Share

Chapter 72

Author: Amelia Siauw
last update Last Updated: 2021-05-31 20:00:00

     Mereka pun masuk ke dalam. Istana itu tidak besar dan megah, sama sekali tak bisa dibandingkan dengan istana miliknya, namun ia memiliki daya tarik tersendiri. Aula istana tempat sang Ratu bertakhta juga sama sekali tidak megah, alih-alih demikian ia tampak sangat menarik, dengan sang Ratu duduk di pusat ruangan. 

     Melihat kedatangan Ming Shi, sang Ratu diikuti orang-orang lainnya berdiri dan menghaturkan hormat, “Selamat datang di Negeri Qi, Tuan yang Terhormat. Sungguh suatu kehormatan bagi kami dapat menerima kedatangan Anda di sini.”

     Masa mereka telah mengetahui identitas diriku? Ming Shi pun membalas penghormatan mereka. “Juga merupakan sebuah kehormatan besar bagi saya dapat bertemu dengan Paduka Ratu. Negeri Qi sangat indah, sangat damai dan tenteram, dan pula dipenuhi dengan cerdik cendekia yang pandai dan berbakat...” Ya, tentu saja mereka sangatlah pandai bila mereka benar

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • THE SON OF DESTINY   Chapter 73

    Berkat petunjuk dari Tuan Liang Junnan - lianxizhe Negeri Qi - Ming Shi tidak menemui kesulitan menemukan jalan pulang ke Han. Tetapi tidak berarti bila telah menemukan jalan pulang lantas tidak akan ada satupun masalah menghadangnya. Gangguan tersebut datang saat ia baru saja keluar dari perbatasan negeri Qi pada malam hari, dan tanpa sengaja bertemu dengan gerombolan besar pasukan Negeri Sutta. Lebih celaka lagi, pasukan itu dipimpin oleh Raja Detrin Songtsen yang sangat terkenal dengan keberanian serta ekstrimismenya. Ming Shi mengenal Detrin Songtsen, dan tentu saja Detrin Songtsen mengenal Ming Shi. Dan mereka berdua kini tengah dalam posisi berhadap-hadapan. Sebuah posisi yang sangat sulit bagi Ming Shi untuk melarikan diri. Detrin Songtsen mengamati Ming Shi dengan saksama. Ia menyeringai, “Jadi, Paduka Penguasa Han yang Agung yang menghilang tanpa sebab tempo lalu itu ternyata malah berada di sini. Padah

    Last Updated : 2021-06-02
  • THE SON OF DESTINY   Chapter 74

    “Tidak mungkin...” Ming Shi merasakan suaranya berubah parau. “Kau... Zhang Li Sha...” Si wanita membuang wajahnya ke arah yang berlawanan. Ming Shi lekas meraih pundaknya, memaksanya berbalik memandang dirinya. “Memang benar... kau memang Zhang Li Sha! Wajahmu masih sama seperti lima belas tahun yang lalu...” Wanita yang ternyata adalah Li Sha itu kini menunduk dalam-dalam. “Sungguh suatu kehormatan besar Paduka masih mengingat hamba...” Ming Shi tergugu. Ia memandang wanita yang lima belas tahun yang lalu telah meninggalkan kesan masa lalu teramat dalam baginya. Berbagai perasaan berkecamuk menguasai pikirannya. Marah, benci, sedih, sakit hati... seharusnya ia melakukan sesuatu terhadap wanita itu untuk membalaskan seluruh sakit hatinya. Alih-alih demikian, sesuatu seakan menahannya. Ia pun hanya bisa memandang dalam diam wajah yang telah dewasa namun masih nampak polos bagaikan anak

    Last Updated : 2021-06-04
  • THE SON OF DESTINY   Chapter 75

    Rasa sakit yang amat sangat memutus seluruh indera He Xian, ia seolah terpenjara dalam dunia gelap gulita, meski samar-samar ia masih dapat mengetahui apa yang terjadi di dunia nyata. Sesekali, ia mendengar suara beberapa orang, berbicara sepatah dua patah di dekatnya. “ ... sangat gawat... lukanya sangat parah...” “ ... bila ia cepat mendapat pertolongan, mungkin nyawanya bisa diselamatkan...” “ ... He Xian! Kau tak boleh mati!...” Selanjutnya tidak ada lagi yang bisa didengarnya, karena ia telah kehilangan kesadarannya. Entah sudah berapa lama ia pingsan, ia tak tahu. Sampai akhirnya, ketika ia membuka kelopak matanya, dilihatnya sinar mentari pagi tengah membias ke wajahnya. Karena silau, ia mengerjap-ngerjapkan matanya. “He Xian! Syukurlah, kau akhirnya siuman!” Min-Hwa menghampirinya,

    Last Updated : 2021-06-08
  • THE SON OF DESTINY   Chapter 76

    “Memang sangat sulit. Tidak apa, kau bisa mencobanya lagi.” He Xian menarik nafas dalam-dalam beberapa kali, pun kembali memejamkan mata dan melakukan semadi. Kilas-kilas balik tersebut kembali mengganggu pikirannya. He Xian mencoba tidak mengacuhkannya. Tapi bukannya menghilang, kilasan-kilasan itu malah semakin banyak. Dan bahkan mulai tampak adegan lain yang - ia tahu itu belum tentu nyata - namun sangat mengganggu pikirannya. Adegan tersebut memperlihatkan ayahnya dan ibunya tengah berlutut meminta pengampunan dari Ming Shi, namun kaisar muda itu malah menyuruh pengawalnya mencambuk dan mencabik-cabik tubuh mereka. Mereka menjerit-jerit kesakitan, dan Ming Shi hanya berkata, “Lebih keras! Supaya mereka menderita dulu sebelum mati!”.... “He Xian! Bukankah sudah kubilang untuk menjernihkan pikiranmu? Kenapa kau malah memikirkan kebencian yang lebih daripada sebelumnya?” He Xian

    Last Updated : 2021-06-10
  • THE SON OF DESTINY   Chapter 77

    Xing Long berbalik. Min-Hwa tengah berdiri di belakangnya. “Ada apa, Nona Min-Hwa? Kau tampak cemas?” “Kalian berlatih terlalu lama di sini, sampai-sampai tidak tahu keadaan di luar sana.” “Ya, kami memang terlalu berkonsentrasi pada latihan kami, selain memang karena tempat ini terputus dengan dunia luar. Memangnya apa yang tengah terjadi sekarang?” “Sementara ini belum terlalu parah. Sutta merasakan ancaman yang sama dengan Tukhestan, karena ternyata mereka bermaksud mengkudeta Kaisar Han namun penyerangan mereka gagal total. Jadi mereka pun bersekutu, serta berhasil menarik Chang bergabung dengan mereka, membentuk Aliansi Tiga Negara.” Sorot mata Min-Hwa berubah muram, ia mengalihkan pandangannya menatap langit malam. “Pembentukan aliansi ini memancing kemarahan Han, mereka menganggap tiga negar

    Last Updated : 2021-06-12
  • THE SON OF DESTINY   Chapter 78

    Melihat He Xian terpekur, si orang asing lantas menurunkan sedikit kerudungnya. “Saya adalah Letnan Xiang, bekas bawahan Anda. Tentunya Anda masih mengingat saya, bukan?” He Xian berjengit. Ia sontak mencabut pedang di pinggangnya. “Mau apa kau datang ke sini?!?” “Tuan mohon jangan marah. Saya hanya ingin berbicara dengan Anda, empat mata.” “Kalau kau hanya ingin membujukku menyerah kepada kalian, jangan harap aku sudi melakukannya!” “Bukan itu maksud kami, Tuan. Kami justru menginginkan Anda bekerja kembali pada Han...” “Aku tidak berniat mengabdikan diriku pada orang yang telah membantai seluruh keluargaku!” “Dan izinkan saya memberitahukan Anda satu kenyataan; bukan Yang Mulia Kaisar yang ingin menghukum mati keluarga Anda.

    Last Updated : 2021-06-14
  • THE SON OF DESTINY   Chapter 79

    Jarak dari Tukhestan menuju Pheu Kam sangat jauh. Dibutuhkan lima hari perjalanan untuk sampai di perbatasan terluar Pheu Kam, dan mereka masih harus menempuh setengah hari lagi untuk dapat tiba di Reab Siem. Reab Siem merupakan sebuah desa kecil yang sangat tenang dan tenteram. Juga, kalau dalam keadaan biasa, He Xian dan Min-Hwa pastilah akan sangat tertarik melihat kebudayaan masyarakat Pheu Kam, yang sangat kontras baik dengan Han, Ming, Yeong-Shan apalagi Tukhestan. Mereka juga merasakan cuaca di Pheu Kam ini lebih panas dan lembab. “Pheu Kam berbeda dengan negeri bagian lainnya. Musim dingin di sini sangatlah nyaman, bahkan boleh dikatakan mereka tidak memiliki musim dingin karena cuaca terdingin mereka sama dengan musim semi di tempat kita. Makanya kalian lihat pakaian mereka tipis-tipis, bukan? Ohya, di sini juga terdapat banyak aneka tumbuhan dan fauna yang hanya bisa hidup di iklim Pheu K

    Last Updated : 2021-06-16
  • THE SON OF DESTINY   Chapter 80

    Rithisak menghirup nafas dalam-dalam dan menyemburkannya tepat ke arah Xing Long. Pemuda itu segera mengerahkan kekuatan chi miliknya. Dua kekuatan serta merta saling berbenturan dan mengadu satu sama lain. Keadaan mereka berdua sekarang sama sekali tidak kelihatan seperti tengah bertarung, karena mereka hanya berdiri diam mematung. Keduanya seakan tengah terhisap ke dalam sebuah dimensi lain dan bertarung di dalam sana. Angin semilir berhembus, waktu pun berlalu, tetapi masih tidak ada perubahan - bahkan sekecil apapun - yang ditampakkan mereka berdua. Dari kejauhan, He Xian dan Min-Hwa memperhatikan duel kedua orang itu dengan perasaan ngeri. Min-Hwa mengangkat pedangnya berniat menyerang Rithisak ketika He Xian menahan lengannya. “Lepaskan aku, He Xian!” Min-Hwa mencoba mengibaskan lengannya. “Kau tidak lihat Guru Xing Long tengah didesak oleh penyihir hitam itu?! Kita harus menolong

    Last Updated : 2021-06-18

Latest chapter

  • THE SON OF DESTINY   Chapter 96

    “Run... Xiang...” Ming Shi bergumam lemah. “Juga... Yan Xu... kurasa aku tak akan bisa bertahan di dunia ini lebih lama...” “Kakanda! Jangan berkata seperti itu! Tabib akan dapat menyembuhkan luka Anda!...” Yan Xu menjerit histeris, sementara He Xian dan Sekretaris Li memandang Ming Shi dengan lesu. Luka di tubuhnya sudah terlalu parah untuk dapat disembuhkan. Nyawanya tak mungkin diselamatkan. “Percuma saja Yan Xu...”M ing Shi menatap Yan Xu lekat-lekat. “Aku hanya menyesalkan satu hal, mengapa aku tidak diperbolehkan berada di dunia ini lebih lama. Aku masih belum sempat membahagiakan permaisuri yang aku cintai...” Yan Xu tergugu. Selama ini tidak pernah ia mendengar Ming Shi mengatakan bahwa pria itu mencintainya. Jangankan itu, pria itu bahkan tidak pernah memujinya cantik seperti yang lumrah dilakukan seorang pria terhadap kekasihnya. Mendadak, ia merasa limbung luar bi

  • THE SON OF DESTINY   Chapter 95

    Putri Chang menyentak sinar setar, begitu keras dan mengejutkan hingga membangkitkan suatu sengatan yang secepat kilat menstimulasi otak He Xian. Senyum sang putri mengembang. Ia telah berhasil memengaruhi He Xian sepenuhnya, dan pemuda itu akan mengangkat pedangnya untuk selanjutnya menyerang Ming Shi. “Kalian salah. Hatiku tidak lagi menyimpan kebencian dan dendam terhadap Kaisar Han. Dan itu jauh lebih baik. Dendam bagaikan kumpulan api yang panas membakar, belum tentu kalian berhasil meluapkannya, namun kobaran api tersebut sudah pasti melukai diri kalian sendiri. Dengan membuang kobaran api tersebut, aku menghentikan melukai diriku sendiri.” He Xian berkata bijaksana. “Aku tahu Tuhan menciptakan aku ke dunia ini bukan untuk mewujudkan misi negatif. Melainkan untuk mewujudkan sebuah misi positif dengan mengalahkan rintangan berupa hasrat negatif. Begitu juga dengan kalian. Singkirkanlah semua kebencian kalian, dan

  • THE SON OF DESTINY   Chapter 94

    Mangkuk tersebut kini berada dekat sekali dengan tangan Ming Shi. Si wanita menyentak halus, dan Ming Shi mulai mengangkat mangkuk itu, siap meminumnya. TSRATTT! Lontaran panah secepat kilat menjatuhkan mangkuk beracun tersebut. Si wanita berbalik, siap membuat perhitungan pada orang yang berani mengacaukan pekerjaannya yang nyaris rampung itu. “Siapa kau?!” Ia berseru marah. Di saat bersamaan Ming Shi juga tersadar sepenuhnya dari hipnotis si wanita. “Sun He Xian dan Run Xiang?!” serunya. “Juga... Yan Xu! Bagaimana kalian bisa ada di sini?!” He Xian dan Sekretaris Li menghaturkan hormat, “Berkat Yang Mulia Permaisuri, Yang Mulia, beliaulah yang mendapatkan firasat Anda tengah mengalami bahaya. Dan syukurlah, rupanya kami datang tepat pada waktunya. Anda nyaris saja membunuh diri Anda sendiri!” &

  • THE SON OF DESTINY   Chapter 93

    Mereka telah merencanakan akan mengadakan di bawah pohon willow raksasa ini. Dua orang telah berdiri di sana, menunggu dengan tak sabar orang ketiga yang tak kunjung datang. “Mengapa ia lama sekali datang?” si wanita berseru tak sabar. “Apa dia lupa kalau hari ini kita akan mengadakan pertemuan di sini?” Si pria menenangkan. “Tidak mungkin, Putri. Dia pastilah sedang sibuk, bagaimanapun dia adalah kepala kasim di istana ini.” “Huh, dia baru seorang kasim, sedangkan kau Menantu Raja!” “Aku bukanlah Menantu Raja dengan gelar resmi, Putri... Pernikahan kita hanya beratapkan sinar rembulan di dalam hutan...” “Bagaimanapun juga kau menikah denganku yang merupakan seorang putri!” ujar si wanita berapi-api. “Kau tidak seharusnya merendahkan diri seperti itu, ap

  • THE SON OF DESTINY   Chapter 92

    Mulanya Yan Xu bingung melihat jumlah pengawal Istana Barat bertambah dua kali lipat, pula mendapati He Xian dan San Jin kini ganti mengiringinya ke mana-mana. Ming Shi sendiri pun selalu datang menemaninya tepat setelah pria itu menyelesaikan tugasnya di istana. “Apa kalian mau mengatakan si pembunuh kini ganti mengincarku?” tanyanya pada He Xian, yang menjawab, “Kami tidak tahu, Yang Mulia. Tetapi para selir telah mendapatkan pengawalan yang aman, sementara Anda tidak sama sekali, padahal Anda adalah permaisuri.” Yan Xu melengos. “Aku tidak apa-apa, kalian sama sekali tidak perlu mengkhawatirkanku. Apa kau tak tahu Tuan Sun, aku kan pernah membunuh Khan Khanate! Jadi si pelaku tentunya bukan tandinganku!” Ia berseloroh. “Ohya, tentu saja kau tak tahu. Kau kan tengah menuju negeri Qi saat itu.” Walaupun Yan Xu mencoba bergu

  • THE SON OF DESTINY   Chapter 91

    Secara tak terduga Min-Hwa melintas di hadapan mereka. He Xian terpana. Min-Hwa kini nampak sangat feminim dan gemulai, dan jauh lebih cantik, dengan sorot matanya yang sendu dan sayu. Gadis itu sendiri juga melihat He Xian. Mulutnya pun membuka, “He Xian!...” Min-Hwa tak sempat melanjutkan kata-katanya; Ming Shi telah menotok jalur energi pada gadis itu. Ia segera terkulai lemas sementara pria itu segera merengkuhnya, sangat mesra. “Kaulihat, Sun He Xian. Aku sangat mencintai selirku, termasuk dia yang dulu pernah melawanku,” Ia berujar, jari-jari tangannya kini sibuk membelai-belai wajah Min-Hwa. “Bukankah dia merupakan rekan sejawatmu yang terbaik? Dia selalu membantumu dan menyertaimu, benar kan? Sekarang, ia bersedia menyerahkan dirinya menjadi milikku. Tidakkah kau membencinya? Tidakkah kau membenciku, yang telah merenggut orang yang kausayangi darimu?” Ming Shi menata

  • THE SON OF DESTINY   Chapter 90

    Mau tak mau He Xian merasa heran juga. Sama sekali tidak melintas gejolak kemarahan dalam benaknya saat bertatap muka dengan Ming Shi tadi. Seakan semua dendam dan kemarahannya telah menguap habis tanpa sisa sedikitpun. Bagaimanapun, cerita Li Sha mengenai masa lalu Ming Shi memang telah mengubah total pandangannya akan sang kaisar, pula kehidupannya di Qi selama dua tahun ditambah pengalamannya membantu sesama semakin menguatkan tekadnya. Bahwa apa yang mampu membuatnya bahagia bukanlah menang atas musuhnya dan membalaskan dendamnya, atau mewujudkan keinginannya yang berdasar nafsu duniawi semata. Bahwa jika kita dapat melakukan panggilan terpendam hati kita, serta membuat orang di sekitar kita merasa bahagia, itu semualah yang akan memberikan kita kebahagiaan yang sesungguhnya. Karena landasan pikiran itulah mungkin, maka He Xian sama sekali tidak merasa marah ataupun dendam saat berhadapan dengan Ming Shi. Malah, raut kegelisahan san

  • THE SON OF DESTINY   Chapter 89

    He Xian sangat terkejut saat mendapati para utusan Han mendatangi pemondokan tempat ia tengah berceramah. Walaupun ia telah menyiapkan batin dari jauh hari sebelumnya, ternyata tetap saja ia masih menyimpan trauma dan ketakutan saat menghadapi mereka. Bahkan kakinya nyaris berderap melarikan diri ketika batinnya mencelos, Bukankah misi utamaku adalah mengubah pola pikir Kaisar Han? Sekarang pihak istana mencariku, ini menandakan aku punya kesempatan untuk mewujudkan misiku. Maka iapun tetap berdiri di tempatnya, dengan tenang menyambut mereka semua. “Selamat datang Tuan-Tuan sekalian, ada yang bisa saya lakukan untuk Anda?” Di pihak lain, Sekretaris Li tidak kalah terkejut. Ternyata Sang Guru Besar adalah Sun He Xian. Sang sekretaris negara merutuk dalam hati. Kalau begini, keadaannya bisa menyulitkan. Dan ia apatis Ming Shi mau menerima si pemuda jangan-jangan malah sang kaisar aka

  • THE SON OF DESTINY   Chapter 88

    Diawali dengan kematian salah seorang selir di harem paling terkucil. Para pelayan menemukan mayat gadis itu mengapung di atas kolam teratai taman istana pada pagi hari. Menurut pemeriksaan, selir tersebut mati atas dasar kemauannya sendiri - ia menggores pembuluh nadi besar di pergelangan tangannya sebelum menjatuhkan dirinya ke dalam kolam. Pisau pembunuh ditemukan di tepi kolam. Dan segalanya terjadi begitu cepat. Dalam seminggu tiba-tiba saja telah ada tiga selir lain yang bunuh diri, dan jumlah kematian para selir itu meningkat di minggu berikutnya. Kini, telah ada lebih dari selusin selir yang mati bunuh diri sementara alasan di balik tindakan mereka masih belum tersingkap. “Yang mengherankan, jika mereka bunuh diri atas kehendak sendiri, seharusnya gelagat nereka telah terlihat pada hari-hari sebelumnya. Akan tetapi, tidak terlihat sama sekali kesedihan dalam raut wajah mereka. Bahkan menurut para

DMCA.com Protection Status