Share

Bab 5

Penulis: Hyuncha
last update Terakhir Diperbarui: 2021-06-05 11:51:26

Aku sudah sampai di tempat kerjaku, hanya butuh waktu kurang dari enam menit saja dari toko roti itu untuk sampai di tempat kerjaku.

Aku bekerja di Perusahaan DEB yang merupakan anak Perusahaan dari Perusahaan  KGB. Perusahaan DEB memiliki tiga cabang di tiga kota besar Filipina, perusahan ini baru berdiri tahun 2015 bergerak di bidang industri makanan dan aku mulai bekerja tahun 2019 di bagian SDM sebagai pegawai biasa. 

Gedung kantor ini hanya terdiri lima lantai, ruangan ku berada di lantai tiga. 

Aku melihat ke arah jam tanganku menunjukkan pukul tujuh lewat empat puluh menit, aku sedang menunggu Lift dan terus - menerus menekan tombol Lift. "Lama sekali," gumamku. 

"Allea!"

"Allea!"  seseorang memanggil namaku. 

Aku memutar badan 30°, terlihat seorang pria berkemeja rapi berdasi oranye sedang duduk di sofa dekat meja resepsionis sambil melambaikan tangan ke arah ku.

"Hey, ya?" aku membalas lambaian tangan ke arah pria itu. 

"Sedang apa kau?" sambil berlari kecil ke arahku. 

"Aku sedang menunggu Lift," jari telunjuk ku menunjuk ke arah Lift. 

Pria itu sudah berada di depanku, "Sedang menunggu Lift?"

"Iya lift, kenapa?" tanya ku dengan heran. 

"Apa kau tidak lihat? Itu…" pria itu menunjuk ke arah kertas yang menempel di dinding dekat tanaman pucuk merah berada di dekat Lift C dan B.

Jika badan ku menghadap Lift A, Lift C dan B berada di belakangku hanya berjarak dua meter saja. 

Aku memutar badan 30° ke arah Lift B dan C. 

"Ya ampun.."

Di kertas putih itu terdapat bacaan "LIFT A SEDANG DIPERBAIKI SILAHKAN MENAIKI LIFT B ATAU C"

Dengan malu aku berkata, "Aku tidak tahu kalau Lift A sedang diperbaiki."

Pria itu tertawa kecil juga mengepalkan tangan kanan nya ke arah mulutnya, "Hmm.. Hmm.."

"Tidak ada yang lucu," jawabku dengan sedikit kesal. 

"Memang tidak ada yang lucu, kata siapa lucu?" tanya nya dengan meledek. 

Pria ini bernama Gerald, dia teman sekantor beda divisi. Dia pria populer di kantor, banyak yang bilang dia pria tampan. Ya! Aku mengakui bahwa dia tampan, tapi jauh lebih tampan pacarku. 

Di pikiranku pria yang tampan hanya Bernardo seorang hahaha.

Aku mulai mengenalnya saat masih Training kerja, walaupun aku dengan dia beda divisi, tapi sampai sekarang masih suka bertukar pesan, tidak setiap hari. 

"Apa kau tidak ingin naik?" tanya Gerald dengan jari telunjuknya menunjuk ke arah Lift B yang sedang terbuka. 

"Eh? Iya."

Kami menaiki Lift bersama, Gerald menekan tombol angka dua dan tiga. Ruangan dia di lantai tiga

Di dalam Lift, Gerald masih meledek ku karena tidak melihat tulisan jika Lift B sedang diperbaiki. 

"Kalau pergi ke kantor mandi terlebih dahulu, jangan langsung pergi ke kantor tanpa mandi."

"Enak saja! Aku selalu mandi!.  Lihat rambutku saja masih sedikit basah, ni.." sambil memegang rambutku dan menunjukkan padanya. 

Gerald malah memegang kepala ku sambil mengacak - acak poniku, "Tidak basah sama sekali..?" 

"Hey!" aku menarik tangannya untuk menjauhi rambutku. 

Aku melotot ke arah nya dan berkata, "Jangan menyentuh poniku!" 

Dia hanya tertawa kecil, "Aku tidak sengaja, tangan ku terpeleset," sambil menunjukkan tangan kanan nya.

Aku sudah hafal dan tidak heran lagi dengan tingkahnya Gerald, dia suka membuatku kesal juga marah. 

Pintu Lift terbuka di lantai dua, "Jika ada masalah, jangan sungkan untuk meneleponku." ucap Gerald merentangkan ibu jari dan jari kelingkingnya di dekat telinganya sambil mengedipkan mata kanan nya. Dasar pria genit!

Pintu Lift tertutup. 

Aku mengeluarkan ponsel dari dalam tas, dan melihat ada notifikasi panggilan tak terjawab dan pesan dari pacarku juga grup Asla. 

Pintu Lift terbuka di lantai tiga, aku keluar dari Lift berjalan menuju ruang kantor. 

Terlihat dari jauh, di depan pintu seperti ada seorang pria juga wanita sedang berdiri. Pria itu adalah Manajerku bernama pak Hong, dan wanita itu adalah teman satu Team ku bernama Lauren. 

Aku tersenyum mengeluarkan gigi putihku dan menyapanya,"Selamat pagi Manajer Hong, hehe" 

"Ya, selamat pagi juga," pak Hong menjawab sapaanku, tapi tidak melihat ke arahku karena dia sedang berbicara dengan Lauren. 

Aku melengos masuk ke dalam ruangan menuju mejaku. Di dalam ruangan terdapat tiga baris meja, masing- masing baris terdapat lima meja ke arah kanan. Letak mejaku berada di tengah, baris kedua. 

Baru saja aku sampai di mejaku, hendak ingin duduk terdengar suara Hanna memanggilku berkali - kali dengan suara pelan. 

"Allea.." 

"Allea.." 

"Allea.," aku melihat ke arah mejanya berada di belakang, tapi aku tidak melihat Hanna. 

Mataku tertuju ke arah pintu kamar mandi hanya berjarak tiga meter dari meja Hanna. Pintu kamar mandi bergeser terbuka sedikit. 

Tiba - tiba kepala muncul keluar dari pintu, serta juga rambutnya yang hitam panjang dan acak - acakan. Kepala itu tersenyum lebar ke arahku. 

Mengerikan!

Saat kepala itu tersenyum membuat ku merinding, seketika suasana ruangan menjadi sangat dingin. Melihat hal itu membuatku spontan berteriak, "AAAH" semua orang yang berada di dalam ruangan terkejut, langsung melihat ke arahku. 

Aku benar - benar ketakutan!

Beberapa orang di ruangan bertanya kepadaku, dan ada yang menghampiriku. 

"Ada apa, Allea?" 

"Kenapa?"

"Apa itu.." sambil menutup mataku dengan tangan kiri, serta tangan kanan menunjuk ke arah kamar mandi.  

"Apa? Dimana?"

"Allea, kau kenapa?" tanya Lauren sambil menepuk pundakku. 

Suara orang berlari dari arah pintu masuk lalu, menghampiriku dan bertanya, "Ada apa?"

"Allea kenapa?" suara itu, suara Hana. 

"Tidak tahu, dia berteriak dan menunjuk ke arah pintu kamar mandi." 

"Hah?.."

Aku sedikit membuka mata, juga menurunkan tanganku, terlihat sudah tidak ada kepala itu. 

"Kau kenapa, Allea?" tanya Hana. 

"Disana ada kepala!"

"Dimana..?" tanya Lauren dan Hana. 

"Itu di pintu kamar mandi."

Hana dan Lauren berjalan ke arah pintu kamar mandi. 

"Kau melihat apa, Allea? Kepala bukan..?" tanya Haiko. 

Pertanyaaan Haiko membuatku terdiam dan bertanya - tanya. 

"Ya! Apa kau juga melihatnya, haiko?"

Haiko hanya menganggukkan kepalanya. 

"Tidak ada apa - apa disini," Lauren membuka pintu kamar mandi, dan juga menyalakan lampu kamar mandi. 

"Aku melihat sangat jelas, pintu kamar mandi kebuka sedikit kemudian, kepala nongol dan tersenyum padaku."

Semua orang yang mendengarkan ceritaku terlihat keheranan kecuali, Haiko. 

"Kau! kau Hana memanggil - manggil namaku saat aku baru saja duduk di kursi!"

Hanna berjalan ke arahku, "Aku..? Aku tidak memanggilmu!"

"Kau memanggilku dengan suara yang pelan, ketika aku melihat ke arah mejamu, tapi tidak ada kamu!."

"Itu terjadi sebelum aku melihat kepala."

"Aku tidak memanggilmu, Allea! Aku habis dari Minimarket, membeli minuman bersama Carrol," tegas Hanna. 

"Benar, aku dan Hana baru tiba dari Minimarket saat mendengar suara teriakan mu," jelas Carrol. 

Hana dan Carrol menunjukkan kantong belanjaan dari Minimarket. 

Mendengarkan penjelasan Hana dan Carrol membuatku semakin merinding. 

Kalau bukan Hana yang memanggil lalu siapa? Jangan bilang kepala itu yang memanggilku!

"Lalu, yang memanggilku siapa?" tanyaku heran. 

"Allea pasti kau kurang istirahat, kan? Jadi halusinasi," ucap Lauren. 

"Aku tidak tahu," jawabku. 

Mungkin saja aku kurang istirahat?

"Pasti kau sering nonton film horor ya?" tanya Alice. 

"Tidak sering," jawabku.

Alice memegang pundakku, dan berkata, "Jangan dipikirkan!"

"Apa kau juga membeli roti untukmu?" tanya Hanna.

"Ya," jawabku sambil mengeluarkan roti Hana. 

"Kau belum sarapan, kan? Makan rotinya sekarang," 

"Aku sudah membelikan minuman untukmu, ni.." tambah Hana sambil mengeluarkan minuman teh di kantong yang di pegangnya. 

Di tempat kerja aku berteman dengan siapa saja tetapi, aku hanya dekat dengan dua orang yaitu Lauren dan Hana. Kami mulai kenal saat masa Training kerja, mereka berdua sangat baik padaku. 

Aku memakan roti yang kubeli tadi, dan meminum teh yang dibelikan Hana. 

"Hana, kenapa Manajer mencariku?" tanyaku pada Hana. 

"Dia ingin menanyakan laporan, apa sudah selesai?" ucap Hana. 

"Ya ampun aku lupa," ucapku sambil menepuk jidat. 

Aku benar - benar lupa untuk menyusun laporan semalam, karena nanti jam dua siang akan ku serahkan ke Manajer. Kenapa aku bisa lupa ya?

Aku sudah selesai makan roti lalu melihat ke arah jam dinding, terlihat pukul delapan lewat lima belas menit. "Akan ku kerjakan nanti jam sepuluh."

Aku terkantuk dan menguap, air mataku keluar karena mengantuk. 

"Hana, aku akan tidur sebentar, tolong bangunkan aku jam sepuluh."

"Nanti jam sepuluh aku akan menyusun laporan untuk diserahkan ke Manajer jam dua siang," ucapku pada Hana, aku sudah tidak tahan menahan kantuk yang berat. 

"Baik, jam sepuluh ku bangunkan ya?" tanya Hana untuk meyakinkan. 

"Ya, aku akan memasang alarm supaya kau tidak lupa," ucapku sambil membuka aplikasi jam di ponsel dan memasang alarm untuk pukul sepuluh,  juga mengatur volume menjadi Full. 

"Ok," ucap Hana. 

Bab terkait

  • TIME (Indonesia)   Bab 6

    Jam menunjukkan pukul dua belas siang, waktunya untuk beristirahat dan makan siang.Aku mengeluarkan ponselku yang ku letakkan di laci meja, membuka pesan - pesan yang masuk dari siapapun tanpa kubaca dan balas. Kecuali, pesan dari Bernardo.Dia mengirimiku beberapa pesan di jam tujuh lewat empat puluh lima menit pagi, walaupun pesan yang dikirim nya hal biasa tapi, sukses membuatku tidak mampu menahan senyum di bibirku. [Aku sudah sampai di tempat kerja.][Kau, sudah berangkat kerja?][Jangan lupa sarapan.][Jika tidak ingin memakan makanan yang berat di pagi hari, beli saja roti untuk mengganjal perut.]Aku sudah mengetik, [Maaf, aku baru melihat pesanmu, tadi aku membeli roti isi coklat] dan ingin mengklik Send tapi, dia sudah mengirimiku pesan lagi.[Ini sudah jam istirahat, jangan lupa untuk makan siang.]Aku langsung mengklik Send ketikan yang belum sempat ku kirim.Hanya berki

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-06
  • TIME (Indonesia)   Bab 7

    Tidak mungkin ada toko makanan yang memajang sebuah manekin, jarang terjadi! Kemungkinan hanya 0.01% saja. Yang kutahu toko makanan selalu memajang panel atau banner diluar tokonya.Wanita itu hanya berdiam diri dan matanya melihat ke arah Cafe ini. Dia sedang melihat apa?Wanita itu memakai baju lengan panjang berwarna biru, juga memakai rok selutut berwarna merah. Dia membawa kantong hitam di tangan kiri dan payung di tangan kanan.Mataku tidak berhenti memperhatikan wanita itu bahkan tanpa berkedip. kepalaku juga mulai penuh dengan pertanyaan - pertanyaan. Kenapa dia berdiam diri disana? Apakah dia sedang menunggu seseorang? Kenapa dia hanya melihat ke arah Cafe ini?Aku merasakan hal janggal, banyak orang yang melewatinya tetapi, tidak seorang pun yang melihat ke arah nya, seolah - olah wanita itu tidak ada disana. Apakah dia hantu?"Aku sudah melihat hantu pagi ini, masa harus melihatnya lagi?" pikirku.

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-07
  • TIME (Indonesia)   Bab 8

    "Allea."Terdengar kembali suara yang terus memanggilku."Allea.""Allea."Mataku terasa gatal, aku mengusapi nya dengan secara pelan.Lalu, aku mengedipkan mata sebanyak tiga kali untuk menghilangkan rasa gatalnya, saat kedipan yang ketiga, aku sangat terkejut karena apa yang ku lihat sekarang itu berbeda. Kenapa bisa?"Allea, ini sudah jam sepuluh lewat sepuluh menit."Suara yang sedari tadi memanggil namaku itu suara Hana, dia juga menepuk pundakku."Kau dari tadi ku bangunkan tidak merespon sama sekali.""Alarm ponselmu terus berbunyi aku tidak tahu cara memakainya." ucap Hana sambil memberikan ponselku.Aku langsung membuka kunci dan mematikan alarm itu.Ternyata aku tidur di kursi kerjaku dan aku bermimpi pergi ke Cafe Monday bersama Hana dan Lauren juga melihat ada kecelakaan disana, "Ya ampun ternyata aku hanya mimpi."Tapi mimpi yang ku alami seperti nyata

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-09
  • TIME (Indonesia)   Bab 9

    Tanganku ditarik cepat oleh tangan pria yang tidak kukenal. Pria itu menarik tanganku, aku hampir saja terjatuh tapi, untungnya pria itu dengan sigap langsung menahan pinggangku dengan tangan yang satunya lagi. Saat itu juga, aku tersadar bahwa aku sudah berhadapan dengan wajah pria tersebut. Ketika aku melihat ke arah matanya, tanpa sadar aku langsung terpesona. Sepertinya aku sudah terkena mantra sihir! Pria itu memiliki bola mata yang bulat, bulu mata sedikit lentik, alis tebal dan juga poni terbelah dua menambah kesan menarik. Saat pria itu berkedip, mataku tidak pernah melewatkan nya. Tapi, tiba - tiba wajah Bernardo muncul di mataku, menghalangi pandangan dan membuat aku sadar jika aku sedang memandangi mata pria lain selain Bernardo. Dengan cepat aku langsung bangun dan menarik tanganku. Aku tidak ingin berlarut - larut dalam pesona pria lain! "Terimakasih," aku mengucapkan nya denga

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-11
  • TIME (Indonesia)   Bab 10

    Aku melihat ke arah jam dinding, sekarang pukul sepuluh malam."Ahhh" aku menghela nafas cukup panjang.Mataku sudah ngantuk, tapi pekerjaanku belum juga selesai."Ini semua karena dia, Manajer Hong!" aku melipat tanganku ke dada sambil menatap tajam ke arah nya yang sedang berdiri di depan pintu.Tadi siang ketika aku menyerahkan laporan kepada Manajer, aku ikut rapat selama enam jam, dari pukul dua siang sampai pukul delapan malam. Gila, kan?Untungnya saja saat rapat berlangsung, aku hanya duduk dan mendengarkan tidak ikut berbicara, dan juga tersedia banyak makanan.Aku mengatur nafas dengan baik, lalu terdiam melihat lembar kerja di layar komputer, pekerjaanku belum selesai tapi, pikiranku tidak berhenti memikirkan kecelakaan itu dan mimpiku, bahkan saat rapat. Ini sungguh mengganggu pikiranku!Mungkin, kalau aku tahu mimpiku akan jadi nyata, aku akan mencegah orang tua gadis kecil itu untuk tidak pe

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-14
  • TIME (Indonesia)   Bab 1

    "Allea, apa kau sudah membeli tiketnya untuk besok?" tanya Adeline. "Ya, tunggu sebentar." Aku membuka ranselku dan mengeluarkan empat tiket bioskop, yang telah ku beli lewat calo. Aku menunjukkan empat tiket itu, "Ini dia tiketnya!" "Aku yang simpan atau mau dibagikan saja, agar masing-masing menyimpan tiket?" tanyaku sambil lirik satu persatu wajah temanku. Serempak ketiga temanku, Adeline, Serra dan Liliana menjawabnya, "Kau saja yang simpan." Besok libur sekolah, aku dan temanku akan menonton bioskop pada hari sabtu sore. Aku sudah membeli tiketnya lewat calo. Kami akan menonton film horor. "Besok jangan ada yang telat. Aku tidak mau menunggu!" ucapku sambil memegang pinggang. "Liliana?" Aku memanggil Liliana yang sedang sibuk bercermin merapikan poni, dan dia tidak merespon panggilan ku. "Kalau ada yang telat kita tinggalin, kan?" ucap adeline sambil menyenggol lenganku lalu, mengedipkan mata. "Lihat! Lihatlah dia, dia malah sibuk dengan po

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-01
  • TIME (Indonesia)   Bab 2

    Serra: *Mengirim Foto [Aku menemukan celana yang aku inginkan! Senangnya..] Serra mengirimkan foto celana yang dia beli, celananya celana panjang, berwarna maroon pensil, dan terdapat rombe-rombe di bagian bawah celana. [Untung saja aku tidak kehabisan seperti bulan kemarin.] Dia juga mengirim emoticon berpelukan. Liliana: dia mengirimkan emoticon

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-02
  • TIME (Indonesia)   Bab 3

    Ketika aku ingin mengirimkan Emoticon bergambar wajah tersenyum, tiba - tiba ponsel ku beralih ke panggilan masuk. Ada telepon dari pacarku. Aku terkejut dan hampir membuat ponselku jatuh ke wajahku. Aku terdiam sejenak selama tiga detik memandangi layar ponsel, terlihat nama yang sedang menelponku "Bernardo", terdapat juga Emoticon Love berwarna hitam di samping nama nya. "Kamu seperti permen kapas yang mencair sepanjang hari dihatiku." Nada dering ponselku berbunyi. Nada dering ini hanya terdengar saat Bernardo menelepon, aku juga memasang nada dering untuk orang tuaku, ketiga sahabatku dan juga bos dan teman - teman kerjaku. aku sengaja memasang nada dering yang berbeda pada mereka, agar aku dapat mengenali orang yang menelponku. Aku bukan tipe orang yang suka mengangkat telepon dari orang lain kecuali situasinya darurat. Aku mengangkat telepon darinya, terdengar suara di seberang sana "S

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-03

Bab terbaru

  • TIME (Indonesia)   Bab 10

    Aku melihat ke arah jam dinding, sekarang pukul sepuluh malam."Ahhh" aku menghela nafas cukup panjang.Mataku sudah ngantuk, tapi pekerjaanku belum juga selesai."Ini semua karena dia, Manajer Hong!" aku melipat tanganku ke dada sambil menatap tajam ke arah nya yang sedang berdiri di depan pintu.Tadi siang ketika aku menyerahkan laporan kepada Manajer, aku ikut rapat selama enam jam, dari pukul dua siang sampai pukul delapan malam. Gila, kan?Untungnya saja saat rapat berlangsung, aku hanya duduk dan mendengarkan tidak ikut berbicara, dan juga tersedia banyak makanan.Aku mengatur nafas dengan baik, lalu terdiam melihat lembar kerja di layar komputer, pekerjaanku belum selesai tapi, pikiranku tidak berhenti memikirkan kecelakaan itu dan mimpiku, bahkan saat rapat. Ini sungguh mengganggu pikiranku!Mungkin, kalau aku tahu mimpiku akan jadi nyata, aku akan mencegah orang tua gadis kecil itu untuk tidak pe

  • TIME (Indonesia)   Bab 9

    Tanganku ditarik cepat oleh tangan pria yang tidak kukenal. Pria itu menarik tanganku, aku hampir saja terjatuh tapi, untungnya pria itu dengan sigap langsung menahan pinggangku dengan tangan yang satunya lagi. Saat itu juga, aku tersadar bahwa aku sudah berhadapan dengan wajah pria tersebut. Ketika aku melihat ke arah matanya, tanpa sadar aku langsung terpesona. Sepertinya aku sudah terkena mantra sihir! Pria itu memiliki bola mata yang bulat, bulu mata sedikit lentik, alis tebal dan juga poni terbelah dua menambah kesan menarik. Saat pria itu berkedip, mataku tidak pernah melewatkan nya. Tapi, tiba - tiba wajah Bernardo muncul di mataku, menghalangi pandangan dan membuat aku sadar jika aku sedang memandangi mata pria lain selain Bernardo. Dengan cepat aku langsung bangun dan menarik tanganku. Aku tidak ingin berlarut - larut dalam pesona pria lain! "Terimakasih," aku mengucapkan nya denga

  • TIME (Indonesia)   Bab 8

    "Allea."Terdengar kembali suara yang terus memanggilku."Allea.""Allea."Mataku terasa gatal, aku mengusapi nya dengan secara pelan.Lalu, aku mengedipkan mata sebanyak tiga kali untuk menghilangkan rasa gatalnya, saat kedipan yang ketiga, aku sangat terkejut karena apa yang ku lihat sekarang itu berbeda. Kenapa bisa?"Allea, ini sudah jam sepuluh lewat sepuluh menit."Suara yang sedari tadi memanggil namaku itu suara Hana, dia juga menepuk pundakku."Kau dari tadi ku bangunkan tidak merespon sama sekali.""Alarm ponselmu terus berbunyi aku tidak tahu cara memakainya." ucap Hana sambil memberikan ponselku.Aku langsung membuka kunci dan mematikan alarm itu.Ternyata aku tidur di kursi kerjaku dan aku bermimpi pergi ke Cafe Monday bersama Hana dan Lauren juga melihat ada kecelakaan disana, "Ya ampun ternyata aku hanya mimpi."Tapi mimpi yang ku alami seperti nyata

  • TIME (Indonesia)   Bab 7

    Tidak mungkin ada toko makanan yang memajang sebuah manekin, jarang terjadi! Kemungkinan hanya 0.01% saja. Yang kutahu toko makanan selalu memajang panel atau banner diluar tokonya.Wanita itu hanya berdiam diri dan matanya melihat ke arah Cafe ini. Dia sedang melihat apa?Wanita itu memakai baju lengan panjang berwarna biru, juga memakai rok selutut berwarna merah. Dia membawa kantong hitam di tangan kiri dan payung di tangan kanan.Mataku tidak berhenti memperhatikan wanita itu bahkan tanpa berkedip. kepalaku juga mulai penuh dengan pertanyaan - pertanyaan. Kenapa dia berdiam diri disana? Apakah dia sedang menunggu seseorang? Kenapa dia hanya melihat ke arah Cafe ini?Aku merasakan hal janggal, banyak orang yang melewatinya tetapi, tidak seorang pun yang melihat ke arah nya, seolah - olah wanita itu tidak ada disana. Apakah dia hantu?"Aku sudah melihat hantu pagi ini, masa harus melihatnya lagi?" pikirku.

  • TIME (Indonesia)   Bab 6

    Jam menunjukkan pukul dua belas siang, waktunya untuk beristirahat dan makan siang.Aku mengeluarkan ponselku yang ku letakkan di laci meja, membuka pesan - pesan yang masuk dari siapapun tanpa kubaca dan balas. Kecuali, pesan dari Bernardo.Dia mengirimiku beberapa pesan di jam tujuh lewat empat puluh lima menit pagi, walaupun pesan yang dikirim nya hal biasa tapi, sukses membuatku tidak mampu menahan senyum di bibirku. [Aku sudah sampai di tempat kerja.][Kau, sudah berangkat kerja?][Jangan lupa sarapan.][Jika tidak ingin memakan makanan yang berat di pagi hari, beli saja roti untuk mengganjal perut.]Aku sudah mengetik, [Maaf, aku baru melihat pesanmu, tadi aku membeli roti isi coklat] dan ingin mengklik Send tapi, dia sudah mengirimiku pesan lagi.[Ini sudah jam istirahat, jangan lupa untuk makan siang.]Aku langsung mengklik Send ketikan yang belum sempat ku kirim.Hanya berki

  • TIME (Indonesia)   Bab 5

    Aku sudah sampai di tempat kerjaku, hanya butuh waktu kurang dari enam menit saja dari toko roti itu untuk sampai di tempat kerjaku.Aku bekerja di Perusahaan DEB yang merupakan anak Perusahaan dari Perusahaan KGB. Perusahaan DEB memiliki tiga cabang di tiga kota besar Filipina, perusahan ini baru berdiri tahun 2015 bergerak di bidang industri makanan dan aku mulai bekerja tahun 2019 di bagian SDM sebagai pegawai biasa.Gedung kantor ini hanya terdiri lima lantai, ruangan ku berada di lantai tiga.Aku melihat ke arah jam tanganku menunjukkan pukul tujuh lewat empat puluh menit, aku sedang menunggu Lift dan terus - menerus menekan tombol Lift. "Lama sekali," gumamku."Allea!""Allea!" seseorang memanggil namaku.Aku memutar badan 30°, terlihat seorang pria berkemeja rapi berdasi oranye sedang duduk di sofa dekat meja resepsionis sambil melambaikan tangan ke arah ku."Hey, ya?" aku membalas lambai

  • TIME (Indonesia)   Bab 4

    Empat puluh lima menit kemudian, aku sedang berjalan menuju tempat kerja. "Aku harus membeli makanan untuk sarapan di kantor, tapi apa yang harus ku beli ya?" pikirku. Melewati satu - persatu toko, "Sepertinya itu enak," melihat ke arah Toko Roti yang berada di seberang. Aku berjalan cepat menuju ke arah Zebra Cross, lampu rambu lintas sedang berwarna merah. Banyak orang yang sudah bersiap untuk menyebrang. Ponselku yang sedang ku genggam di tangan kanan tiba - tiba bergetar, sambil berjalan aku melihat ke arah ponselku, ada pesan singkat dari teman kantorku Hana, "Tolong belikan aku dua Roti isi selai kacang." Aku langsung menaruh ponsel ke dalam tas, baru saja ku tutup resleting tas, ponselku bergetar dan berdering. "Aku terbangun di pagi hari" "Melewati malam yang penuh dengan bintang bersinar" Suara nada dering terdengar kecil karena posisi ponsel berada di dalam tas. "Bagaimana

  • TIME (Indonesia)   Bab 3

    Ketika aku ingin mengirimkan Emoticon bergambar wajah tersenyum, tiba - tiba ponsel ku beralih ke panggilan masuk. Ada telepon dari pacarku. Aku terkejut dan hampir membuat ponselku jatuh ke wajahku. Aku terdiam sejenak selama tiga detik memandangi layar ponsel, terlihat nama yang sedang menelponku "Bernardo", terdapat juga Emoticon Love berwarna hitam di samping nama nya. "Kamu seperti permen kapas yang mencair sepanjang hari dihatiku." Nada dering ponselku berbunyi. Nada dering ini hanya terdengar saat Bernardo menelepon, aku juga memasang nada dering untuk orang tuaku, ketiga sahabatku dan juga bos dan teman - teman kerjaku. aku sengaja memasang nada dering yang berbeda pada mereka, agar aku dapat mengenali orang yang menelponku. Aku bukan tipe orang yang suka mengangkat telepon dari orang lain kecuali situasinya darurat. Aku mengangkat telepon darinya, terdengar suara di seberang sana "S

  • TIME (Indonesia)   Bab 2

    Serra: *Mengirim Foto [Aku menemukan celana yang aku inginkan! Senangnya..] Serra mengirimkan foto celana yang dia beli, celananya celana panjang, berwarna maroon pensil, dan terdapat rombe-rombe di bagian bawah celana. [Untung saja aku tidak kehabisan seperti bulan kemarin.] Dia juga mengirim emoticon berpelukan. Liliana: dia mengirimkan emoticon

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status