"Apa kau sudah bisa tenang?"
Sempat Joe melirik name tag yang tersemat di kantung sebelah kanan dari seragam yang gadis itu kenakan. Dari situ Joe mengetahui kalau dia bernama Jesselyn.
Jeselyn pun mengangguk.
Dengan begitu Joe merenggangkan tangannya yang menutupi hampir setengah wajah Jeselyn.
Begitu tangan Joe bebas darinya, gadis itu mengambil napas lalu membuangnya. Terus dia lakukan berulang ulang sampai tiga kali. Jelas sekali kalau dia hampir kehabisan oksigen.
"Kau bisa percaya padaku. Aku bukan salah satu dari mereka," ujar Joe. Pada saat mengatakan ini, tangan Joe sambil sibuk menarik tubuh perampok yang sudah menjadi mayat, menepi ke balik dinding tempatnya bersembunyi tadi.
"Ada berapa mereka?" Tanya Joe.
"Enam orang. Satu sudah kamu bunuh," jawabnya pelan. Hanya saja Jesselyn tidak berani menatap wajah Joe langsung. Sungguh, dia sangat ketakutan sekali.
"Berarti ting
"Dia lagi menguras harta karun terbesar di bank ini bos." Tiba tiba saja seorang pemuda yang memiliki tato di lengan sebelah kiri, yang baru saja keluar dari kamar mandi meyeru pada pimpinan."Suruh cepat! Jangan terlalu lama!""Baik bos," sahutnya. Dan kemudian dia memanggil Chaniago melalui HT."Chani, masuk.""Chani masuk."Sampai tiga kali dia mencoba namun tak ada respon. Kemudian, pria itu kembali pada pimpinannya."Chaniago tidak ada jawaban," lapornya."Pasti dia sedang bersenang senang dengan perempuan itu," sahut pria yang berada di sebelah kiri pimpinan."Susuli dia! Suruh cepat! Atau kita tinggalkan!" Pimpinan memberi perintah tegas. Nampaknya dia sudah tidak betah berlama lama di tempat ini.Dengan begitu, pria yang memberi informasi tadi pun gegas menyusuli rekannya.Ini kesempatan bagus untuk Joe membuat anggota mereka berkurang satu lagi. Joe sudah menunggunya di tempa
Come on! Mendekatlah anak manis!Joe sudah menunggu mangsanya tiba. Pria itu terus melangkah ke arah Joe. Sementara Joe sembunyi di balik dinding. Semakin dekat dan semakin dekat perampok itu pada Joe. Dan begitu kepala si pria itu menoleh, PLAK! langsung saja dia hunuskan dengan sekali kebas stik golf yang sudah menjadi samurai itu ke leher si perampok, sambil Joe menutup mulutnya agar teriakannya tidak terdengar oleh teman yang satunya, yang sedang mengawasi sandra. Joe membiarkan darah segar terus mengucur dari urat leher si perampok sampai dia kehabisan darah lalu mati.Tiga sudah Joe eliminasi. Tinggal tersisa tiga lagi. Joe pun kembali memperhatikan. Dua orang yang berada di lantai dua belum kembali, ini kesempatanku untuk menghabisi yang satu, pikir Joe. Karena itu dia berani melangkahkan kakinya untuk bergerak maju ke depan.Joe berpindah tempat. Dia bersembunyi di balik meja teller. Seorang sandra melihatnya."Ssst!" Joe m
"Baiklah! Aku akan menyerah! Lepaskan gadis itu dan kau akan mendapatkanku," ucap Joe dengan lantang dari tempat persembunyiannya."Aku tidak mengajakmu bernegoisasi, bodoh! Keluarlah atau kau akan liat isi dari kepala wanita ini!" Bentaknya."Sial!" Umpat Joe.Dengan begitu, Joe pun keluar dari tempat persembunyiannya secara perlahan dengan tangan berada di atas kepala."Kau sudah mendapatkanku, lepaskan dia!" Kata Joe.Pimpinan perampok itu mendengkus. Kemudian, dia mendorong tubuh Kelie hingga jatuh ke lantai."Ternyata nyalimu cukup besar, anak muda," ujarnya. Pada saat si bos mengatakan ini, dua orang anak buahnya menghampiri Joe. Lalu menghantam perut Joe dengan gagang senjata.BUK BUK!Dua kali Joe menerima pukulan itu. Sehingga dia cukup merasa kesakitan. Joe meringis.Dan begitu si pimpinan sudah berada dekat di hadapan Joe, langsung saja dia menghajar wajah Joe du
Ada ada saja!Joe berjalan sambil memegangi lengannya yang terluka. Penampilannya sangat berantakan sekali.Sepertinya aku harus mengganti bajuku, pikir Joe. Karena itu dia mengarahkan kakinya melangkah ke outlet baju yang berjejer di pinggir jalan. Tidak mungkin dalam keadaan lusuh begini masuk ke dalam mall, bukan.Hanya beberapa lembar kaos biasa yang dia beli untuk dia kenakan sementara menggantikan pakaiannya yang sobek. Sekaligus dia membeli perban dan obat luka cair untuk mengobati lengannya."Hei Joe! Sedang apa kau di jalanan seperti ini!"Suara lantang yang berbicara dengan nada kasar seperti itu adalah Mona. Dia sepupu Jilly yang sangat tidak suka dengan Joe. Sebenarnya tidak juga. Mona hanya iri pada Jilly lantaran lebih mengungguli mendapatkan cowok tampan ala model eropa. Namun, begitu Joe masuk ke dalam penjara, Mona seketika saja ilang feeling pada Joe. Justru dia memilih mencari selingkuhan lain untuk
Siapa pemilik mobil ini? Tentunya dia sangat kaya sekali. Andai saja aku mengenalnya, sudah pasti akan aku pepet terus orang ini untuk menjadi investor di perusahaanku yang nyaris bangkrut. Tidak lepas bola mata Enriko menatap kagum pada sedan mewah yang hanya bisa dalam angan angannya saja dia miliki.Kebetulan di pintu masuk sana, Joe baru saja datang. Seorang marketing perempuan berpakaian seksi dengan gincu merah tebal serta rambut panjang terurai, menyambutnya dengan tatapan menghina."Maaf, kami tidak menerima pengemis di sini," ujarnya tajam. Begitu saja dia menilai Joe dari penampilannya."Apa aku kelihatan seperti ingin meminta sesuatu padamu?" Joe membalasnya santai.Wanita itu menyeringai, sinis. Sungguh sangat tidak sopan kelakuannya sebagai pegawai yang ditugaskan untuk menyambut pelanggan yang seharusnya dituntut ramah penuh dengan senyum, namun dia bersikap begitu sinis dan angkuh pada Joe."Maaf, kau ma
Semua mata memandangi Joe secara kompak dengan tatapan merendahkan, terkecuali Elsa yang begitu tajam mengintimidasi Joe. Dia sudah sangat jengkel sekali karena Joe sudah mengganggu dirinya yang seharusnya bisa bersantai sejenak sebelum bos datang. Saat yang bersamaan, seorang pria bertuxedo baru saja memasuki showroom. Bola mata Elsa begitu cepat berputar lalu menitik pada ikan kakap itu. "Tuan Ramos, selamat datang," sapanya dengan senyum ramah. Berbeda sekali pada saat dia menyambut Joe. Hanya saja pemuda berambut klimis itu sebatas menyungging senyum tipis menyahuti wanita seksi yang namun bukan seleranya. Elsa berpikir, kalau laki laki yang menjadi pelanggan sekaligus incarannya itulah pemilik Bugati Veyron yang ada di pit khusus. Secara Ramos pemilik sebuah perusahaan besar di negeri ini. "Tuan Rian sudah memberi tahuku kalau ada orang penting yang akan mengambil mobil mewah miliknya. Tentu itu adalah anda, bukan, tuan," ujar E
Gembel dari mana sampai nyasar ke sini? ungkap Rian. Hanya saja sebagai pimpinan dia masih menjaga wibawanya. Rian tidak mau membuat harga dirinya jatuh lantaran menghujat orang sembarangan. Kemudian, Rian mengambil selembar uang dari sakunya lalu memberikannya pada Joe. "Ini untukmu. Silakan pergi dari sini," katanya, dengan nada sopan. Agak melecehkan, namun nampaknya itu lebih baik untuknya dari pada di sini menjadi bulan bulanan pegawainya, pikir Rian. Tentu saja membuat Enriko dan Mona tergelak puas. "Maaf, aku tidak mengemis." Sambil mengatakan ini, Joe mengembalikan uang itu ke tangan Rian. Sungguh, membuat Rian kaget sekaligus bingung. Baru kali ini dia mendapati pengemis yang menolak uang dua puluh dollar. Sudah gila dia rupanya! "Lalu, apa maumu?" Rian menatap Joe penasaran. "Aku ke sini ingin mengambil mobilku," ujar Joe dengan penekanan. "Orang ini sudah gila, tuan. Lihat saja penampilannya. Mana mungkin orang sepertinya mampu membeli mob
Nyaris lepas bola mata Elsa dan semua orang di sini mendapatkan laki laki yang dikira gembel, justru dia yang memegang kunci Bugati Veyron edisi khusus yang hanya bisa diimpi impikan banyak orang. Dengan santainya, Joe mendatangi Guin yang sudah pucat wajahnya dengan tubuh gemetar. Guin sudah membayangkan masalah besar di depan mata. "Heuffss! Hanya kerusakan kecil. Biar nanti aku perbaiki," ujar Joe santai sambil memperhatikan spion mobilnya yang patah. Sementara Enrico dan Mona menelan ludah sambil melongo. "Tidak mungkin!" Gumam Enrico. Semua terdiam saking kaget luar biasa. Beribu ribu pertanyaan menari nari di benak mereka. "Jadi ... anda ... " Rian sendiri sampai tidak sanggup mengungkapkan apa yang ada di dalam hatinya. "Sudah aku katakan, kalau aku ke sini untuk mengambil mobilku," ucap Joe agak menekankan sedikit nada suaranya, namun tanpa menoleh wajah pimpinan showroom ini. Rian seperti tidak berarti apa apa dihadapan Joe. "Tidak mungki
“Tidak ada yang serius, pa,” sahut Joe sambil mengurai senyum. Kemudian, dia meletakan ponselnya di atas meja. Namun tidak lama setelah itu, pesan kedua dari pengirim tidak dikenal mengisi halaman notifikasi.Joe penasaran ingin membukanya. Tapi prof Ferguso langsung menegur,”sebaiknya kau kesampingkan dulu urusan kerjaanmu. Kita di sini untuk happy.”Dan Joe pun tersenyum. Dia sependapat dengan saran ayah angkatnya.Mereka semua bersulang minum untuk merayakan hari kebahagian ini. Nampak sekali wajah-wajah ceria penuh kesenangan terpancarkan dari semua orang yang ada di sini. Tidak terkecuali keluarga Miller yang sudah berangsur-angsur berkurang rasa bersalahnya terhadap Joe. Apalagi Joe sudah melupakannya.Tidak lama acara makan dan minum selesai, Joe meminta ijin untuk meninggalkan meja makan sejenak. Dia ingin bersantai di balkon dengan puterinya. Prof Ferguso mengijinkan.Pergilah Joe menuju tempat santai yang dari situ bisa melihat seluruh lampu yang menerangi kota ini. Sangat i
Setengah jam yang lalu pesta berakhir. Namun prof Ferguso masih belum ingin mengakhiri kerinduannya dengan Joe begitu saja. Dia mengundang Jeriko dan keluarga Miller untuk bergabung dengan pesta kecil miliknya. Ya anggap saja untuk merayakan kembalinya puteri semata wayang Joe yang hilang. Dan sekarang mereka semua sudah berada di ruangan khusus milik prof Ferguso. Mereka duduk di meja panjang dengan hidangan yang tidak kalah istimewa dengan yang di bawah tadi. Suasana sekarang tentu saja berbeda dari sebelumnya. Mereka sudah tidak bisa lagi memandang Joe sebelah mata walaupun dengan penampilannya yang buruk. Bahkan sekarang membuat wanita-wanita cantik dari keluarga Miller tidak berani menengadahkan wajahnya untuk menatap Joe secara langsung. Semua tertunduk malu atas sikap mereka selama ini terhadap Joe. Pun juga Jeriko yang mendadak bingung harus bersikap seperti apa di depan pemuda yang penah dia hina dan remehkan. Di sini dia baru sadar, kalau pantas saja Joe memiliki ilmu bel
Cerita ini bermula ketika Aland Miller mengalami masalah dengan anak perusahaan prof Ferguso yang berada di negeri Asal. Prof Ferguso begitu marah ketika ada orang yang berkeinginan untuk menikungnya dari belakang. Dan setelah diusut, nama Aland Miller keluar sebagai target utama.Aland Miller ditangkap anak buah prof Ferguso dan hampir mati disiksa. Namun di sini prof Ferguso masih punya hati dan ingin memaafkannya. Tapi tentu saja dengan syarat."Perbuatanmu sudah tidak bisa dimaafkan. Tapi, aku masih bisa mengampunimu kalau kau mau bekerja-sama denganku," kata prof Ferguso pada Aland Miller yang wajahnya sudah penuh luka dan darah dengan kedua tangan terikat menggantung juga tanpa pakaian kecuali selembar celana dalam."Apa kau mau menerima tawaranku?" tanya prof Ferguso, yang mau tidak mau dijawab iya oleh Aland Miller atau dia akan mati."Bagus." Prof Ferguso menepuk pipi Aland Miller. "Saat ini, ada putraku yang sedang mengemban tugas di negeri ini. Mungkin statusnya akan diraha
"Papa! Apa-apaan ini! Jangan mempermalukan diri kamu di depan banyak orang! Kamu tidak pantas memberi hormat sama pemuda kampung seperti dia!" Jangankan Rosita atau semua orang yang ada di sini, bahkan Joe sendiri pun bingung kenapa Aland Miller bisa seperti itu terhadap dirinya?Apa prof Ferguso sudah memberi tahu siapa aku sebenarnya? Dan tiba-tiba saja ... Plak! Aland Miller menampar istrinya dengan keras di depan banyak orang. "Kau tidak pantas berbicara kasar pada tuan Joe Hans, putra semata wayang prof Ferguso yang juga merupakan pangeran negeri Menara!" bentaknya, yang langsung membuat semua orang tercengang, sementara Rosita menahan sakit dan juga malu yang luar biasa. "Apa! Tidak mungkin!" Sontak semua orang kaget. "Mustahil! Tidak mungkin!" Salika masih tidak percaya dengan apa yang dikatakan papanya. "Pa, jangan membodohi kami!" "Maafkan keluargaku prof Ferguso. Memang mereka tidak pernah tau siapa tuan Joe Hans. Karena sejak anda menugaskanku menjadi agent, aku tida
"Hei penjaga! Apa kerja kalian sampai membiarkan orang gila masuk ke acara besar seperti ini!" Seru salah seorang tamu undangan prof Ferguso, sebut saja dia Kenan. Dia baru saja berhasil meyakinkan prof Ferguso untuk menjadi donatur di perusahaannya. "Sudah gila! cepat usir dia!" ucap Matias, CEO perusahaan otomotif terbesar di negeri Menara. Dia juga baru mengajukan proposal kerja sama dengan prof Ferguso untuk mengekspand usahanya. Namun prof Ferguso masih mempertimbangkannya, kemungkinan setelah acara ini dia akan memutuskan untuk mengambil atau melepasnya. Gegas beberapa penjaga menghampiri kerumunan, mereka nanar mendapatkan pemuda dengan pakaian kusuh berada di tengah-tengah acara penting. Wajah mereka pun berubah kencang. Bahkan laki-laki ini tidak pantas untuk sekadar menjadi tukang bersih-bersih di Castile ini, pikir mereka. "Apa yang kau kerjakan sampai bisa meloloskan orang gila ini, hah!" Hardik William, kolega Ferguso, berbicara pada penjaga itu. Seketika orang jadi
"Sudah seharusnya anda mengenakan pakaian kebesaran, master Joe."Ceasar memberikan satu setel jubah terbaik yang dimiliki seorang kstria hebat di negeri Menara. Tidak sembarang orang yang bisa mengenakannya. Itu bagaikan pakaian raja yang tidak mungkin dikenakan rakyat biasa. Joe sudah menerima, namun dia belum mengenakannya. "Apa tidak berlebihan sampai aku mengenakan jubah kebesaran ini?""Justru ayah ingin mengenalkan pada semua orang yang ada di bawah sana siapa putra terbaik ayah yang pantas menggantikan posisi ayah nanti. Dan orang itu adalah kamu. Kamu lah pewaris yang tepat untuk menggantikan posisi ayah kemudian," ujar prof Ferguso. Dengan begitu, tidak ada alasan lagi untuk Joe menolaknya. Kemudian, dia mengganti baju yang kusam dengan jubah yang mewah. Sejurus kemudian, Joe sudah siap dengan penampilan barunya. Sementara itu dibawah sana Rosita dan dua putrinya sedang sibuk membantu kapten Frans untuk mencari Joe yang dianggap penyusup. Mereka sudah mencari sampai kesel
Rasanya tidak ada salahnya untuk mengikuti saran dari wanita-wanita cantik ini. Kapten Frans pun mengajak Rosita dan kedua putrinya masuk ke dalam ruangan monitoring CCTV yang dijaga langsung oleh anak buahnya. Di dalam ruangan itu ada empat petugas berseragam yang sedang serius bekerja, memperhatikan satu persatu layar monitor dari tembakan CCTV dari segala penjuru. "Silakan duduk," titah kapten Frans kepada Rosita, Salika dan Felicia. Dan kemudian dia berbicara pada salah seorang petugas pengendali monitor. "Bisa kau putarkan rekaman yang ada di lorong xx pada empat puluh lima menit yang lalu," pinta kapten Frans. Dengan sigap, petugas itu langsung mengikuti perintahnya. Dan sejurus kemudian, tayangan yang diminta Rosita sudah nampak di depan mata. Semua orang tertitik pada seorang pemuda yang sedang berjalan cepat menyusuri lorong xx sebelum bertemu dengan Salika dan Felicia. Penampilan yang hanya mengenakan kaos yang kusam menjadi perhatian kapten Frans dan yang lainnya. Saya
Kedua putri Miller secara kebetulan bertemu dengan induknya. Mereka saling pandang heran karena mendapatkan diri masing-masing sedang berada di tempat yang sama, pos utama penjaga. "Mama, sedang apa di sini?" Yang bertanya dengan wajah bingung ini adalah Salika. Tanpa sadar, dia masih memegang sebatang rokok yang nyaris habis. Begitu bola mata Rosita berputar pada benda yang dipegang putrinya, barulah Salika membuang puntung rokok itu. "Hanya sebatang. Tidak perlu diperpanjang," katanya. Beruntung ada hal lain yang mendominasi perasaan marah Rosita dibanding melihat putrinya merokok. Dan Rosita pun mengabaikannya. "Sedang apa kalian di sini?" Dia berbalik tanya pada kedua putrinya. "Baru saja kami melihat si gembel Joe dengan penampilan compang-camping masuk ke sini, ma. Aku rasa dia sudah menyusup. Aku khawatir dia akan membuat kericuhan di sini," ujar Felicia. Berkerutlah dahi Rosita saking kagetnya karena alasan dia ke tempat penjagaan utama serupa dengan kedua putrinya. "Kal
"Dasar gembel! Kau tau, negeri ini tidak pantas untuk laki-laki sampah sepertimu!" hardik Felicia. Joe yang berpisah dengan Ceasar nampaknya salah mengambil jalan. Tadinya, Joe ingin menemui prof Ferguso di tempat khusus untuk menghindari keramaian. Dan Joe mengambil arah selatan dari Castile ini untuk segera sampai ke ruangan itu. Sialnya, dia bertemu dengan dua kakak beradik yang menjadi musuhnya. Habislah Joe menjadi bulan-bulanan mereka. "Kau itu seperti hantu gentayangan, apa kau tau! Kau sengaja ingin terus mengikuti kami, hah!"Joe yang sudah malas meladeni dua wanita judes ini hanya menyeringai saja. "Aku tidak ada urusan dengan kalian," ujar Joe dingin. Dia ingin beranjak namun kerah bajunya ditarik Salika hingga robek. Sungguh, kejadian ini membuat Joe emosi. Namun justru itu menjadikan kakak beradik itu tergelak puas. "Haha! Dasar gembel! Bajumu sudah terlalu usang. Kenapa tidak kau jadikan lap lantai saja!"Dari kejauhan Joe melihat Ceasar sudah memberi arahan agar dia