Xing Long terdiam sebentar.
“Dia... orang yang sangat sulit. Sejujurnya, aku sangat heran ada orang yang bisa bertahan hidup dengan menyimpan chi seperti itu.”
Alis He Xian berkerut. “Maaf Guru, murid tak mengerti...”
Xing Long hanya menggeleng sepintas dan mengalihkan pandangan dari He Xian yang hanya bisa melongo. Di saat bersamaan, ia lekas memasukkan kepalan tangannya yang kini basah oleh keringat dingin ke dalam saku, juga berusaha mati-matian menjaga keseimbangan kedua kakinya yang mulai goyah karena bergetar hebat.
Ya, ia tak akan bisa menjelaskan pada siapapun, seberapa mengerikannya chi yang terpancar dari Ming Shi. Chi tersebut pula sangat aneh - tidak sepenuhnya hitam, tapi juga tidak putih. Abu-abu. Chi yang kotor - serta berkekuatan dashyat pula ganas.
Dan tiada seorangpun di ruangan ini yang mem
Ming Shi berkelit dengan santai. He Xian menyabetkan pedangnya, Ming Shi kembali berkelit ke kanan. Mimik wajahnya nampak meremehkan. “Cuma segini kemampuanmu, Tuan Sun? Ya ya ya, memang anjing selamanya tak akan pernah melebihi tuannya. Tapi rasanya ini agak kelewatan, ya? Rasanya kau dulu tidak sebodoh ini. Atau guru barumu malah memberimu contoh yang tidak benar?” “Jangan menghina Guru! Ini tidak ada hubungan dengannya!” Di saat bersamaan Xing Long ikut menyerang. “He Xian, tenangkan dirimu! Gunakan ilmu pengendalian-chi yang telah kita latih di Lembah Kedamaian itu!” He Xian mengatupkan bibirnya. Ia memusatkan pikiran untuk membentuk aliran energi, dan pola serangannya pun berubah. Akan tetapi alih-alih menunjukkan perkembangan, pertahanan Ming Shi seakan tak tertembus. Ia masih saja dengan mudahnya berkelit ke sana kemari, dan sekarang mulai m
Baru sedetik ia menarik kekang kudanya, dari dalam hutan keluar ratusan prajurit siap mengepungnya. Ming Shi terhenyak. Cepat-cepat dibelokkannya laju kudanya. Para prajurit mengikutinya. “Percuma saja kau kabur, Kaisar Han! Kau takkan bisa lolos!” memimpin di depan, Amanet berseru penuh kemenangan. Ming Shi memacu kudanya tanpa tahu arah mana yang sedang ia tempuh. Bahkan ia tidak peduli akan ke mana ia berlari, saat ini nyawanya lebih penting dari segalanya. Yang ia tahu, ia kini tengah melintasi area pedesaan yang tampak miskin, dengan jumlah tanaman dan pohon-pohon lebat yang lebih banyak dibandingkan rumah-rumah sederhana di sana. Dan secara tiba-tiba, ia mendapatkan sebuah ide. Dipacunya si kuda menembus rerimbunan pohon yang sangat lebat. Ia celingukan kiri-kanan. Di dekatnya ada tiga sampai empat rumah gubuk kecil. Sembari mengendap-endap, ia mengintip satu persatu jendela g
Mereka pun masuk ke dalam. Istana itu tidak besar dan megah, sama sekali tak bisa dibandingkan dengan istana miliknya, namun ia memiliki daya tarik tersendiri. Aula istana tempat sang Ratu bertakhta juga sama sekali tidak megah, alih-alih demikian ia tampak sangat menarik, dengan sang Ratu duduk di pusat ruangan. Melihat kedatangan Ming Shi, sang Ratu diikuti orang-orang lainnya berdiri dan menghaturkan hormat, “Selamat datang di Negeri Qi, Tuan yang Terhormat. Sungguh suatu kehormatan bagi kami dapat menerima kedatangan Anda di sini.” Masa mereka telah mengetahui identitas diriku? Ming Shi pun membalas penghormatan mereka. “Juga merupakan sebuah kehormatan besar bagi saya dapat bertemu dengan Paduka Ratu. Negeri Qi sangat indah, sangat damai dan tenteram, dan pula dipenuhi dengan cerdik cendekia yang pandai dan berbakat...” Ya, tentu saja mereka sangatlah pandai bila mereka benar
Berkat petunjuk dari Tuan Liang Junnan - lianxizhe Negeri Qi - Ming Shi tidak menemui kesulitan menemukan jalan pulang ke Han. Tetapi tidak berarti bila telah menemukan jalan pulang lantas tidak akan ada satupun masalah menghadangnya. Gangguan tersebut datang saat ia baru saja keluar dari perbatasan negeri Qi pada malam hari, dan tanpa sengaja bertemu dengan gerombolan besar pasukan Negeri Sutta. Lebih celaka lagi, pasukan itu dipimpin oleh Raja Detrin Songtsen yang sangat terkenal dengan keberanian serta ekstrimismenya. Ming Shi mengenal Detrin Songtsen, dan tentu saja Detrin Songtsen mengenal Ming Shi. Dan mereka berdua kini tengah dalam posisi berhadap-hadapan. Sebuah posisi yang sangat sulit bagi Ming Shi untuk melarikan diri. Detrin Songtsen mengamati Ming Shi dengan saksama. Ia menyeringai, “Jadi, Paduka Penguasa Han yang Agung yang menghilang tanpa sebab tempo lalu itu ternyata malah berada di sini. Padah
“Tidak mungkin...” Ming Shi merasakan suaranya berubah parau. “Kau... Zhang Li Sha...” Si wanita membuang wajahnya ke arah yang berlawanan. Ming Shi lekas meraih pundaknya, memaksanya berbalik memandang dirinya. “Memang benar... kau memang Zhang Li Sha! Wajahmu masih sama seperti lima belas tahun yang lalu...” Wanita yang ternyata adalah Li Sha itu kini menunduk dalam-dalam. “Sungguh suatu kehormatan besar Paduka masih mengingat hamba...” Ming Shi tergugu. Ia memandang wanita yang lima belas tahun yang lalu telah meninggalkan kesan masa lalu teramat dalam baginya. Berbagai perasaan berkecamuk menguasai pikirannya. Marah, benci, sedih, sakit hati... seharusnya ia melakukan sesuatu terhadap wanita itu untuk membalaskan seluruh sakit hatinya. Alih-alih demikian, sesuatu seakan menahannya. Ia pun hanya bisa memandang dalam diam wajah yang telah dewasa namun masih nampak polos bagaikan anak
Rasa sakit yang amat sangat memutus seluruh indera He Xian, ia seolah terpenjara dalam dunia gelap gulita, meski samar-samar ia masih dapat mengetahui apa yang terjadi di dunia nyata. Sesekali, ia mendengar suara beberapa orang, berbicara sepatah dua patah di dekatnya. “ ... sangat gawat... lukanya sangat parah...” “ ... bila ia cepat mendapat pertolongan, mungkin nyawanya bisa diselamatkan...” “ ... He Xian! Kau tak boleh mati!...” Selanjutnya tidak ada lagi yang bisa didengarnya, karena ia telah kehilangan kesadarannya. Entah sudah berapa lama ia pingsan, ia tak tahu. Sampai akhirnya, ketika ia membuka kelopak matanya, dilihatnya sinar mentari pagi tengah membias ke wajahnya. Karena silau, ia mengerjap-ngerjapkan matanya. “He Xian! Syukurlah, kau akhirnya siuman!” Min-Hwa menghampirinya,
“Memang sangat sulit. Tidak apa, kau bisa mencobanya lagi.” He Xian menarik nafas dalam-dalam beberapa kali, pun kembali memejamkan mata dan melakukan semadi. Kilas-kilas balik tersebut kembali mengganggu pikirannya. He Xian mencoba tidak mengacuhkannya. Tapi bukannya menghilang, kilasan-kilasan itu malah semakin banyak. Dan bahkan mulai tampak adegan lain yang - ia tahu itu belum tentu nyata - namun sangat mengganggu pikirannya. Adegan tersebut memperlihatkan ayahnya dan ibunya tengah berlutut meminta pengampunan dari Ming Shi, namun kaisar muda itu malah menyuruh pengawalnya mencambuk dan mencabik-cabik tubuh mereka. Mereka menjerit-jerit kesakitan, dan Ming Shi hanya berkata, “Lebih keras! Supaya mereka menderita dulu sebelum mati!”.... “He Xian! Bukankah sudah kubilang untuk menjernihkan pikiranmu? Kenapa kau malah memikirkan kebencian yang lebih daripada sebelumnya?” He Xian
Xing Long berbalik. Min-Hwa tengah berdiri di belakangnya. “Ada apa, Nona Min-Hwa? Kau tampak cemas?” “Kalian berlatih terlalu lama di sini, sampai-sampai tidak tahu keadaan di luar sana.” “Ya, kami memang terlalu berkonsentrasi pada latihan kami, selain memang karena tempat ini terputus dengan dunia luar. Memangnya apa yang tengah terjadi sekarang?” “Sementara ini belum terlalu parah. Sutta merasakan ancaman yang sama dengan Tukhestan, karena ternyata mereka bermaksud mengkudeta Kaisar Han namun penyerangan mereka gagal total. Jadi mereka pun bersekutu, serta berhasil menarik Chang bergabung dengan mereka, membentuk Aliansi Tiga Negara.” Sorot mata Min-Hwa berubah muram, ia mengalihkan pandangannya menatap langit malam. “Pembentukan aliansi ini memancing kemarahan Han, mereka menganggap tiga negar
“Run... Xiang...” Ming Shi bergumam lemah. “Juga... Yan Xu... kurasa aku tak akan bisa bertahan di dunia ini lebih lama...” “Kakanda! Jangan berkata seperti itu! Tabib akan dapat menyembuhkan luka Anda!...” Yan Xu menjerit histeris, sementara He Xian dan Sekretaris Li memandang Ming Shi dengan lesu. Luka di tubuhnya sudah terlalu parah untuk dapat disembuhkan. Nyawanya tak mungkin diselamatkan. “Percuma saja Yan Xu...”M ing Shi menatap Yan Xu lekat-lekat. “Aku hanya menyesalkan satu hal, mengapa aku tidak diperbolehkan berada di dunia ini lebih lama. Aku masih belum sempat membahagiakan permaisuri yang aku cintai...” Yan Xu tergugu. Selama ini tidak pernah ia mendengar Ming Shi mengatakan bahwa pria itu mencintainya. Jangankan itu, pria itu bahkan tidak pernah memujinya cantik seperti yang lumrah dilakukan seorang pria terhadap kekasihnya. Mendadak, ia merasa limbung luar bi
Putri Chang menyentak sinar setar, begitu keras dan mengejutkan hingga membangkitkan suatu sengatan yang secepat kilat menstimulasi otak He Xian. Senyum sang putri mengembang. Ia telah berhasil memengaruhi He Xian sepenuhnya, dan pemuda itu akan mengangkat pedangnya untuk selanjutnya menyerang Ming Shi. “Kalian salah. Hatiku tidak lagi menyimpan kebencian dan dendam terhadap Kaisar Han. Dan itu jauh lebih baik. Dendam bagaikan kumpulan api yang panas membakar, belum tentu kalian berhasil meluapkannya, namun kobaran api tersebut sudah pasti melukai diri kalian sendiri. Dengan membuang kobaran api tersebut, aku menghentikan melukai diriku sendiri.” He Xian berkata bijaksana. “Aku tahu Tuhan menciptakan aku ke dunia ini bukan untuk mewujudkan misi negatif. Melainkan untuk mewujudkan sebuah misi positif dengan mengalahkan rintangan berupa hasrat negatif. Begitu juga dengan kalian. Singkirkanlah semua kebencian kalian, dan
Mangkuk tersebut kini berada dekat sekali dengan tangan Ming Shi. Si wanita menyentak halus, dan Ming Shi mulai mengangkat mangkuk itu, siap meminumnya. TSRATTT! Lontaran panah secepat kilat menjatuhkan mangkuk beracun tersebut. Si wanita berbalik, siap membuat perhitungan pada orang yang berani mengacaukan pekerjaannya yang nyaris rampung itu. “Siapa kau?!” Ia berseru marah. Di saat bersamaan Ming Shi juga tersadar sepenuhnya dari hipnotis si wanita. “Sun He Xian dan Run Xiang?!” serunya. “Juga... Yan Xu! Bagaimana kalian bisa ada di sini?!” He Xian dan Sekretaris Li menghaturkan hormat, “Berkat Yang Mulia Permaisuri, Yang Mulia, beliaulah yang mendapatkan firasat Anda tengah mengalami bahaya. Dan syukurlah, rupanya kami datang tepat pada waktunya. Anda nyaris saja membunuh diri Anda sendiri!” &
Mereka telah merencanakan akan mengadakan di bawah pohon willow raksasa ini. Dua orang telah berdiri di sana, menunggu dengan tak sabar orang ketiga yang tak kunjung datang. “Mengapa ia lama sekali datang?” si wanita berseru tak sabar. “Apa dia lupa kalau hari ini kita akan mengadakan pertemuan di sini?” Si pria menenangkan. “Tidak mungkin, Putri. Dia pastilah sedang sibuk, bagaimanapun dia adalah kepala kasim di istana ini.” “Huh, dia baru seorang kasim, sedangkan kau Menantu Raja!” “Aku bukanlah Menantu Raja dengan gelar resmi, Putri... Pernikahan kita hanya beratapkan sinar rembulan di dalam hutan...” “Bagaimanapun juga kau menikah denganku yang merupakan seorang putri!” ujar si wanita berapi-api. “Kau tidak seharusnya merendahkan diri seperti itu, ap
Mulanya Yan Xu bingung melihat jumlah pengawal Istana Barat bertambah dua kali lipat, pula mendapati He Xian dan San Jin kini ganti mengiringinya ke mana-mana. Ming Shi sendiri pun selalu datang menemaninya tepat setelah pria itu menyelesaikan tugasnya di istana. “Apa kalian mau mengatakan si pembunuh kini ganti mengincarku?” tanyanya pada He Xian, yang menjawab, “Kami tidak tahu, Yang Mulia. Tetapi para selir telah mendapatkan pengawalan yang aman, sementara Anda tidak sama sekali, padahal Anda adalah permaisuri.” Yan Xu melengos. “Aku tidak apa-apa, kalian sama sekali tidak perlu mengkhawatirkanku. Apa kau tak tahu Tuan Sun, aku kan pernah membunuh Khan Khanate! Jadi si pelaku tentunya bukan tandinganku!” Ia berseloroh. “Ohya, tentu saja kau tak tahu. Kau kan tengah menuju negeri Qi saat itu.” Walaupun Yan Xu mencoba bergu
Secara tak terduga Min-Hwa melintas di hadapan mereka. He Xian terpana. Min-Hwa kini nampak sangat feminim dan gemulai, dan jauh lebih cantik, dengan sorot matanya yang sendu dan sayu. Gadis itu sendiri juga melihat He Xian. Mulutnya pun membuka, “He Xian!...” Min-Hwa tak sempat melanjutkan kata-katanya; Ming Shi telah menotok jalur energi pada gadis itu. Ia segera terkulai lemas sementara pria itu segera merengkuhnya, sangat mesra. “Kaulihat, Sun He Xian. Aku sangat mencintai selirku, termasuk dia yang dulu pernah melawanku,” Ia berujar, jari-jari tangannya kini sibuk membelai-belai wajah Min-Hwa. “Bukankah dia merupakan rekan sejawatmu yang terbaik? Dia selalu membantumu dan menyertaimu, benar kan? Sekarang, ia bersedia menyerahkan dirinya menjadi milikku. Tidakkah kau membencinya? Tidakkah kau membenciku, yang telah merenggut orang yang kausayangi darimu?” Ming Shi menata
Mau tak mau He Xian merasa heran juga. Sama sekali tidak melintas gejolak kemarahan dalam benaknya saat bertatap muka dengan Ming Shi tadi. Seakan semua dendam dan kemarahannya telah menguap habis tanpa sisa sedikitpun. Bagaimanapun, cerita Li Sha mengenai masa lalu Ming Shi memang telah mengubah total pandangannya akan sang kaisar, pula kehidupannya di Qi selama dua tahun ditambah pengalamannya membantu sesama semakin menguatkan tekadnya. Bahwa apa yang mampu membuatnya bahagia bukanlah menang atas musuhnya dan membalaskan dendamnya, atau mewujudkan keinginannya yang berdasar nafsu duniawi semata. Bahwa jika kita dapat melakukan panggilan terpendam hati kita, serta membuat orang di sekitar kita merasa bahagia, itu semualah yang akan memberikan kita kebahagiaan yang sesungguhnya. Karena landasan pikiran itulah mungkin, maka He Xian sama sekali tidak merasa marah ataupun dendam saat berhadapan dengan Ming Shi. Malah, raut kegelisahan san
He Xian sangat terkejut saat mendapati para utusan Han mendatangi pemondokan tempat ia tengah berceramah. Walaupun ia telah menyiapkan batin dari jauh hari sebelumnya, ternyata tetap saja ia masih menyimpan trauma dan ketakutan saat menghadapi mereka. Bahkan kakinya nyaris berderap melarikan diri ketika batinnya mencelos, Bukankah misi utamaku adalah mengubah pola pikir Kaisar Han? Sekarang pihak istana mencariku, ini menandakan aku punya kesempatan untuk mewujudkan misiku. Maka iapun tetap berdiri di tempatnya, dengan tenang menyambut mereka semua. “Selamat datang Tuan-Tuan sekalian, ada yang bisa saya lakukan untuk Anda?” Di pihak lain, Sekretaris Li tidak kalah terkejut. Ternyata Sang Guru Besar adalah Sun He Xian. Sang sekretaris negara merutuk dalam hati. Kalau begini, keadaannya bisa menyulitkan. Dan ia apatis Ming Shi mau menerima si pemuda jangan-jangan malah sang kaisar aka
Diawali dengan kematian salah seorang selir di harem paling terkucil. Para pelayan menemukan mayat gadis itu mengapung di atas kolam teratai taman istana pada pagi hari. Menurut pemeriksaan, selir tersebut mati atas dasar kemauannya sendiri - ia menggores pembuluh nadi besar di pergelangan tangannya sebelum menjatuhkan dirinya ke dalam kolam. Pisau pembunuh ditemukan di tepi kolam. Dan segalanya terjadi begitu cepat. Dalam seminggu tiba-tiba saja telah ada tiga selir lain yang bunuh diri, dan jumlah kematian para selir itu meningkat di minggu berikutnya. Kini, telah ada lebih dari selusin selir yang mati bunuh diri sementara alasan di balik tindakan mereka masih belum tersingkap. “Yang mengherankan, jika mereka bunuh diri atas kehendak sendiri, seharusnya gelagat nereka telah terlihat pada hari-hari sebelumnya. Akan tetapi, tidak terlihat sama sekali kesedihan dalam raut wajah mereka. Bahkan menurut para