Beranda / Romansa / THE ISLAND : I'M IN LOVE / BAB. 43 Kerja Sama Tim

Share

BAB. 43 Kerja Sama Tim

last update Terakhir Diperbarui: 2024-02-19 13:17:21

Pulau Asu, sebuah pulau kecil yang sangat indah. Yang menjadi tempat tinggal sementara bagi Edu, Ronald, Lia, Sera, Hezki, dan Mira. Meski indah, pulau ini masih sangat asri. Mereka yang terdampar di pulau ini. Berencana akan membuat sistem drainase dan saluran air. Sehingga limbah yang mereka hasilkan tidak akan mengotori lingkungan sekitarnya.

Edu dan Ronald, dua pria yang penuh semangat dan tekad, memutuskan untuk mengatasi masalah ini. Mereka berdua memiliki latar belakang teknikal dan memahami bagaimana sistem drainase bekerja. Mereka membuat rencana dan mempersiapkan perlengkapan seadanya seperti sekop, dan cangkul, yang selalu ada di atas kapal mereka. Karena para pria itu berjiwa petualang. Mereka pasti tak lupa membawa alat-alat dan perlengkapan untuk bertahan hidup di alam bebas.

“Bro! Ayo kita mulai sekarang, ya. Membuat drainasenya,” ujar Edu kepada Ronald.

“Siap, Bro!” jawab Ronald.

Sementara itu, Lia dan Sera, dua wanita yang penuh energi dan terlihat, bergabung dengan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 44 Hezki Yang Cuek

    Lalu tiba-tiba, timbul di benak Hezki untuk mengatakan sesuatu hal penting yang mengganjal di hatinya. Apalagi saat ini mereka hanya berdua saja di atas kapal.“Sepertinya ini waktu yang tepat bagiku untuk mengungkapkan isi hatiku kepada Mira,” gumam Hezki dari dalam hatinya.Dengan mengumpulkan keberaniannya, Hezki pun berkata,“Dokter Mira, sebenarnya aku sangat mengagumi dirimu,” ucap sang pria dengan penuh keberanian.“Oh, ya? Terima kasih, Bro Hezki. Merawat orang sakit memang sudah menjadi kewajibanku, sebagai salah seorang tenaga kesehatan,” jawab Mira yang tidak mengetahui maksud terselubung dari pria itu.“Eh … iya, ya. Aku lupa jika kamu adalah seorang dokter,” ujar sang pria yang menjadi kikuk sendiri karena sangat gugup untuk mengutarakan isi hatinya kepada gadis itu. Sang pemuda seketika merasa bingung karena jawaban Mira yang jauh dari ekspektasinya. Gadis itu mengira jika Hezki mengagumi profesinya sebagai dokter. Padahal yang sebenarnya terjadi, pria itu ingin mengung

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-23
  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 45 Akhirnya Menemukan Sungai

    Edu dan rombongan lainnya dengan penuh keyakinan, melangkah mantap. Sang pria memimpin teman-temannya memasuki hutan yang lebat di Pulau Asu. Di belakangnya, ada Lia, Mira, Sera, dan Ronald yang mengikuti dengan hati-hati, langkah mereka beriringan dalam keheningan alam. Kelimanya pun melangkah terus masuk ke dalam hutan yang menyelimuti Pulau Asu dengan penuh semangat dan yang berkobar. Edu, dengan pengetahuan yang tajam tentang alam, memimpin perjalanan mereka kali ini. Karena Hezki sedang bertugas untuk menjaga sumber logistik mereka. Dia berjalan di depan dengan langkah tegap dan percaya diri, mata yang tajam memantau setiap detail di sekitarnya.“Guys, kita akan mulai memasuki hutan semakin jauh. Kalian ikuti saya, ya? Hati-hati dengan langkah kalian,” seru Edu kepada teman-temannya.“Beres, Bro!” sahut mereka serentak.Langit biru yang cerah memancarkan kehangatan, menyinari setiap sudut hutan dengan cahaya emas yang lembut. Pepohonan yang menjulang tinggi, menyatukan dedaunan

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-26
  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 46. Menemukan Sumber Makanan Lainnya

    Setelah selesai membersihkan lingkungan sekitar sungai, Edu dan teman-temannya merasa puas dan bangga. Mereka telah bekerja keras sepanjang hari, mengumpulkan sampah dedaunan yang tersebar di sepanjang tepi sungai dan membuangnya ke tempat yang tepat. Kini, sungai itu tampak lebih bersih dan indah, airnya jernih dan ikan-ikan kecil bisa terlihat berenang dengan bebas.“Edu! Akhirnya sungainya sangat bersih,” ujar Lia senang.“Iya, airnya juga tampak lebih jernih!” tukas Mira.“Lihat tuh, Guys! Ada sekelompok ikan-ikan kecil yang berenang ke sana kemari!” celutuk Sera senang.“Pulau ini benar-benar bagus untuk kita tinggali,” ujar Ronald.“Ya, tepat sekali. Untuk itu selama kita berada di pulau impian ini, marilah kita tetap menjaga kelestarian dan keberagamaan hayatinya,” tutur Edu bijak.Lalu pria itu berkata lagi,“Bagaimana teman-teman? Apakah kita bisa melanjutkan perjalanan kita? Hari sebentar lagi sore. Kita harus segera bergegas,” serunya kepada semuanya.“Ayo, mari kita lanjut

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-28
  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 47 Menikmati Buah Pepaya Bersama

    Setelah mengumpulkan buah pepaya yang banyak, Ronald dan Sera segera menghampiri Edu, Mira, dan Lia. “Bro, apakah kalian telah selesai mencabut singkongnya?” tanyanya kepada Edu.“Baru saja, nih.” ucap Edu yang masih sibuk menyeka keringatnya.“Wah, buah pepayanya sangat banyak dan sepertinya kelihatan segar!” tukas Mira yang dibalas anggukan oleh Lia.Lalu salah satu dari pemuda itu berkata lagi,“Ada kalimat bijak berkata, buah sangat enak dicicipi jika dinikmati sesaat setelah dipanen. Bagaimana kalau kita mencicipi buah pepaya ini sebentar?” ujar Ronald.Sang pria lalu menurunkan buah pepaya yang lumayan banyak dari atas pundaknya dan membagi-bagikannya kepada teman-temannya.“Jadi, sebelum kita keluar dari hutan, bagaimana jika kita makan dulu buah pepayanya. Apakah ada yang setuju denganku?” tanya Ronald sambil menatap wajah teman-temannya satu persatu.“Setuju!” ujar para wanita serentak.“Aku rasa itu ide yang bagus, Bro Ronald. Kalau begitu ayo kita makan buah pepayanya,” sa

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-01
  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 48 Gagal Menangkap Ayam Hutan

    Sementara Ronald dan Edu sibuk memotong batang singkong, Lia mendekati Sera dan Mira dengan ide baru. "Guys … ayo kita ambil daun pisang," ucap Lia, matanya berkilau dengan penuh semangat. Sera dan Mira saling berpandangan. Masih belum mengerti maksud dari Lia."He-he-he. Aku punya rencana untuk membuat singkong tumbuk yang akan kita kukus. Jadi … kita akan butuh banyak daun pisang, Guys!" tukasnya.“Wah pasti itu sangat enak, Lia!” ujar Sera antusias.“Tentu, kami akan membantumu, Lia!” sergah Mira.Sera dan Mira, yang selalu siap untuk melakukan hal-hal baru, segera setuju. Mereka pun berdiri dan mulai mengikuti langkah Lia menuju ke pohon pisang yang sama, dimana Ronald sebelumnya mengambil tanaman pisang yang masih muda. Mereka masing-masing membawa pisau kecil, siap untuk memisahkan pelepah pisang dengan daunnya.Lia, yang paling berpengalaman dalam memasak di antara mereka, memimpin proses ini. "Kita harus berhati-hati untuk tidak merusak daunnya," tutur Lia, sambil memperaga

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-04
  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 49 Menikmati Pisang Bakar

    Di tepian pantai yang tenang, Hezki duduk di dekat api unggun yang dia buat sendiri. Cahaya api unggun itu memancar ke segala arah, menciptakan suasana hangat dan nyaman di sekitarnya. Hezki akan membuat pisang bakar yang dia buat dengan penuh keahlian.Hezki dan kedua temannya yang sering melakukan petualangan di alam liar, mengharuskan mereka untuk dapat melakukan sesuatu. Terutama dalam hal memasak. Hezki dan Ronald dapat melakukannya walaupun kelihaian Edu dalam hal memasak jauh di atas mereka.Dengan hati yang penuh kegembiraan, Hezki memilih pisang yang matang sempurna. Dia memotong ujung-ujung pisang dan membelahnya dengan hati-hati, akan tetapi tidak sampai putus. Kemudian, dia mengisi celah di antara irisan pisang dengan potongan coklat dan marshmallow yang dirinya ambil dari sumber logistik mereka.Setelah itu, Hezki melilit pisang dan memastikan bahwa semua bahan terbungkus dengan rapat. Dia meletakkan pisang yang sudah terbungkus di atas panggangan yang terletak di atas ap

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-06
  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 50 Hezki Mengungkapkan Perasaannya

    Setelah menikmati pisang bakar yang hangat dan manis di tepian pantai, Edu dan Ronald lalu berdiri dan mengajak Sera dan Lia untuk beranjak dari tempat duduk mereka. Malam semakin larut, namun langit begitu indah malam ini dipenuhi oleh bintang-bintang yang bertaburan di atas angkasa raya. Angin laut menghembus lembut, membawa aroma asin dan segar. Suara ombak yang berdesis menciptakan suasana yang tenang dan damai.“Sera, Lia. Bagaimana kalau kita ke kapal untuk membicarakan kegiatan kita besok?” tutur Edu kepada keduanya.“Boleh, deh. Angin laut sangat dingin malam ini. Aku juga mulai mengantuk,” sahut Sera dan dibalas anggukan oleh Lia.“Bro … aku dan Mira menyusul sebentar lagi, ya!” sergah Hezki sambil mengedipkan satu matanya ke arah kedua sahabatnya.Mendengar ucapan Hezki yang menahannya di tepian pantai, membuat Mira sedikit kaget. Tapi sang gadis juga ingin menanyakan kepada pria itu atas perubahan sikapnya tadi.“Beres, Bro Hezki!” Kali ini Ronald yang angkat bicara.Edu

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-08
  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 51 Melihat Rasi Bintang

    Malam itu, setelah mereka saling mengungkapkan perasaan yang telah lama terpendam, Hezki mengajak Mira untuk berjalan-jalan di tepian pantai. Udara malam yang segar dan hangat membalut mereka berdua, mengisi setiap ruang di antara jemari-jemari mereka yang saling bergandengan. “Mira, Sayangku. Bagaimana kalau kita berjalan-jalan sebentar menyusuri tepian pantai?” ajak Hezki kepada kekasihnya.Sepertinya sang pria tidak ingin malam ini cepat berakhir.Keduanya saling menatap dengan penuh cinta. Mata mereka berbicara lebih banyak dari kata-kata yang bisa diucapkan. Ada kehangatan, cinta, dan kebahagiaan yang tak terhingga.“Wah, sepertinya itu ide yang bagus, Hezki.” ucap Mira menerima ajakan pria yang telah resmi menjadi lelaki kesayangannya.Deru ombak yang menyapu bibir pantai menjadi musik latar yang indah bagi mereka. Bunyinya yang lembut dan merdu, seperti melantunkan alunan lagu cinta yang tak pernah usai. Kaki telanjang Mira dan Hezki terasa hangat seiring dengan ombak yang meng

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-11

Bab terbaru

  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 118 Petualangan Panjang Berakhir Bahagia Selamanya

    Keesokan harinya, cuaca di Pulau Nias kembali cerah. Setelah sarapan di hotel, Ayah Edu, Ayah Ronald, dan Ayah Hezki terlihat mulai bersiap-siap bersama keluarga mereka untuk perjalanan terakhirnya di Pulau Nias. Hari ini, mereka akan mengunjungi Pantai Pasir Pink, Gawu Soyo, di daerah Afulu, Nias Utara. Semua orang tampak bersemangat untuk mengakhiri petualangan mereka dengan pemandangan yang menakjubkan."Semua siap? Jangan lupa bawa kamera, kita akan melihat sunset yang indah di sana," ucap Ayah Edu dengan semangat."Siap, Ayah!" seru Isaac dan Shakila bersamaan. Diikuti dengan anak-anak lainnya.Semua orang lalu naik ke bus pariwisata yang sudah menunggu di depan hotel. Agus, pemandu wisata mereka, tersenyum dan menyapa para keluarga besar dengan hangat. "Selamat pagi semuanya. Hari ini kita akan menuju Pantai Pasir Pink di Gawu Soyo. Perjalanan ini akan memakan waktu sekitar dua jam setengah, jadi kita bisa bersantai dan menikmati

  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 117 Eksplor Air Terjun Dan Belajar Budaya Di Museum

    Keesokan harinya, suasana pagi di hotel di Lagundri begitu tenang. Udara segar dan suara deburan ombak masih menemani ketiga keluarga besar yang tengah bersiap untuk melanjutkan perjalanan mereka. Setelah menikmati sarapan bersama, Ayah Edu, Ayah Ronald, dan Ayah Hezki memeriksa persiapan sebelum berangkat. "Pastikan semua barang sudah tidak ada yang tertinggal," ujar Ayah Edu sambil memeriksa koper-koper di lobby hotel."Sudah beres, semua sudah di bus," jawab Ayah Ronald sambil mengangguk.Anak-anak terlihat bersemangat untuk melanjutkan petualangan mereka. "Kemana kita hari ini, Ayah?" tanya Sherina penuh rasa ingin tahu."Hari ini kita akan ke Kota Gunungsitoli. Kita akan mampir ke Air Terjun Humogo dan mengunjungi Museum Pusaka Nias," jawab Ayah Hezki sambil tersenyum.Setelah semua persiapan selesai, mereka kemudian naik ke bus pariwisata yang telah siap di depan hotel. Agus, pemandu wisata mereka, kembali mengambil peran sebagai penjelas perjalanan h

  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 116 Menonton Atraksi Lompat Batu Setinggi Dua Meter

    Keesokan harinya, cuaca di Pulau Nias masih cerah dengan langit biru tanpa awan. Pagi itu, setelah sarapan di hotel, Ayah Edu, Ayah Ronald, dan Ayah Hezki bersama keluarga masing-masing bersiap-siap untuk perjalanan menuju Desa Budaya Bawomataluo. Desa ini terkenal dengan tradisi lompat batunya yang telah mendunia.Pemandu wisata mereka, Agus, sudah menunggu di lobi hotel dengan senyuman ramah. "Selamat pagi semuanya. Hari ini kita akan mengunjungi Desa Bawomataluo, sebuah desa budaya yang sangat terkenal di Pulau Nias. Desa ini berada di atas puncak bukit, jadi kita akan sedikit mendaki."Anak-anak tampak bersemangat mendengar penjelasan Agus. "Yay! Mendaki bukit!" seru Isaac sambil melompat-lompat kegirangan.“Hore! Kita semua sungguh tak sabar!” sergah Hezra.“Ayo, Bang Agus! Tunggu apa lagi?” tukas Sebastian yang sangat antusias.“Come on, kita let's go, Bang Agus!” Jacob juga tak mau kalah.Sang pemandu wisata sangat se

  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 115 Menonton Pertunjukan Surfing Berskala Internasional

    "Ayah juga mendengar tentang acara itu," ucap Ayah Edu sambil tersenyum. "Sepertinya menarik. Apa kalian benar-benar ingin pergi ke sana?""Ya, Ayah!" jawab anak-anak serempak."Kita bisa melihat pertunjukan surfing dan menjelajahi pulau itu," tambah Hezra. "Ini akan menjadi pengalaman yang tak terlupakan."Ayah Ronald mengangguk, "Baiklah, ini terdengar seperti ide yang bagus. Kita bisa mengatur perjalanan ke sana. Bagaimana menurutmu, Bro Hezki?"Ayah Hezki setuju, "Aku pikir ini kesempatan bagus untuk mengenalkan anak-anak pada budaya dan keindahan Pulau Nias. Selain itu, kita juga bisa menikmati waktu bersama sebagai keluarga."Anak-anak bersorak kegirangan."Hore-hore-hore! Terima kasih, Ayah!" seru mereka senang.Seminggu kemudian, hari yang dinanti-nanti tiba. Semua orang bersiap-siap untuk perjalanan mereka ke Pulau Nias. Pagi yang cerah menyambut ketiga keluarga besar yang baru saja

  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 114 Bahagia Tinggal Di Pulau

    Di sisi lain, Bunda Lia, Bunda Mira, dan Bunda Sera duduk di teras rumah, menikmati pemandangan indah dan kebahagiaan anak-anak mereka. Ketiganya merasa lega dan bahagia melihat anak-anak mereka begitu menikmati suasana baru ini."Aku tidak percaya kita akhirnya tinggal di sini," tutur Bunda Lia sambil menyesap teh hangatnya. "Ini adalah keputusan terbaik yang pernah kita buat.""Bener banget," jawab Bunda Mira. "Lihatlah anak-anak kita, begitu bebas dan bahagia. Ini adalah lingkungan yang sempurna untuk mereka tumbuh."Bunda Sera menambahkan, "Dan kita juga akan memiliki kesempatan untuk membangun sesuatu yang besar di sini. Mengelola resort dan menjalankan perusahaan kita sambil hidup di surga kecil ini. Apa lagi yang kurang dari kehidupan yang indah ini?"Hari-hari berikutnya di Pulau Asu dipenuhi dengan petualangan dan keseruan. Setiap pagi, anak-anak bangun dengan semangat baru, siap untuk menjelajah dan bermain. Mereka be

  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 113 Persiapan Kepindahan Ke Pulau

    Pada suatu hari yang cerah di Jakarta, tiga pria yang merupakan sahabat lama sedang berkumpul di rumah salah satu dari mereka. Pria-pria ini adalah para ayah dari tiga keluarga yang memiliki impian besar. Mereka adalah Ayah Edu, Ayah Ronald, dan Ayah Hezki. Ketiga pengusaha sukses ini sedang membahas sebuah proyek besar yang akan mengubah hidupnya dan keluarga mereka untuk selamanya.Di ruang tamu yang luas dengan jendela besar yang memberikan pemandangan indah kota Jakarta, ketiga ayah itu sedang duduk di sekitar meja, memperhatikan peta Pulau Asu yang terbentang di depan mereka. Pulau kecil yang indah ini memegang kenangan manis bagi mereka dan keluarganya yang pernah terdampar di pulau ini selama bertahun-tahun."Aku tahu istri dan anak-anak kita sudah sangat merindukan Pulau Asu," ucap Ayah Edu membuka percakapan. "Mereka selalu membicarakannya, tentang betapa damainya, dan indahnya pulau itu. Mereka ingin kembali ke sana.""Benar," tambah Ay

  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 112 Bosan Dengan Kehidupan Kota

    Setelah beberapa bulan kembali ke kehidupan perkotaan, para orang tua mulai merasakan kebosanan dan kehampaan. Rutinitas yang monoton dan hiruk-pikuk kota yang tak pernah berhenti membuat mereka merindukan kesederhanaan dan ketenangan hidup di Pulau Asu. Meskipun sukses dalam karir dan kegiatan sosial, ada sesuatu yang hilang dalam hidup mereka.Di Rumah Keluarga Silverstone, pagi hari dimulai seperti biasanya. Bunda Lia sedang menyiapkan sarapan sambil sesekali melihat ke arah jendela, merasakan hampa dalam hatinya."Bunda, sarapannya enak, seperti biasa," ucap Isaac, Jacob dan Josie secara bergantian, sambil menikmati roti bakar yang dibuat ibunya."Terima kasih, anak-anak. Apakah kalian sudah siap untuk sekolah?" tanya Bunda Lia sambil tersenyum tipis."Sudah, Bunda. Kami sangat semangat hari ini," jawab Isaac mewakili kedua saudaranya yang lain.Namun, setelah Isaac, Jacob, dan Josie berangkat sekolah, kesunyian kembali menyelimuti ru

  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 111 Para Anak Mulai Bersekolah

    Kembalinya keluarga-keluarga dari Pulau Asu ke kehidupan perkotaan tidak hanya berdampak pada orang tua, akan tetapi juga pada anak-anak mereka yang kini harus beradaptasi dengan lingkungan sekolah baru. Namun, berkat pendidikan dasar yang telah diberikan oleh orang tua mereka selama bertahun-tahun di pulau terpencil itu, anak-anak ini menunjukkan kecerdasan dan kemampuan adaptasi yang luar biasa.Pagi hari yang cerah di salah satu Sekolah Internasional, di Jakarta. Delapan anak terlihat sangat bersemangat memulai hari pertama mereka bersekolah di sana. Isaac, Hezra, Sebastian, dan Jacob bersiap untuk kelas mereka yang baru. Sementara Shakila, Josie, Rose, dan Sherina dengan antusias menantikan pertemuan dengan teman-teman barunya.Para orang tua telah menyediakan mini bus khusus untuk antar transportasi anak-anak mereka ke sekolah."Isaac, jangan lupa bawa buku matematikanya. Hari ini kita pasti akan banyak belajar," ucap Hezra sambil memeriksa tasnya.

  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 110 Memulai Aktivitas Baru Di Kota Jakarta

    Di tengah kerumunan, para ibu, Bunda Lia, Bunda Mira, dan Bunda Sera, juga bertemu kembali dengan keluarga besar mereka. Bunda Lia memeluk ibunya, Nyonya Shania, sambil menangis. "Mama, aku kembali.” “Lia, akhirnya kamu pulang." seru Papa Herman. Kedua orang tua bergantian mengusap rambut Bunda Lia. "Syukurlah kamu selamat. Kami sangat merindukanmu." Bunda Mira juga bertemu kembali dengan kedua orang tuanya, Mama Dwi dan Papa Bagas. "Mama, aku kembali.” Papa Bagas menatap putrinya dengan penuh kasih. "Kami sangat bersyukur, Mira. Kami tidak pernah berhenti berharap atas kepulanganmu." Bunda Sera juga memeluk kedua orang tuanya, Papa Theo dan Mama Nara. "Mama, aku akhirnya pulang. Aku sangat merindukan kalian." Mama Nara menangis bahagia. "Kami sangat merindukanmu setiap hari, Sera. Terima kasih Tuhan, kamu selamat.” S

DMCA.com Protection Status