terserah," jawabku sambil menaikan kedua bahu.
"Bagaimana kalau kita ke Cafe Monday?" tanya Lauren
Cafe Monday letaknya tidak jauh dari gedung kantor hanya butuh sepuluh menit berjalan kali belok ke arah kiri.
Aku melihat ke arah Lauren, dan bertanya "Cafe Monday? kau serius?"
"Ya, memang kenapa?"
"Ayo kita kesana," jawab Hana
"Apa kau sedang demam? Tumben sekali mau ke Cafe itu," tanya ku heran.
Lauren hanya menjawab, "Aku hanya bosan."
Kami sudah berada di depan Lift untuk menunggu, Lift masih berhenti di lantai nol atau Basement gedung.
Hana menyilangkan tangan nya, lalu dia menghentakkan kaki nya sambil berkata, " Lama sekali,"
"Aku sudah lapar tau!"
"Jam istirahat, jadi wajar saja," terang Lauren.
"Yap benar." ucapku sambil mengeluarkan ponsel dari kantong celana, belum sempat ku mengecek ponsel, hanya berselang lima detik saja pintu Lift sudah terbuka.
"Huh," aku menaruh kembali ponsel ke kantong celana.
"Ayo, ayo cepat!" Hana menyuruhku untuk cepat masuk ke Lift.
Di dalam Lift kami bertiga hanya diam, tidak terasa pintu Lift sudah terbuka di lantai satu.
Kami keluar dari Lift berjalan menuju pintu keluar.
Di dekat pintu ada satpam, dia membukakan pintu untuk kami yang ingin keluar, "Terima kasih pak." satpam itu hanya tersenyum.
Aku dan kedua temanku melangkahkan kaki keluar dari gedung.
"Mendung, apakah nanti akan turun hujan?" tanya Hana
Siang ini, matahari tidak menyinari kota, dia tertutupi oleh awan - awan yang akan menghitam.
Aku memandangi langit, "Hmm.. Mungkin,"
"Kalian nanti mau memesan apa?" tanya Lauren.
"Aku belum kepikiran," jawabku.
"Aku juga," sahut Hana.
🌟🌟🌟
Kami sudah sampai di Cafe dengan cepat karena jaraknya yang tidak jauh, hanya berjalan kaki sekitar sepuluh menit saja.
Sesampainya di Cafe, kami memilih tempat yang dekat jendela, juga tidak jauh dari pintu, sebelum menentukan tempat untuk duduk, kami sempat berdebat kecil selama lima menit.
Ini pertama kalinya aku dan kedua teman ku ke Cafe Monday, biasanya saat jam istirahat tiba kami selalu ke Cafe Sun yang letaknya di depan gedung DEB.
Aku dan Lauren memilih duduk dekat jendela, sedangkan Hana duduk di kursi sampingku.
Mataku melihat sekeliling, Cafe ini mengusung latar Eropa klasik. Dinding berwarna Putih, interior hiasan kuno, sofa empuk dan dilengkapi Furniture dari kayu, seperti lantai kayu, meja kayu, lemari kaca kayu yang berisikan foto, buku, dan berbagai peralatan seperti piring, gelas Eropa dulu. Terkesan sangat mewah!
Tetapi, terlihat hanya sedikit orang yang berada di dalam Cafe, padahal sekarang sudah masuk jam makan siang, mungkin karena harga nya yang begitu mahal?
Lauren membolak - balik satu persatu lembar kertas pada buku menu, "Kalian mau memesan apa?" tanya Lauren sambil melirik aku dan Hana.
"Aku mau lihat daftar menunya," Hana mengambil buku menu dari Lauren.
"Apa yang akan kalian pesan..?" tanya Hana sambil mengedipkan kedua matanya tiga kali secara cepat.
Lauren menatap satu lukisan yang ada di Cafe itu, sambil berkata, "Aku ingin pesan.."
"Aku akan memesan Escargot dan Sangria," tambah Lauren.
"Kau mau pesan apa, Allea?" tanya Hana.
"Aku pesan minuman saja, Koffie Verkeed."
"Kau tidak ingin memesan makanan?" tanya lauren.
"Aku tidak berselera untuk makan," jawabku dengan cepat.
Lauren melototiku sambil berkata, "Allea, aku heran denganmu, ini sudah waktu nya makan siang, jangan diet berlebihan!"
"Kalau lapar kamu harus makan, jangan ditahan itu hanya akan menyiksa dirimu sendiri!" tambahnya.
Aku termenung mendengar ucapan dari Lauren, aku memang sedang diet, tapi saat aku sedang tidak berselera, akan susah untuk ku memakan makanan apapun, perut ku tidak akan menerimanya, bahkan jika dihadapkan dengan makanan favoritku.
"Bukan karena diet tapi, aku memang sedang tidak berselera saja," tegas ku.
"Dasar keras kepala!" ucap Hana.
Pelayan datang menghampiri meja kami, dia membawa sebuah buku kecil dan pulpen untuk mencatat pesanan, "Nona, Ingin memesan apa?"
"Kami ingin memesan makanan Escargot satu, Eclair satu," jawab Lauren.
"Dan minuman nya, satu Koffie Verkeed, satu Sangria dan satu Aperetivo."
Pelayan itu mengulangi, "Satu Escargot, satu Eclair, satu Koffie Verkeed, satu Sangria, dan satu Aperetivo?"
"Ya."
"Baik, mohon ditunggu.."
Selagi menunggu pesanan datang, aku mengeluarkan ponsel dari kantong celana, terlihat tidak ada satupun notifikasi.
Aku menggeletakkan ponsel di meja, mataku melihat ke arah luar jendela.
Diluar sana ramai dengan orang yang melintas, dan kendaraan. Langit pun masih mendung tapi tidak turun hujan.
Disaat aku sedang melihat satu persatu orang yang berlalu lalang, mataku tertuju dengan seorang wanita yang sedang berdiri di seberang sana.
Awalnya aku berpikir wanita itu adalah manekin dari toko pakaian yang sengaja di pajang di area luar tetapi, setelah aku memperjelas penglihatan pada mataku, di seberang sana bukan toko pakaian, melainkan toko makanan. Apakah mataku salah melihat?
Tidak mungkin ada toko makanan yang memajang sebuah manekin, jarang terjadi! Kemungkinan hanya 0.01% saja. Yang kutahu toko makanan selalu memajang panel atau banner diluar tokonya.Wanita itu hanya berdiam diri dan matanya melihat ke arah Cafe ini. Dia sedang melihat apa?Wanita itu memakai baju lengan panjang berwarna biru, juga memakai rok selutut berwarna merah. Dia membawa kantong hitam di tangan kiri dan payung di tangan kanan.Mataku tidak berhenti memperhatikan wanita itu bahkan tanpa berkedip. kepalaku juga mulai penuh dengan pertanyaan - pertanyaan. Kenapa dia berdiam diri disana? Apakah dia sedang menunggu seseorang? Kenapa dia hanya melihat ke arah Cafe ini?Aku merasakan hal janggal, banyak orang yang melewatinya tetapi, tidak seorang pun yang melihat ke arah nya, seolah - olah wanita itu tidak ada disana. Apakah dia hantu?"Aku sudah melihat hantu pagi ini, masa harus melihatnya lagi?" pikirku.
"Allea."Terdengar kembali suara yang terus memanggilku."Allea.""Allea."Mataku terasa gatal, aku mengusapi nya dengan secara pelan.Lalu, aku mengedipkan mata sebanyak tiga kali untuk menghilangkan rasa gatalnya, saat kedipan yang ketiga, aku sangat terkejut karena apa yang ku lihat sekarang itu berbeda. Kenapa bisa?"Allea, ini sudah jam sepuluh lewat sepuluh menit."Suara yang sedari tadi memanggil namaku itu suara Hana, dia juga menepuk pundakku."Kau dari tadi ku bangunkan tidak merespon sama sekali.""Alarm ponselmu terus berbunyi aku tidak tahu cara memakainya." ucap Hana sambil memberikan ponselku.Aku langsung membuka kunci dan mematikan alarm itu.Ternyata aku tidur di kursi kerjaku dan aku bermimpi pergi ke Cafe Monday bersama Hana dan Lauren juga melihat ada kecelakaan disana, "Ya ampun ternyata aku hanya mimpi."Tapi mimpi yang ku alami seperti nyata
Tanganku ditarik cepat oleh tangan pria yang tidak kukenal. Pria itu menarik tanganku, aku hampir saja terjatuh tapi, untungnya pria itu dengan sigap langsung menahan pinggangku dengan tangan yang satunya lagi. Saat itu juga, aku tersadar bahwa aku sudah berhadapan dengan wajah pria tersebut. Ketika aku melihat ke arah matanya, tanpa sadar aku langsung terpesona. Sepertinya aku sudah terkena mantra sihir! Pria itu memiliki bola mata yang bulat, bulu mata sedikit lentik, alis tebal dan juga poni terbelah dua menambah kesan menarik. Saat pria itu berkedip, mataku tidak pernah melewatkan nya. Tapi, tiba - tiba wajah Bernardo muncul di mataku, menghalangi pandangan dan membuat aku sadar jika aku sedang memandangi mata pria lain selain Bernardo. Dengan cepat aku langsung bangun dan menarik tanganku. Aku tidak ingin berlarut - larut dalam pesona pria lain! "Terimakasih," aku mengucapkan nya denga
Aku melihat ke arah jam dinding, sekarang pukul sepuluh malam."Ahhh" aku menghela nafas cukup panjang.Mataku sudah ngantuk, tapi pekerjaanku belum juga selesai."Ini semua karena dia, Manajer Hong!" aku melipat tanganku ke dada sambil menatap tajam ke arah nya yang sedang berdiri di depan pintu.Tadi siang ketika aku menyerahkan laporan kepada Manajer, aku ikut rapat selama enam jam, dari pukul dua siang sampai pukul delapan malam. Gila, kan?Untungnya saja saat rapat berlangsung, aku hanya duduk dan mendengarkan tidak ikut berbicara, dan juga tersedia banyak makanan.Aku mengatur nafas dengan baik, lalu terdiam melihat lembar kerja di layar komputer, pekerjaanku belum selesai tapi, pikiranku tidak berhenti memikirkan kecelakaan itu dan mimpiku, bahkan saat rapat. Ini sungguh mengganggu pikiranku!Mungkin, kalau aku tahu mimpiku akan jadi nyata, aku akan mencegah orang tua gadis kecil itu untuk tidak pe
"Allea, apa kau sudah membeli tiketnya untuk besok?" tanya Adeline. "Ya, tunggu sebentar." Aku membuka ranselku dan mengeluarkan empat tiket bioskop, yang telah ku beli lewat calo. Aku menunjukkan empat tiket itu, "Ini dia tiketnya!" "Aku yang simpan atau mau dibagikan saja, agar masing-masing menyimpan tiket?" tanyaku sambil lirik satu persatu wajah temanku. Serempak ketiga temanku, Adeline, Serra dan Liliana menjawabnya, "Kau saja yang simpan." Besok libur sekolah, aku dan temanku akan menonton bioskop pada hari sabtu sore. Aku sudah membeli tiketnya lewat calo. Kami akan menonton film horor. "Besok jangan ada yang telat. Aku tidak mau menunggu!" ucapku sambil memegang pinggang. "Liliana?" Aku memanggil Liliana yang sedang sibuk bercermin merapikan poni, dan dia tidak merespon panggilan ku. "Kalau ada yang telat kita tinggalin, kan?" ucap adeline sambil menyenggol lenganku lalu, mengedipkan mata. "Lihat! Lihatlah dia, dia malah sibuk dengan po
Serra: *Mengirim Foto [Aku menemukan celana yang aku inginkan! Senangnya..] Serra mengirimkan foto celana yang dia beli, celananya celana panjang, berwarna maroon pensil, dan terdapat rombe-rombe di bagian bawah celana. [Untung saja aku tidak kehabisan seperti bulan kemarin.] Dia juga mengirim emoticon berpelukan. Liliana: dia mengirimkan emoticon
Ketika aku ingin mengirimkan Emoticon bergambar wajah tersenyum, tiba - tiba ponsel ku beralih ke panggilan masuk. Ada telepon dari pacarku. Aku terkejut dan hampir membuat ponselku jatuh ke wajahku. Aku terdiam sejenak selama tiga detik memandangi layar ponsel, terlihat nama yang sedang menelponku "Bernardo", terdapat juga Emoticon Love berwarna hitam di samping nama nya. "Kamu seperti permen kapas yang mencair sepanjang hari dihatiku." Nada dering ponselku berbunyi. Nada dering ini hanya terdengar saat Bernardo menelepon, aku juga memasang nada dering untuk orang tuaku, ketiga sahabatku dan juga bos dan teman - teman kerjaku. aku sengaja memasang nada dering yang berbeda pada mereka, agar aku dapat mengenali orang yang menelponku. Aku bukan tipe orang yang suka mengangkat telepon dari orang lain kecuali situasinya darurat. Aku mengangkat telepon darinya, terdengar suara di seberang sana "S
Empat puluh lima menit kemudian, aku sedang berjalan menuju tempat kerja. "Aku harus membeli makanan untuk sarapan di kantor, tapi apa yang harus ku beli ya?" pikirku. Melewati satu - persatu toko, "Sepertinya itu enak," melihat ke arah Toko Roti yang berada di seberang. Aku berjalan cepat menuju ke arah Zebra Cross, lampu rambu lintas sedang berwarna merah. Banyak orang yang sudah bersiap untuk menyebrang. Ponselku yang sedang ku genggam di tangan kanan tiba - tiba bergetar, sambil berjalan aku melihat ke arah ponselku, ada pesan singkat dari teman kantorku Hana, "Tolong belikan aku dua Roti isi selai kacang." Aku langsung menaruh ponsel ke dalam tas, baru saja ku tutup resleting tas, ponselku bergetar dan berdering. "Aku terbangun di pagi hari" "Melewati malam yang penuh dengan bintang bersinar" Suara nada dering terdengar kecil karena posisi ponsel berada di dalam tas. "Bagaimana
Aku melihat ke arah jam dinding, sekarang pukul sepuluh malam."Ahhh" aku menghela nafas cukup panjang.Mataku sudah ngantuk, tapi pekerjaanku belum juga selesai."Ini semua karena dia, Manajer Hong!" aku melipat tanganku ke dada sambil menatap tajam ke arah nya yang sedang berdiri di depan pintu.Tadi siang ketika aku menyerahkan laporan kepada Manajer, aku ikut rapat selama enam jam, dari pukul dua siang sampai pukul delapan malam. Gila, kan?Untungnya saja saat rapat berlangsung, aku hanya duduk dan mendengarkan tidak ikut berbicara, dan juga tersedia banyak makanan.Aku mengatur nafas dengan baik, lalu terdiam melihat lembar kerja di layar komputer, pekerjaanku belum selesai tapi, pikiranku tidak berhenti memikirkan kecelakaan itu dan mimpiku, bahkan saat rapat. Ini sungguh mengganggu pikiranku!Mungkin, kalau aku tahu mimpiku akan jadi nyata, aku akan mencegah orang tua gadis kecil itu untuk tidak pe
Tanganku ditarik cepat oleh tangan pria yang tidak kukenal. Pria itu menarik tanganku, aku hampir saja terjatuh tapi, untungnya pria itu dengan sigap langsung menahan pinggangku dengan tangan yang satunya lagi. Saat itu juga, aku tersadar bahwa aku sudah berhadapan dengan wajah pria tersebut. Ketika aku melihat ke arah matanya, tanpa sadar aku langsung terpesona. Sepertinya aku sudah terkena mantra sihir! Pria itu memiliki bola mata yang bulat, bulu mata sedikit lentik, alis tebal dan juga poni terbelah dua menambah kesan menarik. Saat pria itu berkedip, mataku tidak pernah melewatkan nya. Tapi, tiba - tiba wajah Bernardo muncul di mataku, menghalangi pandangan dan membuat aku sadar jika aku sedang memandangi mata pria lain selain Bernardo. Dengan cepat aku langsung bangun dan menarik tanganku. Aku tidak ingin berlarut - larut dalam pesona pria lain! "Terimakasih," aku mengucapkan nya denga
"Allea."Terdengar kembali suara yang terus memanggilku."Allea.""Allea."Mataku terasa gatal, aku mengusapi nya dengan secara pelan.Lalu, aku mengedipkan mata sebanyak tiga kali untuk menghilangkan rasa gatalnya, saat kedipan yang ketiga, aku sangat terkejut karena apa yang ku lihat sekarang itu berbeda. Kenapa bisa?"Allea, ini sudah jam sepuluh lewat sepuluh menit."Suara yang sedari tadi memanggil namaku itu suara Hana, dia juga menepuk pundakku."Kau dari tadi ku bangunkan tidak merespon sama sekali.""Alarm ponselmu terus berbunyi aku tidak tahu cara memakainya." ucap Hana sambil memberikan ponselku.Aku langsung membuka kunci dan mematikan alarm itu.Ternyata aku tidur di kursi kerjaku dan aku bermimpi pergi ke Cafe Monday bersama Hana dan Lauren juga melihat ada kecelakaan disana, "Ya ampun ternyata aku hanya mimpi."Tapi mimpi yang ku alami seperti nyata
Tidak mungkin ada toko makanan yang memajang sebuah manekin, jarang terjadi! Kemungkinan hanya 0.01% saja. Yang kutahu toko makanan selalu memajang panel atau banner diluar tokonya.Wanita itu hanya berdiam diri dan matanya melihat ke arah Cafe ini. Dia sedang melihat apa?Wanita itu memakai baju lengan panjang berwarna biru, juga memakai rok selutut berwarna merah. Dia membawa kantong hitam di tangan kiri dan payung di tangan kanan.Mataku tidak berhenti memperhatikan wanita itu bahkan tanpa berkedip. kepalaku juga mulai penuh dengan pertanyaan - pertanyaan. Kenapa dia berdiam diri disana? Apakah dia sedang menunggu seseorang? Kenapa dia hanya melihat ke arah Cafe ini?Aku merasakan hal janggal, banyak orang yang melewatinya tetapi, tidak seorang pun yang melihat ke arah nya, seolah - olah wanita itu tidak ada disana. Apakah dia hantu?"Aku sudah melihat hantu pagi ini, masa harus melihatnya lagi?" pikirku.
Jam menunjukkan pukul dua belas siang, waktunya untuk beristirahat dan makan siang.Aku mengeluarkan ponselku yang ku letakkan di laci meja, membuka pesan - pesan yang masuk dari siapapun tanpa kubaca dan balas. Kecuali, pesan dari Bernardo.Dia mengirimiku beberapa pesan di jam tujuh lewat empat puluh lima menit pagi, walaupun pesan yang dikirim nya hal biasa tapi, sukses membuatku tidak mampu menahan senyum di bibirku. [Aku sudah sampai di tempat kerja.][Kau, sudah berangkat kerja?][Jangan lupa sarapan.][Jika tidak ingin memakan makanan yang berat di pagi hari, beli saja roti untuk mengganjal perut.]Aku sudah mengetik, [Maaf, aku baru melihat pesanmu, tadi aku membeli roti isi coklat] dan ingin mengklik Send tapi, dia sudah mengirimiku pesan lagi.[Ini sudah jam istirahat, jangan lupa untuk makan siang.]Aku langsung mengklik Send ketikan yang belum sempat ku kirim.Hanya berki
Aku sudah sampai di tempat kerjaku, hanya butuh waktu kurang dari enam menit saja dari toko roti itu untuk sampai di tempat kerjaku.Aku bekerja di Perusahaan DEB yang merupakan anak Perusahaan dari Perusahaan KGB. Perusahaan DEB memiliki tiga cabang di tiga kota besar Filipina, perusahan ini baru berdiri tahun 2015 bergerak di bidang industri makanan dan aku mulai bekerja tahun 2019 di bagian SDM sebagai pegawai biasa.Gedung kantor ini hanya terdiri lima lantai, ruangan ku berada di lantai tiga.Aku melihat ke arah jam tanganku menunjukkan pukul tujuh lewat empat puluh menit, aku sedang menunggu Lift dan terus - menerus menekan tombol Lift. "Lama sekali," gumamku."Allea!""Allea!" seseorang memanggil namaku.Aku memutar badan 30°, terlihat seorang pria berkemeja rapi berdasi oranye sedang duduk di sofa dekat meja resepsionis sambil melambaikan tangan ke arah ku."Hey, ya?" aku membalas lambai
Empat puluh lima menit kemudian, aku sedang berjalan menuju tempat kerja. "Aku harus membeli makanan untuk sarapan di kantor, tapi apa yang harus ku beli ya?" pikirku. Melewati satu - persatu toko, "Sepertinya itu enak," melihat ke arah Toko Roti yang berada di seberang. Aku berjalan cepat menuju ke arah Zebra Cross, lampu rambu lintas sedang berwarna merah. Banyak orang yang sudah bersiap untuk menyebrang. Ponselku yang sedang ku genggam di tangan kanan tiba - tiba bergetar, sambil berjalan aku melihat ke arah ponselku, ada pesan singkat dari teman kantorku Hana, "Tolong belikan aku dua Roti isi selai kacang." Aku langsung menaruh ponsel ke dalam tas, baru saja ku tutup resleting tas, ponselku bergetar dan berdering. "Aku terbangun di pagi hari" "Melewati malam yang penuh dengan bintang bersinar" Suara nada dering terdengar kecil karena posisi ponsel berada di dalam tas. "Bagaimana
Ketika aku ingin mengirimkan Emoticon bergambar wajah tersenyum, tiba - tiba ponsel ku beralih ke panggilan masuk. Ada telepon dari pacarku. Aku terkejut dan hampir membuat ponselku jatuh ke wajahku. Aku terdiam sejenak selama tiga detik memandangi layar ponsel, terlihat nama yang sedang menelponku "Bernardo", terdapat juga Emoticon Love berwarna hitam di samping nama nya. "Kamu seperti permen kapas yang mencair sepanjang hari dihatiku." Nada dering ponselku berbunyi. Nada dering ini hanya terdengar saat Bernardo menelepon, aku juga memasang nada dering untuk orang tuaku, ketiga sahabatku dan juga bos dan teman - teman kerjaku. aku sengaja memasang nada dering yang berbeda pada mereka, agar aku dapat mengenali orang yang menelponku. Aku bukan tipe orang yang suka mengangkat telepon dari orang lain kecuali situasinya darurat. Aku mengangkat telepon darinya, terdengar suara di seberang sana "S
Serra: *Mengirim Foto [Aku menemukan celana yang aku inginkan! Senangnya..] Serra mengirimkan foto celana yang dia beli, celananya celana panjang, berwarna maroon pensil, dan terdapat rombe-rombe di bagian bawah celana. [Untung saja aku tidak kehabisan seperti bulan kemarin.] Dia juga mengirim emoticon berpelukan. Liliana: dia mengirimkan emoticon