Sungguh angkuh Kevin petantang petenteng di depan Joe. Sikapnya sudah seperti pemilik Bank X saja.
"Apa kau ingin mengantar makanan ke sini?" Kevin mengada ngada dengan menganggap Joe sebagai kurir makanan online. Sambil itu, dia celingak celinguk seperti mencari sesuatu. "Dimana sepeda motormu yang butut itu? Kenapa aku tidak melihatnya?"
Kevin sengaja membuat Joe malu dengan mengungkit barang rongsok yang sering Joe pakai mengantar jemput Jilly dulu. Tentu saja Joe memilih motor Honda tahun 93 untuk transportasinya sehari hari. Kalau dia mengendarai Porsche GT 2021 tentu keluarga Jilly akan mengira Joe sudah mencuri mobil orang lain. Mana mungkin bekerja sebagai sekurity mampu membeli mobil seharga belasan milliar seperti itu. Padahal mobil jenis itu seperti barang receh bagi Joe.
Sungguh malas Joe menghadapi Kevin yang tidak penting. Dia tidak tertarik meladeni karyawan rendahan ini.
"Beri tahu Jack Palm kalau Joe Hans mencarinya," ujar Joe dengan lantang.
Tentu saja membuat semua orang tergelak. "What? Hei! Apa kau sadar siapa yang sudah kau sebut itu?" Kata Kevin, dia meninggikan suaranya. Hingga beberapa orang yang berpapasan sampai menahan langkah saking penasaran dengan apa yang terjadi.
"Siapa laki laki ini? Apa dia pengemis?" Tanya seorang pengunjung wanita. Bersamaan dengan itu, dia mengambil beberapa uang receh lalu memberikannya pada Joe. "Ambilah dan kau bisa pergi dari sini," katanya.
Yang baru saja memberikan uang adalah Nyonya Kim. Dia customer prioritas di Bank X. Hampir semua pegawai bank hormat padanya lantaran kekayaan Nyonya Kim yang tersohor.
"Nyonya Kim. Selamat datang," sapa dua petugas sekurity dan juga Kevin. Tentu saja mereka lagi berbasa basi demi mengemis hormat dari janda kaya ini.
"Tidak usah dipedulikan, Nyonya. Dia hanya pengemis gelandangan," ujar petugas.
"Ambilah! Kau membutuhkan uang itu untuk makan seminggu kedepan, bukan," titah Kevin dengan gaya angkuhnya.
"Ayo ambilah!" Timpal petugas yang satunya.
Joe membuang napas kasar, sambil meremang rahang. Kalau saja ini bukan di tempat umum, sudah pasti Kevin akan kehilangan hidungnya yang mancung. Sayangnya, Joe akan dihukum berat kalau sampai membuat keributan di tempat terbuka seperti ini. Tapi Joe punya cara lain untuk membalas Kevin.
Liat aja nanti! Setelah aku bertemu Jack Palm, kau akan tau siapa aku! Gumam Joe dalam hati. Dia sudah sangat geram melihat Kevin yang kebanyakan gaya. Padahal dia hanya berlindung di bawah ketiak ayahnya. Apa dia tidak malu, sudah sebesar ini masih disuapi orang tuanya ck ck. Joe masih ingat betul bagaimana Kevin merengek kayak anak kecil memohon pada ayahnya untuk berbicara pada Jack Palm agar bisa diterima di Bank X. Saat itu, Joe geleng geleng kepala sambil tertawa dalam hati melihat rengekan Kevin. Kebetulan saat itu, Joe lagi bersama Jilly menghadiri undangan pernikahan sepupu Jilly. Tapi tetap saja, mereka semua tidak ada yang menghargai Joe.
Merasa diabaikan, wanita paruh baya itu meletakan uangnya di lantai persis di depan Joe berdiri. Sepertinya dia nampak tulus memberi, tidak bermaksud menghina. Hanya saja dia tidak mengerti kalau Joe memang bukan pengemis.
Tidak tanggung tanggung, nyonya Kim meletakan 200 US, sehingga membuat bola mata kedua sekurity itu ijo.
Setelah itu Nyonya Kim pun beranjak.
"Silakan masuk Nyonya, mari saya antar," kata laki laki yang bertugas menyambut nasabah.
"Terima kasih. Saya ingin bertemu tuan Jack. Apa dia ada?"
"Tentu ada, Nyonya. Tuan Jack sudah menunggu anda sejak tadi."
Joe semakin panas melihatnya. Kenapa wanita itu mudah sekali bertemu dengan Jack Palm? Apa karena dia orang kaya? Kurang ajar sekali mereka semua!
Begitu Nyonya Kim berlalu, Kevin lah yang justru memungut dua ratus dollar itu lalu dimasukannya ke dalam saku. Sungguh Kevin sangat tidak tahu malu melakukan itu.
Lalu, siapakah pengemis sebenarnya?
Dan kemudian, Kevin mengeluarkan recehan senilai pecahan sepuluh dollar dua sen dari saku celananya untuk menggantikan uang Nyonya Kim yang sudah dia ambil.
"Kau lebih layak menerima itu!" Ujarnya. "Itu sudah cukup untukmu, bukan."
Kejadian ini sempat membuat dua sekurity keki. Mereka pun berbinar melihat 200 US yang diambil Kevin. Mereka juga menginginkannya. Sampai harus menelan ludah untuk mengikhlaskan uang itu masuk ke saku celana bosnya.
"Kau tadi ingin bertemu siapa?" Tanya Kevin.
"Jack Palm," sahut Joe sekenanya.
"Ada urusan apa kau mau bertemu tuan Jack?" Kali ini Kevin sengaja meladeni Joe. Dia punya rencana tersendiri.
"Aku ingin mengambil Black Diamond di bunker."
Melotot lah kedua mata Kevin juga sekurity yang bersamanya. Lalu mereka tergelak bersama. Disangkanya Joe sudah membual.
"Hei apa kau tau apa itu Black Diamond?"
"Aku rasa kau lebih paham," sahut Joe santai.
"Tentu aku tau. Karena Black Diamond itu kartu khusus yang limitnya unlimited. Justru aku heran bagaimana bisa kau menyebutnya? Apa kau tidak gemetar, hah?" Kevin kembali terkekeh. Menertawai Joe sampai terpingkal pingkal. Dikiranya Joe sedang melawak karena menyebutkan satu satunya kartu khusus dan juga tidak banyak dimiliki orang.
"Sepertinya dia sedang bermimpi, tuan," kata security, ikut mengejek Joe.
"Tidak. Tapi dia sedang menghayal. Berangan angan menjadi orang kaya yang memiliki kartu Black Diamond."
Kemudian, keduanya pun terpingkal pingkal bagai menonton komedi receh di televisi.
"Oh i see. Baiklah. Kau ingin mengambil Black Diamond milikmu? Ayo ikutlah denganku."
Tentu saja Kevin tidak benar benar membantu Joe. Dia sengaja mengajak Joe ke dalam dan ingin mempermalukan Joe di depan khalayak. Kevin yakin kalau Joe hanya berangan angan saja. Mungkin dia sudah stress karena ditinggal Jilly.
Kevin sudah mendengar berita itu. Salika yang mengatakannya kalau Jilly akan berpisah dengan Joe dan memilih Vino.
Semua keluarga pun mendukung keputusan Jilly yang dianggap waras.
Kevin merangkul Joe layaknya sahabat. Tapi rona wajahnya begitu jahat.
Begitu sampai di depan kasir khusus untuk pendataan diri, Kevin berkata dengan suara keras, "laki laki ini akan mengambil Black Diamond di bunker. Mari kita beri tepuk tangan yang meriah."
Kevin sendiri yang pertama kali melakukan itu. Akibatnya, semua pengunjung mendadak heran.
"Benarkah? Dia seorang pemilik Black Diamond?"
"Tapi kenapa penampilannya seperti itu? Sungguh tidak meyakinkan?"
"Oh maay good! Benarkah! Berarti dia orang paling kaya di negeri ini?"
Sejatinya, semua pengunjung di Bank X tidak ada yang memiliki Black Diamond. Minimal mereka nasabah prioritas dan sebagiannya hanya sampai di Silver. Tentu saja, mereka akan berbinar dan penasaran dengan orang yang menjadi nasabah Black Diamond. Karena selama ini, mereka hanya mendengar tanpa tau siapa siapa saja orang yang memiliki kartu ajaib itu.
Rupanya di dalam sini ada Meli dan suaminya, Higuain yang sedang mengurus transaksi. Mereka sepupu Jilly yang juga begitu benci dengan Joe. Sungguh, ini kesempatan bagus untuk mereka ikut membully Joe.
"Hei Joe! Sedang apa kau di sini?" Sinis Meli.
"Hei Meli, apa kau tidak dengar kalau dia ingin mengambil kartu Black Diamond?" Sahut Kevin.
Sungguh, membuat telinga Meli dan Higuain gatal mendengarnya. Mereka pun terpingkal pingkal.
"Sudah gila! Sepertinya otaknya sudah rusak karena ditinggal Jilly," hardik Higuain.
"Hei Joe! Kenapa kau harus berpura pura menjadi orang kaya seperti ini?" Cibir Jilly.
"Mungkin dia lagi mencari perhatian Jilly."
"Kau pikir Jilly akan kembali padamu karena kelakuan konyolmu, hah?"
Panas sudah telinga Joe mendengar ocehan orang orang sampah seperti itu.
"Hei, kalian jangan begitu. Joe memang memiliki Black Diamond, bukan begitu Joe?" Ujar Joe. Dia sengaja membuat Joe terbang melayang karena ada orang yang mendukungnya.
"Ah sudahlah! Buang buang waktu saja mengurusi orang gila sepertinya," balas Meli.
Sebenarnya Meli dan Higuain masih belum puas membully Joe. Hanya saja karena mereka mempunyai urusan lain, mereka pun pergi meninggalkan bank X.
"Tuan Kevin, apa anda yakin orang ini pemilik brankas Black Diamond?" Tanya Kelie, petugas yang mengurusi administrasi nasabah sebelum membuka brankas khusus, menatap remeh Joe."Kenapa aku tidak yakin? Apa kau meragukannya?" Sahut Kevin. Tentu saja dia bukan benar benar membela Joe, namun sebaliknya. Kevin sudah siap dengan sejuta urat leher untuk menertawakan Joe di depan banyak orang begitu Joe membuka brankas namun failed.
Nampak jutek sekaligus merendahkan sekali tatapan Kelie memandang Joe.
"Tapi tuan bagaimana nanti kalau tuan Jack Palm ma-."
"Sudah. Kau ikuti saja perintahku. Aku yang bertanggung jawab," sela Kevin penuh penekanan. Dia bertindak seolah olah seperti penanggung jawab tunggal di bank X. Padahal semua keputusan ada di tangan Jack Palm. Sayangnya Jack Palm sedang sibuk dengan nyonya Kim yang baru saja datang bertamu.
Sungguh ceroboh Kevin. Tapi, dia berani berbuat suka suka seperti ini bukan tanpa alasan. Tentu saja Kevin mengandalkan papanya yang akan menjadi tameng jika terjadi apa apa nanti pada dirinya. Secara Jack Palm sangat begitu menghormati papa Kevin.
Sementara Kelie sudah khawatir kalau dia sampai salah bertindak, resikonya terlalu besar. Sejatinya, semua pegawai di sini tau kalau brankas Black Diamond hanya satu. Tapi mereka tidak mengetahui siapa pemiliknya selain Jack Palm.
"Sial! Kau menambah pekerjaanku saja!" Keluhnya.
Pada akhirnya, Kelie pun harus mengikuti perintah Kevin sebagai atasannya dengan terpaksa. Tapi sungguh, ekpresi wajah Kelie sudah tidak enak dipandang. Padahal, seharusnya dia bersikap ramah kepada semua nasabah tanpa membedakan, bukan?
Urusan administrasi pun selesai, Kelie memberikan berkas persetujuan pembukaan brankas pada Kevin dengan jantung berdebar.
Ini bukan masalah ringan. Bagaimana kalau ternyata laki laki ini perampok? Pikiran Kelie sudah meracau kemana mana.
"Ayo, kau ikut denganku," ajaknya.
Kevin membawa Joe ke ruangan khusus penyimpanan brankas. Seharusnya ini bersifat pribadi. Namun lantaran tujuan Kevin hanya ingin mempermalukan Joe di depan banyak nasabah, dia sampai lupa aturan yang berlaku. Akibatnya, beberapa nasabah yang penasaran pun mengikutinya.
Dan sekarang, di hadapan Joe sudah ada sebuah kotak dengan ukuran cukup besar yang bermaterial bahan khusus yang anti pecah, anti bakar dan anti peluru namun sangat tranparan.
Joe harus mampu membuka itu terlebih dahulu sebelum sampai ke brankasnya.
Serumit inikah hanya untuk mengambil sebuah kartu kecil saja? Gumam Joe dalam hati, menatap heran sejadi jadinya dengan manusia yang sangat diperbudak uang.
Sementara yang lainnya pun ikut tegang menunggu aksi Joe. Begitupun dengan Kevin yang sudah bersilang tangan di atas dada sambil tersenyum senyum. Dia sudah siap tertawa sekencang kencangnya untuk menyaksikan kegagalan Joe.
"Ayo, tunggu apa lagi? Ambilah kartu Black Diamondmu di dalam brankas itu," titah Kevin yang sudah tidak sabar mempermalukan Joe.Kenapa informasinya tidak lengkap? Ceasar tidak mengatakan kalau brankasnya dilapisi pelindung kaca seperti ini. Apa konfigurasi keamanannya menggunakan pindai jariku juga?Joe sudah berpikir kalau sepertinya kotak yang melindungi brankas itu memiliki akses lain. Sementara dirinya hanya punya satu akses. Sungguh, Kevin akan menang telak di sini.Dengan terpaksa, Joe pun mencobanya. Dia mendekati kotak kaca yang bahkan diledakan dengan daya ledak yang bisa menghancurkan satu gedung pun, rasanya kaca itu hanya retak retak saja, belum tentu pecah semua.Begitu Joe berhadapan dengan kotak itu, hati Joe miris ketika mendapatkan kode aksesnya bukan menggunakan pindai jari melainkan sesuatu yang lain.Di sini, Kevin sudah mulai mendengkus ringan hingga akhirnya dia terbahak. Sungguh, hiburan menyen
"Bodoh! Kau tau apa yang kau lakukan?" Suara Jack Palm memecah gendang telinga. Dia mengatakan ini dengan nada lantang dan tegas. Tentu saja bersamaan dengan dia menggebrak meja sambil menatap tajam wajah Kelie. Dia beranggapan kalau Kelie sudah sangat ceroboh melakukan hal yang keliru. Sampai menggigilah Kelie dibuatnya. Dia gemetar, nampak sekali dari tangannya yang tidak bisa diam.Tentu saja Jack Palm emosi. Karena sejatinya brankas Black Diamond hanya milik satu orang. Dan hanya melalui dirinya lah yang bisa mengantarkan nasabah itu keruangan. Karena juga hanya dia yang tau siapa pemiliknya.Jack Palm beranggapan kalau ini ada sindikat. Kalau bukan karyawannya yang bermain nakal, tentu ada nasabah penipu yang mengaku ngaku pemilik brankas itu. Tapi kekhawatirannya sedikit meredam setelah dia menyadari brankas itu tidak bisa dibuka kalau bukan pemliknya sendiri yang melakukannya."Kau tau kalau brankas itu milik seseorang dan bukan sembaran
Sejatinya, Jack Palm memang belum mengenali wajah Joe. Dia hanya diberitahu kalau akan ada orang yang akan mengambil black diamond. Hanya saja Jack Palm tidak diberi tahu seperti apa wajahnya, selain nama saja.Sungguh bodoh laki laki ini! Apa dia tidak mengenaliku? Atau dia hanya sedang mengetesku saja? Batin Joe."Aku ingin mengambil Black Diamond, Jack Palm," sahut Joe santai.Tentu saja membuat pria berwibawa itu keki. Siapa orang ini berani menyebut namaku dengan tidak sopan seperti itu? Kejadian ini pun mengundang yang lain emosi. Siapa dia berani petantang petenteng dengan pimpinan bank X? Benar benar memalukan!"Haha! Dia hanya bermulut besar! Dia ini penipu, tuan!" Sela Kevin.Jack Palm memilih diam dan tidak meladeni mulut besar Kevin."Siapa namamu?" Tanya Jack Palm lagi kepada Joe.Joe menyeringai. Kemudian, dia berjalan menghampiri Jack Palm. Sorot matanya begitu tegas dan tajam m
Tidak ada yang tahu bagaimana caranya membuka lapis pertama sebelum menggapai kotak selanjutnya dalam brankas itu. Bahkan Kevin sendiri pun apalagi Kelie, tentu mereka tidak mengetahuinya. Kevin hanya tau sampai sebatas nasabah platinum saja. Dan itu pun pengamanannya tidak berlapis seperti ini. Karena itu semua orang berdebar jantung menunggu untuk menyaksikan siapa laki laki yang sudah membuat bank X geger hari ini."Silakan arahkan mata anda ke alat ini," titah Jack Palm. Rupanya untuk membuka kotak itu harus dengan menggunakan pindai mata.Semakin penasaran lah mereka semua yang menyaksikan. Dan begitu Joe meletakan matanya pada alat pindai, ceklek, kunci kotak pun terbuka. Semua tercengang melihatnya. Namun berbeda dengan rona wajah Jack Palm yang justru terlihat senang. Berarti Joe memang benar orang yang memiliki brankas ini.Belum sampai di situ, untuk membuka pengaman lapis dua, yang itu merupakan brankas yang menyimpan Black Diamond belum t
Mereka sudah berhasil melumpuhkan delapan CCTV utama di area teller dengan disiram air keras. Begitupun dengan CCTV yang ada di lantai dua. Hanya lantai tiga yang mengarah ke ruangan Jack yang masih menyala. Mereka tidak menyangka kalau bangunan ini terdiri dari tiga lantai. Memang secara kasat mata, bank x hanya memiliki dua lantai. Lantai ke tiga seperti tidak terlihat. Lantaran itu memang ruangan khusus yang sengaja dibangun untuk disamarkan untuk menghindari hal hal seperti ini. Lantai tiga selain ruangan Jack Palm, di sanalah tempat penyimpanan semua sistem sekurity bank x. Sepertinya perampok yang sudah mendenah bangunan ini sebelum mereka beraksi tidak sampai menemukan lantai tiga.Seseorang sudah memikirkannya sampai sejauh ini. Sistem kemanan di bank x sangat berlapis lapis. Begitupun dengan CCTV rahasia yang tak nampak lantaran bentukannya hanya seukuran chip kecil yang dipasang disudut sudut tertentu. Bahkan semua pegawai di sini pun tidak ada yang tau kecual
Sangat sunyi, Joe memiliki insting yang baik untuk mengetahui keberadaan musuh. Situasi seperti ini sudah sering dia hadapi di negeri Menara. Namun tetap saja dia tidak bisa meremehkan musuhnya. Siapa tau, mereka bahkan lebih ahli dari musuh musuh elit negara yang biasa dia hadapi.Setelah yakin kalau di luar sana aman, barulah dia melangkah perlahan.Kondisinya, dari pintu darurat masih harus melewati dua lorong lagi untuk sampai ke area transaksi. Sudah tidak ada orang yang seliweran di sini. Para perompak sudah mengumpulkan semua karyawan menjadi satu titik di area transaksi umum.Terdengar langkah kaki di depan sana sebelum sampai di belokan untuk ke lorong berikutnya, Joe mencari tempat persembunyian. Dia masuk ke ruangan yang entah milik siapa. Dia pun mengumpat di belakang meja. Dari sini barulah dia tau kalau ini ruangan milik si sampah Kevin lantaran membaca papan nama kecil yang ada di atas meja kerja. "Ternyata ini ruan
"Apa kau sudah bisa tenang?"Sempat Joe melirik name tag yang tersemat di kantung sebelah kanan dari seragam yang gadis itu kenakan. Dari situ Joe mengetahui kalau dia bernama Jesselyn.Jeselyn pun mengangguk.Dengan begitu Joe merenggangkan tangannya yang menutupi hampir setengah wajah Jeselyn.Begitu tangan Joe bebas darinya, gadis itu mengambil napas lalu membuangnya. Terus dia lakukan berulang ulang sampai tiga kali. Jelas sekali kalau dia hampir kehabisan oksigen."Kau bisa percaya padaku. Aku bukan salah satu dari mereka," ujar Joe. Pada saat mengatakan ini, tangan Joe sambil sibuk menarik tubuh perampok yang sudah menjadi mayat, menepi ke balik dinding tempatnya bersembunyi tadi."Ada berapa mereka?" Tanya Joe."Enam orang. Satu sudah kamu bunuh," jawabnya pelan. Hanya saja Jesselyn tidak berani menatap wajah Joe langsung. Sungguh, dia sangat ketakutan sekali."Berarti ting
"Dia lagi menguras harta karun terbesar di bank ini bos." Tiba tiba saja seorang pemuda yang memiliki tato di lengan sebelah kiri, yang baru saja keluar dari kamar mandi meyeru pada pimpinan."Suruh cepat! Jangan terlalu lama!""Baik bos," sahutnya. Dan kemudian dia memanggil Chaniago melalui HT."Chani, masuk.""Chani masuk."Sampai tiga kali dia mencoba namun tak ada respon. Kemudian, pria itu kembali pada pimpinannya."Chaniago tidak ada jawaban," lapornya."Pasti dia sedang bersenang senang dengan perempuan itu," sahut pria yang berada di sebelah kiri pimpinan."Susuli dia! Suruh cepat! Atau kita tinggalkan!" Pimpinan memberi perintah tegas. Nampaknya dia sudah tidak betah berlama lama di tempat ini.Dengan begitu, pria yang memberi informasi tadi pun gegas menyusuli rekannya.Ini kesempatan bagus untuk Joe membuat anggota mereka berkurang satu lagi. Joe sudah menunggunya di tempa
“Tidak ada yang serius, pa,” sahut Joe sambil mengurai senyum. Kemudian, dia meletakan ponselnya di atas meja. Namun tidak lama setelah itu, pesan kedua dari pengirim tidak dikenal mengisi halaman notifikasi.Joe penasaran ingin membukanya. Tapi prof Ferguso langsung menegur,”sebaiknya kau kesampingkan dulu urusan kerjaanmu. Kita di sini untuk happy.”Dan Joe pun tersenyum. Dia sependapat dengan saran ayah angkatnya.Mereka semua bersulang minum untuk merayakan hari kebahagian ini. Nampak sekali wajah-wajah ceria penuh kesenangan terpancarkan dari semua orang yang ada di sini. Tidak terkecuali keluarga Miller yang sudah berangsur-angsur berkurang rasa bersalahnya terhadap Joe. Apalagi Joe sudah melupakannya.Tidak lama acara makan dan minum selesai, Joe meminta ijin untuk meninggalkan meja makan sejenak. Dia ingin bersantai di balkon dengan puterinya. Prof Ferguso mengijinkan.Pergilah Joe menuju tempat santai yang dari situ bisa melihat seluruh lampu yang menerangi kota ini. Sangat i
Setengah jam yang lalu pesta berakhir. Namun prof Ferguso masih belum ingin mengakhiri kerinduannya dengan Joe begitu saja. Dia mengundang Jeriko dan keluarga Miller untuk bergabung dengan pesta kecil miliknya. Ya anggap saja untuk merayakan kembalinya puteri semata wayang Joe yang hilang. Dan sekarang mereka semua sudah berada di ruangan khusus milik prof Ferguso. Mereka duduk di meja panjang dengan hidangan yang tidak kalah istimewa dengan yang di bawah tadi. Suasana sekarang tentu saja berbeda dari sebelumnya. Mereka sudah tidak bisa lagi memandang Joe sebelah mata walaupun dengan penampilannya yang buruk. Bahkan sekarang membuat wanita-wanita cantik dari keluarga Miller tidak berani menengadahkan wajahnya untuk menatap Joe secara langsung. Semua tertunduk malu atas sikap mereka selama ini terhadap Joe. Pun juga Jeriko yang mendadak bingung harus bersikap seperti apa di depan pemuda yang penah dia hina dan remehkan. Di sini dia baru sadar, kalau pantas saja Joe memiliki ilmu bel
Cerita ini bermula ketika Aland Miller mengalami masalah dengan anak perusahaan prof Ferguso yang berada di negeri Asal. Prof Ferguso begitu marah ketika ada orang yang berkeinginan untuk menikungnya dari belakang. Dan setelah diusut, nama Aland Miller keluar sebagai target utama.Aland Miller ditangkap anak buah prof Ferguso dan hampir mati disiksa. Namun di sini prof Ferguso masih punya hati dan ingin memaafkannya. Tapi tentu saja dengan syarat."Perbuatanmu sudah tidak bisa dimaafkan. Tapi, aku masih bisa mengampunimu kalau kau mau bekerja-sama denganku," kata prof Ferguso pada Aland Miller yang wajahnya sudah penuh luka dan darah dengan kedua tangan terikat menggantung juga tanpa pakaian kecuali selembar celana dalam."Apa kau mau menerima tawaranku?" tanya prof Ferguso, yang mau tidak mau dijawab iya oleh Aland Miller atau dia akan mati."Bagus." Prof Ferguso menepuk pipi Aland Miller. "Saat ini, ada putraku yang sedang mengemban tugas di negeri ini. Mungkin statusnya akan diraha
"Papa! Apa-apaan ini! Jangan mempermalukan diri kamu di depan banyak orang! Kamu tidak pantas memberi hormat sama pemuda kampung seperti dia!" Jangankan Rosita atau semua orang yang ada di sini, bahkan Joe sendiri pun bingung kenapa Aland Miller bisa seperti itu terhadap dirinya?Apa prof Ferguso sudah memberi tahu siapa aku sebenarnya? Dan tiba-tiba saja ... Plak! Aland Miller menampar istrinya dengan keras di depan banyak orang. "Kau tidak pantas berbicara kasar pada tuan Joe Hans, putra semata wayang prof Ferguso yang juga merupakan pangeran negeri Menara!" bentaknya, yang langsung membuat semua orang tercengang, sementara Rosita menahan sakit dan juga malu yang luar biasa. "Apa! Tidak mungkin!" Sontak semua orang kaget. "Mustahil! Tidak mungkin!" Salika masih tidak percaya dengan apa yang dikatakan papanya. "Pa, jangan membodohi kami!" "Maafkan keluargaku prof Ferguso. Memang mereka tidak pernah tau siapa tuan Joe Hans. Karena sejak anda menugaskanku menjadi agent, aku tida
"Hei penjaga! Apa kerja kalian sampai membiarkan orang gila masuk ke acara besar seperti ini!" Seru salah seorang tamu undangan prof Ferguso, sebut saja dia Kenan. Dia baru saja berhasil meyakinkan prof Ferguso untuk menjadi donatur di perusahaannya. "Sudah gila! cepat usir dia!" ucap Matias, CEO perusahaan otomotif terbesar di negeri Menara. Dia juga baru mengajukan proposal kerja sama dengan prof Ferguso untuk mengekspand usahanya. Namun prof Ferguso masih mempertimbangkannya, kemungkinan setelah acara ini dia akan memutuskan untuk mengambil atau melepasnya. Gegas beberapa penjaga menghampiri kerumunan, mereka nanar mendapatkan pemuda dengan pakaian kusuh berada di tengah-tengah acara penting. Wajah mereka pun berubah kencang. Bahkan laki-laki ini tidak pantas untuk sekadar menjadi tukang bersih-bersih di Castile ini, pikir mereka. "Apa yang kau kerjakan sampai bisa meloloskan orang gila ini, hah!" Hardik William, kolega Ferguso, berbicara pada penjaga itu. Seketika orang jadi
"Sudah seharusnya anda mengenakan pakaian kebesaran, master Joe."Ceasar memberikan satu setel jubah terbaik yang dimiliki seorang kstria hebat di negeri Menara. Tidak sembarang orang yang bisa mengenakannya. Itu bagaikan pakaian raja yang tidak mungkin dikenakan rakyat biasa. Joe sudah menerima, namun dia belum mengenakannya. "Apa tidak berlebihan sampai aku mengenakan jubah kebesaran ini?""Justru ayah ingin mengenalkan pada semua orang yang ada di bawah sana siapa putra terbaik ayah yang pantas menggantikan posisi ayah nanti. Dan orang itu adalah kamu. Kamu lah pewaris yang tepat untuk menggantikan posisi ayah kemudian," ujar prof Ferguso. Dengan begitu, tidak ada alasan lagi untuk Joe menolaknya. Kemudian, dia mengganti baju yang kusam dengan jubah yang mewah. Sejurus kemudian, Joe sudah siap dengan penampilan barunya. Sementara itu dibawah sana Rosita dan dua putrinya sedang sibuk membantu kapten Frans untuk mencari Joe yang dianggap penyusup. Mereka sudah mencari sampai kesel
Rasanya tidak ada salahnya untuk mengikuti saran dari wanita-wanita cantik ini. Kapten Frans pun mengajak Rosita dan kedua putrinya masuk ke dalam ruangan monitoring CCTV yang dijaga langsung oleh anak buahnya. Di dalam ruangan itu ada empat petugas berseragam yang sedang serius bekerja, memperhatikan satu persatu layar monitor dari tembakan CCTV dari segala penjuru. "Silakan duduk," titah kapten Frans kepada Rosita, Salika dan Felicia. Dan kemudian dia berbicara pada salah seorang petugas pengendali monitor. "Bisa kau putarkan rekaman yang ada di lorong xx pada empat puluh lima menit yang lalu," pinta kapten Frans. Dengan sigap, petugas itu langsung mengikuti perintahnya. Dan sejurus kemudian, tayangan yang diminta Rosita sudah nampak di depan mata. Semua orang tertitik pada seorang pemuda yang sedang berjalan cepat menyusuri lorong xx sebelum bertemu dengan Salika dan Felicia. Penampilan yang hanya mengenakan kaos yang kusam menjadi perhatian kapten Frans dan yang lainnya. Saya
Kedua putri Miller secara kebetulan bertemu dengan induknya. Mereka saling pandang heran karena mendapatkan diri masing-masing sedang berada di tempat yang sama, pos utama penjaga. "Mama, sedang apa di sini?" Yang bertanya dengan wajah bingung ini adalah Salika. Tanpa sadar, dia masih memegang sebatang rokok yang nyaris habis. Begitu bola mata Rosita berputar pada benda yang dipegang putrinya, barulah Salika membuang puntung rokok itu. "Hanya sebatang. Tidak perlu diperpanjang," katanya. Beruntung ada hal lain yang mendominasi perasaan marah Rosita dibanding melihat putrinya merokok. Dan Rosita pun mengabaikannya. "Sedang apa kalian di sini?" Dia berbalik tanya pada kedua putrinya. "Baru saja kami melihat si gembel Joe dengan penampilan compang-camping masuk ke sini, ma. Aku rasa dia sudah menyusup. Aku khawatir dia akan membuat kericuhan di sini," ujar Felicia. Berkerutlah dahi Rosita saking kagetnya karena alasan dia ke tempat penjagaan utama serupa dengan kedua putrinya. "Kal
"Dasar gembel! Kau tau, negeri ini tidak pantas untuk laki-laki sampah sepertimu!" hardik Felicia. Joe yang berpisah dengan Ceasar nampaknya salah mengambil jalan. Tadinya, Joe ingin menemui prof Ferguso di tempat khusus untuk menghindari keramaian. Dan Joe mengambil arah selatan dari Castile ini untuk segera sampai ke ruangan itu. Sialnya, dia bertemu dengan dua kakak beradik yang menjadi musuhnya. Habislah Joe menjadi bulan-bulanan mereka. "Kau itu seperti hantu gentayangan, apa kau tau! Kau sengaja ingin terus mengikuti kami, hah!"Joe yang sudah malas meladeni dua wanita judes ini hanya menyeringai saja. "Aku tidak ada urusan dengan kalian," ujar Joe dingin. Dia ingin beranjak namun kerah bajunya ditarik Salika hingga robek. Sungguh, kejadian ini membuat Joe emosi. Namun justru itu menjadikan kakak beradik itu tergelak puas. "Haha! Dasar gembel! Bajumu sudah terlalu usang. Kenapa tidak kau jadikan lap lantai saja!"Dari kejauhan Joe melihat Ceasar sudah memberi arahan agar dia