Beranda / Romansa / THE ISLAND : I'M IN LOVE / BAB. 80 Pagi Yang Istimewa

Share

BAB. 80 Pagi Yang Istimewa

last update Terakhir Diperbarui: 2024-06-14 14:59:32

Pagi pun tiba di Pulau Asu, sebuah pulau terpencil yang jauh dari hiruk pikuk perkotaan. Dalam keheningan pagi yang masih sepi, tidak ada aktivitas apapun yang terlihat dari keenam penghuni pulau itu.

Tiga rumah mereka yang sangat sederhana masih tertutup rapat, menandakan bahwa para penghuni pulau ini masih terlelap dalam tidur mereka setelah melewati malam pertama yang panjang dan penuh keromantisan.

Di salah satu rumah, terdapat pasangan Edu dan Lia. Mereka adalah pasangan muda yang baru saja mengikrarkan janji suci. Setelah perayaan pernikahan yang meriah kemarin malam, keduanya masih terlelap dalam tidur yang pulas. Aura cinta membara masih terpancar jelas di wajah mereka, menggambarkan kebahagiaan yang dirasakan setelah memulai babak baru dalam kehidupan mereka sebagai suami dan

istri.

Edu mulai terbangun dari tidurnya, matahari pagi yang hangat menyinari kamar yang sederhana tempat dia dan Lia tidur semalam. Dia mengucek-ngucek matanya, menco
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 81 Kesibukan Para Pria Di Sungai

    Ronald mendekat dan mencium lembut kening Sera, mengungkapkan rasa cintanya. Mereka saling berpelukan erat, merasakan kehangatan dan kemesraan yang begitu kuat di antara keduanya. "Malam pertama kita semalam begitu indah, Sera," ucap Ronald dengan penuh kasih. "Aku merasa begitu bahagia dan lengkap dengan kehadiranmu dalam hidupku." Sera tersenyum lembut, merasakan kebahagiaan yang tak tergantikan. "Aku juga merasakan hal yang sama, Ronald. Kita telah memulai babak baru dalam kehidupan kita sebagai pasangan suami istri, dan aku tidak sabar untuk menjalani setiap momen bersamamu." Keduanya lalu duduk berdampingan di tepi tempat tidur mereka, menikmati kebersamaan pagi yang indah. Keduanya berbicara tentang impian dan harapan mereka sebagai pasangan, tentang rencana masa depan yang ingin mereka wujudkan bersama. "Ronald, apa impian terbesarmu sebagai seorang suami?" tanya Sera dengan penuh perhatian. Ronald memandang Ser

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-15
  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 82 Memasak Untuk Istri

    Setelah udang-udang dicuci bersih oleh Hezki, Ronald, dan Edu di air sungai yang mengalir, ketiga pemuda itu pun memutuskan untuk kembali ke tepian pantai Pulau Asu dengan hati yang riang. Para pria berjalan dengan langkah ceria, membawa hasil tangkapan mereka yang segar dan banyak. Udara pagi yang asri menyapa ketiganya, menghembuskan semangat baru ke dalam jiwa mereka. Tepat di tepi pantai, yang menjorok ke daratan terdapat tiga rumah sederhana yang menjadi tempat tinggal mereka bersama istri-istrinya. Rumah-rumah itu terletak berdampingan, mencerminkan kebersamaan dan kehangatan yang ada di antara mereka. Rumah-rumah itu terbuat dari kayu dengan atap daun rumbia yang memberikan kesan alami dan tradisional. Saat mereka memasuki pekarangan rumah masing-masing, ketiganya merasa lega dan bahagia karena akhirnya bisa bersantai setelah tadi menangkap udang dan membersihkan sleeping bag. Para pria kembali menjemur sleeping bag itu di tiang jemuran yang ada

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-16
  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 83 Akhir Kejahatan Omar Dan Yuni

    Beberapa waktu telah berlalu,Di sisi lain Pulau Asu, Omar dan Yuni, pasangan suami istri yang dulu telah mencurangi Sera, Lia, dan Mira saat badai di lautan luas, ternyata masih hidup, setelah keduanya terombang-ambing di atas lautan bebas. Saat ini, mereka sedang bersembunyi di sebuah batu karang besar di pantai Pulau Asu, mengintip kapal milik Hezki yang telah karam di daratan. Mereka telah berada di tempat persembunyian itu selama lebih dari seminggu. Situasi yang mereka hadapi sangatlah sulit. Keduanya harus berusaha bertahan hidup di tengah-tengah alam liar yang keras dan tidak ramah. “Mas Omar! Mau sampai kapan kita bersembunyi terus seperti ini?” tanya Yuni mengeluh kepada suaminya.“Kamu sabarlah jadi orang! Kita pasti akan berhasil mencuri kapal mereka!” jawab Omar kepada istrinya.“Kenapa kita tidak menyerah saja dan bergabung dengan mereka hidup di pulau ini?” sergah Yuni lagi.“Kamu sendiri saja! Aku tida

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-17
  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 84 Kapal Milik Hezki Hilang

    Pagi yang cerah menyambut Pulau Asu setelah tadi malam diguyur hujan deras. Sinar mentari yang terang memancar dengan indahnya, menerangi setiap sudut pulau. Suasana pagi yang tenang dan segar membuat para penghuni pulau merasa bersemangat untuk memulai hari yang baru. Di tepi pantai, terdapat tiga orang pria yang sedang memandang ke arah laut dengan ekspresi terkejut. Mereka adalah Edu, Ronald, dan Hezki. Ketiganya sangat kaget karena kapal mereka yang sebelumnya terdampar di daratan dan diikat dengan pohon kelapa, tiba-tiba menghilang entah ke mana. Hezki, yang merupakan pemilik kapal, merasa bingung dan bertanya-tanya bagaimana hal ini bisa terjadi. Dia yakin bahwa kapal tersebut sudah tidak memiliki bahan bakar lagi, sehingga tidak mungkin bergerak sendiri. Dia memandang kedua temannya dengan tatapan penuh tanda tanya. Edu, yang merupakan seorang yang berpengalaman, mencoba mencari jawaban atas kejadian ini. "Mungkin ada yang mengambil kapal ki

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-18
  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 85 Momen Indah Di Air Terjun

    Di suatu pagi yang cerah, Edu mengajak istrinya, Lia, untuk berjalan-jalan menuju air terjun yang terletak di Pulau Asu. Mereka berdua berjalan sambil bergandengan tangan dengan senyum bahagia di wajah keduanya. Suasana pagi yang segar dan pemandangan indah di sekitar mereka membuat Lia dan Edu merasa semakin dekat satu sama lain. "Mari kita pergi ke air terjun, Sayangku Lia. Aku ingin menghabiskan waktu berdua denganmu di tempat yang indah itu," ujar Edu dengan senyum penuh kasih sambil mulai menggenggam tangan istrinya. Lia tersenyum dan ikut menggenggam tangan Edu erat-erat. "Aku juga ingin menghabiskan waktu bersamamu, Edu. Pulau impian ini memang memiliki keindahan alam yang luar biasa." Keduanya pun berjalan menyusuri jalur yang mengarah ke air terjun, menikmati keindahan alam sekitar mereka. Suara gemericik air dan nyanyian burung membuat suasana semakin romantis. Sesampainya di air terjun, Edu dan Lia berdiri di bawah guyuran air

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-19
  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 86 Sesuatu Di Balik Batu Karang

    Ronald dan Sera, sepasang suami istri muda yang baru saja menikah, tengah menikmati indahnya senja di tepian pantai Pulau Asu. Sera tersenyum manis sambil memandang ombak yang menghempas pantai dengan lembutnya. Ronald memeluk pinggang Sera erat-erat sambil menghirup udara segar laut."Sera, betapa indahnya pantai ini," ucap Ronald sambil tersenyum lembut."Iya, Ronald. Ini tempat yang sempurna untuk beristirahat dan bersantai," jawab Sera sambil mengelus pelan tangan Ronald yang memeluknya.Matahari mulai merunduk perlahan di ufuk barat, memancarkan sinarnya yang keemasan dan menciptakan warna-warna spektakuler di langit. Sera tersenyum melihat pemandangan itu, merasa begitu beruntung bisa berada di sana bersama Ronald, orang yang dicintainya."Tunggu sebentar, Sera. Aku punya kejutan untukmu," ujar Ronald sambil tersenyum misterius.Sera memandang Ronald dengan rasa penasaran yang menghiasi wajahnya. Apa gerangan yang sedang direncanaka

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-20
  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 87 Di Dalam Aliran Air Sungai

    Di suatu siang yang cerah di Pulau Asu, Hezki dan istrinya, Mira, memutuskan untuk menjelajahi keindahan hutan pulau tersebut. Mereka berjalan-jalan di tepian sungai yang mengalir dengan riak-riak air yang jernih. Hezki memiliki rencana istimewa untuk menciptakan momen yang tak terlupakan dengan Mira di pinggir sungai. Hezki sambil tersenyum, lalu berkata, "Mira, mari kita berjalan-jalan di tepian sungai di dalam hutan. “Aku punya sesuatu yang ingin kukatakan padamu." Mira tertawa senang, "He-he-he. Tentu, Hezki. Apa yang ingin kamu katakan?"“Nanti saja kalau kita sudah sampai di sana,” jawab pria itu. Mereka pun berjalan beriringan, menikmati keindahan alam di sekitar hutan. Suara gemericik air sungai dan nyanyian burung-burung liar membuat suasana semakin romantis. Hezki memegang tangan Mira dengan lembut, memberikan rasa kehangatan dan kenyamanan. Setelah sampai di sungai, Hezki pun berkata, sambil tersenyum penuh a

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-21
  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 88 Mempersiapkan Proses Kelahiran

    Edu, Ronald, dan Hezki adalah tiga sahabat yang sedang membangun kolam di samping sungai di dalam hutan Pulau Asu. Mereka telah memilih lokasi yang strategis dan memutuskan untuk membuat kolam berbentuk bulat yang dilapisi dengan bebatuan. Tujuan utama dari kolam ini adalah untuk digunakan sebagai tempat melahirkan dengan metode water birth. “Bro! Ayo kita memulai semuanya!” seru Hezki mengajak kedua sahabatnya Edu dan Ronald untuk memulai pekerjaan mereka. “Siap, Bro Hezki!” jawab keduanya serentak. Saat ini, ketiga istri mereka, Lia, Mira, dan Sera, sedang mengandung dan sudah memasuki tahap kehamilan yang cukup besar. Mereka dengan sabar menunggu saat-saat istimewa untuk melahirkan anak-anak mereka di kolam yang sedang dibangun itu. Setiap hari, Edu, Ronald, dan Hezki dengan penuh semangat bekerja keras untuk menyelesaikan kolam tersebut. Mereka bekerja dengan cermat dalam melapisi bebatuan di sekitar kolam agar tercipta

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-22

Bab terbaru

  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 118 Petualangan Panjang Berakhir Bahagia Selamanya

    Keesokan harinya, cuaca di Pulau Nias kembali cerah. Setelah sarapan di hotel, Ayah Edu, Ayah Ronald, dan Ayah Hezki terlihat mulai bersiap-siap bersama keluarga mereka untuk perjalanan terakhirnya di Pulau Nias. Hari ini, mereka akan mengunjungi Pantai Pasir Pink, Gawu Soyo, di daerah Afulu, Nias Utara. Semua orang tampak bersemangat untuk mengakhiri petualangan mereka dengan pemandangan yang menakjubkan."Semua siap? Jangan lupa bawa kamera, kita akan melihat sunset yang indah di sana," ucap Ayah Edu dengan semangat."Siap, Ayah!" seru Isaac dan Shakila bersamaan. Diikuti dengan anak-anak lainnya.Semua orang lalu naik ke bus pariwisata yang sudah menunggu di depan hotel. Agus, pemandu wisata mereka, tersenyum dan menyapa para keluarga besar dengan hangat. "Selamat pagi semuanya. Hari ini kita akan menuju Pantai Pasir Pink di Gawu Soyo. Perjalanan ini akan memakan waktu sekitar dua jam setengah, jadi kita bisa bersantai dan menikmati

  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 117 Eksplor Air Terjun Dan Belajar Budaya Di Museum

    Keesokan harinya, suasana pagi di hotel di Lagundri begitu tenang. Udara segar dan suara deburan ombak masih menemani ketiga keluarga besar yang tengah bersiap untuk melanjutkan perjalanan mereka. Setelah menikmati sarapan bersama, Ayah Edu, Ayah Ronald, dan Ayah Hezki memeriksa persiapan sebelum berangkat. "Pastikan semua barang sudah tidak ada yang tertinggal," ujar Ayah Edu sambil memeriksa koper-koper di lobby hotel."Sudah beres, semua sudah di bus," jawab Ayah Ronald sambil mengangguk.Anak-anak terlihat bersemangat untuk melanjutkan petualangan mereka. "Kemana kita hari ini, Ayah?" tanya Sherina penuh rasa ingin tahu."Hari ini kita akan ke Kota Gunungsitoli. Kita akan mampir ke Air Terjun Humogo dan mengunjungi Museum Pusaka Nias," jawab Ayah Hezki sambil tersenyum.Setelah semua persiapan selesai, mereka kemudian naik ke bus pariwisata yang telah siap di depan hotel. Agus, pemandu wisata mereka, kembali mengambil peran sebagai penjelas perjalanan h

  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 116 Menonton Atraksi Lompat Batu Setinggi Dua Meter

    Keesokan harinya, cuaca di Pulau Nias masih cerah dengan langit biru tanpa awan. Pagi itu, setelah sarapan di hotel, Ayah Edu, Ayah Ronald, dan Ayah Hezki bersama keluarga masing-masing bersiap-siap untuk perjalanan menuju Desa Budaya Bawomataluo. Desa ini terkenal dengan tradisi lompat batunya yang telah mendunia.Pemandu wisata mereka, Agus, sudah menunggu di lobi hotel dengan senyuman ramah. "Selamat pagi semuanya. Hari ini kita akan mengunjungi Desa Bawomataluo, sebuah desa budaya yang sangat terkenal di Pulau Nias. Desa ini berada di atas puncak bukit, jadi kita akan sedikit mendaki."Anak-anak tampak bersemangat mendengar penjelasan Agus. "Yay! Mendaki bukit!" seru Isaac sambil melompat-lompat kegirangan.“Hore! Kita semua sungguh tak sabar!” sergah Hezra.“Ayo, Bang Agus! Tunggu apa lagi?” tukas Sebastian yang sangat antusias.“Come on, kita let's go, Bang Agus!” Jacob juga tak mau kalah.Sang pemandu wisata sangat se

  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 115 Menonton Pertunjukan Surfing Berskala Internasional

    "Ayah juga mendengar tentang acara itu," ucap Ayah Edu sambil tersenyum. "Sepertinya menarik. Apa kalian benar-benar ingin pergi ke sana?""Ya, Ayah!" jawab anak-anak serempak."Kita bisa melihat pertunjukan surfing dan menjelajahi pulau itu," tambah Hezra. "Ini akan menjadi pengalaman yang tak terlupakan."Ayah Ronald mengangguk, "Baiklah, ini terdengar seperti ide yang bagus. Kita bisa mengatur perjalanan ke sana. Bagaimana menurutmu, Bro Hezki?"Ayah Hezki setuju, "Aku pikir ini kesempatan bagus untuk mengenalkan anak-anak pada budaya dan keindahan Pulau Nias. Selain itu, kita juga bisa menikmati waktu bersama sebagai keluarga."Anak-anak bersorak kegirangan."Hore-hore-hore! Terima kasih, Ayah!" seru mereka senang.Seminggu kemudian, hari yang dinanti-nanti tiba. Semua orang bersiap-siap untuk perjalanan mereka ke Pulau Nias. Pagi yang cerah menyambut ketiga keluarga besar yang baru saja

  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 114 Bahagia Tinggal Di Pulau

    Di sisi lain, Bunda Lia, Bunda Mira, dan Bunda Sera duduk di teras rumah, menikmati pemandangan indah dan kebahagiaan anak-anak mereka. Ketiganya merasa lega dan bahagia melihat anak-anak mereka begitu menikmati suasana baru ini."Aku tidak percaya kita akhirnya tinggal di sini," tutur Bunda Lia sambil menyesap teh hangatnya. "Ini adalah keputusan terbaik yang pernah kita buat.""Bener banget," jawab Bunda Mira. "Lihatlah anak-anak kita, begitu bebas dan bahagia. Ini adalah lingkungan yang sempurna untuk mereka tumbuh."Bunda Sera menambahkan, "Dan kita juga akan memiliki kesempatan untuk membangun sesuatu yang besar di sini. Mengelola resort dan menjalankan perusahaan kita sambil hidup di surga kecil ini. Apa lagi yang kurang dari kehidupan yang indah ini?"Hari-hari berikutnya di Pulau Asu dipenuhi dengan petualangan dan keseruan. Setiap pagi, anak-anak bangun dengan semangat baru, siap untuk menjelajah dan bermain. Mereka be

  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 113 Persiapan Kepindahan Ke Pulau

    Pada suatu hari yang cerah di Jakarta, tiga pria yang merupakan sahabat lama sedang berkumpul di rumah salah satu dari mereka. Pria-pria ini adalah para ayah dari tiga keluarga yang memiliki impian besar. Mereka adalah Ayah Edu, Ayah Ronald, dan Ayah Hezki. Ketiga pengusaha sukses ini sedang membahas sebuah proyek besar yang akan mengubah hidupnya dan keluarga mereka untuk selamanya.Di ruang tamu yang luas dengan jendela besar yang memberikan pemandangan indah kota Jakarta, ketiga ayah itu sedang duduk di sekitar meja, memperhatikan peta Pulau Asu yang terbentang di depan mereka. Pulau kecil yang indah ini memegang kenangan manis bagi mereka dan keluarganya yang pernah terdampar di pulau ini selama bertahun-tahun."Aku tahu istri dan anak-anak kita sudah sangat merindukan Pulau Asu," ucap Ayah Edu membuka percakapan. "Mereka selalu membicarakannya, tentang betapa damainya, dan indahnya pulau itu. Mereka ingin kembali ke sana.""Benar," tambah Ay

  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 112 Bosan Dengan Kehidupan Kota

    Setelah beberapa bulan kembali ke kehidupan perkotaan, para orang tua mulai merasakan kebosanan dan kehampaan. Rutinitas yang monoton dan hiruk-pikuk kota yang tak pernah berhenti membuat mereka merindukan kesederhanaan dan ketenangan hidup di Pulau Asu. Meskipun sukses dalam karir dan kegiatan sosial, ada sesuatu yang hilang dalam hidup mereka.Di Rumah Keluarga Silverstone, pagi hari dimulai seperti biasanya. Bunda Lia sedang menyiapkan sarapan sambil sesekali melihat ke arah jendela, merasakan hampa dalam hatinya."Bunda, sarapannya enak, seperti biasa," ucap Isaac, Jacob dan Josie secara bergantian, sambil menikmati roti bakar yang dibuat ibunya."Terima kasih, anak-anak. Apakah kalian sudah siap untuk sekolah?" tanya Bunda Lia sambil tersenyum tipis."Sudah, Bunda. Kami sangat semangat hari ini," jawab Isaac mewakili kedua saudaranya yang lain.Namun, setelah Isaac, Jacob, dan Josie berangkat sekolah, kesunyian kembali menyelimuti ru

  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 111 Para Anak Mulai Bersekolah

    Kembalinya keluarga-keluarga dari Pulau Asu ke kehidupan perkotaan tidak hanya berdampak pada orang tua, akan tetapi juga pada anak-anak mereka yang kini harus beradaptasi dengan lingkungan sekolah baru. Namun, berkat pendidikan dasar yang telah diberikan oleh orang tua mereka selama bertahun-tahun di pulau terpencil itu, anak-anak ini menunjukkan kecerdasan dan kemampuan adaptasi yang luar biasa.Pagi hari yang cerah di salah satu Sekolah Internasional, di Jakarta. Delapan anak terlihat sangat bersemangat memulai hari pertama mereka bersekolah di sana. Isaac, Hezra, Sebastian, dan Jacob bersiap untuk kelas mereka yang baru. Sementara Shakila, Josie, Rose, dan Sherina dengan antusias menantikan pertemuan dengan teman-teman barunya.Para orang tua telah menyediakan mini bus khusus untuk antar transportasi anak-anak mereka ke sekolah."Isaac, jangan lupa bawa buku matematikanya. Hari ini kita pasti akan banyak belajar," ucap Hezra sambil memeriksa tasnya.

  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 110 Memulai Aktivitas Baru Di Kota Jakarta

    Di tengah kerumunan, para ibu, Bunda Lia, Bunda Mira, dan Bunda Sera, juga bertemu kembali dengan keluarga besar mereka. Bunda Lia memeluk ibunya, Nyonya Shania, sambil menangis. "Mama, aku kembali.” “Lia, akhirnya kamu pulang." seru Papa Herman. Kedua orang tua bergantian mengusap rambut Bunda Lia. "Syukurlah kamu selamat. Kami sangat merindukanmu." Bunda Mira juga bertemu kembali dengan kedua orang tuanya, Mama Dwi dan Papa Bagas. "Mama, aku kembali.” Papa Bagas menatap putrinya dengan penuh kasih. "Kami sangat bersyukur, Mira. Kami tidak pernah berhenti berharap atas kepulanganmu." Bunda Sera juga memeluk kedua orang tuanya, Papa Theo dan Mama Nara. "Mama, aku akhirnya pulang. Aku sangat merindukan kalian." Mama Nara menangis bahagia. "Kami sangat merindukanmu setiap hari, Sera. Terima kasih Tuhan, kamu selamat.” S

DMCA.com Protection Status