Rithisak menghirup nafas dalam-dalam dan menyemburkannya tepat ke arah Xing Long. Pemuda itu segera mengerahkan kekuatan chi miliknya. Dua kekuatan serta merta saling berbenturan dan mengadu satu sama lain.
Keadaan mereka berdua sekarang sama sekali tidak kelihatan seperti tengah bertarung, karena mereka hanya berdiri diam mematung. Keduanya seakan tengah terhisap ke dalam sebuah dimensi lain dan bertarung di dalam sana. Angin semilir berhembus, waktu pun berlalu, tetapi masih tidak ada perubahan - bahkan sekecil apapun - yang ditampakkan mereka berdua. Dari kejauhan, He Xian dan Min-Hwa memperhatikan duel kedua orang itu dengan perasaan ngeri. Min-Hwa mengangkat pedangnya berniat menyerang Rithisak ketika He Xian menahan lengannya.
“Lepaskan aku, He Xian!” Min-Hwa mencoba mengibaskan lengannya. “Kau tidak lihat Guru Xing Long tengah didesak oleh penyihir hitam itu?! Kita harus menolong
Semuanya berlalu bagaikan kilat, cepat datang dan cepat berganti. Kilas demi kilas ia lompati dan lewati, begitu cepatnya hingga ia tak ingat lagi adegan apa saja yang telah ia saksikan. Segalanya seolah berlarian tak menentu, tak dapat digapai namun selalu berusaha menyergapnya. Keindahan berganti dengan kesedihan, dan kesedihan berlanjut dengan penderitaan. Ia tak tahan lagi. Ia harus keluar dari semua ini. Kelopak mata He Xian mengerjap. Ternyata ia masih hidup. Ia lantas mencoba menggerakkan tubuhnya, namun rasa sakit yang amat sangat segera menyerangnya bertubi-tubi. Ia lantas mengedarkan pandangan memantau kondisi tubuhnya. Ia terhenyak. Luka goresan berdarah silang-menyilang memenuhi seluruh permukaan tubuhnya. Pastilah ia telah tergores bebatuan tajam. Daun telinganya dengan cepat kembali berfungsi, ia dapat mendengar suara deburan air di dekatnya. Dengan susah payah ia menga
He Xian berjalan gontai, terseok-seok menyusuri jalan besar kota Yang Luo. Walau jalan tersebut amat ramai, namun ia merasakan kesepian yang amat sangat. Hatinya kosong, dan sangat pedih. Langkahnya juga sangat oleng, berkali-kali ia menabrak orang yang langsung memaki-makinya. Namun kesedihan seolah menulikan indera pendengarannya, ia terus saja melangkah tanpa meladeni makian orang-orang itu. Ia berjalan tiada henti. Sekarang ia telah meninggalkan kota Yang Luo, dan berada di pesisir pantai yang sepi. Ia tak tahu telah berapa lama ia melangkah, yang ia ketahui hanyalah langit kini telah berubah warna menjadi jingga kemerahan. Mentari senja berada di batas cakrawala antara langit dan samudera, siap tenggelam masuk ke dasar laut. Warna sang mentari begitu merah bagaikan darah. Langit menebarkan campuran warna antara merah, jingga, biru dan ungu kehitaman, membentuk perpaduan warna amat sendu dan semakin menambah kegalauan hati He Xian.
Li Sha mengangguk. “Tuan bernama Sun He Xian. Dahulu adalah Menteri Kiri negeri Han, namun Tuan membelot kepada Kaisar Anda dan berusaha melawannya, bahkan sampai saat ini...” He Xian mendesah keras. “Saya... saya sudah tak ingin melawannya lagi. Memang benar apa yang Guru katakan, tidak ada gunanya melawannya...” Li Sha memandang lekat-lekat wajah He Xian yang kini dirundung frustrasi tersebut, berkata perlahan, “Guru Anda memang benar, Tuan. Pendapatnya sama dengan pendapat Ratu kami. Jangan membalas kebencian dengan kebencian karena akan menimbulkan lingkaran setan yang tak berkesudahan. Dan khusus untuk Anda, Langit tak mengizinkan Anda melakukan sesuatu didasarkan nafsu gelap semata. Anda tidak akan pernah diizinkan berhasil bila apa yang melandasi perbuatan Anda adalah nafsu kotor setan - tentunya termasuk kemarahan dan kebencian.” Genggaman
Setelah ia melarikan diri dari Shui, ia pergi ke negeri Wu. Di sana ia melalui kehidupan yang cukup tenang dan damai. Kemudian ia bertemu dengan seorang puteri yang sangat cantik. Puteri itu tengah terluka parah. Li Sha yang mengerti perihal penyembuhan herbal segera mampu menyembuhkannya. Terkesan akan kemampuan Li Sha, sang puteri memintanya untuk menjadi pengikutnya. Li Sha seakan mendapat penghargaan yang sangat besar - apalagi ketika diketahuinya bahwa sang puteri ternyata adalah isteri dari Putera Mahkota Wu. Kedua pasangan itu juga memperlakukan Li Sha dengan sangat baik, Li Sha merasa bahagia sekali. Dan tibalah hari penaklukan itu. Pasukan Han bergerak secepat kilat, para penghuni istana Wu tidak memiliki kesempatan untuk melarikan diri, kecuali sang putera mahkota yang sebelumnya telah menyamar menjadi kasim. Tetapi selebihnya mereka semua tertangkap. Puteri Hua Mei justru tertangkap paling cepat. Pe
Tapi ia tidak yakin apakah ia perlu menceritakan perihal ini kepada He Xian, karenanya ia hanya terdiam memandang pemuda itu yang kini berujar perlahan, “Saya sungguh tak menyangka masa lalu Kaisar Han seperti itu... Sungguh kasihan...” Li Sha mengamati He Xian. “Anda memiliki hati yang sangat baik, yang sama persis dengan Ming Shi yang dulu. Mungkin itu pulalah alasan mengapa ia sangat mempercayai dan menyukai Anda. Tapi kini Anda mengkhianatinya, bahkan melawannya. Anda tahu, dia selalu dikhianati, dijauhi serta dipandang aneh oleh orang-orang sekitarnya. Karenanya, perlakuan Anda padanya ini pasti akan membawa sakit hati yang luar biasa baginya. Dan ia bukan seseorang yang toleran dengan siapapun yang membenci dan melawannya.” Dalam keadaan biasa, He Xian pasti akan mencari segudang pembelaan diri untuk mematahkan argumen Li Sha yang condong membela Ming Shi itu. Bagaimanapun ia tidak melakukannya. Kisah
Apa yang dikatakan Li Sha memang sangat tepat. Ming Shi masih tetap tak mampu menghilangkan luka batin dalam hatinya, walaupun telah lewat dua tahun semenjak Ratu Qi menurunkan ramalannya. Berkat kepandaian dan ketekunannya, ia berhasil memajukan negerinya hingga mencapai titik yang tak akan pernah mampu dicapai oleh orang-orang lainnya, tetapi ia tidak pernah menikmati hasil kerja kerasnya itu. Karena ia sendiri memang tidak berusaha untuk menikmatinya. Ia hanya terobsesi untuk memperbesar impiannya, tapi selalu ada saja yang terasa kurang dan perlu ditingkatkan sehingga ia akan terus bekerja tanpa henti untuk menutupi kekurangan tersebut. Betapapun, Ming Shi menepati janjinya untuk tidak menelantarkan putera-puterinya. Sesibuk apapun hari-harinya, ia tetap berusaha meluangkan waktu dan memperhatikan mereka. Sekarang ia telah memiliki dua putera dan seorang puteri. Ia memperhatikan mereka tanpa membeda-bedakan yang satu dengan y
Tetapi ternyata melarikan diri dari kata-kata pria itu jauh lebih sulit dari melarikan diri darinya. “Anda merasa terajana dengan perlakuan Yang Mulia... Anda memiliki motif...” Aku memang membencinya. Sangat membencinya! Tetapi apakah mereka tahu mengapa aku membencinya? Ah... tapi mereka menebaknya dengan sangat tepat. Ia membuatku tersiksa dengan ketidakjelasan sikapnya. Dua malam selanjutnya ia tidak mampu tidur. Hari-hari yang ia lalui dengan kegelisahan dan kekhawatiran amat sangat. Selalu terlintas dalam mimpinya, Ming Shi yang berhasil disekap dan dibantai habis oleh musuh-musuh yang mendendamnya, dan bila kekacauan mimpinya mencapai puncaknya, ia pasti terbangun dalam keadaan menjerit dan sekujur tubuh berkeringat dingin. Karenanya, tentu saja ia sangat gembira saat bertemu kembali dengan suaminya itu. Bahkan rasa kasih sayang mem
Diawali dengan kematian salah seorang selir di harem paling terkucil. Para pelayan menemukan mayat gadis itu mengapung di atas kolam teratai taman istana pada pagi hari. Menurut pemeriksaan, selir tersebut mati atas dasar kemauannya sendiri - ia menggores pembuluh nadi besar di pergelangan tangannya sebelum menjatuhkan dirinya ke dalam kolam. Pisau pembunuh ditemukan di tepi kolam. Dan segalanya terjadi begitu cepat. Dalam seminggu tiba-tiba saja telah ada tiga selir lain yang bunuh diri, dan jumlah kematian para selir itu meningkat di minggu berikutnya. Kini, telah ada lebih dari selusin selir yang mati bunuh diri sementara alasan di balik tindakan mereka masih belum tersingkap. “Yang mengherankan, jika mereka bunuh diri atas kehendak sendiri, seharusnya gelagat nereka telah terlihat pada hari-hari sebelumnya. Akan tetapi, tidak terlihat sama sekali kesedihan dalam raut wajah mereka. Bahkan menurut para
“Run... Xiang...” Ming Shi bergumam lemah. “Juga... Yan Xu... kurasa aku tak akan bisa bertahan di dunia ini lebih lama...” “Kakanda! Jangan berkata seperti itu! Tabib akan dapat menyembuhkan luka Anda!...” Yan Xu menjerit histeris, sementara He Xian dan Sekretaris Li memandang Ming Shi dengan lesu. Luka di tubuhnya sudah terlalu parah untuk dapat disembuhkan. Nyawanya tak mungkin diselamatkan. “Percuma saja Yan Xu...”M ing Shi menatap Yan Xu lekat-lekat. “Aku hanya menyesalkan satu hal, mengapa aku tidak diperbolehkan berada di dunia ini lebih lama. Aku masih belum sempat membahagiakan permaisuri yang aku cintai...” Yan Xu tergugu. Selama ini tidak pernah ia mendengar Ming Shi mengatakan bahwa pria itu mencintainya. Jangankan itu, pria itu bahkan tidak pernah memujinya cantik seperti yang lumrah dilakukan seorang pria terhadap kekasihnya. Mendadak, ia merasa limbung luar bi
Putri Chang menyentak sinar setar, begitu keras dan mengejutkan hingga membangkitkan suatu sengatan yang secepat kilat menstimulasi otak He Xian. Senyum sang putri mengembang. Ia telah berhasil memengaruhi He Xian sepenuhnya, dan pemuda itu akan mengangkat pedangnya untuk selanjutnya menyerang Ming Shi. “Kalian salah. Hatiku tidak lagi menyimpan kebencian dan dendam terhadap Kaisar Han. Dan itu jauh lebih baik. Dendam bagaikan kumpulan api yang panas membakar, belum tentu kalian berhasil meluapkannya, namun kobaran api tersebut sudah pasti melukai diri kalian sendiri. Dengan membuang kobaran api tersebut, aku menghentikan melukai diriku sendiri.” He Xian berkata bijaksana. “Aku tahu Tuhan menciptakan aku ke dunia ini bukan untuk mewujudkan misi negatif. Melainkan untuk mewujudkan sebuah misi positif dengan mengalahkan rintangan berupa hasrat negatif. Begitu juga dengan kalian. Singkirkanlah semua kebencian kalian, dan
Mangkuk tersebut kini berada dekat sekali dengan tangan Ming Shi. Si wanita menyentak halus, dan Ming Shi mulai mengangkat mangkuk itu, siap meminumnya. TSRATTT! Lontaran panah secepat kilat menjatuhkan mangkuk beracun tersebut. Si wanita berbalik, siap membuat perhitungan pada orang yang berani mengacaukan pekerjaannya yang nyaris rampung itu. “Siapa kau?!” Ia berseru marah. Di saat bersamaan Ming Shi juga tersadar sepenuhnya dari hipnotis si wanita. “Sun He Xian dan Run Xiang?!” serunya. “Juga... Yan Xu! Bagaimana kalian bisa ada di sini?!” He Xian dan Sekretaris Li menghaturkan hormat, “Berkat Yang Mulia Permaisuri, Yang Mulia, beliaulah yang mendapatkan firasat Anda tengah mengalami bahaya. Dan syukurlah, rupanya kami datang tepat pada waktunya. Anda nyaris saja membunuh diri Anda sendiri!” &
Mereka telah merencanakan akan mengadakan di bawah pohon willow raksasa ini. Dua orang telah berdiri di sana, menunggu dengan tak sabar orang ketiga yang tak kunjung datang. “Mengapa ia lama sekali datang?” si wanita berseru tak sabar. “Apa dia lupa kalau hari ini kita akan mengadakan pertemuan di sini?” Si pria menenangkan. “Tidak mungkin, Putri. Dia pastilah sedang sibuk, bagaimanapun dia adalah kepala kasim di istana ini.” “Huh, dia baru seorang kasim, sedangkan kau Menantu Raja!” “Aku bukanlah Menantu Raja dengan gelar resmi, Putri... Pernikahan kita hanya beratapkan sinar rembulan di dalam hutan...” “Bagaimanapun juga kau menikah denganku yang merupakan seorang putri!” ujar si wanita berapi-api. “Kau tidak seharusnya merendahkan diri seperti itu, ap
Mulanya Yan Xu bingung melihat jumlah pengawal Istana Barat bertambah dua kali lipat, pula mendapati He Xian dan San Jin kini ganti mengiringinya ke mana-mana. Ming Shi sendiri pun selalu datang menemaninya tepat setelah pria itu menyelesaikan tugasnya di istana. “Apa kalian mau mengatakan si pembunuh kini ganti mengincarku?” tanyanya pada He Xian, yang menjawab, “Kami tidak tahu, Yang Mulia. Tetapi para selir telah mendapatkan pengawalan yang aman, sementara Anda tidak sama sekali, padahal Anda adalah permaisuri.” Yan Xu melengos. “Aku tidak apa-apa, kalian sama sekali tidak perlu mengkhawatirkanku. Apa kau tak tahu Tuan Sun, aku kan pernah membunuh Khan Khanate! Jadi si pelaku tentunya bukan tandinganku!” Ia berseloroh. “Ohya, tentu saja kau tak tahu. Kau kan tengah menuju negeri Qi saat itu.” Walaupun Yan Xu mencoba bergu
Secara tak terduga Min-Hwa melintas di hadapan mereka. He Xian terpana. Min-Hwa kini nampak sangat feminim dan gemulai, dan jauh lebih cantik, dengan sorot matanya yang sendu dan sayu. Gadis itu sendiri juga melihat He Xian. Mulutnya pun membuka, “He Xian!...” Min-Hwa tak sempat melanjutkan kata-katanya; Ming Shi telah menotok jalur energi pada gadis itu. Ia segera terkulai lemas sementara pria itu segera merengkuhnya, sangat mesra. “Kaulihat, Sun He Xian. Aku sangat mencintai selirku, termasuk dia yang dulu pernah melawanku,” Ia berujar, jari-jari tangannya kini sibuk membelai-belai wajah Min-Hwa. “Bukankah dia merupakan rekan sejawatmu yang terbaik? Dia selalu membantumu dan menyertaimu, benar kan? Sekarang, ia bersedia menyerahkan dirinya menjadi milikku. Tidakkah kau membencinya? Tidakkah kau membenciku, yang telah merenggut orang yang kausayangi darimu?” Ming Shi menata
Mau tak mau He Xian merasa heran juga. Sama sekali tidak melintas gejolak kemarahan dalam benaknya saat bertatap muka dengan Ming Shi tadi. Seakan semua dendam dan kemarahannya telah menguap habis tanpa sisa sedikitpun. Bagaimanapun, cerita Li Sha mengenai masa lalu Ming Shi memang telah mengubah total pandangannya akan sang kaisar, pula kehidupannya di Qi selama dua tahun ditambah pengalamannya membantu sesama semakin menguatkan tekadnya. Bahwa apa yang mampu membuatnya bahagia bukanlah menang atas musuhnya dan membalaskan dendamnya, atau mewujudkan keinginannya yang berdasar nafsu duniawi semata. Bahwa jika kita dapat melakukan panggilan terpendam hati kita, serta membuat orang di sekitar kita merasa bahagia, itu semualah yang akan memberikan kita kebahagiaan yang sesungguhnya. Karena landasan pikiran itulah mungkin, maka He Xian sama sekali tidak merasa marah ataupun dendam saat berhadapan dengan Ming Shi. Malah, raut kegelisahan san
He Xian sangat terkejut saat mendapati para utusan Han mendatangi pemondokan tempat ia tengah berceramah. Walaupun ia telah menyiapkan batin dari jauh hari sebelumnya, ternyata tetap saja ia masih menyimpan trauma dan ketakutan saat menghadapi mereka. Bahkan kakinya nyaris berderap melarikan diri ketika batinnya mencelos, Bukankah misi utamaku adalah mengubah pola pikir Kaisar Han? Sekarang pihak istana mencariku, ini menandakan aku punya kesempatan untuk mewujudkan misiku. Maka iapun tetap berdiri di tempatnya, dengan tenang menyambut mereka semua. “Selamat datang Tuan-Tuan sekalian, ada yang bisa saya lakukan untuk Anda?” Di pihak lain, Sekretaris Li tidak kalah terkejut. Ternyata Sang Guru Besar adalah Sun He Xian. Sang sekretaris negara merutuk dalam hati. Kalau begini, keadaannya bisa menyulitkan. Dan ia apatis Ming Shi mau menerima si pemuda jangan-jangan malah sang kaisar aka
Diawali dengan kematian salah seorang selir di harem paling terkucil. Para pelayan menemukan mayat gadis itu mengapung di atas kolam teratai taman istana pada pagi hari. Menurut pemeriksaan, selir tersebut mati atas dasar kemauannya sendiri - ia menggores pembuluh nadi besar di pergelangan tangannya sebelum menjatuhkan dirinya ke dalam kolam. Pisau pembunuh ditemukan di tepi kolam. Dan segalanya terjadi begitu cepat. Dalam seminggu tiba-tiba saja telah ada tiga selir lain yang bunuh diri, dan jumlah kematian para selir itu meningkat di minggu berikutnya. Kini, telah ada lebih dari selusin selir yang mati bunuh diri sementara alasan di balik tindakan mereka masih belum tersingkap. “Yang mengherankan, jika mereka bunuh diri atas kehendak sendiri, seharusnya gelagat nereka telah terlihat pada hari-hari sebelumnya. Akan tetapi, tidak terlihat sama sekali kesedihan dalam raut wajah mereka. Bahkan menurut para