Pagi ini Rina dikejutkan oleh kedatangan seorang pemuda. Disaat dirinya sedang mencoba membuat sarapan seperti biasa, bel apartemennya berbunyi. Setelah melepaskan apron yang tengah ia gunakan, Rina membuka pintu. Untuk sesaat Rina heran menatap tamu di depannya, seorang pemuda yang belum pernah ia temui sebelumnya.
“Maaf Anda siapa yaa?”
“Annyeong baby.” Pemuda tersebut tersenyum dengan lesung pipi yang sangat menggemaskan. Ia langsung memasuki ruangan sebelum mendapatkan izin dari Rina.
Rina menatap waspada kepada pemuda tersebut, akhir-akhir ini terlalu banyak kejutan dalam hidupnya.
“Apa yang coba anda lakukan?” tanya Rina waspada.
Setelah memposisikan dirinya dengan nyaman pada sofa, pemuda tersebut tersenyum, “Nuna~ tak bisakah kau berikan tamu ini minuman terlebih dahulu sebelum bertanya? Aku benar-benar haus, apakah kau sedang memasak sarapan? Aku juga lapar.”
Rina semakin menjamkan tatapan nya, ada apa dengan orang ini? Akhirnya, karena pemuda tersebut terlalu canggung untuk ditatap lebih lama, ia buka suara.
“Aku kesini untuk menjemput dokumen SMA Maria, aku yang akan mengantar ke kantor polisi, yaa~ tidak usah berterima kasih nuna.” Rina benar-benar terkejut mendengar penuturan pemuda tersebut.
“Apa kau yang selalu menghubungiku dan mengirimi sms itu?” tanya Rina.
“Menghubungi? Bahkan aku belum memiliki nomor ponselmu, bisakah aku mendapatkannya sekarang? Tentu saja untuk menambah kenalan nuna cantikku.” Rina tidak bergeming mendengar penjelasan orang di depannya.
“Ayolah~ mulai sekarang kita adalah partner, oke? Kau mengerjakan bagianmu, dan aku yang akan membereskan sisanya, karna aku yakin jika semua dikerjakan olehmu, aku tidak akan memiliki penghasilan,” pemuda itu kembali tersenyum.
Rina tidak membalas perkataan Jeong min, melihat ponsel Rina yang tergelatak di atas meja, pemuda itu langsung mengambil dan memasukkan nomornya ke dalam ponsel Rina, gadis itu terkejut atas tingkah laki-laki di depannya. Bagaimana bisa ada seseorang dengan lancang membuka ponsel orang lain, tunggu! Bagaimana dengan face id maupun password untuk membuka ponselnya? pikir Rina, pemuda di depannya benar-benar mengejutkan.
“Jeong min ❤ ?” Rina mnegernyitkan dahinya.
Pemuda itu tersenyum manis, “Bukankah itu cocok untuk imageku nuna? Aku yakin kau telah menyetujui bahwa hari ini kau beruntung bisa bertemu pria tampan dan imut seperti ku.” Jeong min tertawa dan sedikit bergidik akan pernyataannya barusan.
“Sampai kapan aku harus menunggu untuk mendapatkan dokumen itu?” tanya Jeong min, menghadapi seorang wanita yang tengah terpesona atas dirinya benar-benar menyenangkan,. Ah, Rina baru ingat bahwa ia belum melakukan pengecekan terhadap hasil curiannya malam tadi.
“Aku belum mengecek apakah itu dokumen yang benar.” Rina membalas pertanyaan Jeong min.
“Tak masalah, biar aku yang selesaikan, jika dokumennya tidak benar -Jeong min menggantungkan kalimatnya- kau tinggal kembali mencari dokumen itu kembali.” Jeong min tertawa.
Rina benar-benar kaget mendengarnya, bagaimana mungkin Rina kembali ke sekolah itu? Ia yakin bahwa sekarang disana sedang ramai membicarakan bagaimana pintu ruang kepala sekolah bisa rusak, ia yakin jika harus kembali, gadis itu akan tinggal di tahanan untuk beberapa waktu.
Melihat ekspresi Rina membuat Jeong min terkekeh pelan, “Tentu saja kau harus melakukannya nuna~.” Jeong min seperti bisa membaca pemikiran Rina, “karna kau akan mendapatkan informasi mengenai orang tuamu, bukankah itu tujuan akhirmu?”
Setelah menerima berkas tersebut, Jeong min berjalan melewati Rina menuju pintu, “Nuna~ berdoalah bahwa ini adalah dokumen yang benar”, Jeong min tersenyum sembari mengangkat berkas itu.
“Mulai sekarang kita mungkin akan sering bertemu baby.”
Jeong min keluar sambil mengedipkan salah satu matanya kepada gadis itu, Rina tidak bereaksi, jantungnya berdetak cepat, bukan karna godaan pemuda tadi, tapi ia benar-benar cemas jika dokumen itu bukanlah dokumen yang mereka cari.
***
“Jaesung, kau dipanggil ke ruang kepala sekolah.” Salah satu temen sekalas Jaesung menyampaikan pesan yang ia terima dari seorang guru, merasakan firasat buruk, Jaesung yang kebingungan langsung menuju ke ruang kepala sekolah.
Ttok ttok ttok
Setelah mengetuk pintu, Jaesung masuk ke dalam ruangan itu, didalamnya sudah ada kepala sekolah dan dua orang guru.
“Silahkan duduk.” sapa kepala sekolah dengan ramah. “Kau, han Jaesung, benar?”
Jaesung mengangguk “Benar pak, apakah saya melakukan kesalahan?” Jaesung bertanya kebingungan, ia berharap ini bukanlah suatu hal yang buruk.
“Apa semalam kau masih berada di sekolah?” tanya salah seorang guru menyelidik.
“Ah ya benar, saya mengerjakan beberapa tugas di perpustakaan hingga agak malam.” Jaesung mulai mengkhawatirkan dirinya.
“Berarti kau tau bahwa ada orang asing yang mencoba mencuri ke sekolah kita tadi malam” jelas guru tersebut. Jaesung mulai khawatir, jangan-jangan guru tersebut mencoba untuk menjadikannya tersangka.
“Maaf saya tidak tau”
“Ini dompetmu bukan?” Jaesung terkejut melihat dompetnya dikeluarkan dari laci kepala sekolah.
“Ah benar, saya kehilangannya malam tadi.” Jaesung mencoba untuk mengambil dompet tersebut.
“Kami tidak mencoba untuk menuduhmu nak, kami mengetahui bahwa pencuri tersebut adalah seorang wanita melalui cctv gerbang sekolah, hanya saja karna kami menemukan dompetmu di teras sekolah, aku pikir kau bertemu dengan seseorang yang bersikap aneh atau tindakan aneh malam tadi, aku harap jika kau mengetahui informasi tersebut, kau bisa memberi tahu kami.” Jaesung mulai mengerti situasi saat ini, dia berpikir sejenak, dan pupil matanya mulai melebar ketika ingat bahwa ia di tabrak oleh seorang gadis malam tadi.
Apakah ia harus mengatakannya? Tapi ia tidak akan memberikan informasi penting, karna yang Jaesung tau pun itu hanya seorang wanita, informasi yang dimiliki sekolah tidak akan bertambah dengan Jaesung memberitahukan kebenaran malam itu, dan Jaesung adalah tipe orang yang tidak ingin ikut campur dalam masalah yang akan membuatnya kesusahan, beberapa saat lagi ia akan lulus, ia hanya harus memiliki hari-hari tenang untuk menghadapi ujian kelulusannya.
“Maaf pak, saya tidak bertemu dengan orang seperti itu.” Jaesung menjawab dengan yakin.
“Baiklah kalau begitu, jika ada informasi yang kau dapatkan, tolong segera kabari kami ya.” jelas salah seorang guru.
“Baik, kalau begitu, saya permisi.” Jaesung pamit dan menghilang di balik pintu.
Sepanjang perjalanan menuju kelas, Jaesung dihanyutkan dengan pikiran mengenai perempuan yang menabraknya, ia merasa tidak asing dengan orang tersebut, hanya saja Jaesung tidak bisa mengingat dimana ia pernah berjumpa dengan orang tersebut.
Ingatannya terlalu samar, tapi Jaesung merasa bahwa ia pernah berjumpa dengan wanita tersebut, hanya saja semua ini serasa tidak memiliki titik terang, apa karna ia berjumpa di malam hari? Jaesung terkikik geli atas pemikiran konyolnya.
***
Hari ini Rina akan ke kampus untuk melakukan penyerahan berkas-berkas pendaftarannya, sekaligus ingin berkeliling kampus untuk melakukan adaptasi dengan suasana baru tersebut, setelah memastikan semua kebutuhannya sudah lengkap, ia memasang sepatu dan jaket untuk melindunginya dari hawa dingin, hari ini kota itu diselimuti awan gelap, hanya saja tidak turun hujan setelah beberapa lamanya, membuat suhu menjadi turun disertai angin yang cukup sejuk.
Rina memutuskan untuk menaiki bus menuju kampusnya, ia ingin membiasakan diri dengan berbagai transportasi di sini, sayang ia tidak memiliki mobil sendiri untuk bisa berkeliling kota. Setelah 15 menit, ia sampai di depan gerbang kampusnya, sejenak Rina menatap gedung itu sembari tersenyum, “Disinilah aku akan mengahabiskan waktuku beberapa tahun kedepan.” Rina bangga bisa melanjutkan pendidikan ke salah satu kampus terbaik di negara ini, walau bukan beasiswa, ia tetap senang karna kemampuannya ternyata diakui untuk diterima di kampus bergengsi ini.
Perjalanan dari gerbang menuju gedung rektorat membutuhkan waktu sekitar 10 menit berjalan kaki, di kiri dan kanan jalan terdapat pepohonan rindang serta bangku taman yang banyak diisi oleh mahasiswa yang sedang mengerjakan tugas atau hanya sekedar duduk-duduk bersama pasangannya. Melihat itu semua Rina jadi berfikir, apakah ia harus mulai mencari pasangan juga? Tentu saja masa perkuliahan adalah masa terbaik untuk mencari relasi dan pasangan, dan karena ia berada di negara yang berbeda, itu akan membuat cakupan pertemanannya menjadi semakin luas.
Setelah menyerahkan berkas pendaftaran dan beberapa persyaratan lain, Rina berencana untuk melihat-lihat kampus sembari melepas penat, karna bukan hanya fisik Rina tyang di pacu untuk mengerjakan pencurian semalam, namun jantungnya pun bekerja lebih keras, mengingat berkas yang ia serahkan, belum diketahui kebenarannya.
tanpa di sadari ia mendengar seseorang memanggil namanya. “Rinaaa.”
Terlihat di kejauhan seorang pemuda melambai kepadanya. Pemuda itu mendekat ke arah gadis itu, Rina cukup kaget dengan sosok yang berjalan ke arahnya.
“Jaewoon?” Rina ingat pertemuan dengan pemuda tersebut beberapa hari lalu.
“Apa yang sedang kau lakukan disini?” tanya Jaewoon.
“Aku baru saja mengantarkan berkas pendaftaranku.” terang gadis itu.
“Jadi kau adalah mahasiswa baru di kampus ini?” Jaewoon kembali bertanya yang dibalas anggukan oleh Rina.
“Baiklah, mulai sekarang panggil aku senior Jaewoon atau Jaewoon oppa juga boleh.”
Rina kaget dan tersenyum mengetahui bahwa tetangganya ternyata adalah senior di kampus ini.
“Baiklah Jaewoon oppa, apa kau juga kuliah disini?” Rina kembali bertanya, ia merasa beruntung bisa bertemu Jaewoon, setidaknya ia memiliki teman bicara.
“Yaa, aku mahasiswa tingkat akhir disini.” Rina kembali dikejutkan oleh fakta bahwa ternyata orang yang ia ajak bicara ternyata lebih tua dari pada dirinya, gadis itu berfikir Jaewoon tidak terlalu berbeda usia dengan Jaesung, ternyata pemuda di depannya itu sudah lebih tua darinya.
“Apa kau berfikir aku terlalu tua karna telah menjadi mahasiswa tingkat akhir?” tebak Jaewoon. Pemuda itu tertawa melihat kebingungan Rina, “Ini baru tahun ketigaku Rina, tapi aku sudah hampir menyelesaikannya, mengagumkan bukan?” terang Jaewoon membanggakan diri.
“Benarkah? Jadi oppa hanya butuh 3 tahun untuk menyelesaikannya?” tanya Rina memastikan.
“Tentu saja itu tidak mudah, aku benar-benar harus bekerja keras, hanya saja aku tidak ingin memperlihatkan bahwa itu sulit, tolong jangan terlalu kagum kepadaku, nanti kau jatuh terlalu dalam akan pesonaku.” terang Jaewoon sembari tersenyum lebar, senyumnya benar-benar mirip dengan Jaesung.
Rina paham sekarang, Jaewoon orang yang ramah sebenarnya, ia bersikap seperti itu hanya untuk bercanda dan menunjukkan bahwa ia bukanlah orang yang sombong.
“Kalau begitu, beri tau aku rahasianya untuk bisa selesai dengan cepat.” Rina mulai bersemangat.
“Begitukah? Tapi sepertinya aku mulai lapar, aku tidak sempat sarapan tadi, ayo pergi makan, aku akan memperlihatkan kantin kampus ini, dan kau yang bayar.” Jaewoon tertawa.
Mendengar hal itu Rina hanya tersenyum tak habis pikir, sembari mengikuti langkah Jaewoon yang mulai menjauh darinya.
“Ternyata suasana kampus ini benar-benar nyaman.” Rina yakin berlajar disini memang akan menyenangkan.
“Tentu saja, ini kampus terbaik di negeri ini, suasana yang baik akan menghasilkan pendidikan yang baik juga kan?” respon Jaewoon. Hal tersebut disetujui oleh Rina, tidak salah ia memilih untuk melanjutkan studi nya ke negara ini.
Ketika ingin menyeruput teh tarik yang Rina pesan, alangkah terkejutnya ia melihat Jeong min berada di ruangan yang sama sembari melambai dengan senyum merekah di wajahnya, hampir saja Rina mati tersedak, Jeong min yang melihat kejadian tersebut hanya tertawa dan kemudian mengangkat ponselnya untuk mengisyaratkan Rina mengecek pesan yang telah ia kirimkan.
Mission complete
Entah kenapa ada kesenangan tersendiri bagi Rina ketika melihat pesan dari pemuda tersebut, ketika ingin memberikan respon kepada Jeong min, Rina sudah tidak mendapati pemuda tersebut di tempat duduknya semula.
“Apa dia hantu?” gumam Rina bingung sembari melanjutkan minumnya yang tertunda.
Hari ini adalah akhir pekan, Rina berencana pergi ke toko buku untuk melihat-lihat, mungkin saja ada buku yang bisa ia jadikan referensi untuk perkuliahannya, lagipula ia merindukan hobi lamanya untuk membaca komik. Ketika keluar dari apartemen ia menemukan Jaesung berada di depan lift.“Kau ingin kemana?” sapa Rina kepada Jaesung.“Hanya berkeliling untuk mengistirahkan fikiranku, kau sendiri? Bukankah biasanya wanita jika di akhir pekan lebih suka dirumah untuk berberes rumah?” Jaesung sangat mengetahui kebiasaan ibunya yang selalu berusaha menghabiskan akhir minggu untuk membersihkan rumah dan merawat tanaman-tanaman hiasnya.“Aku ingin ke toko buku, mencari beberapa referensi dan komik.” Rina mengikuti Jaesung yang sudah memasuki lift.“Apa ingin aku temani? Setidaknya kau butuh guide ketika berkeliling di tempat baru bukan?” Jaesung menawarkan diri, lagipula tidak ada salahnya menemani Rina men
Hari ini rina kembali berencana untuk jalan-jalan ditepi sungai seperti hari sebelumnya, hanya saja hari ini ia hanya ingin menghabiskan waktu karna terlalu bosan sendirian di apartemen, tapi bukankah dia memang selalu sendiri?Ketika sedang menikmati sejuknya angin yang bertiup, ia mendapati ponselnya bergetar dan menunjukkan nama 'Jeong min ❤', terakhir kali ia berjumpa dengan anak itu ketika sedang menikmati suasana kampus beberapa hari yang lalu, ada apa Jeong min menghubunginya kembali? Bukankan misi nya telah selesai?.“Ah, bisa saja dia ingin memberikan informasi yang dijanjikan.” Dengan semangat rina menggeser layar untuk menerima panggilan Jeong min.“Halo?” Rina mencoba menetralkan detak jantungnya, berharap ia benar-benar mendapatkan informasi itu.“Annyeong baby~, dimakah kau nuna?” Jeong min langsung menanyakan keberadaan rina.“Aku sedang berjalan-jalan santai di tepi sungai,
Setelah menyelesaikan makan siang, Jeong min mengajak Rina untuk bermain game, hanya beberapa permainan sederhana, “Bagaimana kalau Truth or Dare?” tantang Jeong min, “Baiklah kalau memang itu maumu.”Setelah bermain batu gunting kertas untuk menentukan siapa yang akan memulai, terpilihlah Rina sebagai pemula, ”Aku akan memilih truth.” Rina benar-benar bersemangat untuk menggali informasi.“Kau, kenapa kau bekerja di bidang ini?” jujur Rina penasaran dengan hal tersebut, ia hanya menemui pekerjaan seperti ini di dalam novel atau cerita fiksi lainnya, dan tidak tahu bahwa ini benar-benar ada di dunia nyata.“Tentu saja karna ini menyenangkan, walaupun nantinya aku menempuh jalan yang sulit, sebenarnya ini adalah suatu kebaikan, hanya saja dengan cara yang tidak biasa, aku menyukai tantangan, Nuna.”Setelah dipikir-pikir memang pekerjaan ini untuk tujuan yang baik, hanya
Pada pukul 11.45 Rina telah selesai dengan urusannya, sekarang gadis itu tengah duduk di ruang tamu menunggu Jeong min menjemputnya, sesekali ia membuka ponsel untuk kembali melihat pergerakan beberapa saham, akhir-akhir ini memang perekonomian sedang melemah, sehingga gadis itu menjadi lebih sering melakukan pengecekan. Ketika Rina hendak beranjak menuju dapur untuk mengambil air minum, terdengar suara bel rumahnya yang berbunyi. “Sebentar ... ” Rina bergegas untuk minum dan menyambar tasnya, ia membuka pintu dan tampak Jeong min yang tengah berdiri di depan pintu. “Annyeong baby” sapa Jeong min. Rina yang mendengar hal itu kembali tertawa, kenapa segala sesuatu yang di lakukan manusia di depannya terdengar sangat imut? “Ya! Berhentilah bersikap sok keren, kau sama sekali tidak keren Jeong min-a.” Rina tertawa meledek tingkah Jeong min. “Nuna~ jangan membohongi dirimu, kau tidak akan pernah bertemu pria sep
Hari ini adalah hari dimana Rina memulai kegiatan perkuliahannya, gadis itu terlihat bersemangat sejak pagi tadi, menyiapkan sarapan dan memilih pakaian untuk hari pertamanya. Setelah dirasa semuanya telah siap, Rina mulai melangkah keluar dari apartemennya, ia sedikit bergegas, bukan karena takut terlambat, tetapi gadis itu ingin memiliki sedikit waktu untuk menikmati suasana kampus sebelum memasuki kelas. Ketika keluar dari gedung itu, ia melihat Jaewoon yang sedang berjalan menuju halte, melihat hal itu membuat Rina sedikit berlari untuk menghampiri pemuda itu. “Selamat pagi.” sapa Rina sembari mendahului langkah Jaewoon. Pemuda itu terkejut dengan kemunculan Rina. “Apa ini hari pertamamu?” Jaewoon mencoba menyamakan langkah dengan gadis itu. “Iya, doakan hari ini menyenangkan ya oppa.” Jawab Rina. “Jika kau butuh bantuan, kau bisa beritahu aku nantinya, setidaknya kau butuh kenalan senior untuk memudahkan urusanmu.” Jaewoon
“Jaewoon-a, panggil adikmu untuk makan malam,” terdengar teriakan Nyonya Song dari dapur. “Okaaaay.” Jaewoon bangkit dari kegiatan bermalas-malasannya dan menuju kamarnya. Ia menemukan manusia yang sudah seperti patung tengah duduk di depan meja belajar, saking fokusnya, bahkan Jaesung tidak sadar akan kehadiran kakaknya. “Ya~ ayo makan, eomma sudah menyuruh berkumpul.” Terlihat Jaesung masih tidak menghiraukan kakaknya. “Apa kau tuli? Bagaimana mungkin kau mengabaikanku Jaesung-a.” Tampak Jaewoon mulai merengek di samping pemuda itu. “Aku dengar hyung, nanti aku akan keluar.” Akhirnya patung itu berbicara. “Aku tidak akan mempercayai kata-katamu, cepatlah, sebelum aku dimarahi eomma.” Jaewoon mulai menarik-narik tangan Jaesung. Dengan terpaksa Jaesung mengikuti langkah Jaewoon keluar dari ruang pertapaan itu. “Berapa lama lagi ujianmu nak?” tanya Tuan Han di sela-sela
Hari ini presentasi kelompok Rina berjalan dengan lancar, hanya saja ada beberapa data yang diminta untuk melengkapi laporan mereka. “Kerja bagus semuanya.” Kevin mengapresiasi kelompok mereka sebagai ketua kelompok. “Untuk kelengkapan data, biarkan aku dan Tristan yang mengerjakan, nanti akan kami serahkan langsung ke kantor dosen.” Ujar Emiliy yang di angguki oleh Tristan. “Baiklah, berarti tugas kita telah selesai, terimakasih kerjasamanya teman-teman.” Syerin mulai melirik ke arah Rina. “Rina bagaimana jika hari ini kita pergi berbelanja? Ayo kita cari barang-barang lucu.” Tampak gadis itu bersemangat untuk menghabiskan uang. “Maafkan aku Syerin, aku sudah ada janji dengan Rina hari ini.” Kevin segera menyela. Rina terkejut mendengar hal itu, seingatnya ia tak pernah berjanji apa pun kepada Kevin, atau diajak kemanapun oleh Kevin. Belum sempat Rina merespon, Kevin langsung menatap Rina. “Benarkan Rina?” ada makna tersirat d
Dua minggu telah berlalu, akhirnya Jaesung bisa terlepas dari belenggu ujian kelulusannya, ini saatnya untuk mengistirahatkan tubuh dan fikirannya sejenak, sebelum menyiapkan segala keperluan untuk audisi. “Apa kau sudah membuat rencana untuk menghabiskan masa santaimu?” tanya Jaewoon yang sedang memegang sebungkus keripik kentang di tangannya. Bahkan saat ini otak Jaesung tidak ingin di ajak befikir, “Belum, memangnya aku harus merencanakan apa?” “Bagaimana jika pergi piknik beberapa hari bersama eomma dan appa, aku fikir jika mengajak mereka akhir minggu ini tidak masalah,” Jaewoon mulai menyumbangkan idenya. “Kita bisa buat pesta kecil dan barbeque di kaki bukit, kau tahu kan, sekarang sedang banyak orang kesana untuk sekedar berwisata dan menghilangkan penat.” Jaewoon menambahkan. “Ntahlah hyung, aku fikir aku hanya ingin tidur di rumah untuk beberapa hari ... ” tadinya Jaesung hanya ingin menghabiskan w
Mendapati adiknya yang tiba-tiba pergi meninggalkan mereka, akhirnya Jaewoon memutuskan untuk menyelesaikan acara sarapan paginya secepat mungkin, begitupun Rina, kini gadis itu sudah terlihat tak berselera setelah mendapati sikap tak menyenangkan Jaesung sebelumnya.“Apa kau baik-baik saja?” tanya Jaewoon, menurutnya gadis itu cukup syok mendapati perlakuan adiknya yang sudah keterlaluan.“Aku tak apa-apa oppa,” ucapnya ragu. “Apa Jaesung sedang ada masalah? Kenapa tiba-tiba ia menjadi kesal?”Jaewoon merasa tidak memiliki hak untuk memberikan penjelasan mengenai berita yang baru saja menayangkan masalah percintaan yang dialami adiknya, “Aku pun tak tau, mungkin nanti dia akan menjelaskan kepadamu.” Akhirnya Rina mengangguk pasrah, ia berfikir sikapnya semalam terhadap Jaesung lah yang membuat pemuda itu menjadi lebih sensitif.Sesampainya mereka di rumah, Rina telah memukan Jaesung membawa sebuah ransel, “Kau, akan kemana?” ucapnya sembari menahan lengan pemuda itu. Jaesung yang tel
Seharian Rina mengurung diri di kamar, menyesali perbuatannya dan kembali menangis sesegukan, apa ia benar-benar telah menyakiti hati Jaesung? Mendadak ia membeku, merasa mengerti akan semua ini, jadi ia melihat kontak Jeong min dengan simbol hati? Dan karena itu ia mengira bahwa telepon tersebut dari pacarku? Akhirnya Rina paham atas sikap Jaesung, apalagi ketika semalam ia tak memberi jawaban atas perasaan pemuda tersebut. Memikirkan hal itu membuat dadanya semakin sesak, ia tak tahu harus bersikap seperti apa, ia ingin meluruskan semuanya, hanya saja ia tak ingin membuat masalah dengan karir Jaesung, ada dilema mendalam yang sangat menyiksannya dan karena kelelahan, akhirnya Rina terlelap.Ketika pertama membuka mata, ia mencoba mencari ponsel dan mengecek pukul saat ini. ia kaget karena sekarang sudah mulai gelap, sebegitu lelahkah ia hingga bisa tidur selama itu? Ia mulai berjalan ke kamar mandi dan mendapati wajahnya sangat berantakan, matanya yang sembab dan w
Pagi ini rumah Tuan Han terdengar ramai, entah apa yang terjadi, membuat Rina terbangun lebih awal, ia berusaha mengumpulkan nyawa dan berjalan ke ruang tamu, disana gadis itu telah mendapati Nyonya Song dan Tuan Han yang telah bersiap-siap untuk berangkat. “Ahjumma, akan kemana pagi-pagi sekali?” “Aku ada urusan mendadak, mungkin akan pulang malam nanti atau besok, maafkan aku Rina.” Ucapnya sembari berjalan mendekati Rina. “Padahal aku yang memaksamu untuk kesini, tapi aku malah jadi sibuk begini.” “Tak masalah Ahjumma, aku baik-baik saja kok, lagipula, aku masih di Korea.” Rina tidak ingin memberatkan Nyonya Song dan Tuan Han yang telah sangat baik kepadanya. “Hati-hati di jalan.” Ucapnya lagi. “Rina-ya, jika butuh apa-apa, kau bisa minta saja kepada Jaewoon ya, jangan merasa sungkan, kita adalah keluarga.” ucap Tuan Han yang diangguki oleh Rina. Akhirnya pintu itu tertutup dan meninggalkan gadis itu sendirian di ruang ta
Setelah menyelesaikan sesi lepas kangen dengan Jeong min, Rina memutuskan untuk keluar, mencoba mencari kegiatan yang bisa ia lakukan untuk mengisi waktu luang, seperti membersihkan rumah mungkin? Apa aku terlalu nyaman dengan keluarga ini? Ia membiarkan ponselnya tergeletak di atas tempat tidur dan mulai melangkah keluar dari ruangan tersebut, Rina menuruni tangga sambil sesekali melihat-lihat apa yang bisa ia lakukan. Dan langkah pada anak tangga terakhir menjadi terhenti ketika melihat Jaesung tengah menikmati waktu santai dengan rebahan di sofa ruang tamu. Rina sebenarnya merasa kasihan melihat anak itu, ia tahu semalam bahwa Jaesung menghabiskan malam dengan hanya tidur di sofa. “Kenapa kau tidak tidur di dalam saja?” seketika Rina sudah berdiri di samping sofa tersebut. “Aih, kau mengejutkanku.” Jaesung mencoba untuk bangkit dan duduk bersandar dengan nyaman. “Aku tak ingin mengganggumu, kau seharusnya istirahat setelah perjalanan panja
Malam ini akhrinya Jaesung mengistirahatkan dirinya disamping kerbau kesayangannya. Mendapati sinar matahari yang mencoba masuk melalui celah tirai membuat Jaesung mencoba mengerjapkan matanya beberapa kali, tampak kali ini ia menggeliatkan tubuhnya agar terasa lebih ringan. Seketika ia duduk dan mendapati Jaewoon sudah tidak ada di sampingnya. “Ada apa ini? Kenapa dia bisa bangun lebih pagi dariku?” Sesekali ia menggaruk pusarnya yang tidak gatal, Jaesung berjalan ke kamar mandi untuk sekedar mencuci wajahnya, dan turun ke bawah untuk mencari sarapan. Betapa terkejutnya ia ketika mendapati Jaewoon sudah sok sibur di dapur bersama Rina dan ibunya. “Hyung, apa yang kau lakukan?” Jaewoon tampak enggan membalas pertanyaan adiknya, kali ini matanya benar-benar tersiksa akibat potongan bawang yang sedang ia hadapi. “Jangan berbicara kepadaku!” Jaesung mengambil sebuah mug kecil berisi susu hangat yang terletak di atas meja makan se
“Eomma, kenapa tidak beritahu jika Rina akan datang?” tampak pemuda itu tengah merajuk sembari duduk di depan meja makan, memperhatikan ibunya yang tengah mengupas apel untuk makanan pencuci mulut malam itu. “Haruskah aku beritahu? Kau seperti selalu mengabari jika ingin pulang saja,” ucap Nyonya Song yang mulai memotong apel itu ke dalam ukuran kecil agar mudah untuk dilahap. “Lagipula aku juga baru tahu tadi pagi ketika tidak sengaja menghubunginya, ternyata ia sudah di bandara.” Mendengar hal itu membuat Jaesung menghela nafas sesaat, ia tak tahu bagaimana mengatakan kegelisahannya kali ini, ia merasa telah berdosa kepada Rina ketika harus pergi tanpa megabari, tapi di satu sisi, ia benar-benar merindukan gadis itu. “Apa kau akan lama di rumah?” ucap Nyonya Song membuyarkan lamunan Jaesung. “Mungkin hanya dua atau tiga hari ini.” “Baguslah, kalau begitu, kau bisa menikmati waktu istirahatmu dengan Rina.” Ucap Nyonya S
“Na wasseo.” Terdengar suara tutupan pintu, menampilkan sosok pemuda yang kelelahan dan sangat merindukan masakan rumah. Tapi sapaannya hanya dibalas dengan udara ruangan kosong tersebut, padahal lampu rumahnya tampak menyala. “Eomma?” Ulang pemuda tersebut, memastikan bahwa ruangan itu masih diisi oleh keberadaan keluarganya. Apa ia salah masuk rumah? Tidak mungkin. Jaesung menggelengkan kepala dengan cepat. Pemuda itu akhirnya memutuskan untuk naik ke kamarnya, mencoba mencari keberadaan manusia yang selalu mengganggu hidupnya. Benar saja ketika ia mencoba membuka pintu di sebelah ruang tidurnya, kembali Jaesung menemukan ‘kerbau’ itu tengah tertidur dengan sangat lelap. “Hyuuung, apa kau tidak mendengarku masuk?” Ia mencoba berinteraksi dengan benda setengah hidup tersebut. Dan – sia-sia. Ia mencoba mengambil bantal dari kamarnya dan memukul pantat kerbau itu dengan keras. “Ya! Bagaimana mungkin kebiasaa
Hari ini lagi-lagi Rina dikejutkan dengan kehadiran Jeong min di depan pintu apartemennya. “Apa yang kau lakukan disini? Kenapa tidak mengabari terlebih dahulu?” “Nuna akan kemana?” tanya Jeong min. Kali ini Rina mengangkat kantong plastik yang terikat rapi tanpa memberikan jawaban kepada Jeong min. “Masuklah, aku akan segera kembali.” Jeong min memasuki ruangan itu, seperti biasa ia menempatkan dirinya dengan nyaman di atas sofa, mencoba meneliti ruangan itu yang sebentar lagi akan ditinggal oleh pemiliknya. “Ada apa?” tanya Rina yang mengejutkan Jeong min. “Kita akan berangkat dua hari lagi nuna, aku sudah mendapatkan informasi mengenai ‘orang’ itu.” Untuk sejenak Rina menatap Jeong min. Merasa pantas untuk menanyakan arti tatapan itu, akhirnya membuat pemuda itu kembali bersuara. “Kenapa? Ada yang salah?” Pikirannya benar-benar berkecamuk kali ini, padahal ia telah mendapatkan bayaran dari kerja kerasnya be
Rutinitas Jesung sebagai seorang Idol membuat pemuda tersebut jarang bertemu dengan keluarganya, kesibukan yang sedemikian rupa menyita banyak waktu berharga bagi Jaesung, tetapi tak ayal membuat semangat Jaesung surut, ia tahu bagaimana perjuangan yang harus ia lewati hingga bisa debut. Apa kau sudah makan? Ucap Nyonya Song di seberang sana, untungnya komunikasi yang sudah canggih bisa mengobati rasa rindu Jaesung kepada keluarganya. “Sudah, bagaimana keadaan Appa? Aku sudah lama tak mendengar kabar dari nya.” Yah begitulah, kesibukannya telah menyita banyak waktu bersama kita, bahkan appa sudah jarang makan malam di rumah, hanya tinggal aku dan Jaewoon. Apa kau tidak ada rencana pulang ke rumah? “Aku masih ada beberapa kesibukan, kemungkinan akhir bulan ini aku akan pulang eomma, bersabar yaa.” Sorot mata Jaesung yang sarat akan kerinduan kepada keluarganya membuat Nyonya Song menghela nafas. Baiklah,