Beranda / Romansa / THE ISLAND : I'M IN LOVE / BAB. 103 Belajar Jurus Karate Lanjutan

Share

BAB. 103 Belajar Jurus Karate Lanjutan

last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-07 15:26:15

Setelah petualangan yang menegangkan, Isaac, Hezra, Jacob, dan Sebastian bersama-sama menunggu di pantai untuk kedatangan para orang tua dan adik-adik perempuan mereka yang sedang berada di dalam hutan Pulau Asu.

Keempatnya merasa gugup dan tidak sabar untuk berbagi cerita tentang apa yang telah terjadi. Ketika akhirnya para orang tua mulai muncul dari balik pepohonan, wajah-wajah mereka dipenuhi dengan rasa lelah karena seharian berada di hutan.

Para ibu dan anak-anak perempuan segera ke dapur umum untuk mempersiapkan makan malam. Sedangkan para ayah berjalan menuju anak-anak lelaki yang sedang berada di tepi pantai.

"Ayah Edu! Ayah Ronald! Ayah Hezki!" seru Jacob dengan sukacita, berlari menyambut mereka.

“Ayah! Tadi ada beberapa perahu orang asing yang berusaha masuk ke dalam pulau!” seru Sebastian tak mau kalah.

Terlihat wajah kekagetan dicampur rasa penasaran dari ketiga ayah itu.

"Apa yang sebenarnya telah terjadi di sini
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 104 Keseruan Bermain Surfing

    Pulau Asu, permata tersembunyi di Samudra Hindia, terkenal dengan keindahan alamnya yang masih asri dengan ombak besar yang menantang. Pasir putih bersih menghampar sepanjang garis pantai, dihiasi oleh pohon kelapa yang bergoyang perlahan ditiup angin laut.Di kejauhan, ombak besar menggulung, menghantam karang dengan irama alami yang memacu adrenalin siapa saja yang mendekat.Pagi itu, matahari baru saja naik, menyebarkan cahaya keemasan yang memantulkan kilauan di atas air. Empat anak remaja laki-laki, diantaranya, Sebastian, Isaac, Hezra, dan Jacob sedang berdiri di tepi pantai, memandang penuh antisipasi ke arah lautan. Keempatnya bertelanjang dada siap untuk menantang ombak besar, papan selancar berwarna-warni tergenggam erat di tangannya. Setelah berminggu-minggu berlatih dengan ayah mereka, hari ini adalah saatnya untuk menaklukkan ombak besar di Pulau Asu."Ayo, kita taklukkan ombak besar itu, Teman-teman!" seru Isaac, anak tertua yang se

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-08
  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 105 Anak Perempuan Belajar Memasak

    Isaac memutuskan untuk mencoba memanjat pohon kelapa yang lain. Dengan cepat dan terampil, dia mulai memanjat pohon dan memetik beberapa buah kelapa lagi. "Ini buah kelapanya, tambahan buat kita!" ucapnya sambil melemparkan buah kelapa ke bawah.Hezra, meskipun lebih tenang, juga ikut mencoba memanjat. Dengan gerakan yang mantap, dia berhasil mencapai bagian atas pohon dan memetik kelapa. "Aku juga punya beberapa buah kelapa," tuturnya saat turun dengan hati-hati.Sebastian, yang sudah tidak sabar, memutuskan untuk memanjat pohon terakhir. "Ayo, Sebastian! Kamu pasti bisa!" sorak Jacob dari bawah.Dengan penuh semangat, Sebastian memanjat pohon kelapa dan memetik beberapa buah lagi. "Lihat ini!" sergahnya sambil mulai menjatuhkan buah kelapa ke bawah.Setelah semua kelapa terkumpul, mereka duduk di atas pasir dan mulai membuka kelapa-kelapa itu. Isaac mengambil sebongkah batu dan memukul kelapa untuk membukanya.

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-09
  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 106 Berburu Rusa

    Matahari telah menampakkan dirinya di atas cakrawala, menyinari hutan Pulau Asu dengan cahaya keemasan yang hangat. Kabut pagi masih menggantung rendah di antara pepohonan, menciptakan suasana yang hampir magis di dalam hutan yang lebat itu. Di tengah-tengah kerimbunan pohon dan semak belukar, empat remaja laki-laki diantaranya Isaac, Hezra, Sebastian, dan Jacob sedang bersembunyi dengan penuh kewaspadaan.Mereka berempat sedang dalam posisi menunduk, bersembunyi di balik semak-semak yang rimbun, mengamati seekor rusa liar yang sedang merumput tak jauh dari tempat mereka bersembunyi. Rusa itu terlihat tenang, dan tidak menyadari kehadiran empat pemburu muda yang akan mengincarnya."Tenang, jangan bergerak terlalu cepat," bisik Isaac dengan suara hampir tak terdengar, matanya tetap terfokus pada rusa tersebut. Dia adalah yang paling tua di antara teman-temannya dan selalu bertindak sebagai pemimpin dalam setiap petualangan mereka.Hezra, dengan ra

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-10
  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 107 Keseruan Bersama Keluarga

    Sore yang cerah di Pulau Asu menghadirkan suasana yang hangat dan menyenangkan. Sinar matahari yang lembut menembus celah-celah dedaunan, menciptakan pemandangan yang memukau di dalam hutan yang lebat. Di salah satu sudut hutan, terdapat sebuah air terjun yang indah, dengan air yang jernih mengalir deras ke kolam alami di bawahnya. Suara gemuruh air terjun berpadu dengan tawa riang anak-anak yang bermain di sekitarnya.Isaac, Hezra, Sebastian, dan Jacob, bersama dengan Shakila, Josie, Rose, dan Sherina, sedang menikmati sore itu dengan penuh kegembiraan. Para orang tua mereka Ayah Edu, Ayah Hezki, Ayah Ronald, Bunda Lia, Bunda Mira, dan Bunda Sera terlihat sedang sibuk mencari kayu bakar di sekitar hutan, namun tetap mengawasi anak-anak mereka dengan penuh kasih sayang."Airnya segar sekali, Isaac!" teriak Shakila sambil melompat ke dalam kolam, menciptakan cipratan air yang tinggi. Rambutnya yang panjang dan hitam berkilauan di bawah sinar matahari.

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-11
  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 108 Diselamatkan Oleh Sebuah Kapal Besar

    Pada suatu siang yang cerah di Pulau Asu, sebuah pulau kecil yang merupakan bagian dari Kepulauan Nias di Sumatera Utara, Indonesia, angin berhembus sepoi-sepoi dan ombak memukul lembut pantai yang berpasir putih. Pulau ini telah menjadi rumah bagi para keluarga yang terdampar selama bertahun-tahun di sana. Mereka adalah keluarga Edu, Hezki, dan Ronald beserta istri dan anak-anak mereka. Hari itu, ketiga keluarga tersebut berkumpul di tepi pantai, menikmati keindahan alam dan ketenangan yang diberikan pulau ini.Para ayah, yaitu Ayah Edu, Ayah Hezki, dan Ayah Ronald, duduk di bawah naungan pohon kelapa, membicarakan masa lalu dan masa depan mereka. Sementara itu, para ibu, Bunda Lia, Bunda Mira, dan Bunda Sera sedang mengawasi anak-anak mereka yang sedang bermain pasir dan berenang di laut dangkal. Isaac, Hezra, Jacob, Sebastian, Shakila, Josie, Rose, dan Sherina tertawa riang, seakan melupakan kenyataan bahwa mereka telah lama terisolasi di pulau ini.

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-12
  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 109 Akhirnya Tiba Di Jakarta

    Dengan tekad baru, anak-anak mencoba menerima kenyataan bahwa mereka harus meninggalkan pulau itu. Mereka saling memeluk, mencari kekuatan dalam kebersamaan. Meski perasaan sedih masih menyelimuti, tapi mereka harus menghadapinya. Di bawah langit malam yang dipenuhi bintang, kapal terus melaju menuju Jakarta. Di dek kapal, keluarga-keluarga itu duduk bersama, berbicara tentang kenangan di Pulau Asu dan impian mereka untuk masa depan. Sebastian memecah keheningan dengan suaranya yang pelan namun penuh harapan. “Ayah, ketika kita kembali ke Pulau Asu, aku ingin kita membangun rumah yang lebih besar. Tempat kita semua bisa berkumpul." Ayah Ronald tersenyum, menatap putranya dengan bangga. "Tentu, Sebastian. Kita akan membangun rumah yang indah di sana. Kita akan membuat pulau itu lebih baik lagi dari sebelumnya." Jacob menambahkan, "Dan kita bisa membuat kebun yang besar. Menanam

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-13
  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 110 Memulai Aktivitas Baru Di Kota Jakarta

    Di tengah kerumunan, para ibu, Bunda Lia, Bunda Mira, dan Bunda Sera, juga bertemu kembali dengan keluarga besar mereka. Bunda Lia memeluk ibunya, Nyonya Shania, sambil menangis. "Mama, aku kembali.” “Lia, akhirnya kamu pulang." seru Papa Herman. Kedua orang tua bergantian mengusap rambut Bunda Lia. "Syukurlah kamu selamat. Kami sangat merindukanmu." Bunda Mira juga bertemu kembali dengan kedua orang tuanya, Mama Dwi dan Papa Bagas. "Mama, aku kembali.” Papa Bagas menatap putrinya dengan penuh kasih. "Kami sangat bersyukur, Mira. Kami tidak pernah berhenti berharap atas kepulanganmu." Bunda Sera juga memeluk kedua orang tuanya, Papa Theo dan Mama Nara. "Mama, aku akhirnya pulang. Aku sangat merindukan kalian." Mama Nara menangis bahagia. "Kami sangat merindukanmu setiap hari, Sera. Terima kasih Tuhan, kamu selamat.” S

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-14
  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 111 Para Anak Mulai Bersekolah

    Kembalinya keluarga-keluarga dari Pulau Asu ke kehidupan perkotaan tidak hanya berdampak pada orang tua, akan tetapi juga pada anak-anak mereka yang kini harus beradaptasi dengan lingkungan sekolah baru. Namun, berkat pendidikan dasar yang telah diberikan oleh orang tua mereka selama bertahun-tahun di pulau terpencil itu, anak-anak ini menunjukkan kecerdasan dan kemampuan adaptasi yang luar biasa.Pagi hari yang cerah di salah satu Sekolah Internasional, di Jakarta. Delapan anak terlihat sangat bersemangat memulai hari pertama mereka bersekolah di sana. Isaac, Hezra, Sebastian, dan Jacob bersiap untuk kelas mereka yang baru. Sementara Shakila, Josie, Rose, dan Sherina dengan antusias menantikan pertemuan dengan teman-teman barunya.Para orang tua telah menyediakan mini bus khusus untuk antar transportasi anak-anak mereka ke sekolah."Isaac, jangan lupa bawa buku matematikanya. Hari ini kita pasti akan banyak belajar," ucap Hezra sambil memeriksa tasnya.

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-15

Bab terbaru

  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 118 Petualangan Panjang Berakhir Bahagia Selamanya

    Keesokan harinya, cuaca di Pulau Nias kembali cerah. Setelah sarapan di hotel, Ayah Edu, Ayah Ronald, dan Ayah Hezki terlihat mulai bersiap-siap bersama keluarga mereka untuk perjalanan terakhirnya di Pulau Nias. Hari ini, mereka akan mengunjungi Pantai Pasir Pink, Gawu Soyo, di daerah Afulu, Nias Utara. Semua orang tampak bersemangat untuk mengakhiri petualangan mereka dengan pemandangan yang menakjubkan."Semua siap? Jangan lupa bawa kamera, kita akan melihat sunset yang indah di sana," ucap Ayah Edu dengan semangat."Siap, Ayah!" seru Isaac dan Shakila bersamaan. Diikuti dengan anak-anak lainnya.Semua orang lalu naik ke bus pariwisata yang sudah menunggu di depan hotel. Agus, pemandu wisata mereka, tersenyum dan menyapa para keluarga besar dengan hangat. "Selamat pagi semuanya. Hari ini kita akan menuju Pantai Pasir Pink di Gawu Soyo. Perjalanan ini akan memakan waktu sekitar dua jam setengah, jadi kita bisa bersantai dan menikmati

  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 117 Eksplor Air Terjun Dan Belajar Budaya Di Museum

    Keesokan harinya, suasana pagi di hotel di Lagundri begitu tenang. Udara segar dan suara deburan ombak masih menemani ketiga keluarga besar yang tengah bersiap untuk melanjutkan perjalanan mereka. Setelah menikmati sarapan bersama, Ayah Edu, Ayah Ronald, dan Ayah Hezki memeriksa persiapan sebelum berangkat. "Pastikan semua barang sudah tidak ada yang tertinggal," ujar Ayah Edu sambil memeriksa koper-koper di lobby hotel."Sudah beres, semua sudah di bus," jawab Ayah Ronald sambil mengangguk.Anak-anak terlihat bersemangat untuk melanjutkan petualangan mereka. "Kemana kita hari ini, Ayah?" tanya Sherina penuh rasa ingin tahu."Hari ini kita akan ke Kota Gunungsitoli. Kita akan mampir ke Air Terjun Humogo dan mengunjungi Museum Pusaka Nias," jawab Ayah Hezki sambil tersenyum.Setelah semua persiapan selesai, mereka kemudian naik ke bus pariwisata yang telah siap di depan hotel. Agus, pemandu wisata mereka, kembali mengambil peran sebagai penjelas perjalanan h

  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 116 Menonton Atraksi Lompat Batu Setinggi Dua Meter

    Keesokan harinya, cuaca di Pulau Nias masih cerah dengan langit biru tanpa awan. Pagi itu, setelah sarapan di hotel, Ayah Edu, Ayah Ronald, dan Ayah Hezki bersama keluarga masing-masing bersiap-siap untuk perjalanan menuju Desa Budaya Bawomataluo. Desa ini terkenal dengan tradisi lompat batunya yang telah mendunia.Pemandu wisata mereka, Agus, sudah menunggu di lobi hotel dengan senyuman ramah. "Selamat pagi semuanya. Hari ini kita akan mengunjungi Desa Bawomataluo, sebuah desa budaya yang sangat terkenal di Pulau Nias. Desa ini berada di atas puncak bukit, jadi kita akan sedikit mendaki."Anak-anak tampak bersemangat mendengar penjelasan Agus. "Yay! Mendaki bukit!" seru Isaac sambil melompat-lompat kegirangan.“Hore! Kita semua sungguh tak sabar!” sergah Hezra.“Ayo, Bang Agus! Tunggu apa lagi?” tukas Sebastian yang sangat antusias.“Come on, kita let's go, Bang Agus!” Jacob juga tak mau kalah.Sang pemandu wisata sangat se

  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 115 Menonton Pertunjukan Surfing Berskala Internasional

    "Ayah juga mendengar tentang acara itu," ucap Ayah Edu sambil tersenyum. "Sepertinya menarik. Apa kalian benar-benar ingin pergi ke sana?""Ya, Ayah!" jawab anak-anak serempak."Kita bisa melihat pertunjukan surfing dan menjelajahi pulau itu," tambah Hezra. "Ini akan menjadi pengalaman yang tak terlupakan."Ayah Ronald mengangguk, "Baiklah, ini terdengar seperti ide yang bagus. Kita bisa mengatur perjalanan ke sana. Bagaimana menurutmu, Bro Hezki?"Ayah Hezki setuju, "Aku pikir ini kesempatan bagus untuk mengenalkan anak-anak pada budaya dan keindahan Pulau Nias. Selain itu, kita juga bisa menikmati waktu bersama sebagai keluarga."Anak-anak bersorak kegirangan."Hore-hore-hore! Terima kasih, Ayah!" seru mereka senang.Seminggu kemudian, hari yang dinanti-nanti tiba. Semua orang bersiap-siap untuk perjalanan mereka ke Pulau Nias. Pagi yang cerah menyambut ketiga keluarga besar yang baru saja

  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 114 Bahagia Tinggal Di Pulau

    Di sisi lain, Bunda Lia, Bunda Mira, dan Bunda Sera duduk di teras rumah, menikmati pemandangan indah dan kebahagiaan anak-anak mereka. Ketiganya merasa lega dan bahagia melihat anak-anak mereka begitu menikmati suasana baru ini."Aku tidak percaya kita akhirnya tinggal di sini," tutur Bunda Lia sambil menyesap teh hangatnya. "Ini adalah keputusan terbaik yang pernah kita buat.""Bener banget," jawab Bunda Mira. "Lihatlah anak-anak kita, begitu bebas dan bahagia. Ini adalah lingkungan yang sempurna untuk mereka tumbuh."Bunda Sera menambahkan, "Dan kita juga akan memiliki kesempatan untuk membangun sesuatu yang besar di sini. Mengelola resort dan menjalankan perusahaan kita sambil hidup di surga kecil ini. Apa lagi yang kurang dari kehidupan yang indah ini?"Hari-hari berikutnya di Pulau Asu dipenuhi dengan petualangan dan keseruan. Setiap pagi, anak-anak bangun dengan semangat baru, siap untuk menjelajah dan bermain. Mereka be

  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 113 Persiapan Kepindahan Ke Pulau

    Pada suatu hari yang cerah di Jakarta, tiga pria yang merupakan sahabat lama sedang berkumpul di rumah salah satu dari mereka. Pria-pria ini adalah para ayah dari tiga keluarga yang memiliki impian besar. Mereka adalah Ayah Edu, Ayah Ronald, dan Ayah Hezki. Ketiga pengusaha sukses ini sedang membahas sebuah proyek besar yang akan mengubah hidupnya dan keluarga mereka untuk selamanya.Di ruang tamu yang luas dengan jendela besar yang memberikan pemandangan indah kota Jakarta, ketiga ayah itu sedang duduk di sekitar meja, memperhatikan peta Pulau Asu yang terbentang di depan mereka. Pulau kecil yang indah ini memegang kenangan manis bagi mereka dan keluarganya yang pernah terdampar di pulau ini selama bertahun-tahun."Aku tahu istri dan anak-anak kita sudah sangat merindukan Pulau Asu," ucap Ayah Edu membuka percakapan. "Mereka selalu membicarakannya, tentang betapa damainya, dan indahnya pulau itu. Mereka ingin kembali ke sana.""Benar," tambah Ay

  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 112 Bosan Dengan Kehidupan Kota

    Setelah beberapa bulan kembali ke kehidupan perkotaan, para orang tua mulai merasakan kebosanan dan kehampaan. Rutinitas yang monoton dan hiruk-pikuk kota yang tak pernah berhenti membuat mereka merindukan kesederhanaan dan ketenangan hidup di Pulau Asu. Meskipun sukses dalam karir dan kegiatan sosial, ada sesuatu yang hilang dalam hidup mereka.Di Rumah Keluarga Silverstone, pagi hari dimulai seperti biasanya. Bunda Lia sedang menyiapkan sarapan sambil sesekali melihat ke arah jendela, merasakan hampa dalam hatinya."Bunda, sarapannya enak, seperti biasa," ucap Isaac, Jacob dan Josie secara bergantian, sambil menikmati roti bakar yang dibuat ibunya."Terima kasih, anak-anak. Apakah kalian sudah siap untuk sekolah?" tanya Bunda Lia sambil tersenyum tipis."Sudah, Bunda. Kami sangat semangat hari ini," jawab Isaac mewakili kedua saudaranya yang lain.Namun, setelah Isaac, Jacob, dan Josie berangkat sekolah, kesunyian kembali menyelimuti ru

  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 111 Para Anak Mulai Bersekolah

    Kembalinya keluarga-keluarga dari Pulau Asu ke kehidupan perkotaan tidak hanya berdampak pada orang tua, akan tetapi juga pada anak-anak mereka yang kini harus beradaptasi dengan lingkungan sekolah baru. Namun, berkat pendidikan dasar yang telah diberikan oleh orang tua mereka selama bertahun-tahun di pulau terpencil itu, anak-anak ini menunjukkan kecerdasan dan kemampuan adaptasi yang luar biasa.Pagi hari yang cerah di salah satu Sekolah Internasional, di Jakarta. Delapan anak terlihat sangat bersemangat memulai hari pertama mereka bersekolah di sana. Isaac, Hezra, Sebastian, dan Jacob bersiap untuk kelas mereka yang baru. Sementara Shakila, Josie, Rose, dan Sherina dengan antusias menantikan pertemuan dengan teman-teman barunya.Para orang tua telah menyediakan mini bus khusus untuk antar transportasi anak-anak mereka ke sekolah."Isaac, jangan lupa bawa buku matematikanya. Hari ini kita pasti akan banyak belajar," ucap Hezra sambil memeriksa tasnya.

  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 110 Memulai Aktivitas Baru Di Kota Jakarta

    Di tengah kerumunan, para ibu, Bunda Lia, Bunda Mira, dan Bunda Sera, juga bertemu kembali dengan keluarga besar mereka. Bunda Lia memeluk ibunya, Nyonya Shania, sambil menangis. "Mama, aku kembali.” “Lia, akhirnya kamu pulang." seru Papa Herman. Kedua orang tua bergantian mengusap rambut Bunda Lia. "Syukurlah kamu selamat. Kami sangat merindukanmu." Bunda Mira juga bertemu kembali dengan kedua orang tuanya, Mama Dwi dan Papa Bagas. "Mama, aku kembali.” Papa Bagas menatap putrinya dengan penuh kasih. "Kami sangat bersyukur, Mira. Kami tidak pernah berhenti berharap atas kepulanganmu." Bunda Sera juga memeluk kedua orang tuanya, Papa Theo dan Mama Nara. "Mama, aku akhirnya pulang. Aku sangat merindukan kalian." Mama Nara menangis bahagia. "Kami sangat merindukanmu setiap hari, Sera. Terima kasih Tuhan, kamu selamat.” S

DMCA.com Protection Status