Share

4. Pembunuh Bayaran

Author: Richa Susilo
last update Last Updated: 2021-05-07 00:22:38

“Aku akan ke sana. Jika kau tidak ingin pergi bersamaku, kau bisa kembali. Namun, kupastikan kau akan menyesali keputusanmu itu seumur hidupmu,” putus Arion seraya mengerling jahil ke arah Asta yang masih memberikan tatapan tak percaya padanya.

Dan tanpa menghiraukan peringatan Asta, Arion sudah kembali memacu kudanya memasuki hutan pinus yang terlihat begitu dingin dan angkuh. Meninggalkan Asta yang seketika juga menghentak tali kekang kudanya.

“Arion, tidak bisakah kau untuk kali ini saja memikirkan rakyatmu?” seru Asta dari arah belakang. Sebuah seruan yang hanya mampu membuat Arion mengerutkan kening samar tanpa sedikit pun keingnan untuk berhenti.

“Sudah ada Kaisar dan para pejabat yang memikirkannya. Mereka tidak memerlukan orang sepertiku untuk berpikir tentang masalah itu.” Arion balas berseru. Nada suaranya begitu tenang dan santai. Seakan sama sekali tak keberatan menyerahkan status putra mahkota pada siapa pun yang mengingikannya. Sebuah sikap yang membuat Asta merasa kesal. Padahal, jika menuruti keinginan keluarganya, seharusnya ia merasa senang. Karena akan semakin mudah menyingkirkan Arion dari lingkar kekuasaan. Namun, entah bagaimana, dirinya justru merasa marah.

“Apa kau sadar dengan apa yang kau katakan, eh?” seru Asta dengan nada meninggi yang syarat akan kejengkelan. Membuat Arion benar-benar terkejut karenanya. Karena selama ini, sosok pemuda jangkung berparas rupawan dengan tubuh yang begitu kekar dan menguasi berbagai seni bela diri itu sama sekali tak pernah menunjukkan emosinya seterang ini.

“Kau tahu? Jika kau melepaskan tanggung jawabmu sebagai putra mahkota, dan menyerahkan kekuasaan ini pada para pejabat serakah itu, pemandangan rakyat jelata akan jauh lebih buruk daripada yang baru saja kau saksikan. Dengar, Arion!” Asta berhasil mensejajarkan kuda mereka. Karena sepertinya, meskipun tanpa menoleh, Arion dengan sengaja memperlambat laju kudanya.

“Aku berbicara bukan sebagai tuan muda dari keluarga perdana menteri. Aku berbicara sebagai Asta, sahabat baikmu sejak kecil, yang sangat memahami karaktermu,” lanjut Asta dengan tatapan lekat, menyalurkan segenap emosinya dan menumpahkan seluruh kegelisahannya di sana. Sebuah tatapan kesungguhan yang membuat Arion tak mampu berkata-kata selain hanya mendengarkan. “Kau tahu, ada banyak skandal yang akan menjeratmu, semuanya telah direncanakan, Arion. Semua telah direncanakan. Aku bahkan menjadi bagian dari rencana mereka,” ungkap Asta dengan tatapan frustarasi. “Karenanya, aku sangat yakin sekali, kota ini akan menjadi neraka bagi rakyat jelata jika mereka berhasil dengan rencana jahatnya. Arion, aku─”

“Cukup, Asta. Jangan katakan apa pun lagi. Ini pasti sulit sekali bagimu, bukan?” sela Arion seraya menoleh ke arah Asta yang telah sejejar dengannya, tersenyum dengan tulusnya. Sebuah respon yang membuat Asta tertegun. Setelah mendengar tentang semua itu, sosok pangeran ini masih bisa dengan begitu tulusnya tersenyum padanya? Bagaimana mungkin dirinya akan mampu mengkhianati sosok langka ini?

Dan di detik itu juga, Asta merasa sama sekali tak akan pernah menyesali keputusannya saat ini. Sekalipun dirinya harus melawan keluarga besar dan terusir, ia tidak akan pernah meninggalkan dan mengkhianati Arion. Tidak akan pernah.

“Ada apa dengan tatapan menyebalkan itu, eh?” kekeh Arion begitu melihat bara tekad penuh keyakinan yang terpancar kuat pada manik kelabu yang begitu jernih milik Asta.

“Percayalah, Arion. Aku tidak akan pernah mengkhianatimu!” tegas Asta tanpa sedikit pun keraguan.

Dan sontak saja, Arion tergelak melihat kesungguhan Asta. “Bukankah sudah kukatakan padamu, eh? Aku akan mempercayaimu meskipun apa yang kau katakan padaku adalah sebuah kebohongan,” sahut Arion seraya menertawakan Asta. Lantas, menatap lekat manik kelabu di sampingnya penuh kesungguhan, “Asta, terima kasih. Tidak seharusnya kau mengorbankan keluargamu demi aku, ini pasti akan sangat menyakitkan bagimu.”

“Omong kosong apa yang kau bicarakan? Aku tidak melakukannya demi pangeran keras kepala sepertimu. Tetapi, aku melakukannya demi ratusan juta rakyat jelata White Kingdom,” sahut Asta seraya memalingkan wajah dan menatap lurus ke depan. Tak ingin memperlihatkan wajah canggung yang terasa begitu aneh pada Arion.

“Oh, benarkah?” goda Arion dengan begitu jahilnya. Menurunkan kewaspadaan hingga tak menyadari jika sesuatu yang buruk tengah mengintainya.

“Awas!” Asta menyambar lengan Arion hingga membuat pangeran itu membungkuk, dan lesatan anak panah pun mendesing di atas punggungnya dengan kecepatan yang sangat mengerikan. Andai Asta terlambat sedikit saja, anak panah itu pasti akan langsung menembus jantungnya.

Dan kedatangan anak panah itu tidak sendiri, melainkan membawa lima orang berpakaian serba hitam bersamanya. Berdiri dengan wajah tertutup kain, hanya menyisakan sepasang mata yang menatap tajam dengan nafsu membunuh yang membara. Berdiri mengelilingi Arion dan Asta dengan busur panah teracung lengkap dengan anak panahnya, seakan tak sabar ingin segera melesatkan anak panah itu dan mencabut nyawa targetnya.

Arion menegakkan tubuh seraya menyeringai lebar. “Aku sungguh tak menyangka mereka akan datang secepat ini,” gumam pangeran itu dengan begitu santai dan tenangnya. Seakan sama sekali tidak akan ada hal buruk yang terjadi sekalipun anak panah yang berkilat sangat tajam mengincar nyawanya dari berbagai sisi.

“Nah, Asta, menurutmu, apa yang akan kita lakukan pada mereka, eh?” gumam Arion seraya menjilat bibir, mengedarkan pandangan penuh perhitungan pada lima orang yang mengepungnya.

“Tentu saja membunuhnya, memangnya pilihan seperti apa yang kita miliki?” balas Asta tanpa sedikit pun keraguan. Menatap tajam penuh kewaspadaan, memperhatikan gerakan lawan penuh kehati-hatian.

Lima orang itu saling toleh begitu mendengar kalimat Asta. Tatapan keyakinan atas keberhasilan misi mereka yang semula membara dengan begitu kuat, kini seakan mulai diselimuti keraguan. Membuat Arion menyeringai samar, mampu menebak dengan mudah darimana pembunuh bayaran ini berasal.

“Oh, kau sungguh kejam, Asta. Sang Pencipta saja maha pengampun. Bagaimana mungkin kau akan membunuhnya?” balas Arion dengan nada main-main, tanpa sedikit pun mengalihkan pandangan dari lawannya seraya menyeringai lebar.

“Sayangnya, aku bukanlah Sang Pencipta, Arion. Aku hanyalah makhluk. Apakah kau pikir kita hanya akan diam saja jika orang-orang ini menyerang dan bermaksud membunuh kita?” sahut Asta seraya menyeringai samar. Melempari lima orang yang mengepungnya dengan tatapan membunuh yang sepertinya tak main-main. Tangan kanannya bahkan telah berada di atas gagang pedang. Kehebatan Asta dalam seni bela diri tak main-main. Sudah dikenal luas di White Kingdom. Terlebih ketika dirinya memberikan kontribusi besar dalam penyelamatan tanah perbatasan. Dan hal itu, membuat para pembunuh bayaran itu panik dan segera saja kembali melesatkan anak-anak panahnya secara bersamaan.

Asta dan Arion menarik pedang secara bersamaan, menggerakkannya dengan begitu anggun bertenaga nan tangkas, menangkis setiap lesatan anak panah yang menghujam ke arah mereka dengan begitu lincah. Seperti tarian pedang yang terlihat sangat mengagumkan.

Anak-anak panah itu pun terbelah, patah, dan seketika jatuh ke tanah secepat ia dilesatkan. Membuat kening para pembunuh bayaran itu mulai menampakkan keringat dingin.

Namun, sekalipun mereka adalah pembunuh bayaran dengan kualitas terbaik, tetap saja, mereka harus berpikir ulang jika lawannya adalah Asta, tuan muda dari keluarga perdana menteri yang disegani.

Menurut rencana, tuan muda itu seharusnya tidak ikut campur dalam misi mereka. Tetapi, kenapa tiba-tiba keadaan berubah?

Menyadari kegoyahan tekad mereka, Arion tersenyum lebar. “Asta, jangan bunuh mereka. Mereka masih memiliki keluarga yang selalu menantikan kedatangannya untuk pulang. Jika kau membunuh mereka di sini, anak-anak mereka akan menjadi yatim, istri-istri mereka akan menjadi janda, dan orangtua mereka akan merasa sangat kehilangan. Jadi, jangan bunuh mereka─”

“Ta-tapi, Arion─”

“Kita baik-baik saja. Kita bahkan sama sekali tak terluka. Tak ada yang perlu dipermasalahkan,” sahut Arion santai sekali, lantas menyarungkan kembali pedangnya begitu melihat bahwa para pembunuh bayaran itu sudah kehabisan anak panah.

Dan di detik itu juga, lima orang itu langsung menjatuhkan kedua lututnya di tanah. Mengurungkan niatnya mencabut pedang dan menyerang Arion demi misi mereka. Alih-alih menyerang, perkataan Arion yang syarat akan kepedulian itu sontak saja membuat mereka tertegun, seakan kalimat itu adalah kalimat pertama yang mereka dengar selama karir mereka di dunia hitam. Menghantam nurani mereka yang gersang seperti oase di padang pasir.

Tanpa sedikit pun keraguan, mereka langsung menunduk penuh hormat pada Arion tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Sebuah gestur yang menunjukkan penyerahan diri total. Meskipun tanpa kata, dari tatapan mata mereka yang tampak begitu terkejut, sebelum akhirnya terpancar kelegaan, Arion tahu, mereka tidak akan lagi menerima pekerjaan jenis apa pun yang bertujuan untuk mencelakainya.

“Arion,” gumam Asta seraya menatap lima orang yang kini telah menyerah takhluk pada pangerannya itu dengan tatapan asing, lantas menoleh ke arah Arion dengan tatapan menuntut penjelasan. “Tidakkah kau tahu dari mana mereka berasal? Mereka adalah pembunuh bayaran dari jaringan hitam. Dan kau pasti tahu siapa yang menyewa mereka, bukan?”

“Ya, aku tahu. Dan aku sama sekali tak akan mempermasalahkannya.”

Senyum lebar menghiasi bibir sewarna cherry Arion ketika mengatakannya. 

Related chapters

  • THE WISDOM OF CROWN PRINCE   5. Makhluk Penjaga Dinding Batu

    “Apa kau yakin dengan keputusanmu itu?” tanya Asta sekali lagi. Jika mereka membiarkan para pembunuh bayaran itu hidup, tidak menutup kemungkinan jika mereka akan kembali lagi dengan lebih banyak bantuan dan strategi baru setelah mengetahui bahwa dirinya memutuskan berada di pihak sang putra mahkota. Bahkan mungkin saja ayahnya, yang seorang perdana menteri memutuskan untuk melenyapkan dirinya bersama sang putra mahkota.Jika mereka membunuh para pembunuh bayaran itu saat ini juga, si penyewa akan kehilangan jejak mereka, dan tentu saja, akan kesulitan menemukan mereka. Dan lagi, Arion bersikeras akan melintasi dinding batu, tempat di mana rumor-rumor mengerikan beredar selama ribuan tahun. Bahkan pembunuh bayaran terhebat di White Kingdom pun tak akan pernah mempertaruhkan nyawa mereka untuk mengejar hingga ke balik dinding batu. Membunuh para pembunuh bayaran itu jelas akan memberikan mereka waktu untuk segera meninggalkan tempat ini.Namun ….

    Last Updated : 2021-05-08
  • THE WISDOM OF CROWN PRINCE   6. Izin Masuk

    Tidak ada waktu bagi Asta untuk terkejut apalagi mengagumi kemampuan Arion. Karena di detik berikutnya, mata reptil monster berwujud kadal itu bergerak-gerak dengan lubang hidung sebesar sumur yang mengembang dan mengempis seakan tengah megendus sesuatu. Lidahnya yang bercabang seketika terjulur begitu bola matanya yang besar menangkap keberadaan Arion dan Asta, lantas, sepertinya makhluk itu memutuskan bahwa keduanya adalah lalat pengganggu yang layak ia singkirkan dari pandangannya. Karena tanpa ragu, makhluk itu merangkak pelan namun pasti ke arah keduanya.Dan yang lebih buruk daripada itu, sepertinya sama sekali tak berniat menghentikan proses pengeluaran gasnya. Membuat Asta semakin pucat pasi.“Celaka! Sepertinya monster itu tengah menuju ke arah kita, Arion. Apa yang akan kita lakukan sekarang?” tanya Asta seraya menarik gagang pedangnya cepat. Manik sewarna kelabunya menatap tajam ke arah suara ranting dan dedaunan kering berkeratak terinjak.

    Last Updated : 2021-05-09
  • THE WISDOM OF CROWN PRINCE   7. Dunia Lain

    Arion menoleh ke arah Asta seraya tersenyum lebar setelah si penjaga dinding batu menyetujui permintaanya. Binar di matanya seakan ingin mengatakan, “Lihatlah, bukankah sudah kukatakan kalau semuanya akan baik-baik saja?”Asta, yang sudah mampu kembali menguasai dirinya dari rasa terkejut setelah bertemu dengan monster yang bisa berbicara, dan lagi, yang bisa dengan begitu mudah menyetujui permintaan Arion, hanya mampu mengangkat kedua bahu dan menyeringai samar.“Bagaimanapun juga, kau adalah seorang pangeran. Dan sepertinya, makhluk itu sangat menyadari jika kau memiliki kepala sekeras batu,” ucap Asta seraya mensejajarkan diri dengan kuda Arion yang telah berjalan sedikit di depannya, lantas, menoleh ke arah Arion dengan seringai seakan tengah menertawakan diri sendiri. “Kurasa, makhluk itu hanya ingin melihat bagaimana kita menjerit kesakitan dan memohon untuk segera dibukakan pintu neraka,” lanjutnya seraya tertawa iron

    Last Updated : 2021-06-17
  • THE WISDOM OF CROWN PRINCE   8. Raja Hutan

    Asta segera membungkam mulutnya begitu menyadari suaranya bisa di dengar oleh si raja hutan yang kini berkacak pinggang. Sebuah gestur yang membuat Asta mati-matian menahan tawa.Mendapati situasi yang tidak menguntungkan, Asta segera berdeham untuk menghilangkan nada tawa itu dari getar suaranya.“Oh, maafkan aku. Aku sungguh tidak bermaksud demikian, hanya saja, ini benar-benar hal yang baru bagi kami,” balas Asta seraya menangkupkan kedua tangan di depan dada dengan nada penuh penyesalan. Sorot matanya bahkan meredup seakan merasa bersalah.Sebuah sikap yang membuat Arion nyaris tersedak. Ini sungguh kali pertama dirinya melihat sikap Asta yang tampak begitu mengiba. Seolah sikap tanpa ekspresi dan tanpa emosi yang selalu ditunjukkannya, yang bahkan menjadi identitasnya itu luntur begitu saja.Inikah Asta yang sesungguhnya? Begitu hangat dan lembut? Lantas, kenapa ketika di lingkungan istana ia tampak begitu dingin tak tersentuh?

    Last Updated : 2021-06-21
  • THE WISDOM OF CROWN PRINCE   9. Kharisma Sang Pangeran Arion

    Suara gelak tawa kawanan binatang buas itu pun seketika menggema di udara. Seketika menerbangkan burung-burung liar yang tak Arion ketahui jenisnya di sekitar mereka.“Kau lihat itu, kini mereka menganggap kita seperti idiot,” kekeh Asta dengan seringai ironi.“Bukan sepenuhnya salah mereka, karena pada kenyataannya, selama ribuan tahun, bangsa manusia di bawah kekuasaan White Kingdom sama sekali tak pernah bersentuhan dengan kaum mereka. Dan lebih buruk daripada itu, bangsa kita telah menanamkan pemahaman yang sangat kuat pada bayi-bayi yang bahkan belum lahir dengan ritual penangkal gangguan dari bangsa mereka. Sejak awal, kita telah memperlakukan mereka dengan buruk.”Jawaban Arion yang disampaikan dengan nada seakan mengandung sebuah penyesalan itu sontak saja membuat sebelah alis Asta terangkat.“Apa kau sungguh berpikir demikian?” tanya Asta dengan sedikit menelengkan kepala. Sedikit heran dengan penjelasan panger

    Last Updated : 2021-06-29
  • THE WISDOM OF CROWN PRINCE   10. Aku Arion Nap

    “Siapa namamu?”Sebuah pertanyaan yang ditanyakan dengan kedua mata menyipit dan getar suara yang mengandung nada rasa ingin tahu itu sontak saja membuat anak buah si raja hutan saling toleh, saling melempar tatapan bingung.Hal itu tentu saja mereka lakukan bukan tanpa alasan. Masalahnya, pemimpin mereka itu sama sekali tak segan-segan menelan siapa pun manusia yang memasuki kawasan mereka.Satu-satunya manusia yang ia perlakukan dengan baik hanyalah seorang gadis yang berhasil mengelabuhi mereka dan menerobos masuk ke wilayah mereka dengan begitu berani.Yang datang menantang mereka dengan sinar mata yang membara penuh tekad, sekalipun tubuhnya babak belur dan pakaiannya compang-camping penuh noda darah yang mengalir deras dari tubuhnya.Belakangan mereka ketahui, ternyata gadis itu adalah korban pembantaian yang dilakukan oleh bangsanya sendiri.Dan tak dipungkiri, pemimpin mereka jelas sangat menyukai gairah dendam yang memba

    Last Updated : 2021-06-29
  • THE WISDOM OF CROWN PRINCE   11. Asta, Sang Ksatria

    Secepat kilat, Asta segera menarik pedangnya dan menjadikan tubuhnya sebagai perisai Arion begitu melihat reaksi mengancam dari puluhan binatang buas di hadapannya.Tidak butuh orang dengan kemampuan analisa yang tinggi untuk mengetahui tatapan membunuh yang dilemparkan secara terang-terangan pada mereka. Karena sebagai orang yang sudah sangat terlatih di medan pertempuran, Asta jelas mampu mencium nafsu membunuh yang sangat pekat menguar di udara dan menusuk hidungnya tanpa bisa dicegah.“Arion, cepat tinggalkan tempat ini. Aku akan menghadang dan memperlambat mereka,” desis Asta yang kini sudah berada di depan Arion tanpa menoleh. Menatap penuh waspada pada gerakan jenis apa pun yang dilakukan kawanan binatang buas di hadapannya.Tangannya yang kokoh mencengkeram gagang pedang dengan begitu kuat. Bersiap menebas apa pun yang akan menyerang mereka.Ksatria itu jelas tahu pasti jika mereka tidak akan mungkin bisa menang mengalahkan kawanan bin

    Last Updated : 2021-06-30
  • THE WISDOM OF CROWN PRINCE   12. Dendam Raja Hutan

    “Oh benarkah? Kalau begitu, kau hanya punya satu pilihan. Kau harus membunuhku jika kau tidak ingin kata-katamu itu hanya akan berakhir menjadi omong kosong yang menggelikan!” ujar si raja singa dengan dagu terangakat seraya menyeringai menantang, menunjukkan taring-taring tajamnya yang siap mencabik apa pun yang dikehendakinya.Sialnya, ancaman kengerian itu sama sekali tak berguna untuk Arion. Pangeran itu masih dengan ketenangannya yang begitu mengagumkan, justru tersenyum dan menatap lurus si raja hutan. Mengunci tatapan keduanya hingga pada titik seakan mampu saling menyelami pikiran yang tersembunyi jauh di kedalaman hati masing-masing.Lantas, setelah mengunci lawan bicaranya seperti itu, dengan suara tenang namun begitu tegas nan bertenaga, Arion berujar penuh keyakinan.“Aku tidak akan pernah membunuhmu. Bukan perkelahian dan permusuhan yang kuinginkan dari kalian. Aku sungguh-sungguh ingin menjalin pertemanan yang sehat dengan kalian.

    Last Updated : 2021-07-01

Latest chapter

  • THE WISDOM OF CROWN PRINCE   14. Pengorbanan Arion II

    “Apa maksudmu, Arion? Apakah kau sungguh-sungguh ingin menyerahkan hidupmu pada mereka?” desis Asta dengan tatapan penuh kemarahan. “Darimana kau yakin mereka akan memenuhi harapanmu jika kau sudah mati, hah? Tidakkah kau mampu berpikir sedikit saja lebih rasional?” Asta benar-benar tak mampu menahan kemarahannya melihat sikap pangerannya yang begitu naif.Bagaimana bisa pengerannya itu berjudi dengan nyawa sebagai taruhan? Apakah ia benar-benar sudah menyerah hidup sebagai seorang pangeran dan ingin segera menanggalkan status yang tak pernah diinginkannya itu?Akan tetapi, kemungkinan terakhir sangat mustahil, Asta tahu pasti siapa Arion. Meskipun dirinya tak menyukai sesuatu, namun jika sesuatu itu telah dibebankan di pundaknya, maka ia akan penuh totalitas menjalankan kewajibannya itu.Jika bukan karena kemungkinan terakhir itu, lalu bagaimana dirinya bisa menjelaskan sikap Arion yang begitu naif itu?Bahkan Asta juga tahu pasti

  • THE WISDOM OF CROWN PRINCE   13. Pengorbanan Arion I

    “Aku hanya akan mempercayai kata-katamu jika kau bersedia menyerahkan nyawamu tanpa perlawanan. Bagaimana menurutmu, eh, Pangeran?” tanya si raja hutan seraya menyeringai mencemooh. Yang seketika membuat Asta kembali mengangkat pedangnya dan melempari makhluk itu dengan tatapan tajam.Namun, lagi-lagi, Arion mengangkat sebelah tangannya untuk menghentikan gerakan pedang Asta, sekali lagi meminta sahabat baiknya itu untuk menurunkan pedangnya, menurunkan kemarahannya.Akan tetapi, kali ini Asta sedikit keras kepala, tentu saja ia tidak akan diam saja melihat makhluk di hadapannya itu bertindak sewenang-wenang pada Arion.“Asta,” lirih Arion penuh ketegasan begitu melihat gelagat kekeraskepalaan Asta.“Jangan menghentikanku, Arion. Selama aku masih hidup, aku tidak akan pernah membiarkan makhluk-makhluk itu menyentuh ujung rambutmu! Dan kau lihat, mereka sudah sangat keterlaluan dengan permintaan konyol seperti itu!” gera

  • THE WISDOM OF CROWN PRINCE   12. Dendam Raja Hutan

    “Oh benarkah? Kalau begitu, kau hanya punya satu pilihan. Kau harus membunuhku jika kau tidak ingin kata-katamu itu hanya akan berakhir menjadi omong kosong yang menggelikan!” ujar si raja singa dengan dagu terangakat seraya menyeringai menantang, menunjukkan taring-taring tajamnya yang siap mencabik apa pun yang dikehendakinya.Sialnya, ancaman kengerian itu sama sekali tak berguna untuk Arion. Pangeran itu masih dengan ketenangannya yang begitu mengagumkan, justru tersenyum dan menatap lurus si raja hutan. Mengunci tatapan keduanya hingga pada titik seakan mampu saling menyelami pikiran yang tersembunyi jauh di kedalaman hati masing-masing.Lantas, setelah mengunci lawan bicaranya seperti itu, dengan suara tenang namun begitu tegas nan bertenaga, Arion berujar penuh keyakinan.“Aku tidak akan pernah membunuhmu. Bukan perkelahian dan permusuhan yang kuinginkan dari kalian. Aku sungguh-sungguh ingin menjalin pertemanan yang sehat dengan kalian.

  • THE WISDOM OF CROWN PRINCE   11. Asta, Sang Ksatria

    Secepat kilat, Asta segera menarik pedangnya dan menjadikan tubuhnya sebagai perisai Arion begitu melihat reaksi mengancam dari puluhan binatang buas di hadapannya.Tidak butuh orang dengan kemampuan analisa yang tinggi untuk mengetahui tatapan membunuh yang dilemparkan secara terang-terangan pada mereka. Karena sebagai orang yang sudah sangat terlatih di medan pertempuran, Asta jelas mampu mencium nafsu membunuh yang sangat pekat menguar di udara dan menusuk hidungnya tanpa bisa dicegah.“Arion, cepat tinggalkan tempat ini. Aku akan menghadang dan memperlambat mereka,” desis Asta yang kini sudah berada di depan Arion tanpa menoleh. Menatap penuh waspada pada gerakan jenis apa pun yang dilakukan kawanan binatang buas di hadapannya.Tangannya yang kokoh mencengkeram gagang pedang dengan begitu kuat. Bersiap menebas apa pun yang akan menyerang mereka.Ksatria itu jelas tahu pasti jika mereka tidak akan mungkin bisa menang mengalahkan kawanan bin

  • THE WISDOM OF CROWN PRINCE   10. Aku Arion Nap

    “Siapa namamu?”Sebuah pertanyaan yang ditanyakan dengan kedua mata menyipit dan getar suara yang mengandung nada rasa ingin tahu itu sontak saja membuat anak buah si raja hutan saling toleh, saling melempar tatapan bingung.Hal itu tentu saja mereka lakukan bukan tanpa alasan. Masalahnya, pemimpin mereka itu sama sekali tak segan-segan menelan siapa pun manusia yang memasuki kawasan mereka.Satu-satunya manusia yang ia perlakukan dengan baik hanyalah seorang gadis yang berhasil mengelabuhi mereka dan menerobos masuk ke wilayah mereka dengan begitu berani.Yang datang menantang mereka dengan sinar mata yang membara penuh tekad, sekalipun tubuhnya babak belur dan pakaiannya compang-camping penuh noda darah yang mengalir deras dari tubuhnya.Belakangan mereka ketahui, ternyata gadis itu adalah korban pembantaian yang dilakukan oleh bangsanya sendiri.Dan tak dipungkiri, pemimpin mereka jelas sangat menyukai gairah dendam yang memba

  • THE WISDOM OF CROWN PRINCE   9. Kharisma Sang Pangeran Arion

    Suara gelak tawa kawanan binatang buas itu pun seketika menggema di udara. Seketika menerbangkan burung-burung liar yang tak Arion ketahui jenisnya di sekitar mereka.“Kau lihat itu, kini mereka menganggap kita seperti idiot,” kekeh Asta dengan seringai ironi.“Bukan sepenuhnya salah mereka, karena pada kenyataannya, selama ribuan tahun, bangsa manusia di bawah kekuasaan White Kingdom sama sekali tak pernah bersentuhan dengan kaum mereka. Dan lebih buruk daripada itu, bangsa kita telah menanamkan pemahaman yang sangat kuat pada bayi-bayi yang bahkan belum lahir dengan ritual penangkal gangguan dari bangsa mereka. Sejak awal, kita telah memperlakukan mereka dengan buruk.”Jawaban Arion yang disampaikan dengan nada seakan mengandung sebuah penyesalan itu sontak saja membuat sebelah alis Asta terangkat.“Apa kau sungguh berpikir demikian?” tanya Asta dengan sedikit menelengkan kepala. Sedikit heran dengan penjelasan panger

  • THE WISDOM OF CROWN PRINCE   8. Raja Hutan

    Asta segera membungkam mulutnya begitu menyadari suaranya bisa di dengar oleh si raja hutan yang kini berkacak pinggang. Sebuah gestur yang membuat Asta mati-matian menahan tawa.Mendapati situasi yang tidak menguntungkan, Asta segera berdeham untuk menghilangkan nada tawa itu dari getar suaranya.“Oh, maafkan aku. Aku sungguh tidak bermaksud demikian, hanya saja, ini benar-benar hal yang baru bagi kami,” balas Asta seraya menangkupkan kedua tangan di depan dada dengan nada penuh penyesalan. Sorot matanya bahkan meredup seakan merasa bersalah.Sebuah sikap yang membuat Arion nyaris tersedak. Ini sungguh kali pertama dirinya melihat sikap Asta yang tampak begitu mengiba. Seolah sikap tanpa ekspresi dan tanpa emosi yang selalu ditunjukkannya, yang bahkan menjadi identitasnya itu luntur begitu saja.Inikah Asta yang sesungguhnya? Begitu hangat dan lembut? Lantas, kenapa ketika di lingkungan istana ia tampak begitu dingin tak tersentuh?

  • THE WISDOM OF CROWN PRINCE   7. Dunia Lain

    Arion menoleh ke arah Asta seraya tersenyum lebar setelah si penjaga dinding batu menyetujui permintaanya. Binar di matanya seakan ingin mengatakan, “Lihatlah, bukankah sudah kukatakan kalau semuanya akan baik-baik saja?”Asta, yang sudah mampu kembali menguasai dirinya dari rasa terkejut setelah bertemu dengan monster yang bisa berbicara, dan lagi, yang bisa dengan begitu mudah menyetujui permintaan Arion, hanya mampu mengangkat kedua bahu dan menyeringai samar.“Bagaimanapun juga, kau adalah seorang pangeran. Dan sepertinya, makhluk itu sangat menyadari jika kau memiliki kepala sekeras batu,” ucap Asta seraya mensejajarkan diri dengan kuda Arion yang telah berjalan sedikit di depannya, lantas, menoleh ke arah Arion dengan seringai seakan tengah menertawakan diri sendiri. “Kurasa, makhluk itu hanya ingin melihat bagaimana kita menjerit kesakitan dan memohon untuk segera dibukakan pintu neraka,” lanjutnya seraya tertawa iron

  • THE WISDOM OF CROWN PRINCE   6. Izin Masuk

    Tidak ada waktu bagi Asta untuk terkejut apalagi mengagumi kemampuan Arion. Karena di detik berikutnya, mata reptil monster berwujud kadal itu bergerak-gerak dengan lubang hidung sebesar sumur yang mengembang dan mengempis seakan tengah megendus sesuatu. Lidahnya yang bercabang seketika terjulur begitu bola matanya yang besar menangkap keberadaan Arion dan Asta, lantas, sepertinya makhluk itu memutuskan bahwa keduanya adalah lalat pengganggu yang layak ia singkirkan dari pandangannya. Karena tanpa ragu, makhluk itu merangkak pelan namun pasti ke arah keduanya.Dan yang lebih buruk daripada itu, sepertinya sama sekali tak berniat menghentikan proses pengeluaran gasnya. Membuat Asta semakin pucat pasi.“Celaka! Sepertinya monster itu tengah menuju ke arah kita, Arion. Apa yang akan kita lakukan sekarang?” tanya Asta seraya menarik gagang pedangnya cepat. Manik sewarna kelabunya menatap tajam ke arah suara ranting dan dedaunan kering berkeratak terinjak.

DMCA.com Protection Status