Hari ini presentasi kelompok Rina berjalan dengan lancar, hanya saja ada beberapa data yang diminta untuk melengkapi laporan mereka.
“Kerja bagus semuanya.” Kevin mengapresiasi kelompok mereka sebagai ketua kelompok.
“Untuk kelengkapan data, biarkan aku dan Tristan yang mengerjakan, nanti akan kami serahkan langsung ke kantor dosen.” Ujar Emiliy yang di angguki oleh Tristan.
“Baiklah, berarti tugas kita telah selesai, terimakasih kerjasamanya teman-teman.” Syerin mulai melirik ke arah Rina.
“Rina bagaimana jika hari ini kita pergi berbelanja? Ayo kita cari barang-barang lucu.” Tampak gadis itu bersemangat untuk menghabiskan uang.
“Maafkan aku Syerin, aku sudah ada janji dengan Rina hari ini.” Kevin segera menyela.
Rina terkejut mendengar hal itu, seingatnya ia tak pernah berjanji apa pun kepada Kevin, atau diajak kemanapun oleh Kevin. Belum sempat Rina merespon, Kevin langsung menatap Rina.
“Benarkan Rina?” ada makna tersirat d
Dua minggu telah berlalu, akhirnya Jaesung bisa terlepas dari belenggu ujian kelulusannya, ini saatnya untuk mengistirahatkan tubuh dan fikirannya sejenak, sebelum menyiapkan segala keperluan untuk audisi. “Apa kau sudah membuat rencana untuk menghabiskan masa santaimu?” tanya Jaewoon yang sedang memegang sebungkus keripik kentang di tangannya. Bahkan saat ini otak Jaesung tidak ingin di ajak befikir, “Belum, memangnya aku harus merencanakan apa?” “Bagaimana jika pergi piknik beberapa hari bersama eomma dan appa, aku fikir jika mengajak mereka akhir minggu ini tidak masalah,” Jaewoon mulai menyumbangkan idenya. “Kita bisa buat pesta kecil dan barbeque di kaki bukit, kau tahu kan, sekarang sedang banyak orang kesana untuk sekedar berwisata dan menghilangkan penat.” Jaewoon menambahkan. “Ntahlah hyung, aku fikir aku hanya ingin tidur di rumah untuk beberapa hari ... ” tadinya Jaesung hanya ingin menghabiskan w
“Jaewoon, bisakah kau membelikan beberapa bahan-bahan masakan untuk bepergian lusa?” tanya Nyonya Song. Dengan kepintaran Jaewoon, ia berhasil menyampaikan kesalahan informasi kepada ibunya, Jaewoon mengatakan bahwa adiknya ingin melakukan piknik di akhir minggu ini. Tentu saja Nyonya Song sangat setuju, mengingat anak bungsunya telah menderita dua minggu ini untuk menghadapi ujian, ia pikir piknik adalah hal yang baik untuk kembali mengisi energi. “Eomma, bisakah minta tolong pada Jaesung saja? Aku benar-benar sedang banyak pekerjaan.” Telihat beberapa buku dan kertas-kertas berserakan di meja tersebut, laptop yang tengah menyala dan kondisi sekitar anaknya, menyiratkan bahwa Jaewoon tengah sibuk mengerjakan tugasnya. Akhirnya Nyonya Song berjalan menuju kamar Jaesung, setelah mengetuk pintu dan mendapatkan jawaban dari dalam akhirnya wanita paruh baya itu masuk. “Jaesung, apa kau sedang sibuk, Nak?” tanya Nyonya Song. Jaesung yang t
Pagi ini Rina bangun dengan perasaan aneh, ia merasa kegiatan tidurnya menjadi hal yang menyenangkan, dimana ia ditemani oleh mimpi indah, tetapi gadis itu berusaha menghiraukan hal tersebut. Seperti kesepakatan antara dirinya dan Jaesung malam tadi, hari ini Rina akan ke rumah Nyonya Song untuk membantu mempersiapkan segala kebutuhan piknik besok. Sebelum itu, ia akan mempersiapkan juga segala kebutuhan yang akan ia bawa. Rina membuka ponselnya dan mencoba mencari hal-hal apa saja yang harus dibawa ketika piknik, mengingat ia masih minim pengalaman. Gadis itu terkejut ketika mendapati sebuah benda yang masuk dalam list piknik ketika ia mencoba mencari di internet. “Kondom?” untuk sesaat gadis itu berfikir. “Aisssh ... aku akan piknik bersama keluarga, bukan pacar.” Ia mulai menggerutu, daripada harus dipermainkan dengan hasil pencarian internet yang membuat pipinya bersemu merah, akhirnya ia memutuskan untuk membuat list sendiri.
Hari Sabtu pukul 6 pagi, Rina telah sibuk mempersiapkan dirinya. Gadis itu bersiap-siap lebih pagi, ia tidak ingin membuat keluarga Tuan Han menunggunya. “Selamat Pagi Ahjussi.” Sapa Rina ketika bertemu Tuan Han yang tengah bersiap-siap di depan apartemen mereka. “Wah, selamat pagi juga Rina-ya, sudah lama yaa kita tak bertemu.” Balas lelaki paruh baya tersebut, senyum hangatnya membuat Rina tertular kebahagiaan di pagi ini. Beberapa saat setelah itu, keluar Nyonya Song berserta anak-anaknya membawa beberapa koper dan tas. Rina yang melihat hal itu, mencoba untuk membantu membawakan tas yang ada pada Nyonya Song. “Biarkan aku ikut membantu Ahjumma.” “Terimakasih Rina-ya.” Tiba-tiba Nyonya Song memperhatikan Rina dari atas hingga bawah, gadis yang diperhatikan itu menjadi malu sekaligus penasaran dengan tanggapan Nyonya Song. Hari ini Rina berpakaian lebih santai, menggunakan dress bert
Entah mengapa, tapi Rina merasa hari ini Jaesung banyak membuat jantungnya berdebar, kali ini mereka tengah menikmati makan siang dengan sajian sandwich dan kimbab yang telah disediakan oleh Nyonya Song. “Rina, apa kau menyukai tempat ini?” tanya Tuan Han. “Setidaknya itu tidak akan mengecewakan Jaesung dengan idenya.” Tambah Tuan Han. Jadi semua ini idenya? “Tentu saja ahjussi, aku sangat menikmati suasana disini, belakangan ini memang aku disibukkan dengan banyaknya tugas kuliah, sepertinya ini benar-benar akan menyegarkan kembali fikiran dan tubuhku.” Rina melirik ke arah Jaesung yang didapati tengah memalingkan wajah, sepertinya pemuda itu benar-benar malu saat ini. Jaesung mengutuk kakanya dalam hati. Aisshh ... dasar kurang ajar, padahal ini idenya, tapi malah aku yang harus menanggung malunya. Setelah puas berbincang sehabis makan siang, mereka memutuskan untuk kembali ke villa, menikmati sia
Hari ini adalah hari terakhir mereka di vila tersebut, sebelum pulang Jaesung berniat untuk mendaki jalur hiking menuju observatorium, keinginannya untuk melihat bintang tak bisa dilaksanakan, sebagai gantinya, ia akan menikmati pemandangan kota dan matahari terbit dari ketinggian tersebut. “Hyung, ayo mendaki.” Ajak Jaesung kepada kakaknya yang saat ini tengah berusaha membuka matanya dengan benar. “Kemana?” “Observatorium yang di ujung sana.” Jaesung mulai menggunakan jaket yang tergantung di sudut ruangan, cuaca subuh ini benar-benar dingin, mencapai 13 derajat celcius, berbeda degan kondisi di kotanya, yang hanya sampai 24 derajat celcius. “Pergilah, aku ingin melanjutkan tidurku.” Tampak pemuda itu kembali menarik selimutnya dan menutupi seluruh tubuhnya seperti anak kucing. Akhirnya Jaesung keluar dari kamarnya, pengalaman pergi kesana sebelumnya membuat Jaesung sudah hafal jalur ke arah lokasi tersebut, apalagi ini adalah
Perjalanan piknik dua hari satu malam itu berlalu dengan cepat, hari ini semua kembali pada kesibukan masing-masing, Rina dan Jaewoon yang telah kembali pada kegiatan kampus, dan Jaesung yang sudah mulai menyibukkan diri untuk persiapan audisi yang tinggal beberapa minggu lagi. Beberapa kali terlihat pemuda itu begitu frustasi, menghentikan permainan gitarnya, kemudian melihat keluar jendela, Jaesung benar-benar tidak bisa fokus pada latihannya, saat ini ia masih bingung ingin menampilkan bakat apa untuk audisinya. Keadaan di luar sana selaras dengan perasaan Jaesung yang saat ini tidak baik-baik saja, tetesan hujan yang menghantam kaca jendela kamarnya, membuat Jaesung merasa dunia ikut merasakan kesulitannya saat ini. “Apakah aku harus menyanyikan itu saja?” Kali ini terlihat Jaesung bersandar pada tepian tempat tidurnya untuk mengenang kembali ingatan beberapa hari yang lalu di tepi sungai kaki bukit, saat itu ia mencoba untuk unjuk bakat di depan gadis yang akhir
Seperti biasa, Rina melewati hari-harinya dengan kesibukan kuliah, tak terasa satu tahun telah ia lewati, ketika sebelumnya ia tidak terlalu kesepian dengan adanya keluarga Tuan Han, tapi sekarang ia merasa kembali di tinggalkan, ditemani oleh kesepian dan kesendirian yang perlahan-lahan melahapnya. Ia masih ingat betul kenangan ketika menghadiri acara kelulusan Jaesung, ditangan gadis itu terdapat sebuah buket Bunga Gardenia yang tersusun cantik. “Selamat atas kelulusanmu.” “Terima kasih Rina,” Ucap Jaesung. Hari itu tampak sangat membahagiakan bagi Jaesung, terlihat dari senyum pemuda itu yang tak pernah usai, bahkan hari ini Jaesung lebih banyak tertawa. “Apa aku mengganggu jadwal kuliahmu? Kau tidak harus memaksakan untuk datang.” Kali ini Rina dan Jaesung tengah duduk di bangku taman, Jaewoon beserta kedua orang tuanya memutuskan untuk kembali terlebih dahulu. “Hari ini aku tidak ada jadwal perkuliahan.” “Apa kau menikmati acara k
Mendapati adiknya yang tiba-tiba pergi meninggalkan mereka, akhirnya Jaewoon memutuskan untuk menyelesaikan acara sarapan paginya secepat mungkin, begitupun Rina, kini gadis itu sudah terlihat tak berselera setelah mendapati sikap tak menyenangkan Jaesung sebelumnya.“Apa kau baik-baik saja?” tanya Jaewoon, menurutnya gadis itu cukup syok mendapati perlakuan adiknya yang sudah keterlaluan.“Aku tak apa-apa oppa,” ucapnya ragu. “Apa Jaesung sedang ada masalah? Kenapa tiba-tiba ia menjadi kesal?”Jaewoon merasa tidak memiliki hak untuk memberikan penjelasan mengenai berita yang baru saja menayangkan masalah percintaan yang dialami adiknya, “Aku pun tak tau, mungkin nanti dia akan menjelaskan kepadamu.” Akhirnya Rina mengangguk pasrah, ia berfikir sikapnya semalam terhadap Jaesung lah yang membuat pemuda itu menjadi lebih sensitif.Sesampainya mereka di rumah, Rina telah memukan Jaesung membawa sebuah ransel, “Kau, akan kemana?” ucapnya sembari menahan lengan pemuda itu. Jaesung yang tel
Seharian Rina mengurung diri di kamar, menyesali perbuatannya dan kembali menangis sesegukan, apa ia benar-benar telah menyakiti hati Jaesung? Mendadak ia membeku, merasa mengerti akan semua ini, jadi ia melihat kontak Jeong min dengan simbol hati? Dan karena itu ia mengira bahwa telepon tersebut dari pacarku? Akhirnya Rina paham atas sikap Jaesung, apalagi ketika semalam ia tak memberi jawaban atas perasaan pemuda tersebut. Memikirkan hal itu membuat dadanya semakin sesak, ia tak tahu harus bersikap seperti apa, ia ingin meluruskan semuanya, hanya saja ia tak ingin membuat masalah dengan karir Jaesung, ada dilema mendalam yang sangat menyiksannya dan karena kelelahan, akhirnya Rina terlelap.Ketika pertama membuka mata, ia mencoba mencari ponsel dan mengecek pukul saat ini. ia kaget karena sekarang sudah mulai gelap, sebegitu lelahkah ia hingga bisa tidur selama itu? Ia mulai berjalan ke kamar mandi dan mendapati wajahnya sangat berantakan, matanya yang sembab dan w
Pagi ini rumah Tuan Han terdengar ramai, entah apa yang terjadi, membuat Rina terbangun lebih awal, ia berusaha mengumpulkan nyawa dan berjalan ke ruang tamu, disana gadis itu telah mendapati Nyonya Song dan Tuan Han yang telah bersiap-siap untuk berangkat. “Ahjumma, akan kemana pagi-pagi sekali?” “Aku ada urusan mendadak, mungkin akan pulang malam nanti atau besok, maafkan aku Rina.” Ucapnya sembari berjalan mendekati Rina. “Padahal aku yang memaksamu untuk kesini, tapi aku malah jadi sibuk begini.” “Tak masalah Ahjumma, aku baik-baik saja kok, lagipula, aku masih di Korea.” Rina tidak ingin memberatkan Nyonya Song dan Tuan Han yang telah sangat baik kepadanya. “Hati-hati di jalan.” Ucapnya lagi. “Rina-ya, jika butuh apa-apa, kau bisa minta saja kepada Jaewoon ya, jangan merasa sungkan, kita adalah keluarga.” ucap Tuan Han yang diangguki oleh Rina. Akhirnya pintu itu tertutup dan meninggalkan gadis itu sendirian di ruang ta
Setelah menyelesaikan sesi lepas kangen dengan Jeong min, Rina memutuskan untuk keluar, mencoba mencari kegiatan yang bisa ia lakukan untuk mengisi waktu luang, seperti membersihkan rumah mungkin? Apa aku terlalu nyaman dengan keluarga ini? Ia membiarkan ponselnya tergeletak di atas tempat tidur dan mulai melangkah keluar dari ruangan tersebut, Rina menuruni tangga sambil sesekali melihat-lihat apa yang bisa ia lakukan. Dan langkah pada anak tangga terakhir menjadi terhenti ketika melihat Jaesung tengah menikmati waktu santai dengan rebahan di sofa ruang tamu. Rina sebenarnya merasa kasihan melihat anak itu, ia tahu semalam bahwa Jaesung menghabiskan malam dengan hanya tidur di sofa. “Kenapa kau tidak tidur di dalam saja?” seketika Rina sudah berdiri di samping sofa tersebut. “Aih, kau mengejutkanku.” Jaesung mencoba untuk bangkit dan duduk bersandar dengan nyaman. “Aku tak ingin mengganggumu, kau seharusnya istirahat setelah perjalanan panja
Malam ini akhrinya Jaesung mengistirahatkan dirinya disamping kerbau kesayangannya. Mendapati sinar matahari yang mencoba masuk melalui celah tirai membuat Jaesung mencoba mengerjapkan matanya beberapa kali, tampak kali ini ia menggeliatkan tubuhnya agar terasa lebih ringan. Seketika ia duduk dan mendapati Jaewoon sudah tidak ada di sampingnya. “Ada apa ini? Kenapa dia bisa bangun lebih pagi dariku?” Sesekali ia menggaruk pusarnya yang tidak gatal, Jaesung berjalan ke kamar mandi untuk sekedar mencuci wajahnya, dan turun ke bawah untuk mencari sarapan. Betapa terkejutnya ia ketika mendapati Jaewoon sudah sok sibur di dapur bersama Rina dan ibunya. “Hyung, apa yang kau lakukan?” Jaewoon tampak enggan membalas pertanyaan adiknya, kali ini matanya benar-benar tersiksa akibat potongan bawang yang sedang ia hadapi. “Jangan berbicara kepadaku!” Jaesung mengambil sebuah mug kecil berisi susu hangat yang terletak di atas meja makan se
“Eomma, kenapa tidak beritahu jika Rina akan datang?” tampak pemuda itu tengah merajuk sembari duduk di depan meja makan, memperhatikan ibunya yang tengah mengupas apel untuk makanan pencuci mulut malam itu. “Haruskah aku beritahu? Kau seperti selalu mengabari jika ingin pulang saja,” ucap Nyonya Song yang mulai memotong apel itu ke dalam ukuran kecil agar mudah untuk dilahap. “Lagipula aku juga baru tahu tadi pagi ketika tidak sengaja menghubunginya, ternyata ia sudah di bandara.” Mendengar hal itu membuat Jaesung menghela nafas sesaat, ia tak tahu bagaimana mengatakan kegelisahannya kali ini, ia merasa telah berdosa kepada Rina ketika harus pergi tanpa megabari, tapi di satu sisi, ia benar-benar merindukan gadis itu. “Apa kau akan lama di rumah?” ucap Nyonya Song membuyarkan lamunan Jaesung. “Mungkin hanya dua atau tiga hari ini.” “Baguslah, kalau begitu, kau bisa menikmati waktu istirahatmu dengan Rina.” Ucap Nyonya S
“Na wasseo.” Terdengar suara tutupan pintu, menampilkan sosok pemuda yang kelelahan dan sangat merindukan masakan rumah. Tapi sapaannya hanya dibalas dengan udara ruangan kosong tersebut, padahal lampu rumahnya tampak menyala. “Eomma?” Ulang pemuda tersebut, memastikan bahwa ruangan itu masih diisi oleh keberadaan keluarganya. Apa ia salah masuk rumah? Tidak mungkin. Jaesung menggelengkan kepala dengan cepat. Pemuda itu akhirnya memutuskan untuk naik ke kamarnya, mencoba mencari keberadaan manusia yang selalu mengganggu hidupnya. Benar saja ketika ia mencoba membuka pintu di sebelah ruang tidurnya, kembali Jaesung menemukan ‘kerbau’ itu tengah tertidur dengan sangat lelap. “Hyuuung, apa kau tidak mendengarku masuk?” Ia mencoba berinteraksi dengan benda setengah hidup tersebut. Dan – sia-sia. Ia mencoba mengambil bantal dari kamarnya dan memukul pantat kerbau itu dengan keras. “Ya! Bagaimana mungkin kebiasaa
Hari ini lagi-lagi Rina dikejutkan dengan kehadiran Jeong min di depan pintu apartemennya. “Apa yang kau lakukan disini? Kenapa tidak mengabari terlebih dahulu?” “Nuna akan kemana?” tanya Jeong min. Kali ini Rina mengangkat kantong plastik yang terikat rapi tanpa memberikan jawaban kepada Jeong min. “Masuklah, aku akan segera kembali.” Jeong min memasuki ruangan itu, seperti biasa ia menempatkan dirinya dengan nyaman di atas sofa, mencoba meneliti ruangan itu yang sebentar lagi akan ditinggal oleh pemiliknya. “Ada apa?” tanya Rina yang mengejutkan Jeong min. “Kita akan berangkat dua hari lagi nuna, aku sudah mendapatkan informasi mengenai ‘orang’ itu.” Untuk sejenak Rina menatap Jeong min. Merasa pantas untuk menanyakan arti tatapan itu, akhirnya membuat pemuda itu kembali bersuara. “Kenapa? Ada yang salah?” Pikirannya benar-benar berkecamuk kali ini, padahal ia telah mendapatkan bayaran dari kerja kerasnya be
Rutinitas Jesung sebagai seorang Idol membuat pemuda tersebut jarang bertemu dengan keluarganya, kesibukan yang sedemikian rupa menyita banyak waktu berharga bagi Jaesung, tetapi tak ayal membuat semangat Jaesung surut, ia tahu bagaimana perjuangan yang harus ia lewati hingga bisa debut. Apa kau sudah makan? Ucap Nyonya Song di seberang sana, untungnya komunikasi yang sudah canggih bisa mengobati rasa rindu Jaesung kepada keluarganya. “Sudah, bagaimana keadaan Appa? Aku sudah lama tak mendengar kabar dari nya.” Yah begitulah, kesibukannya telah menyita banyak waktu bersama kita, bahkan appa sudah jarang makan malam di rumah, hanya tinggal aku dan Jaewoon. Apa kau tidak ada rencana pulang ke rumah? “Aku masih ada beberapa kesibukan, kemungkinan akhir bulan ini aku akan pulang eomma, bersabar yaa.” Sorot mata Jaesung yang sarat akan kerinduan kepada keluarganya membuat Nyonya Song menghela nafas. Baiklah,