"Kiara sudah kami jual!" Seru Rosita lantang. Sungguh lancang dia mengatakan ini tanpa merasa berdosa.
Nanar lah Joe mendengar itu. Seketika wajah Joe menjadi bengis menatap ibu kandung dari mantan istrinya.
Sudah gila! Apa yang dia katakan! Batin Joe.
Sementara Salika dan Felicia tercengang mendapatkan ibunya berkata cablak seperti ini. Bukankah perjanjiannya kalau keluarga ini sudah sepakat untuk merahasiakannya dari Joe?
"Sepertinya sudah tidak perlu lagi kita tutup tutupi dari laki laki busuk ini! Kau mencari Kiara? Sampai kiamat pun tidak akan kau temui lagi Kiara di rumah ini. Karena Kiara sudah aku tukar dengan gelang cantik ini."
Langsung mendidih bola mata Joe mendengarnya. Sungguh bajingan mereka!
Tanpa rasa bersalah Rosita memamerkan gelang cantik Queen's Mary senilai 1,5 juta US yang dia dapatkan dari hasil menjual Kiara. Nyaris seharga kalung yang Joe hadiahkan untuk Jilly. Tapi sayangnya Jilly mengira itu barang tiruan. Padahal niatan Joe membelikan itu sebagai hadiah kejutan untuk Jilly karena sudah setia menunggunya. Dan Joe pun akan mengungkap siapa dirinya yang sebenarnya. Dan juga sebuah Mansion mewah lengkap dengan fasilitas yang berada di tengah tengah pulau termasuk helikopter pribadi sudah Joe siapkan untuknya. Joe berpikir, sudah seharusnya Jilly tau siapa aku.
Namun justru Joe lah yang diberi kejutan oleh Jilly dengan mendapatkannya berselingkuh di kamar yang dulu pernah menjadi saksi kisah cinta Joe dengannya.
"Kemana kalian jual anakku?" Suara Joe terdengar tenang, namun sorot matanya begitu tajam.
"Hei Joe! Kau pikir kami mau merawat anak haram itu, hah? Apalagi dia lahir dari bapak penjahat sepertimu! Gembel! Dan miskin! Tidak mungkin keluarga Miller akan menampung anak haram itu. Lagipula, Jilly tidak mempermasalahkannya. Jadi dari pada mubazir, lebih baik aku jual saja pada yang membutuhkan. Dan ternyata, anakmu dihargai sangat tinggi," ujar Rosita. Sungguh, tanpa merasa berdosa dia mengatakan ini.
Habis sudah kesabaran Joe. Semua tenaga sepertinya sudah terkumpul di kepalan tangan. Sekali terhempas dan mengenai wajah, tentu akan membuat orang yang menerimanya pingsan. Apalagi seorang Rosita, mungkin bisa mati ditempat kalau sampai itu terjadi.
Tentu saja Ferdinan dan Tim serta laki laki lain yang ada di rumah ini tidak membiarkan Joe untuk menyentuh Rosita. Pak Tim sudah siap dengan senjata tongkat listrik yang siap dia hunuskan ke tubuh Joe kalau sampai Joe macam macam untuk mencoba mencelakai tuan rumah.
Joe pun sadar kalau dia nekat dan salah ambil keputusan justru dirinya yang akan dirugikan.
Walaupun bisa saja Joe mengalahkan semua laki laki ini dengan tangannya. Tapi tetap saja, dia harus memikirkan resiko kemungkinan sampai yang terkecil sekalipun. Karena kalau sampai alat setrum itu mengenai tubuhnya, seketika Joe akan terkapar. Dan setelah itu, bisa saja mereka melakukan sesuatu yang lain yang bisa mencederai diri Joe.
Untuk sementara Joe berusaha meredam emosinya dan memikirkan cara lain untuk menemukan Kiara.
Pasti orang yang merawatnya bukan orang jauh, pikir Joe.
"Hei Ferdinan, bukankah kau ingin membawaku kembali ke penjara?" Joe sengaja memancing si mata duitan itu keluar dari rumah ini berdua dengannya. Dengan begitu, Joe dengan mudah membuat mulutnya Ferdinan mengaku kepada siapa keluarga Miller menjual putrinya.
"Rupanya kau sudah tidak sabar untuk bertemu teman teman gembelmu di sana, haha," sahut Ferdinan sambil tergelak. Namun rupanya, Rosita membisikan ke telinga Ferdinan. Dan setelah itu, Ferdinan seperti tidak tertarik lagi untuk membawa Joe kembali rumah tahanan.
Entah apa yang Rosita bisikan, tapi Ferdinan jelas mengatakan, "kali ini kau aku biarkan kau bebas. Sebaiknya kau pergilah. Angkat kaki dari sini sebelum pikiranku berubah."
Sial! Sepertinya mama Jilly tau apa yang akan aku lakukan pada Ferdinan, batin Joe.
Namun begitu, tapi ini kesempatan bagus juga untuk Joe menghindar dan memikirkan cara lain untuk mendapatkan Kiara. Karena memang, tujuan Joe adalah Kiara. Joe sudah tidak ada urusan lagi dengan keluarga penghianat ini.
***
Ting!
Joe membuka pesan singkat dari Ceasar.
'Master Joe. Temuilah Jack Palm direksi Bank X. Pimpinan sudah menyiapkan uang senilai dua milliar dollar yang bisa anda gunakan untuk kebutuhan anda mencari putri anda yang ada di dalam kartu Black Diamond yang harus anda ambil ke bank X International. Dan akses yang bisa membuka itu hanyalah pindai jari anda. Apa perlu saya temani?'
'Tidak perlu. Aku bisa mengambilnya sendiri. Kau fokus saja pada pencarian putriku. Dan katakan pada pimpinan, setelah pekerjaanku di sini selesai, aku akan segera kembali ke Menara. Dan jangan lupa kabari kalau kau menemukan informasi apapun tentang putriku.'
Jack Palm, nama itu sepertinya tidak asing bagiku. Oh iya aku ingat, gumam Joe dalam hati.
Setelah membalas pesan ini, Joe langsung mematahkan kartu SIM dan juga menghancurkan iphone x miliknya. Dia tidak mau dirinya terlacak dengan apapun yang bisa menghambatnya menemukan siapa pembunuh Nadira dan juga menemukan putrinya Kiara. Joe tidak bisa mempercayai siapapun di sini. Karena itu, dia harus tetap menjadi Joe Hans yang dikenal sebagai sekurity di perusahaan PT Prima Multiguna.
Kiara, tunggu papa sayang, gumam Joe dalam hati sambil membayangi wajah manis putrinya yang masih berusia dua tahun.
Tidak terasa, Joe sudah sampai di pintu lobby bank X international. Dengan pakaian ala kadarnya, tentu saja membuat semua orang yang berpapasan menatap remeh dirinya. Termasuk sekurity bank yang kebetulan lagi bertugas menjaga pintu lobby, memperhatikan Joe dari atas sampai bawah. Pikirnya, siapa pengemis ini? Apa dia tidak tau kalau pengunjung di bank ini harus mengenakan kemeja dan sepatu bukan kaos poloshirt dengan sendal gunung seperti itu? Sudah gila mungkin dia.
"Hei berhenti!" Tahan seorang sekurity dengan menghalangi jalan Joe sambil memamerkan senjata api laras pendek yang ada di pinggangnya. Memang, khusus di bank ini semua petugas keamanan dibekali senjata api dengan alasan keamanan. Tidak terkecuali satpam. Lantaran bank X merupakan salah satu bank dunia yang trafiknya begitu padat.
"Kau mau kemana?" Tanya petugas yang satunya dengan menatap remeh Joe.
"Aku ingin mengambil uangku, apa kalian bersedia membantuku?"
Tentu saja membuat mereka berdua terkekeh.
"Sudah gila! Kau lagi menghayal ya? Kalau mau ngamen jangan di sini! Tuh di warung sana!"
Joe hanya geleng geleng kepala. Malas meladeni mereka sebenarnya dan berhendak ingin masuk saja. Namun, begitu kaki Joe mulai bergerak, sekurity itu sudah menarik lengan Joe kembali.
"Dasar pengemis! Apa kau pikir ini warung kaki lima! Tuh baca!" Pada saat mengatakan ini, petugas itu menunjukan selembaran tempelan yang menerangkan larangan bagi pengunjung. Joe mendapatkan kalau gambar kaos dan sendal dicoret huruf x, yang menandakan kedua benda itu tidak diperkenankan untuk dipakai masuk ke dalam bank. Tapi uniknya, kenapa binatang peliharaan diperbolehkan masuk? Serendah itu kah orang berpakaian kaos dan sendal kalah dengan gu guk yang hina?
"Aku tidak ada waktu untuk membeli itu. Lagipula aku sudah menghubungi Jack Palm sebelumnya. Dan dia tidak mengatakan apapun padaku selain mengundangku datang saja," ujar Joe. Dengan santainya dia menyebutkan nama direksi bank X yang sangat disegani semua orang. Sungguh, membuat kedua petugas itu sempurna kaget sejadi jadinya.
"Bukan cuma penampilanmu yang kotor. Tapi mulutmu juga tidak punya aturan. Apa kau tidak punya sopan santun, hah? Kau tau siapa orang yang sudah kau sebut seenak jidatmu?"
"Jack Palm? Direksi di sini kan?" Sahut Joe santai. Sungguh, membuat petugas semakin geram.
"Pergi kau dari sini!" Usir petugas itu dengan kasar, sambil mendorong tubuh Joe. Sementara yang satunya lagi sudah nampak siap siap dengan senjata apinya.
"Dasar pengemis! Kau mau membuat kericuhan di sini, hah!" Hardiknya.
"Hentikan!"
Saat yang bersamaan, seorang pria mencoba menahan kedua sekurity itu. Begitu Joe menoleh, dia mendapatkan laki laki berpakaian rapi yang sedang memasukan kedua tanganya ke dalam saku. Joe kenal betul siapa laki laki itu.
"Tuan. Maaf tuan. Dia hanya pengemis yang ingin mencari keributan di sini," ujar petugas.
"Iya. Iya saya tau siapa dia."
"Jadi tuan kenal dengan orang ini?" Sempat merasa takut kedua sekurity itu ketika tau kalau manager bank X mengenalnya. Khawatir, dia marah lantaran bersikap kurang sopan terhadap sahabat atau sodaranya.
"Maaf tuan kami tid-."
Pria berdasi itu menyela cepat, memotong dengan tangannya. "Kalian tidak perlu minta maaf. Justru saya senang karena kalian sudah bertugas dengan baik."
Kedua petugas itu saling pandang, heran.
"Hei gembel! Apa yang mau kau lakukan di sini hah?" Yang mengatakan ini adalah Kevin Moore, pacar Salika Miller yang rencananya akan melangsungkan pernikahan bulan depan.
Sungguh angkuh Kevin petantang petenteng di depan Joe. Sikapnya sudah seperti pemilik Bank X saja."Apa kau ingin mengantar makanan ke sini?" Kevin mengada ngada dengan menganggap Joe sebagai kurir makanan online. Sambil itu, dia celingak celinguk seperti mencari sesuatu. "Dimana sepeda motormu yang butut itu? Kenapa aku tidak melihatnya?"Kevin sengaja membuat Joe malu dengan mengungkit barang rongsok yang sering Joe pakai mengantar jemput Jilly dulu. Tentu saja Joe memilih motor Honda tahun 93 untuk transportasinya sehari hari. Kalau dia mengendarai Porsche GT 2021 tentu keluarga Jilly akan mengira Joe sudah mencuri mobil orang lain. Mana mungkin bekerja sebagai sekurity mampu membeli mobil seharga belasan milliar seperti itu. Padahal mobil jenis itu seperti barang receh bagi Joe.Sungguh malas Joe menghadapi Kevin yang tidak penting. Dia tidak tertarik meladeni karyawan rendahan ini."Beri tahu Jack Palm kalau Joe Hans mencariny
"Ayo, tunggu apa lagi? Ambilah kartu Black Diamondmu di dalam brankas itu," titah Kevin yang sudah tidak sabar mempermalukan Joe.Kenapa informasinya tidak lengkap? Ceasar tidak mengatakan kalau brankasnya dilapisi pelindung kaca seperti ini. Apa konfigurasi keamanannya menggunakan pindai jariku juga?Joe sudah berpikir kalau sepertinya kotak yang melindungi brankas itu memiliki akses lain. Sementara dirinya hanya punya satu akses. Sungguh, Kevin akan menang telak di sini.Dengan terpaksa, Joe pun mencobanya. Dia mendekati kotak kaca yang bahkan diledakan dengan daya ledak yang bisa menghancurkan satu gedung pun, rasanya kaca itu hanya retak retak saja, belum tentu pecah semua.Begitu Joe berhadapan dengan kotak itu, hati Joe miris ketika mendapatkan kode aksesnya bukan menggunakan pindai jari melainkan sesuatu yang lain.Di sini, Kevin sudah mulai mendengkus ringan hingga akhirnya dia terbahak. Sungguh, hiburan menyen
"Bodoh! Kau tau apa yang kau lakukan?" Suara Jack Palm memecah gendang telinga. Dia mengatakan ini dengan nada lantang dan tegas. Tentu saja bersamaan dengan dia menggebrak meja sambil menatap tajam wajah Kelie. Dia beranggapan kalau Kelie sudah sangat ceroboh melakukan hal yang keliru. Sampai menggigilah Kelie dibuatnya. Dia gemetar, nampak sekali dari tangannya yang tidak bisa diam.Tentu saja Jack Palm emosi. Karena sejatinya brankas Black Diamond hanya milik satu orang. Dan hanya melalui dirinya lah yang bisa mengantarkan nasabah itu keruangan. Karena juga hanya dia yang tau siapa pemiliknya.Jack Palm beranggapan kalau ini ada sindikat. Kalau bukan karyawannya yang bermain nakal, tentu ada nasabah penipu yang mengaku ngaku pemilik brankas itu. Tapi kekhawatirannya sedikit meredam setelah dia menyadari brankas itu tidak bisa dibuka kalau bukan pemliknya sendiri yang melakukannya."Kau tau kalau brankas itu milik seseorang dan bukan sembaran
Sejatinya, Jack Palm memang belum mengenali wajah Joe. Dia hanya diberitahu kalau akan ada orang yang akan mengambil black diamond. Hanya saja Jack Palm tidak diberi tahu seperti apa wajahnya, selain nama saja.Sungguh bodoh laki laki ini! Apa dia tidak mengenaliku? Atau dia hanya sedang mengetesku saja? Batin Joe."Aku ingin mengambil Black Diamond, Jack Palm," sahut Joe santai.Tentu saja membuat pria berwibawa itu keki. Siapa orang ini berani menyebut namaku dengan tidak sopan seperti itu? Kejadian ini pun mengundang yang lain emosi. Siapa dia berani petantang petenteng dengan pimpinan bank X? Benar benar memalukan!"Haha! Dia hanya bermulut besar! Dia ini penipu, tuan!" Sela Kevin.Jack Palm memilih diam dan tidak meladeni mulut besar Kevin."Siapa namamu?" Tanya Jack Palm lagi kepada Joe.Joe menyeringai. Kemudian, dia berjalan menghampiri Jack Palm. Sorot matanya begitu tegas dan tajam m
Tidak ada yang tahu bagaimana caranya membuka lapis pertama sebelum menggapai kotak selanjutnya dalam brankas itu. Bahkan Kevin sendiri pun apalagi Kelie, tentu mereka tidak mengetahuinya. Kevin hanya tau sampai sebatas nasabah platinum saja. Dan itu pun pengamanannya tidak berlapis seperti ini. Karena itu semua orang berdebar jantung menunggu untuk menyaksikan siapa laki laki yang sudah membuat bank X geger hari ini."Silakan arahkan mata anda ke alat ini," titah Jack Palm. Rupanya untuk membuka kotak itu harus dengan menggunakan pindai mata.Semakin penasaran lah mereka semua yang menyaksikan. Dan begitu Joe meletakan matanya pada alat pindai, ceklek, kunci kotak pun terbuka. Semua tercengang melihatnya. Namun berbeda dengan rona wajah Jack Palm yang justru terlihat senang. Berarti Joe memang benar orang yang memiliki brankas ini.Belum sampai di situ, untuk membuka pengaman lapis dua, yang itu merupakan brankas yang menyimpan Black Diamond belum t
Mereka sudah berhasil melumpuhkan delapan CCTV utama di area teller dengan disiram air keras. Begitupun dengan CCTV yang ada di lantai dua. Hanya lantai tiga yang mengarah ke ruangan Jack yang masih menyala. Mereka tidak menyangka kalau bangunan ini terdiri dari tiga lantai. Memang secara kasat mata, bank x hanya memiliki dua lantai. Lantai ke tiga seperti tidak terlihat. Lantaran itu memang ruangan khusus yang sengaja dibangun untuk disamarkan untuk menghindari hal hal seperti ini. Lantai tiga selain ruangan Jack Palm, di sanalah tempat penyimpanan semua sistem sekurity bank x. Sepertinya perampok yang sudah mendenah bangunan ini sebelum mereka beraksi tidak sampai menemukan lantai tiga.Seseorang sudah memikirkannya sampai sejauh ini. Sistem kemanan di bank x sangat berlapis lapis. Begitupun dengan CCTV rahasia yang tak nampak lantaran bentukannya hanya seukuran chip kecil yang dipasang disudut sudut tertentu. Bahkan semua pegawai di sini pun tidak ada yang tau kecual
Sangat sunyi, Joe memiliki insting yang baik untuk mengetahui keberadaan musuh. Situasi seperti ini sudah sering dia hadapi di negeri Menara. Namun tetap saja dia tidak bisa meremehkan musuhnya. Siapa tau, mereka bahkan lebih ahli dari musuh musuh elit negara yang biasa dia hadapi.Setelah yakin kalau di luar sana aman, barulah dia melangkah perlahan.Kondisinya, dari pintu darurat masih harus melewati dua lorong lagi untuk sampai ke area transaksi. Sudah tidak ada orang yang seliweran di sini. Para perompak sudah mengumpulkan semua karyawan menjadi satu titik di area transaksi umum.Terdengar langkah kaki di depan sana sebelum sampai di belokan untuk ke lorong berikutnya, Joe mencari tempat persembunyian. Dia masuk ke ruangan yang entah milik siapa. Dia pun mengumpat di belakang meja. Dari sini barulah dia tau kalau ini ruangan milik si sampah Kevin lantaran membaca papan nama kecil yang ada di atas meja kerja. "Ternyata ini ruan
"Apa kau sudah bisa tenang?"Sempat Joe melirik name tag yang tersemat di kantung sebelah kanan dari seragam yang gadis itu kenakan. Dari situ Joe mengetahui kalau dia bernama Jesselyn.Jeselyn pun mengangguk.Dengan begitu Joe merenggangkan tangannya yang menutupi hampir setengah wajah Jeselyn.Begitu tangan Joe bebas darinya, gadis itu mengambil napas lalu membuangnya. Terus dia lakukan berulang ulang sampai tiga kali. Jelas sekali kalau dia hampir kehabisan oksigen."Kau bisa percaya padaku. Aku bukan salah satu dari mereka," ujar Joe. Pada saat mengatakan ini, tangan Joe sambil sibuk menarik tubuh perampok yang sudah menjadi mayat, menepi ke balik dinding tempatnya bersembunyi tadi."Ada berapa mereka?" Tanya Joe."Enam orang. Satu sudah kamu bunuh," jawabnya pelan. Hanya saja Jesselyn tidak berani menatap wajah Joe langsung. Sungguh, dia sangat ketakutan sekali."Berarti ting
“Tidak ada yang serius, pa,” sahut Joe sambil mengurai senyum. Kemudian, dia meletakan ponselnya di atas meja. Namun tidak lama setelah itu, pesan kedua dari pengirim tidak dikenal mengisi halaman notifikasi.Joe penasaran ingin membukanya. Tapi prof Ferguso langsung menegur,”sebaiknya kau kesampingkan dulu urusan kerjaanmu. Kita di sini untuk happy.”Dan Joe pun tersenyum. Dia sependapat dengan saran ayah angkatnya.Mereka semua bersulang minum untuk merayakan hari kebahagian ini. Nampak sekali wajah-wajah ceria penuh kesenangan terpancarkan dari semua orang yang ada di sini. Tidak terkecuali keluarga Miller yang sudah berangsur-angsur berkurang rasa bersalahnya terhadap Joe. Apalagi Joe sudah melupakannya.Tidak lama acara makan dan minum selesai, Joe meminta ijin untuk meninggalkan meja makan sejenak. Dia ingin bersantai di balkon dengan puterinya. Prof Ferguso mengijinkan.Pergilah Joe menuju tempat santai yang dari situ bisa melihat seluruh lampu yang menerangi kota ini. Sangat i
Setengah jam yang lalu pesta berakhir. Namun prof Ferguso masih belum ingin mengakhiri kerinduannya dengan Joe begitu saja. Dia mengundang Jeriko dan keluarga Miller untuk bergabung dengan pesta kecil miliknya. Ya anggap saja untuk merayakan kembalinya puteri semata wayang Joe yang hilang. Dan sekarang mereka semua sudah berada di ruangan khusus milik prof Ferguso. Mereka duduk di meja panjang dengan hidangan yang tidak kalah istimewa dengan yang di bawah tadi. Suasana sekarang tentu saja berbeda dari sebelumnya. Mereka sudah tidak bisa lagi memandang Joe sebelah mata walaupun dengan penampilannya yang buruk. Bahkan sekarang membuat wanita-wanita cantik dari keluarga Miller tidak berani menengadahkan wajahnya untuk menatap Joe secara langsung. Semua tertunduk malu atas sikap mereka selama ini terhadap Joe. Pun juga Jeriko yang mendadak bingung harus bersikap seperti apa di depan pemuda yang penah dia hina dan remehkan. Di sini dia baru sadar, kalau pantas saja Joe memiliki ilmu bel
Cerita ini bermula ketika Aland Miller mengalami masalah dengan anak perusahaan prof Ferguso yang berada di negeri Asal. Prof Ferguso begitu marah ketika ada orang yang berkeinginan untuk menikungnya dari belakang. Dan setelah diusut, nama Aland Miller keluar sebagai target utama.Aland Miller ditangkap anak buah prof Ferguso dan hampir mati disiksa. Namun di sini prof Ferguso masih punya hati dan ingin memaafkannya. Tapi tentu saja dengan syarat."Perbuatanmu sudah tidak bisa dimaafkan. Tapi, aku masih bisa mengampunimu kalau kau mau bekerja-sama denganku," kata prof Ferguso pada Aland Miller yang wajahnya sudah penuh luka dan darah dengan kedua tangan terikat menggantung juga tanpa pakaian kecuali selembar celana dalam."Apa kau mau menerima tawaranku?" tanya prof Ferguso, yang mau tidak mau dijawab iya oleh Aland Miller atau dia akan mati."Bagus." Prof Ferguso menepuk pipi Aland Miller. "Saat ini, ada putraku yang sedang mengemban tugas di negeri ini. Mungkin statusnya akan diraha
"Papa! Apa-apaan ini! Jangan mempermalukan diri kamu di depan banyak orang! Kamu tidak pantas memberi hormat sama pemuda kampung seperti dia!" Jangankan Rosita atau semua orang yang ada di sini, bahkan Joe sendiri pun bingung kenapa Aland Miller bisa seperti itu terhadap dirinya?Apa prof Ferguso sudah memberi tahu siapa aku sebenarnya? Dan tiba-tiba saja ... Plak! Aland Miller menampar istrinya dengan keras di depan banyak orang. "Kau tidak pantas berbicara kasar pada tuan Joe Hans, putra semata wayang prof Ferguso yang juga merupakan pangeran negeri Menara!" bentaknya, yang langsung membuat semua orang tercengang, sementara Rosita menahan sakit dan juga malu yang luar biasa. "Apa! Tidak mungkin!" Sontak semua orang kaget. "Mustahil! Tidak mungkin!" Salika masih tidak percaya dengan apa yang dikatakan papanya. "Pa, jangan membodohi kami!" "Maafkan keluargaku prof Ferguso. Memang mereka tidak pernah tau siapa tuan Joe Hans. Karena sejak anda menugaskanku menjadi agent, aku tida
"Hei penjaga! Apa kerja kalian sampai membiarkan orang gila masuk ke acara besar seperti ini!" Seru salah seorang tamu undangan prof Ferguso, sebut saja dia Kenan. Dia baru saja berhasil meyakinkan prof Ferguso untuk menjadi donatur di perusahaannya. "Sudah gila! cepat usir dia!" ucap Matias, CEO perusahaan otomotif terbesar di negeri Menara. Dia juga baru mengajukan proposal kerja sama dengan prof Ferguso untuk mengekspand usahanya. Namun prof Ferguso masih mempertimbangkannya, kemungkinan setelah acara ini dia akan memutuskan untuk mengambil atau melepasnya. Gegas beberapa penjaga menghampiri kerumunan, mereka nanar mendapatkan pemuda dengan pakaian kusuh berada di tengah-tengah acara penting. Wajah mereka pun berubah kencang. Bahkan laki-laki ini tidak pantas untuk sekadar menjadi tukang bersih-bersih di Castile ini, pikir mereka. "Apa yang kau kerjakan sampai bisa meloloskan orang gila ini, hah!" Hardik William, kolega Ferguso, berbicara pada penjaga itu. Seketika orang jadi
"Sudah seharusnya anda mengenakan pakaian kebesaran, master Joe."Ceasar memberikan satu setel jubah terbaik yang dimiliki seorang kstria hebat di negeri Menara. Tidak sembarang orang yang bisa mengenakannya. Itu bagaikan pakaian raja yang tidak mungkin dikenakan rakyat biasa. Joe sudah menerima, namun dia belum mengenakannya. "Apa tidak berlebihan sampai aku mengenakan jubah kebesaran ini?""Justru ayah ingin mengenalkan pada semua orang yang ada di bawah sana siapa putra terbaik ayah yang pantas menggantikan posisi ayah nanti. Dan orang itu adalah kamu. Kamu lah pewaris yang tepat untuk menggantikan posisi ayah kemudian," ujar prof Ferguso. Dengan begitu, tidak ada alasan lagi untuk Joe menolaknya. Kemudian, dia mengganti baju yang kusam dengan jubah yang mewah. Sejurus kemudian, Joe sudah siap dengan penampilan barunya. Sementara itu dibawah sana Rosita dan dua putrinya sedang sibuk membantu kapten Frans untuk mencari Joe yang dianggap penyusup. Mereka sudah mencari sampai kesel
Rasanya tidak ada salahnya untuk mengikuti saran dari wanita-wanita cantik ini. Kapten Frans pun mengajak Rosita dan kedua putrinya masuk ke dalam ruangan monitoring CCTV yang dijaga langsung oleh anak buahnya. Di dalam ruangan itu ada empat petugas berseragam yang sedang serius bekerja, memperhatikan satu persatu layar monitor dari tembakan CCTV dari segala penjuru. "Silakan duduk," titah kapten Frans kepada Rosita, Salika dan Felicia. Dan kemudian dia berbicara pada salah seorang petugas pengendali monitor. "Bisa kau putarkan rekaman yang ada di lorong xx pada empat puluh lima menit yang lalu," pinta kapten Frans. Dengan sigap, petugas itu langsung mengikuti perintahnya. Dan sejurus kemudian, tayangan yang diminta Rosita sudah nampak di depan mata. Semua orang tertitik pada seorang pemuda yang sedang berjalan cepat menyusuri lorong xx sebelum bertemu dengan Salika dan Felicia. Penampilan yang hanya mengenakan kaos yang kusam menjadi perhatian kapten Frans dan yang lainnya. Saya
Kedua putri Miller secara kebetulan bertemu dengan induknya. Mereka saling pandang heran karena mendapatkan diri masing-masing sedang berada di tempat yang sama, pos utama penjaga. "Mama, sedang apa di sini?" Yang bertanya dengan wajah bingung ini adalah Salika. Tanpa sadar, dia masih memegang sebatang rokok yang nyaris habis. Begitu bola mata Rosita berputar pada benda yang dipegang putrinya, barulah Salika membuang puntung rokok itu. "Hanya sebatang. Tidak perlu diperpanjang," katanya. Beruntung ada hal lain yang mendominasi perasaan marah Rosita dibanding melihat putrinya merokok. Dan Rosita pun mengabaikannya. "Sedang apa kalian di sini?" Dia berbalik tanya pada kedua putrinya. "Baru saja kami melihat si gembel Joe dengan penampilan compang-camping masuk ke sini, ma. Aku rasa dia sudah menyusup. Aku khawatir dia akan membuat kericuhan di sini," ujar Felicia. Berkerutlah dahi Rosita saking kagetnya karena alasan dia ke tempat penjagaan utama serupa dengan kedua putrinya. "Kal
"Dasar gembel! Kau tau, negeri ini tidak pantas untuk laki-laki sampah sepertimu!" hardik Felicia. Joe yang berpisah dengan Ceasar nampaknya salah mengambil jalan. Tadinya, Joe ingin menemui prof Ferguso di tempat khusus untuk menghindari keramaian. Dan Joe mengambil arah selatan dari Castile ini untuk segera sampai ke ruangan itu. Sialnya, dia bertemu dengan dua kakak beradik yang menjadi musuhnya. Habislah Joe menjadi bulan-bulanan mereka. "Kau itu seperti hantu gentayangan, apa kau tau! Kau sengaja ingin terus mengikuti kami, hah!"Joe yang sudah malas meladeni dua wanita judes ini hanya menyeringai saja. "Aku tidak ada urusan dengan kalian," ujar Joe dingin. Dia ingin beranjak namun kerah bajunya ditarik Salika hingga robek. Sungguh, kejadian ini membuat Joe emosi. Namun justru itu menjadikan kakak beradik itu tergelak puas. "Haha! Dasar gembel! Bajumu sudah terlalu usang. Kenapa tidak kau jadikan lap lantai saja!"Dari kejauhan Joe melihat Ceasar sudah memberi arahan agar dia