Sejujurnya Rina masih ragu untuk melakukan hal yang telah ia fikirkan beberapa hari yang lalu, hanya saja rasa penasaran Rina lebih besar dan mengalahkan segala keraguan yang ada, ia tidak ingin tenggelam dalam pikirannya sendiri mengenai kematian orang tuanya, maka dari itu ia memutuskan untuk melakukan perintah yang ia terima dari kertas tersebut.
Tepat pukul 8 malam, Rina telah siap untuk melakukan misinya, entah benar ini adalah misi atau tidak, yang jelas ia hanya ingin mengungkap cerita dan misteri pesan tersebut. Gadis itu menggunakan jeans, jaket kulit dan menutupi kepalanya dengan topi, semua tampak hitam, tak lupa ia mengantongi sebuah masker untuk menutupi identitas nantinya.
Setelah 15 menit menumpangi taksi, akhirnya gadis itu sampai di pintu gerbang SMA Maria, ia menarik nafas dalam, keraguan kembali menyelimuti hatinya, akan tetapi pikirannya telah mengambil alih, ia sudah berada di medan perang, bukan saatnya untuk mundur tanpa melakukan penyerangan, ia bukanlah seorang pengecut.
Rina melirik sekilas pos satpam yang ada di sudut gerbang, memastikan bahwa disana tidak ada seseorang yang akan menghentikan aksinya malam ini, setelah berjalan dengan cukup pelan akhirnya Rina sampai di depan ruang kepala sekolah, sebenarnya Rina tidak tau dokumen itu ada dimana, tapi ia yakin itu tersembunyi di dalam ruangan seseorang dengan jabatan yang tinggi dengan tingkat keamanan yang setara.
Ia mengeluarkan beberapa peralatan kecil untuk membongkar gagang pintu tersebut, kelakuan kriminal seperti ini sudah jauh-jauh hari ia pelajari, mengingat bahwa ia adalah gadis tanpa adanya perlindungan dari orang-orang sekitar, menjadikan Rina memiliki berbagai macam kemampuan untuk bertahan hidup.
Ceklaak..
Akhirnya pintu itu berhasil dibuka, Rina melihat sekeliling ruangan dan itu cukup luas untuk menelusuri sebuah dokumen, tetapi instingnya mengatakan bahwa dokumen itu tidak akan disimpan sembarangan, pasti dokumen rahasia seperti itu disimpan di tempat yang sulit untuk dijangkau atau pun bukan tempat biasa yang sebagaimana mestinya, gadis itu mencoba berkeliling, melihat apakah ada brankas atau laci yang terlihat mencurigakan, cukup lama Rina mencari ke berbagai sudut, ia berfikir untuk menyerah sampai pada akhirnya ia melihat sebuah pot bunga besar yang letaknya di tengah sisi suatu dinding.
“Bukankah seharusnya itu diletakkan di sudut?” Rina mulai penasaran, benar saja, dibawah alas pot itu terdapat sebuah variasi vinyl yang berbeda dengan sekitarnya, Rina mencoba menggeser pot tersebut, karna badannya yang kecil, pot bunga tersebut cukup berat. Dengan sekuat tenaga ia mendorong vas tersebut, ia memang merasakan celah pada vinyl tersebut, tetapi tidak menemukan gagang untuk membukanya, akhirnya ia mengeluarkan sebuah koin dari sakunya untuk membuka lantai tersebut, di dalamnya tidak terlalu luas, hanya dengan kedalaman 20 cm, dan itu sudah dipenuhi oleh kertas-kertas yang sudah lusuh.
“Apakah aku harus memeriksa ini semalaman?” tanpa pikir panjang Rina mengambil semua berkas itu dan tidak lupa memposisikan kembali pot tersebut ke posisi semula. Ia memasukkan semua berkas tersebut ke dalam tas sandangnya dan bergegas untuk keluar, setelah memastikan semua kondisi ruangan tetap seperti sebelumnya, akhirnya gadis itu keluar, tapi secara tidak sengaja menutup pintu kantor dengan cukup keras.
Gadis itu kaget dengan tindakannya sendiri, ia melihat sekeliling dan betapa terkejutnya Rina melihat adanya sorot lampu senter yang sepertinya sedang bergegas mengarah ke arahnya, gadis itu langsung berlari mencari jalan memutar agar bisa turun dengan selamat. Sial nya ia menabrak seseorang ketika telah mencapai teras, Rina sangat terkejut karna ia tidak menggunakan masker sebelumnya, secepatnya ia berbalik dan berlari meninggalkan pemuda yang ia tabrak.
Jaesung yang benar-benar muak karna selalu menjumpai orang yang kurang ajar memutuskan untuk mengejar seseorang gadis yang menabraknya tadi, ia berlari dengan sekuat tenaga, ketika Rina mencoba memastikan keadaan dengan melihat ke belakang, ia panik ternyata ada seseorang yang mencoba mengejar dirinya. Gadis itu berlari lagi sampai akhirnya memutuskan untuk bersembunyi di balik sebuah bangunan toko yang telah tutup.
Rina merasakan jantungnya seperti akan copot, ia berhenti dan mencoba untuk mengatur pernafasannya, ia merasa seperti buronan yang melakukan pembunuhan dan di kejar oleh polisi, ia tidak pernah terfikir akan melakukan hal gila seperti ini. Setelah bersembunyi cukup lama dan memastikan kondisi aman, barulah Rina keluar dari persembunyian. Ia menanggalkan topi dan memasukkan jaketnya ke dalam tas, takut-takut ada yang mengenalinya.
Tepat pukul 10.15 malam Rina sampai di depan gedung apartemennya, ia memutuskan untuk membeli sesuatu terlebih dahulu untuk makan malamnya sebelum kembali ke apartemennya, ia melihat pedagang kaki lima yang menjual nasi goreng di pinggir jalan, dan memutuskan untuk membeli seporsi nasi goreng tersebut.
“Nasi gorengnya satu ya pak” Rina memesan dengan ramah, benar-benar berbeda dengan sifatnya ketika melakukan pencurian dokumen tadi, tatapan tajam nya berubah melembut seakan ia adalah makhluk tanpa dosa.
Jaesung yang telah selesai dengan makan malamnya dan berniat untuk membayar makanannya terkejut ketika ia merasa dompetnya seakan lenyap dari saku celananya. Ia berfikir apakah dompetnya tertinggal di sekolah atau terjatuh di suatu tempat.
“Maaf, apakah saya boleh mengambil uang terlebih dahulu di rumah? rumah saya ada di gedung depan, saya akan kembali secepatnya” tawar Jaesung pada pedagang disampingnya.
Melihat hal tersebut, Rina spontan mengeluarkan selembar uang seraya berkata “Sekalian saja pak.” Jaesung yang melihat hal tersebut kaget dan mengucapkan terima kasih kepada Rina. “Terima kasih sebelumnya, aku akan mengganti uangnya, bisakah kau tunggu disini sebentar? Aku akan mengambil uangnya sebentar.”
Rina tersenyum ke arah Jaesung, “Tak apa, aku juga tinggal di gedung ini, jangan terlalu sungkan, kau bisa kembalikan kapan-kapan.” Rina tersenyum sembari mengambil bungkusan nasi goreng yang telah dibungkus.
“Terima kasih pak.” Rina berlalu melewati Jaesung, tanpa Rina sadari Jaesung juga mengikuti dibelakangnya.
“Kau tinggal di lantai berapa? akan aku antarkan uangnya.” Jaesung menawarkan sekali lagi.
“Aku di lantai 5.”
“Lantai 5? Benarkah? Aku tidak pernah melihatmu sebelumnya.” jelas Jaesung, Rina bisa menebak bahwa pemuda di depan nya ini juga tinggal di lantai yang sama dengannya.
“Aku baru pindah sekitar seminggu yang lalu.” Rina memasuki lift diikuti Jaesung yang menekan tombol 5.
“Apakah kau yang tinggal di unit 502?” Jaesung kembali bertanya, Rina menanggapi pertanyaan Jaesung dengan anggukan. Kenapa orang disampingnya ini banyak bertanya, tak tahukah ia bahwa Rina benar-benar kelaparan sekarang? Bahkan ini sudah benar-benar lewat dari waktu makan malam, malangnya Rina yang tidak mengisi perutnya ketika jam makan siang tadi.
Setelah keluar dari lift, Jaesung menahan tangan Rina, “Tunggulah sebentar, aku akan mengambil uang, aku tidak ingin berhutang.” Jaesung segera lari memasuki rumahnya, Rina melihat pemuda itu memasuki apartmen 504.
“Apakah dia keluarga nyonya song? Tapi aku tidak pernah melihatnya sebelumnya.” Rina memutuskan untuk masuk ke dalam tanpa menghiraukan perkataan Jaesung, ia benar-benar lapar.
Pada saat sedang menikmati makan malam, aktivitas Rina terhenti ketika mendengar bel apartemennya berbunyi.
“Apa yang salah dari anak itu, tak bisakah dia kembali besok pagi!?” geram Rina, gadis itu benar-benar lelah hari ini, dia sudah sangat ingin tidur seusai menyelesaikan makan malamnya.
“Ya?” sapa Rina ketika membuka pintu, Jaesung langsung memberikan 2 lembar uang pecahan.
“Ini untuk yang tadi, terimakasih sudah membayari ku sebelumnya.” Rina langsung mengambil uang tersebut. “Baiklah, tidak masalah, lagipula aku mengenal baik Nyonya Song, apakah kau putranya?” Rina mencoba yang terbaik untuk berbasa basi.
“Jaesung.” pemuda itu merespon dengan mengulurkan tangannya.
“Oh, aku Rina.” Rina tersenyum sembari menerima uluran tangan Jaesung.
“Baiklah, sepertinya umur kita tidak terlalu jauh berbeda, jika butuh bantuan kau bisa langsung ke rumahku.” Hari ini Jaesung merasa dirinya terlalu banyak bicara.
“Dengan senang hati.” balas Rina, padahal umur Rina mungkin 1 atau 2 tahun lebih tua dari Jaesung, mengingat bahwa Rina datang ke negara ini untuk melanjutkan pendidikan ke universitas, sedangkan Jaesung masih memakai seragam sekolah.
“Kalau begitu aku permisi.” Jaesung berbalik untuk memasuki apartemennya.
Rina menyelesaikan makan malamnya yang tertunda, ia bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan segera tidur. Walaupun ia sangat lelah dan matanya sudah meminta untuk di istirahatkan, pikirannya tidak bisa berhenti bekerja, ia memikirkan bagaimana ia harus mengantarkan dokumen yang baru saja ia curi ke kantor polisi kota, di kertas itu pasti sudah ada sidik jarinya, kalaupun ia mengantar langsung, ia yakin bahwa dirinya akan ketahuan melakukan pencurian itu, tanpa disadari waktu menunjukkan pukul 02.00, Rina menghela nafas kasar.
“Haruskah aku menghitung domba?” Rina berguman dan mulai menghitung domba yang akan melompat, benar saja, belum sampai 30 domba, Rina sudah terlelap terbang ke alam mimpi.
Pagi ini Rina dikejutkan oleh kedatangan seorang pemuda. Disaat dirinya sedang mencoba membuat sarapan seperti biasa, bel apartemennya berbunyi. Setelah melepaskan apron yang tengah ia gunakan, Rina membuka pintu. Untuk sesaat Rina heran menatap tamu di depannya, seorang pemuda yang belum pernah ia temui sebelumnya.“Maaf Anda siapa yaa?”“Annyeong baby.” Pemuda tersebut tersenyum dengan lesung pipi yang sangat menggemaskan. Ia langsung memasuki ruangan sebelum mendapatkan izin dari Rina.Rina menatap waspada kepada pemuda tersebut, akhir-akhir ini terlalu banyak kejutan dalam hidupnya.“Apa yang coba anda lakukan?” tanya Rina waspada.Setelah memposisikan dirinya dengan nyaman pada sofa, pemuda tersebut tersenyum, “Nuna~ tak bisakah kau berikan tamu ini minuman terlebih dahulu sebelum bertanya? Aku benar-benar haus, apakah kau sedang memasak sarapan? Aku juga lapar.”
Hari ini adalah akhir pekan, Rina berencana pergi ke toko buku untuk melihat-lihat, mungkin saja ada buku yang bisa ia jadikan referensi untuk perkuliahannya, lagipula ia merindukan hobi lamanya untuk membaca komik. Ketika keluar dari apartemen ia menemukan Jaesung berada di depan lift.“Kau ingin kemana?” sapa Rina kepada Jaesung.“Hanya berkeliling untuk mengistirahkan fikiranku, kau sendiri? Bukankah biasanya wanita jika di akhir pekan lebih suka dirumah untuk berberes rumah?” Jaesung sangat mengetahui kebiasaan ibunya yang selalu berusaha menghabiskan akhir minggu untuk membersihkan rumah dan merawat tanaman-tanaman hiasnya.“Aku ingin ke toko buku, mencari beberapa referensi dan komik.” Rina mengikuti Jaesung yang sudah memasuki lift.“Apa ingin aku temani? Setidaknya kau butuh guide ketika berkeliling di tempat baru bukan?” Jaesung menawarkan diri, lagipula tidak ada salahnya menemani Rina men
Hari ini rina kembali berencana untuk jalan-jalan ditepi sungai seperti hari sebelumnya, hanya saja hari ini ia hanya ingin menghabiskan waktu karna terlalu bosan sendirian di apartemen, tapi bukankah dia memang selalu sendiri?Ketika sedang menikmati sejuknya angin yang bertiup, ia mendapati ponselnya bergetar dan menunjukkan nama 'Jeong min ❤', terakhir kali ia berjumpa dengan anak itu ketika sedang menikmati suasana kampus beberapa hari yang lalu, ada apa Jeong min menghubunginya kembali? Bukankan misi nya telah selesai?.“Ah, bisa saja dia ingin memberikan informasi yang dijanjikan.” Dengan semangat rina menggeser layar untuk menerima panggilan Jeong min.“Halo?” Rina mencoba menetralkan detak jantungnya, berharap ia benar-benar mendapatkan informasi itu.“Annyeong baby~, dimakah kau nuna?” Jeong min langsung menanyakan keberadaan rina.“Aku sedang berjalan-jalan santai di tepi sungai,
Setelah menyelesaikan makan siang, Jeong min mengajak Rina untuk bermain game, hanya beberapa permainan sederhana, “Bagaimana kalau Truth or Dare?” tantang Jeong min, “Baiklah kalau memang itu maumu.”Setelah bermain batu gunting kertas untuk menentukan siapa yang akan memulai, terpilihlah Rina sebagai pemula, ”Aku akan memilih truth.” Rina benar-benar bersemangat untuk menggali informasi.“Kau, kenapa kau bekerja di bidang ini?” jujur Rina penasaran dengan hal tersebut, ia hanya menemui pekerjaan seperti ini di dalam novel atau cerita fiksi lainnya, dan tidak tahu bahwa ini benar-benar ada di dunia nyata.“Tentu saja karna ini menyenangkan, walaupun nantinya aku menempuh jalan yang sulit, sebenarnya ini adalah suatu kebaikan, hanya saja dengan cara yang tidak biasa, aku menyukai tantangan, Nuna.”Setelah dipikir-pikir memang pekerjaan ini untuk tujuan yang baik, hanya
Pada pukul 11.45 Rina telah selesai dengan urusannya, sekarang gadis itu tengah duduk di ruang tamu menunggu Jeong min menjemputnya, sesekali ia membuka ponsel untuk kembali melihat pergerakan beberapa saham, akhir-akhir ini memang perekonomian sedang melemah, sehingga gadis itu menjadi lebih sering melakukan pengecekan. Ketika Rina hendak beranjak menuju dapur untuk mengambil air minum, terdengar suara bel rumahnya yang berbunyi. “Sebentar ... ” Rina bergegas untuk minum dan menyambar tasnya, ia membuka pintu dan tampak Jeong min yang tengah berdiri di depan pintu. “Annyeong baby” sapa Jeong min. Rina yang mendengar hal itu kembali tertawa, kenapa segala sesuatu yang di lakukan manusia di depannya terdengar sangat imut? “Ya! Berhentilah bersikap sok keren, kau sama sekali tidak keren Jeong min-a.” Rina tertawa meledek tingkah Jeong min. “Nuna~ jangan membohongi dirimu, kau tidak akan pernah bertemu pria sep
Hari ini adalah hari dimana Rina memulai kegiatan perkuliahannya, gadis itu terlihat bersemangat sejak pagi tadi, menyiapkan sarapan dan memilih pakaian untuk hari pertamanya. Setelah dirasa semuanya telah siap, Rina mulai melangkah keluar dari apartemennya, ia sedikit bergegas, bukan karena takut terlambat, tetapi gadis itu ingin memiliki sedikit waktu untuk menikmati suasana kampus sebelum memasuki kelas. Ketika keluar dari gedung itu, ia melihat Jaewoon yang sedang berjalan menuju halte, melihat hal itu membuat Rina sedikit berlari untuk menghampiri pemuda itu. “Selamat pagi.” sapa Rina sembari mendahului langkah Jaewoon. Pemuda itu terkejut dengan kemunculan Rina. “Apa ini hari pertamamu?” Jaewoon mencoba menyamakan langkah dengan gadis itu. “Iya, doakan hari ini menyenangkan ya oppa.” Jawab Rina. “Jika kau butuh bantuan, kau bisa beritahu aku nantinya, setidaknya kau butuh kenalan senior untuk memudahkan urusanmu.” Jaewoon
“Jaewoon-a, panggil adikmu untuk makan malam,” terdengar teriakan Nyonya Song dari dapur. “Okaaaay.” Jaewoon bangkit dari kegiatan bermalas-malasannya dan menuju kamarnya. Ia menemukan manusia yang sudah seperti patung tengah duduk di depan meja belajar, saking fokusnya, bahkan Jaesung tidak sadar akan kehadiran kakaknya. “Ya~ ayo makan, eomma sudah menyuruh berkumpul.” Terlihat Jaesung masih tidak menghiraukan kakaknya. “Apa kau tuli? Bagaimana mungkin kau mengabaikanku Jaesung-a.” Tampak Jaewoon mulai merengek di samping pemuda itu. “Aku dengar hyung, nanti aku akan keluar.” Akhirnya patung itu berbicara. “Aku tidak akan mempercayai kata-katamu, cepatlah, sebelum aku dimarahi eomma.” Jaewoon mulai menarik-narik tangan Jaesung. Dengan terpaksa Jaesung mengikuti langkah Jaewoon keluar dari ruang pertapaan itu. “Berapa lama lagi ujianmu nak?” tanya Tuan Han di sela-sela
Hari ini presentasi kelompok Rina berjalan dengan lancar, hanya saja ada beberapa data yang diminta untuk melengkapi laporan mereka. “Kerja bagus semuanya.” Kevin mengapresiasi kelompok mereka sebagai ketua kelompok. “Untuk kelengkapan data, biarkan aku dan Tristan yang mengerjakan, nanti akan kami serahkan langsung ke kantor dosen.” Ujar Emiliy yang di angguki oleh Tristan. “Baiklah, berarti tugas kita telah selesai, terimakasih kerjasamanya teman-teman.” Syerin mulai melirik ke arah Rina. “Rina bagaimana jika hari ini kita pergi berbelanja? Ayo kita cari barang-barang lucu.” Tampak gadis itu bersemangat untuk menghabiskan uang. “Maafkan aku Syerin, aku sudah ada janji dengan Rina hari ini.” Kevin segera menyela. Rina terkejut mendengar hal itu, seingatnya ia tak pernah berjanji apa pun kepada Kevin, atau diajak kemanapun oleh Kevin. Belum sempat Rina merespon, Kevin langsung menatap Rina. “Benarkan Rina?” ada makna tersirat d
Mendapati adiknya yang tiba-tiba pergi meninggalkan mereka, akhirnya Jaewoon memutuskan untuk menyelesaikan acara sarapan paginya secepat mungkin, begitupun Rina, kini gadis itu sudah terlihat tak berselera setelah mendapati sikap tak menyenangkan Jaesung sebelumnya.“Apa kau baik-baik saja?” tanya Jaewoon, menurutnya gadis itu cukup syok mendapati perlakuan adiknya yang sudah keterlaluan.“Aku tak apa-apa oppa,” ucapnya ragu. “Apa Jaesung sedang ada masalah? Kenapa tiba-tiba ia menjadi kesal?”Jaewoon merasa tidak memiliki hak untuk memberikan penjelasan mengenai berita yang baru saja menayangkan masalah percintaan yang dialami adiknya, “Aku pun tak tau, mungkin nanti dia akan menjelaskan kepadamu.” Akhirnya Rina mengangguk pasrah, ia berfikir sikapnya semalam terhadap Jaesung lah yang membuat pemuda itu menjadi lebih sensitif.Sesampainya mereka di rumah, Rina telah memukan Jaesung membawa sebuah ransel, “Kau, akan kemana?” ucapnya sembari menahan lengan pemuda itu. Jaesung yang tel
Seharian Rina mengurung diri di kamar, menyesali perbuatannya dan kembali menangis sesegukan, apa ia benar-benar telah menyakiti hati Jaesung? Mendadak ia membeku, merasa mengerti akan semua ini, jadi ia melihat kontak Jeong min dengan simbol hati? Dan karena itu ia mengira bahwa telepon tersebut dari pacarku? Akhirnya Rina paham atas sikap Jaesung, apalagi ketika semalam ia tak memberi jawaban atas perasaan pemuda tersebut. Memikirkan hal itu membuat dadanya semakin sesak, ia tak tahu harus bersikap seperti apa, ia ingin meluruskan semuanya, hanya saja ia tak ingin membuat masalah dengan karir Jaesung, ada dilema mendalam yang sangat menyiksannya dan karena kelelahan, akhirnya Rina terlelap.Ketika pertama membuka mata, ia mencoba mencari ponsel dan mengecek pukul saat ini. ia kaget karena sekarang sudah mulai gelap, sebegitu lelahkah ia hingga bisa tidur selama itu? Ia mulai berjalan ke kamar mandi dan mendapati wajahnya sangat berantakan, matanya yang sembab dan w
Pagi ini rumah Tuan Han terdengar ramai, entah apa yang terjadi, membuat Rina terbangun lebih awal, ia berusaha mengumpulkan nyawa dan berjalan ke ruang tamu, disana gadis itu telah mendapati Nyonya Song dan Tuan Han yang telah bersiap-siap untuk berangkat. “Ahjumma, akan kemana pagi-pagi sekali?” “Aku ada urusan mendadak, mungkin akan pulang malam nanti atau besok, maafkan aku Rina.” Ucapnya sembari berjalan mendekati Rina. “Padahal aku yang memaksamu untuk kesini, tapi aku malah jadi sibuk begini.” “Tak masalah Ahjumma, aku baik-baik saja kok, lagipula, aku masih di Korea.” Rina tidak ingin memberatkan Nyonya Song dan Tuan Han yang telah sangat baik kepadanya. “Hati-hati di jalan.” Ucapnya lagi. “Rina-ya, jika butuh apa-apa, kau bisa minta saja kepada Jaewoon ya, jangan merasa sungkan, kita adalah keluarga.” ucap Tuan Han yang diangguki oleh Rina. Akhirnya pintu itu tertutup dan meninggalkan gadis itu sendirian di ruang ta
Setelah menyelesaikan sesi lepas kangen dengan Jeong min, Rina memutuskan untuk keluar, mencoba mencari kegiatan yang bisa ia lakukan untuk mengisi waktu luang, seperti membersihkan rumah mungkin? Apa aku terlalu nyaman dengan keluarga ini? Ia membiarkan ponselnya tergeletak di atas tempat tidur dan mulai melangkah keluar dari ruangan tersebut, Rina menuruni tangga sambil sesekali melihat-lihat apa yang bisa ia lakukan. Dan langkah pada anak tangga terakhir menjadi terhenti ketika melihat Jaesung tengah menikmati waktu santai dengan rebahan di sofa ruang tamu. Rina sebenarnya merasa kasihan melihat anak itu, ia tahu semalam bahwa Jaesung menghabiskan malam dengan hanya tidur di sofa. “Kenapa kau tidak tidur di dalam saja?” seketika Rina sudah berdiri di samping sofa tersebut. “Aih, kau mengejutkanku.” Jaesung mencoba untuk bangkit dan duduk bersandar dengan nyaman. “Aku tak ingin mengganggumu, kau seharusnya istirahat setelah perjalanan panja
Malam ini akhrinya Jaesung mengistirahatkan dirinya disamping kerbau kesayangannya. Mendapati sinar matahari yang mencoba masuk melalui celah tirai membuat Jaesung mencoba mengerjapkan matanya beberapa kali, tampak kali ini ia menggeliatkan tubuhnya agar terasa lebih ringan. Seketika ia duduk dan mendapati Jaewoon sudah tidak ada di sampingnya. “Ada apa ini? Kenapa dia bisa bangun lebih pagi dariku?” Sesekali ia menggaruk pusarnya yang tidak gatal, Jaesung berjalan ke kamar mandi untuk sekedar mencuci wajahnya, dan turun ke bawah untuk mencari sarapan. Betapa terkejutnya ia ketika mendapati Jaewoon sudah sok sibur di dapur bersama Rina dan ibunya. “Hyung, apa yang kau lakukan?” Jaewoon tampak enggan membalas pertanyaan adiknya, kali ini matanya benar-benar tersiksa akibat potongan bawang yang sedang ia hadapi. “Jangan berbicara kepadaku!” Jaesung mengambil sebuah mug kecil berisi susu hangat yang terletak di atas meja makan se
“Eomma, kenapa tidak beritahu jika Rina akan datang?” tampak pemuda itu tengah merajuk sembari duduk di depan meja makan, memperhatikan ibunya yang tengah mengupas apel untuk makanan pencuci mulut malam itu. “Haruskah aku beritahu? Kau seperti selalu mengabari jika ingin pulang saja,” ucap Nyonya Song yang mulai memotong apel itu ke dalam ukuran kecil agar mudah untuk dilahap. “Lagipula aku juga baru tahu tadi pagi ketika tidak sengaja menghubunginya, ternyata ia sudah di bandara.” Mendengar hal itu membuat Jaesung menghela nafas sesaat, ia tak tahu bagaimana mengatakan kegelisahannya kali ini, ia merasa telah berdosa kepada Rina ketika harus pergi tanpa megabari, tapi di satu sisi, ia benar-benar merindukan gadis itu. “Apa kau akan lama di rumah?” ucap Nyonya Song membuyarkan lamunan Jaesung. “Mungkin hanya dua atau tiga hari ini.” “Baguslah, kalau begitu, kau bisa menikmati waktu istirahatmu dengan Rina.” Ucap Nyonya S
“Na wasseo.” Terdengar suara tutupan pintu, menampilkan sosok pemuda yang kelelahan dan sangat merindukan masakan rumah. Tapi sapaannya hanya dibalas dengan udara ruangan kosong tersebut, padahal lampu rumahnya tampak menyala. “Eomma?” Ulang pemuda tersebut, memastikan bahwa ruangan itu masih diisi oleh keberadaan keluarganya. Apa ia salah masuk rumah? Tidak mungkin. Jaesung menggelengkan kepala dengan cepat. Pemuda itu akhirnya memutuskan untuk naik ke kamarnya, mencoba mencari keberadaan manusia yang selalu mengganggu hidupnya. Benar saja ketika ia mencoba membuka pintu di sebelah ruang tidurnya, kembali Jaesung menemukan ‘kerbau’ itu tengah tertidur dengan sangat lelap. “Hyuuung, apa kau tidak mendengarku masuk?” Ia mencoba berinteraksi dengan benda setengah hidup tersebut. Dan – sia-sia. Ia mencoba mengambil bantal dari kamarnya dan memukul pantat kerbau itu dengan keras. “Ya! Bagaimana mungkin kebiasaa
Hari ini lagi-lagi Rina dikejutkan dengan kehadiran Jeong min di depan pintu apartemennya. “Apa yang kau lakukan disini? Kenapa tidak mengabari terlebih dahulu?” “Nuna akan kemana?” tanya Jeong min. Kali ini Rina mengangkat kantong plastik yang terikat rapi tanpa memberikan jawaban kepada Jeong min. “Masuklah, aku akan segera kembali.” Jeong min memasuki ruangan itu, seperti biasa ia menempatkan dirinya dengan nyaman di atas sofa, mencoba meneliti ruangan itu yang sebentar lagi akan ditinggal oleh pemiliknya. “Ada apa?” tanya Rina yang mengejutkan Jeong min. “Kita akan berangkat dua hari lagi nuna, aku sudah mendapatkan informasi mengenai ‘orang’ itu.” Untuk sejenak Rina menatap Jeong min. Merasa pantas untuk menanyakan arti tatapan itu, akhirnya membuat pemuda itu kembali bersuara. “Kenapa? Ada yang salah?” Pikirannya benar-benar berkecamuk kali ini, padahal ia telah mendapatkan bayaran dari kerja kerasnya be
Rutinitas Jesung sebagai seorang Idol membuat pemuda tersebut jarang bertemu dengan keluarganya, kesibukan yang sedemikian rupa menyita banyak waktu berharga bagi Jaesung, tetapi tak ayal membuat semangat Jaesung surut, ia tahu bagaimana perjuangan yang harus ia lewati hingga bisa debut. Apa kau sudah makan? Ucap Nyonya Song di seberang sana, untungnya komunikasi yang sudah canggih bisa mengobati rasa rindu Jaesung kepada keluarganya. “Sudah, bagaimana keadaan Appa? Aku sudah lama tak mendengar kabar dari nya.” Yah begitulah, kesibukannya telah menyita banyak waktu bersama kita, bahkan appa sudah jarang makan malam di rumah, hanya tinggal aku dan Jaewoon. Apa kau tidak ada rencana pulang ke rumah? “Aku masih ada beberapa kesibukan, kemungkinan akhir bulan ini aku akan pulang eomma, bersabar yaa.” Sorot mata Jaesung yang sarat akan kerinduan kepada keluarganya membuat Nyonya Song menghela nafas. Baiklah,