Sungguh kesabaran Joe mulai menipis. Kedatanganya ke sini hanya untuk mengambil Kiara. Namun justru dia mendapatkan perlakuan yang tidak mengenakan dari keluarga Jilly.
Apa mereka tidak malu? Seharusnya mereka bisa lebih bersikap baik pada Joe yang sudah menyelamatkan wajah keluarga Aland Miller dari masalah besar.
Tapi sepertinya itu tidak berlaku bagi mereka. Joe hanyalah sampah yang seharusnya memang berada di tempat pembuangan barang rongsokan.
Sebenarnya diam diam keluarga Jilly memiliki niat lain kenapa memilih Joe untuk menjadi bumper pada kasus Aland. Rosita yang ikut mendukung itu memiliki tujuan tersendiri. Karena hanya dengan cara itu dia dapat memisahkan Jilly dengan Joe. Dengan begitu Rosita bisa sangat bebas menjodohkan Jilly dengan Vino, pria pilihan dan juga kesayangannya.
Sayangnya, Jilly tidak tau niat buruk mamanya waktu itu. Dan usaha mamanya mendekatkan Vino padanya berhasil sempurna. Perasaan Jilly bisa berbalik seratus delapan puluh derajat jadi berpaling dari suaminya, Joe.
"Aku hanya meminta putriku. Berikan Kiara padaku, aku janji tidak akan mengganggu kalian lagi," ujar Joe. Dia masih meminta baik baik pada Rosita.
"Wow! Kau mengajakku bernegoisasi! Tidak bisa! Kiara milik kami! Milik keluarga besar Miller! Apa kau paham!" Tegas Rosita.
"Hei gembel! Pantas saja adikku memilih meninggalkanmu! Ternyata selain bodoh, kau juga keras kepala! Kau tidak pantas berada di tengah tengah keluarga ini!" Hardik Felicia tajam.
Mereka memang keterlaluan! Tapi kenapa aku dari tadi tidak melihat Kiara? Mendengar suaranya pun tidak. Di mana dia? Apa dia sakit? Batin Joe agak cemas.
Tidak lama kemudian, Ferdinan pun datang.
"Tuan Ferdinan, anda datang di waktu tepat. Laki laki ini sudah melarikan diri dari penjara. Kau harus membawanya kembali," kata Rosita.
Tatapan mata Ferdinan berpaling menoleh Joe. Nampak licik, Ferdinan menatap Joe dengan menaikan sebelah alis matanya.
"Aku kira nyonya Felicia bergurau, ternyata benar. Kau sungguh ada di sini. Bagaimana bisa kau melarikan diri dari penjara?" Ferdinan bernada sinis mengatakan ini.
Sungguh bodoh! Apa dia tidak tau kalau aku dibebaskan langsung oleh pimpinan tanpa syarat, hah! Nampaknya aku harus memberinya pelajaran. Dia yang sudah mengusulkan ide gila pada tuan Aland. Kau tunggu saja Ferdinan. Aku akan membuat hidupmu menyesal karena sudah berurusan denganku! Seru Joe dalam hati.
Padahal sore ini Ferdinan akan terbang ke kota S. Tapi dia memilih membatalkannya lantaran telpon Felicia yang mengatakan kalau Joe ada di rumahnya. Ferdinan mengerti kalau keluarga Miller membutuhkannya. Itu menandakan akan ada segepok uang besar menanti.
Kesempatan bagus untuk mengisi dompetku yang kosong, pikir Ferdinan. Dia berkeinginan untuk sok jadi pahlawan keluarga Miller.
"Ayo tunggu apa lagi, paman. Seret dia kembali ke dalam bui!" Seru Felicia. Sekaligus memberi perintah kepada pengacara keluarganya ini.
Ferdinan pun terpancing. Tapi dia berpikir untuk membuat Joe lebih menderita lagi. "Itu sangat mudah. Tapi rasanya sayang sekali kalau harus tergesa gesa." Pada saat mengatakan ini, wajah Ferdinan mengulas senyum licik memandangi semua orang.
Rosita yang pertama kali mengerti dengan maksud senyum itu.
"Hei jongos! Apa yang kau inginkan dari keluarga ini, hah?" Tanya Ferdinan kasar.
"Aku mencari putriku, Kiara. Berikan dia padaku dan aku berjanji tidak akan mengganggu kalian lagi," sahut Joe.
Tentu saja membuat Ferdinan tergelak. "Benarkah?"
Dahi Joe berkerut tajam, heran. "Apa yang membuatmu tertawa?"
"Dasar bodoh! Kau memang tidak berguna! Pantas saja Jilly lebih memilih tidur dengan laki laki lain dari pada menunggu kau kembali!"
Panas betul telinga Joe mendengarnya. Kenapa harus selancang itu dia berbicara tentang istriku? Joe geram.
"Apa kau tidak tau kalau Kiara su-."
"Paman!" Sela Felicia dan Salika bersamaan dengan menatap wajah Ferdinan tajam. Seakan itu teguran agar Ferdinan menjaga mulutnya.
Tentu saja membuat Ferdinan menghentikan perkataannya. Dia memandangi kedua putri Rosita yang wajahnya sudah nampak mengencang antara urat satu dengan yang lainnya.
Sementara Joe menangkap kecurigaan dari mereka. Ada apa? Kenapa dengan Kiara? Apa yang ingin dikatakan Ferdinan tadi? Joe gelisah penasaran.
"Katakan, apa yang terjadi dengan putriku? Di mana Kiara?" Desak Joe.
Ferdinan pun yang tadinya ingin bermain main dulu dengan Joe, sekarang memutuskan untuk langsung saja membawa Joe kembali ke penjara.
"Sudah jangan banyak bicara! Sekarang kau ikut denganku!"
Apa makudnya? Di mana Kiara? Apa yang sudah mereka lakukan pada anakku?
Joe memandang tajam wajah Ferdinan dalam diamnya.
"Ayo ikut!" Ferdinan menarik lengan Joe dengan sangat keras. Tapi, sesentipun Joe tidak bergerak dari posisinya. Sampai kewalahan Ferdinan sudah mengerahkan seluruh tenaga untuk membuat Joe bergerak, namun sia sia.
"Katakan, di mana Kiara?" Tanya Joe dengan suara datar namun penuh penekanan.
Akan tetapi tetap saja tidak ada yang menghiraukan. Justru Ferdinan semakin membuat Joe jengkel dengan sikap petantang petentengnya.
"Keras sekali tubuhmu. Boleh juga!" Kata Ferdinan, sambil menggulung lengan baju sampai setengah lengan. Seolah olah dia siap menghadapi duel dengan Joe satu lawan satu.
Apa dia tidak melihat tangan Joe yang sudah mengepal dan juga bola mata Joe yang berapi api? Sungguh, Ferdinan sudah membangunkan singa yang sedang tidur.
"Kau ingin bertemu dengan Kiara?" Tanya Ferdinan dengan angkuh.
Kali ini Joe hanya membalasnya dengan anggukan kepala sambil menatap serius Ferdinan.
"Cium kakiku dulu," ucap Ferdinan. Akibatnya, dua rahang Joe mengeras.
"Ayo cium! Dan bermohonlah kalau kau mau bertemu dengan Kiara."
"Ayo! Lakukanlah apa yang dikatakan paman Ferdinan. Setelah itu kau akan menemui Kiara," timpal Salika ikut memprovokasi.
Semakin mengeras Joe menggeretak giginya. Kemudian, perlahan Joe pun merendahkan dirinya, seakan mengikuti apa yang dikatakan Ferdinan. Kejadian ini mengundang tawa Rosita dan kedua putrinya.
Sementara Felicia dan Salika sibuk mengabadikan momen ini dengan kamera hp sambil terkekeh.
"Sepertinya ini akan viral di sosmed," cibir Salika.
"Pasti likenya akan banyak," timpal Felicia.
Sementara Rosita sendiri hanya menikmatinya dengan rasa puas. Dendamnya terhadap Joe selama ini sepertinya akan tuntas hari ini. Ferdinan sungguh bisa membuat Joe tidak punya harga diri.
Namun siapa sangka, begitu kepala Joe melewati selangkangan Ferdinan, dengan sangat keras Joe mengayunkan kepalanya hingga menghajar milik Ferdinan.
Ferdinan meringis sakit luar biasa menjerit.
"Keparaaaaat!" Teriaknya kesakitan sambil memegangi miliknya.
Sementara Felicia yang sedang menayangi ini secara live di sosmednya, tersontak kaget. Dia panik tidak tau mau berbuat apa. Sementara kamera hpnya terus menyiarkannya secara langsung. Viewernya sudah terlalu banyak yang menyaksikan ini.
"Bodoh! Matikan kamera kalian!" Perintah Rosita. Kemudian dia pun menolong Ferdinan yang merasa kalau dua telur miliknya pecah.
"Keterlaluan kau Joe!" Ucap Rosita dengan nada tinggi. Joe hanya diam saja dengan wajah polos tanpa dosa seperti tidak terjadi apa apa.
"Keparat!" Hardik Ferdinan murka. Wajahnya sudah memerah saking menahan sakit luar biasa.
Itu belum seberapa! Setelah ini kau akan mendapatkan yang lebih! Lihat saja nanti, Ferdinan! Batin Joe.
Memanfaatkan waktu ditengah tengah keluarga Miller yang sibuk mengurus Ferdinan, Joe mengubungi Ceasar. Dia meminta Ceasar untuk membantunya.
'Ini putriku, aku ingin kita menemukannya.' Joe mengirimkan pesan singkat sekaligus dengan poto Kiara kepada Ceasar.
'Baik master.' Ceasar membalas pesan Joe.
Bersamaan dengan Joe selesai membaca balasan pesan dari Ceasar, Ferdinan sudah kembali.
Ini saatnya aku memberikan kau pelajaran yang tidak akan pernah kau lupakan seumur hidup, Ferdinan! Batin Joe.
"Kiara sudah kami jual!" Seru Rosita lantang. Sungguh lancang dia mengatakan ini tanpa merasa berdosa.Nanar lah Joe mendengar itu. Seketika wajah Joe menjadi bengis menatap ibu kandung dari mantan istrinya.Sudah gila! Apa yang dia katakan! Batin Joe.Sementara Salika dan Felicia tercengang mendapatkan ibunya berkata cablak seperti ini. Bukankah perjanjiannya kalau keluarga ini sudah sepakat untuk merahasiakannya dari Joe?"Sepertinya sudah tidak perlu lagi kita tutup tutupi dari laki laki busuk ini! Kau mencari Kiara? Sampai kiamat pun tidak akan kau temui lagi Kiara di rumah ini. Karena Kiara sudah aku tukar dengan gelang cantik ini."Langsung mendidih bola mata Joe mendengarnya. Sungguh bajingan mereka!Tanpa rasa bersalah Rosita memamerkan gelang cantik Queen's Mary senilai 1,5 juta US yang dia dapatkan dari hasil menjual Kiara. Nyaris seharga kalung yang Joe hadiahkan untuk Jilly. Tapi sayangny
Sungguh angkuh Kevin petantang petenteng di depan Joe. Sikapnya sudah seperti pemilik Bank X saja."Apa kau ingin mengantar makanan ke sini?" Kevin mengada ngada dengan menganggap Joe sebagai kurir makanan online. Sambil itu, dia celingak celinguk seperti mencari sesuatu. "Dimana sepeda motormu yang butut itu? Kenapa aku tidak melihatnya?"Kevin sengaja membuat Joe malu dengan mengungkit barang rongsok yang sering Joe pakai mengantar jemput Jilly dulu. Tentu saja Joe memilih motor Honda tahun 93 untuk transportasinya sehari hari. Kalau dia mengendarai Porsche GT 2021 tentu keluarga Jilly akan mengira Joe sudah mencuri mobil orang lain. Mana mungkin bekerja sebagai sekurity mampu membeli mobil seharga belasan milliar seperti itu. Padahal mobil jenis itu seperti barang receh bagi Joe.Sungguh malas Joe menghadapi Kevin yang tidak penting. Dia tidak tertarik meladeni karyawan rendahan ini."Beri tahu Jack Palm kalau Joe Hans mencariny
"Ayo, tunggu apa lagi? Ambilah kartu Black Diamondmu di dalam brankas itu," titah Kevin yang sudah tidak sabar mempermalukan Joe.Kenapa informasinya tidak lengkap? Ceasar tidak mengatakan kalau brankasnya dilapisi pelindung kaca seperti ini. Apa konfigurasi keamanannya menggunakan pindai jariku juga?Joe sudah berpikir kalau sepertinya kotak yang melindungi brankas itu memiliki akses lain. Sementara dirinya hanya punya satu akses. Sungguh, Kevin akan menang telak di sini.Dengan terpaksa, Joe pun mencobanya. Dia mendekati kotak kaca yang bahkan diledakan dengan daya ledak yang bisa menghancurkan satu gedung pun, rasanya kaca itu hanya retak retak saja, belum tentu pecah semua.Begitu Joe berhadapan dengan kotak itu, hati Joe miris ketika mendapatkan kode aksesnya bukan menggunakan pindai jari melainkan sesuatu yang lain.Di sini, Kevin sudah mulai mendengkus ringan hingga akhirnya dia terbahak. Sungguh, hiburan menyen
"Bodoh! Kau tau apa yang kau lakukan?" Suara Jack Palm memecah gendang telinga. Dia mengatakan ini dengan nada lantang dan tegas. Tentu saja bersamaan dengan dia menggebrak meja sambil menatap tajam wajah Kelie. Dia beranggapan kalau Kelie sudah sangat ceroboh melakukan hal yang keliru. Sampai menggigilah Kelie dibuatnya. Dia gemetar, nampak sekali dari tangannya yang tidak bisa diam.Tentu saja Jack Palm emosi. Karena sejatinya brankas Black Diamond hanya milik satu orang. Dan hanya melalui dirinya lah yang bisa mengantarkan nasabah itu keruangan. Karena juga hanya dia yang tau siapa pemiliknya.Jack Palm beranggapan kalau ini ada sindikat. Kalau bukan karyawannya yang bermain nakal, tentu ada nasabah penipu yang mengaku ngaku pemilik brankas itu. Tapi kekhawatirannya sedikit meredam setelah dia menyadari brankas itu tidak bisa dibuka kalau bukan pemliknya sendiri yang melakukannya."Kau tau kalau brankas itu milik seseorang dan bukan sembaran
Sejatinya, Jack Palm memang belum mengenali wajah Joe. Dia hanya diberitahu kalau akan ada orang yang akan mengambil black diamond. Hanya saja Jack Palm tidak diberi tahu seperti apa wajahnya, selain nama saja.Sungguh bodoh laki laki ini! Apa dia tidak mengenaliku? Atau dia hanya sedang mengetesku saja? Batin Joe."Aku ingin mengambil Black Diamond, Jack Palm," sahut Joe santai.Tentu saja membuat pria berwibawa itu keki. Siapa orang ini berani menyebut namaku dengan tidak sopan seperti itu? Kejadian ini pun mengundang yang lain emosi. Siapa dia berani petantang petenteng dengan pimpinan bank X? Benar benar memalukan!"Haha! Dia hanya bermulut besar! Dia ini penipu, tuan!" Sela Kevin.Jack Palm memilih diam dan tidak meladeni mulut besar Kevin."Siapa namamu?" Tanya Jack Palm lagi kepada Joe.Joe menyeringai. Kemudian, dia berjalan menghampiri Jack Palm. Sorot matanya begitu tegas dan tajam m
Tidak ada yang tahu bagaimana caranya membuka lapis pertama sebelum menggapai kotak selanjutnya dalam brankas itu. Bahkan Kevin sendiri pun apalagi Kelie, tentu mereka tidak mengetahuinya. Kevin hanya tau sampai sebatas nasabah platinum saja. Dan itu pun pengamanannya tidak berlapis seperti ini. Karena itu semua orang berdebar jantung menunggu untuk menyaksikan siapa laki laki yang sudah membuat bank X geger hari ini."Silakan arahkan mata anda ke alat ini," titah Jack Palm. Rupanya untuk membuka kotak itu harus dengan menggunakan pindai mata.Semakin penasaran lah mereka semua yang menyaksikan. Dan begitu Joe meletakan matanya pada alat pindai, ceklek, kunci kotak pun terbuka. Semua tercengang melihatnya. Namun berbeda dengan rona wajah Jack Palm yang justru terlihat senang. Berarti Joe memang benar orang yang memiliki brankas ini.Belum sampai di situ, untuk membuka pengaman lapis dua, yang itu merupakan brankas yang menyimpan Black Diamond belum t
Mereka sudah berhasil melumpuhkan delapan CCTV utama di area teller dengan disiram air keras. Begitupun dengan CCTV yang ada di lantai dua. Hanya lantai tiga yang mengarah ke ruangan Jack yang masih menyala. Mereka tidak menyangka kalau bangunan ini terdiri dari tiga lantai. Memang secara kasat mata, bank x hanya memiliki dua lantai. Lantai ke tiga seperti tidak terlihat. Lantaran itu memang ruangan khusus yang sengaja dibangun untuk disamarkan untuk menghindari hal hal seperti ini. Lantai tiga selain ruangan Jack Palm, di sanalah tempat penyimpanan semua sistem sekurity bank x. Sepertinya perampok yang sudah mendenah bangunan ini sebelum mereka beraksi tidak sampai menemukan lantai tiga.Seseorang sudah memikirkannya sampai sejauh ini. Sistem kemanan di bank x sangat berlapis lapis. Begitupun dengan CCTV rahasia yang tak nampak lantaran bentukannya hanya seukuran chip kecil yang dipasang disudut sudut tertentu. Bahkan semua pegawai di sini pun tidak ada yang tau kecual
Sangat sunyi, Joe memiliki insting yang baik untuk mengetahui keberadaan musuh. Situasi seperti ini sudah sering dia hadapi di negeri Menara. Namun tetap saja dia tidak bisa meremehkan musuhnya. Siapa tau, mereka bahkan lebih ahli dari musuh musuh elit negara yang biasa dia hadapi.Setelah yakin kalau di luar sana aman, barulah dia melangkah perlahan.Kondisinya, dari pintu darurat masih harus melewati dua lorong lagi untuk sampai ke area transaksi. Sudah tidak ada orang yang seliweran di sini. Para perompak sudah mengumpulkan semua karyawan menjadi satu titik di area transaksi umum.Terdengar langkah kaki di depan sana sebelum sampai di belokan untuk ke lorong berikutnya, Joe mencari tempat persembunyian. Dia masuk ke ruangan yang entah milik siapa. Dia pun mengumpat di belakang meja. Dari sini barulah dia tau kalau ini ruangan milik si sampah Kevin lantaran membaca papan nama kecil yang ada di atas meja kerja. "Ternyata ini ruan
“Tidak ada yang serius, pa,” sahut Joe sambil mengurai senyum. Kemudian, dia meletakan ponselnya di atas meja. Namun tidak lama setelah itu, pesan kedua dari pengirim tidak dikenal mengisi halaman notifikasi.Joe penasaran ingin membukanya. Tapi prof Ferguso langsung menegur,”sebaiknya kau kesampingkan dulu urusan kerjaanmu. Kita di sini untuk happy.”Dan Joe pun tersenyum. Dia sependapat dengan saran ayah angkatnya.Mereka semua bersulang minum untuk merayakan hari kebahagian ini. Nampak sekali wajah-wajah ceria penuh kesenangan terpancarkan dari semua orang yang ada di sini. Tidak terkecuali keluarga Miller yang sudah berangsur-angsur berkurang rasa bersalahnya terhadap Joe. Apalagi Joe sudah melupakannya.Tidak lama acara makan dan minum selesai, Joe meminta ijin untuk meninggalkan meja makan sejenak. Dia ingin bersantai di balkon dengan puterinya. Prof Ferguso mengijinkan.Pergilah Joe menuju tempat santai yang dari situ bisa melihat seluruh lampu yang menerangi kota ini. Sangat i
Setengah jam yang lalu pesta berakhir. Namun prof Ferguso masih belum ingin mengakhiri kerinduannya dengan Joe begitu saja. Dia mengundang Jeriko dan keluarga Miller untuk bergabung dengan pesta kecil miliknya. Ya anggap saja untuk merayakan kembalinya puteri semata wayang Joe yang hilang. Dan sekarang mereka semua sudah berada di ruangan khusus milik prof Ferguso. Mereka duduk di meja panjang dengan hidangan yang tidak kalah istimewa dengan yang di bawah tadi. Suasana sekarang tentu saja berbeda dari sebelumnya. Mereka sudah tidak bisa lagi memandang Joe sebelah mata walaupun dengan penampilannya yang buruk. Bahkan sekarang membuat wanita-wanita cantik dari keluarga Miller tidak berani menengadahkan wajahnya untuk menatap Joe secara langsung. Semua tertunduk malu atas sikap mereka selama ini terhadap Joe. Pun juga Jeriko yang mendadak bingung harus bersikap seperti apa di depan pemuda yang penah dia hina dan remehkan. Di sini dia baru sadar, kalau pantas saja Joe memiliki ilmu bel
Cerita ini bermula ketika Aland Miller mengalami masalah dengan anak perusahaan prof Ferguso yang berada di negeri Asal. Prof Ferguso begitu marah ketika ada orang yang berkeinginan untuk menikungnya dari belakang. Dan setelah diusut, nama Aland Miller keluar sebagai target utama.Aland Miller ditangkap anak buah prof Ferguso dan hampir mati disiksa. Namun di sini prof Ferguso masih punya hati dan ingin memaafkannya. Tapi tentu saja dengan syarat."Perbuatanmu sudah tidak bisa dimaafkan. Tapi, aku masih bisa mengampunimu kalau kau mau bekerja-sama denganku," kata prof Ferguso pada Aland Miller yang wajahnya sudah penuh luka dan darah dengan kedua tangan terikat menggantung juga tanpa pakaian kecuali selembar celana dalam."Apa kau mau menerima tawaranku?" tanya prof Ferguso, yang mau tidak mau dijawab iya oleh Aland Miller atau dia akan mati."Bagus." Prof Ferguso menepuk pipi Aland Miller. "Saat ini, ada putraku yang sedang mengemban tugas di negeri ini. Mungkin statusnya akan diraha
"Papa! Apa-apaan ini! Jangan mempermalukan diri kamu di depan banyak orang! Kamu tidak pantas memberi hormat sama pemuda kampung seperti dia!" Jangankan Rosita atau semua orang yang ada di sini, bahkan Joe sendiri pun bingung kenapa Aland Miller bisa seperti itu terhadap dirinya?Apa prof Ferguso sudah memberi tahu siapa aku sebenarnya? Dan tiba-tiba saja ... Plak! Aland Miller menampar istrinya dengan keras di depan banyak orang. "Kau tidak pantas berbicara kasar pada tuan Joe Hans, putra semata wayang prof Ferguso yang juga merupakan pangeran negeri Menara!" bentaknya, yang langsung membuat semua orang tercengang, sementara Rosita menahan sakit dan juga malu yang luar biasa. "Apa! Tidak mungkin!" Sontak semua orang kaget. "Mustahil! Tidak mungkin!" Salika masih tidak percaya dengan apa yang dikatakan papanya. "Pa, jangan membodohi kami!" "Maafkan keluargaku prof Ferguso. Memang mereka tidak pernah tau siapa tuan Joe Hans. Karena sejak anda menugaskanku menjadi agent, aku tida
"Hei penjaga! Apa kerja kalian sampai membiarkan orang gila masuk ke acara besar seperti ini!" Seru salah seorang tamu undangan prof Ferguso, sebut saja dia Kenan. Dia baru saja berhasil meyakinkan prof Ferguso untuk menjadi donatur di perusahaannya. "Sudah gila! cepat usir dia!" ucap Matias, CEO perusahaan otomotif terbesar di negeri Menara. Dia juga baru mengajukan proposal kerja sama dengan prof Ferguso untuk mengekspand usahanya. Namun prof Ferguso masih mempertimbangkannya, kemungkinan setelah acara ini dia akan memutuskan untuk mengambil atau melepasnya. Gegas beberapa penjaga menghampiri kerumunan, mereka nanar mendapatkan pemuda dengan pakaian kusuh berada di tengah-tengah acara penting. Wajah mereka pun berubah kencang. Bahkan laki-laki ini tidak pantas untuk sekadar menjadi tukang bersih-bersih di Castile ini, pikir mereka. "Apa yang kau kerjakan sampai bisa meloloskan orang gila ini, hah!" Hardik William, kolega Ferguso, berbicara pada penjaga itu. Seketika orang jadi
"Sudah seharusnya anda mengenakan pakaian kebesaran, master Joe."Ceasar memberikan satu setel jubah terbaik yang dimiliki seorang kstria hebat di negeri Menara. Tidak sembarang orang yang bisa mengenakannya. Itu bagaikan pakaian raja yang tidak mungkin dikenakan rakyat biasa. Joe sudah menerima, namun dia belum mengenakannya. "Apa tidak berlebihan sampai aku mengenakan jubah kebesaran ini?""Justru ayah ingin mengenalkan pada semua orang yang ada di bawah sana siapa putra terbaik ayah yang pantas menggantikan posisi ayah nanti. Dan orang itu adalah kamu. Kamu lah pewaris yang tepat untuk menggantikan posisi ayah kemudian," ujar prof Ferguso. Dengan begitu, tidak ada alasan lagi untuk Joe menolaknya. Kemudian, dia mengganti baju yang kusam dengan jubah yang mewah. Sejurus kemudian, Joe sudah siap dengan penampilan barunya. Sementara itu dibawah sana Rosita dan dua putrinya sedang sibuk membantu kapten Frans untuk mencari Joe yang dianggap penyusup. Mereka sudah mencari sampai kesel
Rasanya tidak ada salahnya untuk mengikuti saran dari wanita-wanita cantik ini. Kapten Frans pun mengajak Rosita dan kedua putrinya masuk ke dalam ruangan monitoring CCTV yang dijaga langsung oleh anak buahnya. Di dalam ruangan itu ada empat petugas berseragam yang sedang serius bekerja, memperhatikan satu persatu layar monitor dari tembakan CCTV dari segala penjuru. "Silakan duduk," titah kapten Frans kepada Rosita, Salika dan Felicia. Dan kemudian dia berbicara pada salah seorang petugas pengendali monitor. "Bisa kau putarkan rekaman yang ada di lorong xx pada empat puluh lima menit yang lalu," pinta kapten Frans. Dengan sigap, petugas itu langsung mengikuti perintahnya. Dan sejurus kemudian, tayangan yang diminta Rosita sudah nampak di depan mata. Semua orang tertitik pada seorang pemuda yang sedang berjalan cepat menyusuri lorong xx sebelum bertemu dengan Salika dan Felicia. Penampilan yang hanya mengenakan kaos yang kusam menjadi perhatian kapten Frans dan yang lainnya. Saya
Kedua putri Miller secara kebetulan bertemu dengan induknya. Mereka saling pandang heran karena mendapatkan diri masing-masing sedang berada di tempat yang sama, pos utama penjaga. "Mama, sedang apa di sini?" Yang bertanya dengan wajah bingung ini adalah Salika. Tanpa sadar, dia masih memegang sebatang rokok yang nyaris habis. Begitu bola mata Rosita berputar pada benda yang dipegang putrinya, barulah Salika membuang puntung rokok itu. "Hanya sebatang. Tidak perlu diperpanjang," katanya. Beruntung ada hal lain yang mendominasi perasaan marah Rosita dibanding melihat putrinya merokok. Dan Rosita pun mengabaikannya. "Sedang apa kalian di sini?" Dia berbalik tanya pada kedua putrinya. "Baru saja kami melihat si gembel Joe dengan penampilan compang-camping masuk ke sini, ma. Aku rasa dia sudah menyusup. Aku khawatir dia akan membuat kericuhan di sini," ujar Felicia. Berkerutlah dahi Rosita saking kagetnya karena alasan dia ke tempat penjagaan utama serupa dengan kedua putrinya. "Kal
"Dasar gembel! Kau tau, negeri ini tidak pantas untuk laki-laki sampah sepertimu!" hardik Felicia. Joe yang berpisah dengan Ceasar nampaknya salah mengambil jalan. Tadinya, Joe ingin menemui prof Ferguso di tempat khusus untuk menghindari keramaian. Dan Joe mengambil arah selatan dari Castile ini untuk segera sampai ke ruangan itu. Sialnya, dia bertemu dengan dua kakak beradik yang menjadi musuhnya. Habislah Joe menjadi bulan-bulanan mereka. "Kau itu seperti hantu gentayangan, apa kau tau! Kau sengaja ingin terus mengikuti kami, hah!"Joe yang sudah malas meladeni dua wanita judes ini hanya menyeringai saja. "Aku tidak ada urusan dengan kalian," ujar Joe dingin. Dia ingin beranjak namun kerah bajunya ditarik Salika hingga robek. Sungguh, kejadian ini membuat Joe emosi. Namun justru itu menjadikan kakak beradik itu tergelak puas. "Haha! Dasar gembel! Bajumu sudah terlalu usang. Kenapa tidak kau jadikan lap lantai saja!"Dari kejauhan Joe melihat Ceasar sudah memberi arahan agar dia