Hujan mengguyur bumi malam itu dengan derasnya.
Seorang pria misterius berbicara kepada seorang yang lain, di tengah hujan deras mereka berbincang di dalam sebuah mobil yang terparkir di sebuah parkiran.
“Ha-haruskah kau melakukan ini kepadaku? Bukankah kita satu tim?” ucap seorang pria kepada pria misterius itu.
“Kita memang satu tim, akan tetapi hanya aku yang akan menuju ke puncak dan maaf aku harus pergi.”
JEGER! Suara petir menggelegar mengiringi kepergian orang itu, orang itu keluar dari mobil dan menghilang di tengah hujan.
15 tahun kemudian.
Seorang MC sedang berbicara di tengah aula sebuah universitas.
“Para hadirin pengikut seminar, kali ini kita akan menyambut pembicara kita yang sangat luar biasa. Beliau telah berhasil mengubah sebuah sistem, dimana selama ini negara kita cenderung hanya bergantung kepada produk produk luar negeri. Beliau melalui perusahaannya berhasil mengubah mindset bangsa kita, bahwa produk buatan dalam negeri pun tidak kalah kualitasnya dengan produk-produk buatan luar negeri. Beliau adalah CEO dari GMR Motor dan GMR Elektronik, dimana perusahaan tersebut bergerak di bidang mobil listrik dan barang elektronik lainnya seperti smartphone, laptop dan barang barang elektronik rumah tangga. Beliau melalui perusahaannya berhasil memimpin market dalam negeri dengan menjadi market leader, mengalahkan perusahaan-perusahaan raksasa asal negeri seperti Tiongkok dan Jepang. Dengan menguasai market share sebesar 65%, beliau menciptakan banyak lapangan pekerjaan, mengangkat GDP negara dan bahkan beliau menjadi calon kuat menteri ekonomi selanjutnya. Dengan umur yang masih relatif muda, yaitu sekitar 37 tahun, beliau tentu bisa menjadi inspirasi untuk kita semua bagaimana menjadi seorang CEO yang hebat seperti beliau, khususnya untuk para anak muda yang hadir di tempat ini. Tanpa berlama-lama lagi, mari kita sambut Bapak Mikael Russell, CEO of GMR Motor dan Elektronik.”
Semua orang yang berada di aula universitas negeri terbaik di Indonesia itu pun berdiri, dan menyambut kehadiran CEO itu. Dengan setelan jas dan celana bahan yang sangat fit di tubuhnya, CEO itu pun berdiri dari tempat duduknya dan membungkuk kepada rektor yang duduk disebelahnya kemudian berjalan maju ke arah panggung.
“Selamat pagi para hadirin, para mahasiswa-mahasiswi serta rektor dan dosen Universitas Bina Bangsa yang saya hormati. Mungkin anda semua bertanya-tanya bagaimana saya bisa berada di posisi saya sekarang? Apakah saya memiliki latar belakang keluarga yang kaya raya? Lalu bagaimana dengan riwayat pendidikan saya ? Apakah saya seorang lulusan universitas ternama?”
“Semua pertanyaan itu pasti ada di benak kalian sekarang. Sebelumnya saya ingin mengucapkan selamat kepada semua mahasiswa dan mahasiswi disini, karena anda berhasil masuk ke universitas terbaik di negeri ini. Berbeda dengan kalian, latar belakang pendidikan saya biasa saja, saya hanyalah seorang lulusan SMA biasa. Pada saat itu orang tua saya hanyalah seorang petani di desa, mereka tidak mempunyai cukup uang untuk menyekolahkan saya ke tingkat universitas, sehingga pada saat itu saya memutuskan untuk bekerja di bengkel mobil untuk bisa membayar kuliah saya sendiri. Ketika saya berhasil menemukan passion saya, saya memutuskan untuk keluar dari universitas tersebut dan melanjutkan mimpi saya. Pada awalnya saya hanyalah seorang anak dengan mimpi yang besar, dan saya kerap diremehkan karena hanya seorang anak petani biasa. Sampai pada akhirnya saya berhasil mewujudkan mimpi saya, dan memimpin perusahaan kecil saya, menjadi seorang CEO yang mampu mengubah perusahaan kecil menjadi perusahaan yang sangat besar. Pesan saya adalah, untuk kalian yang masih muda dan bermimpi besar lakukanlah apapun untuk mencapai mimpimu meskipun itu berarti engkau harus masuk ke dalam jurang penuh lumpur, merangkaklah tidak peduli berapa banyak lumpur yang akan mengotori tubuhmu, bangkit dan teruslah berjalan, kejar mimpi-mimpimu maka masa depan cerah akan menantimu. Dan juga jangan lupa untuk membungkam suara-suara sumbang diluar sana dengan bukti keberhasilanmu, ingat jangan pernah tersinggung dan mengeluarkan kata kata pembelaan sebelum kamu sukses. Karena pembelaanmu hanyalah akan menjadi suara bualan ditelinga mereka yang meremehkanmu, buktikanlah, majulah dan bergeraklah!”
CEO itu berbicara dengan berapi-api sekitar 1 jam lamanya sampai akhirnya dia menutup kalimatnya, dan disambut dengan tepuk tangan meriah dari seisi ruangan. Tidak sedikit yang bertepuk tangan sambil berdiri. Diapun turun dari panggung dan berjalan kearah rektor mengucapkan salam, dan izin pamit untuk pulang.
Setelah itu sang CEO berjalan menuju mobil nya, diikuti dengan beberapa pengawalnya.
“Pak Han, apa jadwal saya berikutnya?“ tanya CEO itu sambil berjalan keluar.
“Jadwal anda berikutnya adalah bertemu dengan Ketua Serikat Pekerja” jawab asistennya.
“Ada apalagi? Bukankah sudah ku suruh engkau untuk menyelesaikannya? Tidak mampukah kalian mengurus Serikat Pekerja? Haruskah aku yang turun tangan?” tanya CEO itu dengan nada tinggi.
“Sia sia aku menghabiskan uangku untuk menggaji kalian. Dasar orang-orang tidak berguna!”
CEO tersebut menuju mobil Mercy S Classnya. Dengan sigap para pengawalnya membukakan pintu untuknya, kemudian CEO itu masuk ke dalam mobil, duduk dan membakar rokoknya.
“Ke Pabrik XX” ucapnya kepada supirnya.
Dan mobilpun melaju ke Pabrik XX.
Sesampainya di sana mereka langsung disambut dengan suara protes para pekerja yang dipimpin oleh Ketua Serikat Pekerja. Mereka melakukan orasi lengkap dengan atribut khas pendemo. Tampak Ketua Serikat pekerja berdiri dengan memegang toa di atas mobil kontainer perusahaan tersebut. Sang CEO turun dari mobilnya, sekali lagi menyalakan rokok, kemudian berjalan mendekati Ketua Serikat Pekerja.
“Sudah berapa lama engkau mogok kerja?” tanya CEO tersebut.
“Sudah 3 hari” jawab Ketua Serikat Pekerja, disambut dengan tepuk tangan meriah dari para pekerja di sana.
“Oke baiklah. Pak Han! Tolong bawakan kontrak para pekerja ini.” perintah CEO tersebut kepada asistennya itu.
“Baik Pak.” ucap Pak Han.
Pak Han bergegas berjalan ke mobil dan mengambil kontrak para pekerja.
“Diam dan dengarkan. Bacakan kontrak itu Pak Han” perintahnya.
Dan Pak Han pun membacakan detail kontrak yang intinya berisi tentang tata tertib pekerja. Dimana pekerja harus bekerja dan tidak boleh alpha atau tidak bekerja tanpa alasan selama lebih dari 3 hari. Kemudian si CEO mengambil kontrak itu dan memberikan nya kepada Ketua Serikat Pekerja.
“Hari ini juga aku akan memberi engkau Surat Pemberhentian secara tidak hormat dari perusahaan, semua pesangonmu akan dibayar penuh oleh perusahaan.” ucap CEO tersebut sembari membuang rokoknya.
“Apa maksud Bapak? Bapak tidak dapat melakukan ini kepada saya, saya hanya menuntut hak kami untuk mendapat bonus dan kenaikan upah!” ujar Ketua Pekerja itu sambil berteriak.
“Engkau tau sendiri bagaimana kondisi perusahaan di tengah pandemi yang melanda negeri ini. Tuntutanmu tidak dapat kami kabulkan, terlebih lagi engkau menghasut para pekerja untuk tidak bekerja. Maka dengan berat hati kami akan memecatmu secara tidak hormat.”
“Apakah di sini ada yang ingin berhenti seperti Pak Edi?” tanya sang CEO kepada para pekerja di sana, dan tidak ada seorang pun dari mereka yang berusaha menjawab bahkan mereka hanya bisa tertunduk tidak berani menatap mata CEO itu, padahal sebelumnya mereka melakukan orasi dengan penuh semangat.
“Bagaimana mungkin engkau menjadikan pandemi sebagai tameng menghindari kewajibanmu kepada kami? Kami tau keuangan perusahaan baik-baik saja selama pandemi ini. Penjualanpun tetap stabil, tetapi mengapa engkau melakukan ini kepada kami?” teriak Ketua Serikat Pekerja sembari melempar toa nya ke arah CEO itu, tetapi sebelum toa itu mengenai sang CEO, para pengawalnya dengan sigap menarik boss mereka sehingga toa itu tidak mengenainya.
Dengan tenang CEO itu pun pergi meninggalkan Ketua Serikat Pekerja yang berlutut lemas tidak percaya atas apa yang telah menimpanya.
Dua bulan setelah insiden dengan Ketua Serikat Pekerja, CEO baru kembali dari kunjungan pabriknya di Kota xx. Beliau baru sampai di bandara dan langsung diserbu cercaan wartawan yang bertanya apakah benar rumor yang menyebutkan bahwa CEO telah semena-mena terhadap Ketua Serikat Pekerja yang menyebabkan Ketua Serikat itu harus diberhentikan dari pekerjaannya.Dengan nada santai CEO tersebut berkata kepada wartawan bahwa siapapun melanggar aturan perusahaan maka orang tersebut akan mendapat sangsi tegas dari perusahaan, dan sangsi terberatnya adalah pemutusan hubungan kerja. Menurutnya hal itu sudah sesuai dengan aturan dari perusahaan dan tidak bertentangan dengan hukum perlindungan hak pekerja karena perusahaannya membayar penuh pesangon Ketua Pekerja itu. Setelah berkata demikian diapun pergi meninggalkan wartawan kemudian masuk kedalam mobilnya.”Kita pulang ke rumah saja pak. Aku ingin istirahat dulu hari ini.” ucap CEO itu ke
“KRIIINGGG”Pagi hari menyingsing diiringi suara alarm berdering di kamar seorang CEO. Susah payah ia berusaha menggapai alarm yang berdering dan kemudian mematikannya, lalu menggeliat di ranjangnya sambil mengumpulkan nyawa yang masih tertinggal sebagian di alam mimpi.CEO itu pun bangun dan berjalan ke toilet untuk buang air kecil, mencuci muka dan menyikat giginya. Sehabis melakukan pekerjaan basah tersebut ia berjalan ke dapur, mengambil tablet kopinya dan memasukannya ke dalam mesin kopi otomatis. Sembari menunggu kopinya siap ia membuka smartphonenya untuk melihat berita hari ini dan jadwal pekerjaan yang harus ia kerjakan hari ini.‘Hari ini: Launching produk baru di Hotel XX’Begitulah isi memo yang tertera di smartphonenya.“Tit tit tit” suara mesin kopi berbunyi menandakan kopinya siap untuk diminum.Setelah mengambil kopi ia membawanya menuju balkon rumahnya, membakar rokoknya sembari meni
Tampak matahari sore itu menerangi langit sekolah membuat suasana temaram cenderung agak gelap. Saat itu Nadia berjalan santai keluar gerbang sekolah dan berbelok ke sebuah gang kecil disamping sekolah. Baru beberapa langkah saat Nadia berjalan ia melihat Adi dan teman badungnya sedang menawan Petra. Sambil memegang rokoknya anak itu menatap tajam kearah Nadia ”Heh bangsat! Liat nih temenmu bonyok kami pukulin, sekarang lu ikut kami ke atap sekolah! Atau kami akan menyudut muka si culun ini pakai rokok” Ancam Adi si anak badung “Eh lo jangan seenaknya ya, gw laporin gu..” belum selesai Nadia menyelesaikan kalimatnya tiba tiba saja Adi menjambak rambut Petra menekan pipinya sehingga lidahnya menjulur dan segera setelah lidahnya menjulur Adi pun mengarahkan rokoknya yang masih tampak menyala ke arah lidah Petra “Lihat nih kalau lu berani macam macam” hardik Adi saat itu Nadia pun berlari ke arah Adi tampak mukanya sangat marah dan kesal kepada mereka
“Di dimana aku? kenapa tubuhku terbaring disini? Apakah aku sudah mati? Tidak aku belum boleh mati tidakkkk” ucap ceo ituTampak ceo itu meratapi tubuhnya yang terbujur kaku, terlihat paramedis masih berusaha membangunkan ceo itu dengan alat picu jantung.Tetapi tiba tiba saja waktu berhenti, para dokter dan perawat yang ada disana semua tidak bergerak semua menjadi membeku. ceo itu pun kebingungan, belum selesai kebingungannya dia dikejutkan oleh suara seseorang dibelakang nya“Hallo Mikael” suara yang terdengar lembut namun terdengar mengerikan“S–siapa kamu?” Tanya ceo itu sembari mundur kebelakang karena penampilan orang itu sungguh menakutkan, dia menggunakan penutup kepala dan mukanya tidak terlihat seperti ada sesuatu cahaya yang menghalangi mukanya“Jangan takut” Aku adalah Malaikat kematian, aku adalah Shinigami“Shinigami? Apakah aku sudah mati?” Tanya ceo itu
POV: CEOHari-hari baru di tubuh anak SMA?Ya, inilah kenyataan yang harus kuhadapi sekarang. Aku merasa ada yang salah dengan tubuh ini. Tubuh ini begitu kurus dan lemah. Di tubuh ini juga terdapat beberapa bekas luka, bekas luka apa ini? Seperti bekas luka bakar terkena sundutan rokok. Sebenarnya apa yang dialami oleh anak ini? Percobaan bunuh diri? Seberat apa beban anak SMA sehingga dia harus mencoba bunuh diri?Pertanyaan demi pertanyaan merasuki pikiranku..Seperti cerita di drama saja, tidak habis pikirku. Tetapi hal ini benar terjadi. Apa mau shinigami itu kepadaku? Dan apa salahku?Kepalaku terasa begitu pening saat kulihat seseorang masuk ke dalam kamar rumah sakit tempatku dirawat.“Nak, bagaimana keadaanmu? Mama baru pulang tadi sehabis bekerja. Ini mama bawakan ayam goreng kesukaanmu, kata dokter kamu boleh makan ini.”Mama? Apakah dia mamaku?“Mungkin kepalamu masih belum sembuh benar, tapi kata
POV: CEOHari-hari baru di tubuh anak SMA?Ya, inilah kenyataan yang harus kuhadapi sekarang. Aku merasa ada yang salah dengan tubuh ini. Tubuh ini begitu kurus dan lemah. Di tubuh ini juga terdapat beberapa bekas luka, bekas luka apa ini? Seperti bekas luka bakar terkena sundutan rokok. Sebenarnya apa yang dialami oleh anak ini? Percobaan bunuh diri? Seberat apa beban anak SMA sehingga dia harus mencoba bunuh diri?Pertanyaan demi pertanyaan merasuki pikiranku..Seperti cerita di drama saja, tidak habis pikirku. Tetapi hal ini benar terjadi. Apa mau shinigami itu kepadaku? Dan apa salahku?Kepalaku terasa begitu pening saat kulihat seseorang masuk ke dalam kamar rumah sakit tempatku dirawat.“Nak, bagaimana keadaanmu? Mama baru pulang tadi sehabis bekerja. Ini mama bawakan ayam goreng kesukaanmu, kata dokter kamu boleh makan ini.”Mama? Apakah dia mamaku?“Mungkin kepalamu masih belum sembuh benar, tapi kata
“Di dimana aku? kenapa tubuhku terbaring disini? Apakah aku sudah mati? Tidak aku belum boleh mati tidakkkk” ucap ceo ituTampak ceo itu meratapi tubuhnya yang terbujur kaku, terlihat paramedis masih berusaha membangunkan ceo itu dengan alat picu jantung.Tetapi tiba tiba saja waktu berhenti, para dokter dan perawat yang ada disana semua tidak bergerak semua menjadi membeku. ceo itu pun kebingungan, belum selesai kebingungannya dia dikejutkan oleh suara seseorang dibelakang nya“Hallo Mikael” suara yang terdengar lembut namun terdengar mengerikan“S–siapa kamu?” Tanya ceo itu sembari mundur kebelakang karena penampilan orang itu sungguh menakutkan, dia menggunakan penutup kepala dan mukanya tidak terlihat seperti ada sesuatu cahaya yang menghalangi mukanya“Jangan takut” Aku adalah Malaikat kematian, aku adalah Shinigami“Shinigami? Apakah aku sudah mati?” Tanya ceo itu
Tampak matahari sore itu menerangi langit sekolah membuat suasana temaram cenderung agak gelap. Saat itu Nadia berjalan santai keluar gerbang sekolah dan berbelok ke sebuah gang kecil disamping sekolah. Baru beberapa langkah saat Nadia berjalan ia melihat Adi dan teman badungnya sedang menawan Petra. Sambil memegang rokoknya anak itu menatap tajam kearah Nadia ”Heh bangsat! Liat nih temenmu bonyok kami pukulin, sekarang lu ikut kami ke atap sekolah! Atau kami akan menyudut muka si culun ini pakai rokok” Ancam Adi si anak badung “Eh lo jangan seenaknya ya, gw laporin gu..” belum selesai Nadia menyelesaikan kalimatnya tiba tiba saja Adi menjambak rambut Petra menekan pipinya sehingga lidahnya menjulur dan segera setelah lidahnya menjulur Adi pun mengarahkan rokoknya yang masih tampak menyala ke arah lidah Petra “Lihat nih kalau lu berani macam macam” hardik Adi saat itu Nadia pun berlari ke arah Adi tampak mukanya sangat marah dan kesal kepada mereka
“KRIIINGGG”Pagi hari menyingsing diiringi suara alarm berdering di kamar seorang CEO. Susah payah ia berusaha menggapai alarm yang berdering dan kemudian mematikannya, lalu menggeliat di ranjangnya sambil mengumpulkan nyawa yang masih tertinggal sebagian di alam mimpi.CEO itu pun bangun dan berjalan ke toilet untuk buang air kecil, mencuci muka dan menyikat giginya. Sehabis melakukan pekerjaan basah tersebut ia berjalan ke dapur, mengambil tablet kopinya dan memasukannya ke dalam mesin kopi otomatis. Sembari menunggu kopinya siap ia membuka smartphonenya untuk melihat berita hari ini dan jadwal pekerjaan yang harus ia kerjakan hari ini.‘Hari ini: Launching produk baru di Hotel XX’Begitulah isi memo yang tertera di smartphonenya.“Tit tit tit” suara mesin kopi berbunyi menandakan kopinya siap untuk diminum.Setelah mengambil kopi ia membawanya menuju balkon rumahnya, membakar rokoknya sembari meni
Dua bulan setelah insiden dengan Ketua Serikat Pekerja, CEO baru kembali dari kunjungan pabriknya di Kota xx. Beliau baru sampai di bandara dan langsung diserbu cercaan wartawan yang bertanya apakah benar rumor yang menyebutkan bahwa CEO telah semena-mena terhadap Ketua Serikat Pekerja yang menyebabkan Ketua Serikat itu harus diberhentikan dari pekerjaannya.Dengan nada santai CEO tersebut berkata kepada wartawan bahwa siapapun melanggar aturan perusahaan maka orang tersebut akan mendapat sangsi tegas dari perusahaan, dan sangsi terberatnya adalah pemutusan hubungan kerja. Menurutnya hal itu sudah sesuai dengan aturan dari perusahaan dan tidak bertentangan dengan hukum perlindungan hak pekerja karena perusahaannya membayar penuh pesangon Ketua Pekerja itu. Setelah berkata demikian diapun pergi meninggalkan wartawan kemudian masuk kedalam mobilnya.”Kita pulang ke rumah saja pak. Aku ingin istirahat dulu hari ini.” ucap CEO itu ke
Hujan mengguyur bumi malam itu dengan derasnya. Seorang pria misterius berbicara kepada seorang yang lain, di tengah hujan deras mereka berbincang di dalam sebuah mobil yang terparkir di sebuah parkiran. “Ha-haruskah kau melakukan ini kepadaku? Bukankah kita satu tim?” ucap seorang pria kepada pria misterius itu. “Kita memang satu tim, akan tetapi hanya aku yang akan menuju ke puncak dan maaf aku harus pergi.” JEGER! Suara petir menggelegar mengiringi kepergian orang itu, orang itu keluar dari mobil dan menghilang di tengah hujan. 15 tahun kemudian. Seorang MC sedang berbicara di tengah aula sebuah universitas. “Para hadirin pengikut seminar, kali ini kita akan menyambut pembicara kita yang sangat luar biasa. Beliau telah berhasil mengubah sebuah sistem, dimana selama ini negara kita cenderung hanya bergantung kepada produk produk luar negeri. Beliau melalui perusahaannya berhasil mengubah mindset bangsa kita, bahwa produk buat