"Ambillah kalau kamu bisa!" Seru Jilly lantang dengan nada meremehkan. Dia begitu yakin kalau Joe akan melakukan perbuatan yang sia sia saja. Sambil itu, dia melempar kotak kalung pemberian Joe, namun tidak sampai mengenai Joe. Berserakanlah kalung itu. Bik Mar datang lalu membereskannya.
"Bagus sekali kalung ini. Sebaiknya aku simpan saja," gumam Bik Mar.
Tidak banyak yang tahu, kalau Joe Hans, sekurity PT Prima Multiguna merupakan panglima perang khusus yang terpaksa pulang ke kampung halaman untuk menyamar demi mencari siapa pembunuh adik kandungnya, Nadira Putri Hans.
Nadira ditemukan tewas di toilet pada jam kerja di perusahaan PT Prima Multiguna. Uniknya, kasus ini ditutup seperti sampah yang dibuang begitu saja. Tidak ada pihak berwajib yang menanganinya secara serius. Mengetahui itu Joe pun geram.
Karena alasan itu lah Joe Hans kembali pulang ke negaranya lalu melamar pekerjaan sebagai sekurity di perusahaan tempat Nadira bekerja. Di sini Joe dibantu agent Caesar untuk menunjang semua kebutuhan fasilitas yang dia inginkan. Sebagai panglima tertinggi, Joe mendapatkan Infinity Card Access untuk menjadi, membeli, menggapai apapun yang dia inginkan. Semua fasilitas itu dia dapatkan langsung dari pimpinannya yang sangat dirahasiakan yang berada di negeri Menara.
Sialnya, baru dua minggu bekerja, Joe sudah harus berhadapan dengan masalah. Kejadian itu terjadi pada waktu PT Prima mengadakan Gatering Family di sebuah hotel.
Singkatnya, malam itu Joe beakhir di atas ranjang bersama seorang wanita.
Tentu saja itu membuatnya shock. Tapi apalah daya. Semua terjadi begitu saja tanpa tau siapa yang memulai.
"Sepertinya aku tidak ingat kejadiannya," kata Joe pada wanita itu.
PLAK!
Alhasil, sebuah tamparan keras mendarat di pipi kanan Joe sehingga membuat pipinya merah. Rasanya seperti dikerubutin semut semut kecil.
"Mudah sekali kau mengatakan itu setelah kau menikmatinya!" Balas gadis yang sudah direnggut kehormatannya itu menatap Joe marah.
"Maafkan aku. Aku akan bertanggung jawab."
"Tidak semudah itu!"
Setelah kejadian itu, Joe terus kepikiran sosok wanita yang mengganggu tidurnya.
Wanita itu sangat membenci Joe lantaran pekerjaan Joe yang hanya seorang sekurity. Sementara dirinya merupakan asisten pribadi tuan Nicholas, CEO PT Prima Multiguna dan juga anak dari konglomerat ternama di negeri ini. Tentu saja akan keluarganya akan menolak mentah mentah kehadiran Joe.
Membayangkannya saja membuat gadis itu mual. Namun waktu menjawab lain, ternyata wanita itu jatuh hati pada Joe.
Tidak bisa dipungkiri memang, Joe dianugerahi perawakan yang sangat mempesona. Garis tegas pada rahangnya yang terukir seperti pahatan agung dari Maha Karya Tuhan pencipta yang Maha Sempurna. Belum lagi, karakter baik yang Joe miliki membuat wanita itu semakin luluh dihadapan Joe. Puncaknya, pada malam berat yang di alami gadis itu lantaran bermasalah pada salah satu anggota gengster di club malam, yang hampir membuatnya menderita, Joe datang sebagai penyelamat.
Semenjak itu, wanita yang sangat dikagumi karena kecantikannya yang di atas rata dan banyak membuat pria rela menceraikan istri demi mendapatkan dirinya, ternyata dia harus mengakui kalau dirinya sudah jatuh hati pada Joe.
Singkatnya, Jilly menikah dengan Joe tanpa restu dari keluarga besar Miller. Semua menentang. Sampai papa dan mama Jilly mengancam kalau sampai Jilly menikah dengan Joe dia akan dihapus dari ahli waris. Namun karena dia begitu mencintai Joe, Jilly mengambil semua resiko itu. Dia tidak peduli.
Mengingat itu rasanya membuat dadaku sesak! Bagaimana bisa dia membodohiku seperti ini! Batin Joe geram. Tanpa sadar kakinya sudah menapak di pelataran rumah mewah Jilly.
"Hei anak haram! Berani juga kau menampakan batang hidungmu di rumah ini!"
Suara itu sangat tidak asing terdengar di telinga. Joe menoleh. Lalu dia mendapatkan Rosita Miller sedang berdiri sambil memegangi binatang peliharaan yang namanya sama persis dengan dirinya. Sungguh, pada saat Joe mengetahui itu, darahanya mendidih. Bisa bisanya dirinya disamakan dengan binatang paling hina di seluruh muka bumi. Rosita memang sengaja memberi nama pada hewan peliharaanya seperti itu setelah Jilly resmi menjadi istri Joe. Katanya, itu sebagai hadiah pernikahan dari ibu kepada putrinya.
"Aku ingin mengambil anakku. Berikan Kiara padaku," pinta Joe.
"Heuh!" Rosita mendengkus. Tentu saja dia sangat melecehkan Joe. "Siapa kamu berbicara tidak sopan seperti itu padaku, hah!"
"Berikan Kiara, setelah itu aku akan pergi."
Dua alis mata Rosita saling bertautan. "Dasar gembel! Kau pikir semudah itu kau mengambil cucuku, hah! Joe Joe. Kalau Kiara aku berikan padamu, kau mau kasih makan apa!"
Rupanya ribut ribut ini mengundang semua isi rumah keluar. Kebetulan sekali saat ini keluarga besar Miller sedang kumpul, kecuali Aland Miller. Dia sedang berada di Hongkong.
Kakak Jilly yang sudah menikah dan seharusnya tinggal di NewZealand, Felicia, kebetulan ada di sini bersama suami dan dua putranya yang masih berusia lima dan tiga tahun. Begitupun adik Jilly yang hanya berpautan satu tahun di bawah Jilly, Salika, pun ikut nimbrung untuk membully Joe.
Sebenarnya, Jilly masih memiliki kakak yang usianya berbeda dua tahun di atasnya. Hanya saja dia mengalami gangguan mental. Jadi keluarga Jilly menitipkannya ke panti lantaran malu memiliki anak seperti itu. Joe dan Jilly pernah beberapa kali menemui Jesika untuk memberinya support. Hanya saja, memang Jesika seperti orang yang kurang waras. Padahal fisiknya begitu mirip dengan Jilly, sangat cantik.
"Kirain ada apa ribut ribut. Rupanya ada si gembel di sini! Hei Joe! Kenapa kau sudah bebas? Bukankah hukumanmu masih lima tahun lagi?" Seru Salika dengan wajah julitnya.
Sungguh, tidak tahu malu dan terima kasih kah keluarga ini pada Joe. Padahal, kalau bukan karena Joe yang sudah bersedia menjadi tameng untuk keluarga mereka, tentu saja selain mereka akan kehilangan sosok ayah, mereka pun akan menjadi gembel karena harta mereka akan disita pihak yang berwenang.
Baru sadar Rosita begitu mendengar putrinya mengoceh. "Jangan jangan kau kabur dari penjara!" Tuduhnya, sambil melotot tajam, bersamaan dengan jari telunjuk yang menghunus lurus ke wajah Joe.
"Iya benar. Sebaiknya kita lapor saja sama polisi untuk menangkapknya kembali." Yang mengatakan ini adalah Felicia. Begitu dia selesai mengucapkannya, ibu muda itu pun meraih ponselnya lalu menghubungi Ferdinan, pengacara keluarga Miller, yang waktu itu menyarankan pada Aland Miller untuk mencari seseorang untuk menjadi bumpernya.
Sementara membiarkan Felicia berbicara pada Ferdinan, Salika menyuruh pak Tim dan dua penjaga lainnya untuk mengunci pagar agar Joe tidak kabur.
"Kau pikir kau bisa lari dari kami?" Cibir Salika.
"Hebat benar kau bisa lari dari penjara!" Timpal Rosita sinis.
Joe tidak mempedulikan apa yang mereka ocehkan. Dipikiran Joe hanya Kiara. Dia sudah sangat geram untuk menginginkan Kiara berada di tangannya.
"Tolong berikan Kiara padaku," pinta Joe.
"Enak aja! Kau itu napi! Kau tidak berhak mendapatkan Kiara!" Sahut Rosita.
"Tapi aku ayahnya. Aku punya hak untuk Kiara!"
"Dasar gembel, miskin tidak tau diri! Kau tidak ada hak apa apa atas Kiara! Apa kau paham!" Rosita semakin naik pitam.
Tidak mempedulikan lagi, Joe pun menerobos masuk ke dalam rumah Rosita. Sambil matanya mengedar ke seluruh area untuk mencari Kiara.
"Kurang ajar! Berani kau masuk tanpa ijin! Penjaga! Tangkap dia!" Rosita memerintahkan penjaga rumahnya untuk menghalangi Joe.
Sejurus kemudian, dua penjaga sudah memegangi pundak Joe. Joe diperlakukan bagai maling.
"Lepaskan aku!" Kata Joe. Namun tidak diindahkan kedua penjaga yang mata duitan itu.
Beat!
"Lepaskan tangan kalian dariku!" Kalimat kedua Joe mengucapkannya dengan penuh penekanan. Namun tetap saja tidak mereka indahkan perkataan Joe yang terdengar seperti rengekan anak kecil. Akibatnya, terpaksa Joe mengeluarkan sedikit tenaga yang bersumber pada dirinya. Alhasil, sekali hentakan saja, tangan kedua penjaga pun terasa seperti keram. Sontak mereka pun melepaskannya.
"Sial! Kuat sekali kau!" Oceh laki laki berkulit hitam pekat berkumis tebal yang akrab dipanggil pak Tim.
Bersamaan dengan itu, Felicia memberitahu pada semua orang. "Tuan Ferdinan akan datang ke sini. Dia sendiri tidak tau mengenai hal itu." Nampaklah wajah wajah mereka yang terlihat senang.
"Sudah pasti kalau si gembel ini melarikan diri dari penjara!" Seru Rosita.
Salika melipat kedua tangan bersilang di atas dada. Dia tersenyum licik menatap Joe. "Tamat riwayatmu kali ini, gembel!" Ujarnya penuh penekanan.
Sungguh kesabaran Joe mulai menipis. Kedatanganya ke sini hanya untuk mengambil Kiara. Namun justru dia mendapatkan perlakuan yang tidak mengenakan dari keluarga Jilly.Apa mereka tidak malu? Seharusnya mereka bisa lebih bersikap baik pada Joe yang sudah menyelamatkan wajah keluarga Aland Miller dari masalah besar.Tapi sepertinya itu tidak berlaku bagi mereka. Joe hanyalah sampah yang seharusnya memang berada di tempat pembuangan barang rongsokan.Sebenarnya diam diam keluarga Jilly memiliki niat lain kenapa memilih Joe untuk menjadi bumper pada kasus Aland. Rosita yang ikut mendukung itu memiliki tujuan tersendiri. Karena hanya dengan cara itu dia dapat memisahkan Jilly dengan Joe. Dengan begitu Rosita bisa sangat bebas menjodohkan Jilly dengan Vino, pria pilihan dan juga kesayangannya. Sayangnya, Jilly tidak tau niat buruk mamanya waktu itu. Dan usaha mamanya mendekatkan Vino padanya berhasil sempurna. Perasaan Jilly bisa berba
"Kiara sudah kami jual!" Seru Rosita lantang. Sungguh lancang dia mengatakan ini tanpa merasa berdosa.Nanar lah Joe mendengar itu. Seketika wajah Joe menjadi bengis menatap ibu kandung dari mantan istrinya.Sudah gila! Apa yang dia katakan! Batin Joe.Sementara Salika dan Felicia tercengang mendapatkan ibunya berkata cablak seperti ini. Bukankah perjanjiannya kalau keluarga ini sudah sepakat untuk merahasiakannya dari Joe?"Sepertinya sudah tidak perlu lagi kita tutup tutupi dari laki laki busuk ini! Kau mencari Kiara? Sampai kiamat pun tidak akan kau temui lagi Kiara di rumah ini. Karena Kiara sudah aku tukar dengan gelang cantik ini."Langsung mendidih bola mata Joe mendengarnya. Sungguh bajingan mereka!Tanpa rasa bersalah Rosita memamerkan gelang cantik Queen's Mary senilai 1,5 juta US yang dia dapatkan dari hasil menjual Kiara. Nyaris seharga kalung yang Joe hadiahkan untuk Jilly. Tapi sayangny
Sungguh angkuh Kevin petantang petenteng di depan Joe. Sikapnya sudah seperti pemilik Bank X saja."Apa kau ingin mengantar makanan ke sini?" Kevin mengada ngada dengan menganggap Joe sebagai kurir makanan online. Sambil itu, dia celingak celinguk seperti mencari sesuatu. "Dimana sepeda motormu yang butut itu? Kenapa aku tidak melihatnya?"Kevin sengaja membuat Joe malu dengan mengungkit barang rongsok yang sering Joe pakai mengantar jemput Jilly dulu. Tentu saja Joe memilih motor Honda tahun 93 untuk transportasinya sehari hari. Kalau dia mengendarai Porsche GT 2021 tentu keluarga Jilly akan mengira Joe sudah mencuri mobil orang lain. Mana mungkin bekerja sebagai sekurity mampu membeli mobil seharga belasan milliar seperti itu. Padahal mobil jenis itu seperti barang receh bagi Joe.Sungguh malas Joe menghadapi Kevin yang tidak penting. Dia tidak tertarik meladeni karyawan rendahan ini."Beri tahu Jack Palm kalau Joe Hans mencariny
"Ayo, tunggu apa lagi? Ambilah kartu Black Diamondmu di dalam brankas itu," titah Kevin yang sudah tidak sabar mempermalukan Joe.Kenapa informasinya tidak lengkap? Ceasar tidak mengatakan kalau brankasnya dilapisi pelindung kaca seperti ini. Apa konfigurasi keamanannya menggunakan pindai jariku juga?Joe sudah berpikir kalau sepertinya kotak yang melindungi brankas itu memiliki akses lain. Sementara dirinya hanya punya satu akses. Sungguh, Kevin akan menang telak di sini.Dengan terpaksa, Joe pun mencobanya. Dia mendekati kotak kaca yang bahkan diledakan dengan daya ledak yang bisa menghancurkan satu gedung pun, rasanya kaca itu hanya retak retak saja, belum tentu pecah semua.Begitu Joe berhadapan dengan kotak itu, hati Joe miris ketika mendapatkan kode aksesnya bukan menggunakan pindai jari melainkan sesuatu yang lain.Di sini, Kevin sudah mulai mendengkus ringan hingga akhirnya dia terbahak. Sungguh, hiburan menyen
"Bodoh! Kau tau apa yang kau lakukan?" Suara Jack Palm memecah gendang telinga. Dia mengatakan ini dengan nada lantang dan tegas. Tentu saja bersamaan dengan dia menggebrak meja sambil menatap tajam wajah Kelie. Dia beranggapan kalau Kelie sudah sangat ceroboh melakukan hal yang keliru. Sampai menggigilah Kelie dibuatnya. Dia gemetar, nampak sekali dari tangannya yang tidak bisa diam.Tentu saja Jack Palm emosi. Karena sejatinya brankas Black Diamond hanya milik satu orang. Dan hanya melalui dirinya lah yang bisa mengantarkan nasabah itu keruangan. Karena juga hanya dia yang tau siapa pemiliknya.Jack Palm beranggapan kalau ini ada sindikat. Kalau bukan karyawannya yang bermain nakal, tentu ada nasabah penipu yang mengaku ngaku pemilik brankas itu. Tapi kekhawatirannya sedikit meredam setelah dia menyadari brankas itu tidak bisa dibuka kalau bukan pemliknya sendiri yang melakukannya."Kau tau kalau brankas itu milik seseorang dan bukan sembaran
Sejatinya, Jack Palm memang belum mengenali wajah Joe. Dia hanya diberitahu kalau akan ada orang yang akan mengambil black diamond. Hanya saja Jack Palm tidak diberi tahu seperti apa wajahnya, selain nama saja.Sungguh bodoh laki laki ini! Apa dia tidak mengenaliku? Atau dia hanya sedang mengetesku saja? Batin Joe."Aku ingin mengambil Black Diamond, Jack Palm," sahut Joe santai.Tentu saja membuat pria berwibawa itu keki. Siapa orang ini berani menyebut namaku dengan tidak sopan seperti itu? Kejadian ini pun mengundang yang lain emosi. Siapa dia berani petantang petenteng dengan pimpinan bank X? Benar benar memalukan!"Haha! Dia hanya bermulut besar! Dia ini penipu, tuan!" Sela Kevin.Jack Palm memilih diam dan tidak meladeni mulut besar Kevin."Siapa namamu?" Tanya Jack Palm lagi kepada Joe.Joe menyeringai. Kemudian, dia berjalan menghampiri Jack Palm. Sorot matanya begitu tegas dan tajam m
Tidak ada yang tahu bagaimana caranya membuka lapis pertama sebelum menggapai kotak selanjutnya dalam brankas itu. Bahkan Kevin sendiri pun apalagi Kelie, tentu mereka tidak mengetahuinya. Kevin hanya tau sampai sebatas nasabah platinum saja. Dan itu pun pengamanannya tidak berlapis seperti ini. Karena itu semua orang berdebar jantung menunggu untuk menyaksikan siapa laki laki yang sudah membuat bank X geger hari ini."Silakan arahkan mata anda ke alat ini," titah Jack Palm. Rupanya untuk membuka kotak itu harus dengan menggunakan pindai mata.Semakin penasaran lah mereka semua yang menyaksikan. Dan begitu Joe meletakan matanya pada alat pindai, ceklek, kunci kotak pun terbuka. Semua tercengang melihatnya. Namun berbeda dengan rona wajah Jack Palm yang justru terlihat senang. Berarti Joe memang benar orang yang memiliki brankas ini.Belum sampai di situ, untuk membuka pengaman lapis dua, yang itu merupakan brankas yang menyimpan Black Diamond belum t
Mereka sudah berhasil melumpuhkan delapan CCTV utama di area teller dengan disiram air keras. Begitupun dengan CCTV yang ada di lantai dua. Hanya lantai tiga yang mengarah ke ruangan Jack yang masih menyala. Mereka tidak menyangka kalau bangunan ini terdiri dari tiga lantai. Memang secara kasat mata, bank x hanya memiliki dua lantai. Lantai ke tiga seperti tidak terlihat. Lantaran itu memang ruangan khusus yang sengaja dibangun untuk disamarkan untuk menghindari hal hal seperti ini. Lantai tiga selain ruangan Jack Palm, di sanalah tempat penyimpanan semua sistem sekurity bank x. Sepertinya perampok yang sudah mendenah bangunan ini sebelum mereka beraksi tidak sampai menemukan lantai tiga.Seseorang sudah memikirkannya sampai sejauh ini. Sistem kemanan di bank x sangat berlapis lapis. Begitupun dengan CCTV rahasia yang tak nampak lantaran bentukannya hanya seukuran chip kecil yang dipasang disudut sudut tertentu. Bahkan semua pegawai di sini pun tidak ada yang tau kecual
“Tidak ada yang serius, pa,” sahut Joe sambil mengurai senyum. Kemudian, dia meletakan ponselnya di atas meja. Namun tidak lama setelah itu, pesan kedua dari pengirim tidak dikenal mengisi halaman notifikasi.Joe penasaran ingin membukanya. Tapi prof Ferguso langsung menegur,”sebaiknya kau kesampingkan dulu urusan kerjaanmu. Kita di sini untuk happy.”Dan Joe pun tersenyum. Dia sependapat dengan saran ayah angkatnya.Mereka semua bersulang minum untuk merayakan hari kebahagian ini. Nampak sekali wajah-wajah ceria penuh kesenangan terpancarkan dari semua orang yang ada di sini. Tidak terkecuali keluarga Miller yang sudah berangsur-angsur berkurang rasa bersalahnya terhadap Joe. Apalagi Joe sudah melupakannya.Tidak lama acara makan dan minum selesai, Joe meminta ijin untuk meninggalkan meja makan sejenak. Dia ingin bersantai di balkon dengan puterinya. Prof Ferguso mengijinkan.Pergilah Joe menuju tempat santai yang dari situ bisa melihat seluruh lampu yang menerangi kota ini. Sangat i
Setengah jam yang lalu pesta berakhir. Namun prof Ferguso masih belum ingin mengakhiri kerinduannya dengan Joe begitu saja. Dia mengundang Jeriko dan keluarga Miller untuk bergabung dengan pesta kecil miliknya. Ya anggap saja untuk merayakan kembalinya puteri semata wayang Joe yang hilang. Dan sekarang mereka semua sudah berada di ruangan khusus milik prof Ferguso. Mereka duduk di meja panjang dengan hidangan yang tidak kalah istimewa dengan yang di bawah tadi. Suasana sekarang tentu saja berbeda dari sebelumnya. Mereka sudah tidak bisa lagi memandang Joe sebelah mata walaupun dengan penampilannya yang buruk. Bahkan sekarang membuat wanita-wanita cantik dari keluarga Miller tidak berani menengadahkan wajahnya untuk menatap Joe secara langsung. Semua tertunduk malu atas sikap mereka selama ini terhadap Joe. Pun juga Jeriko yang mendadak bingung harus bersikap seperti apa di depan pemuda yang penah dia hina dan remehkan. Di sini dia baru sadar, kalau pantas saja Joe memiliki ilmu bel
Cerita ini bermula ketika Aland Miller mengalami masalah dengan anak perusahaan prof Ferguso yang berada di negeri Asal. Prof Ferguso begitu marah ketika ada orang yang berkeinginan untuk menikungnya dari belakang. Dan setelah diusut, nama Aland Miller keluar sebagai target utama.Aland Miller ditangkap anak buah prof Ferguso dan hampir mati disiksa. Namun di sini prof Ferguso masih punya hati dan ingin memaafkannya. Tapi tentu saja dengan syarat."Perbuatanmu sudah tidak bisa dimaafkan. Tapi, aku masih bisa mengampunimu kalau kau mau bekerja-sama denganku," kata prof Ferguso pada Aland Miller yang wajahnya sudah penuh luka dan darah dengan kedua tangan terikat menggantung juga tanpa pakaian kecuali selembar celana dalam."Apa kau mau menerima tawaranku?" tanya prof Ferguso, yang mau tidak mau dijawab iya oleh Aland Miller atau dia akan mati."Bagus." Prof Ferguso menepuk pipi Aland Miller. "Saat ini, ada putraku yang sedang mengemban tugas di negeri ini. Mungkin statusnya akan diraha
"Papa! Apa-apaan ini! Jangan mempermalukan diri kamu di depan banyak orang! Kamu tidak pantas memberi hormat sama pemuda kampung seperti dia!" Jangankan Rosita atau semua orang yang ada di sini, bahkan Joe sendiri pun bingung kenapa Aland Miller bisa seperti itu terhadap dirinya?Apa prof Ferguso sudah memberi tahu siapa aku sebenarnya? Dan tiba-tiba saja ... Plak! Aland Miller menampar istrinya dengan keras di depan banyak orang. "Kau tidak pantas berbicara kasar pada tuan Joe Hans, putra semata wayang prof Ferguso yang juga merupakan pangeran negeri Menara!" bentaknya, yang langsung membuat semua orang tercengang, sementara Rosita menahan sakit dan juga malu yang luar biasa. "Apa! Tidak mungkin!" Sontak semua orang kaget. "Mustahil! Tidak mungkin!" Salika masih tidak percaya dengan apa yang dikatakan papanya. "Pa, jangan membodohi kami!" "Maafkan keluargaku prof Ferguso. Memang mereka tidak pernah tau siapa tuan Joe Hans. Karena sejak anda menugaskanku menjadi agent, aku tida
"Hei penjaga! Apa kerja kalian sampai membiarkan orang gila masuk ke acara besar seperti ini!" Seru salah seorang tamu undangan prof Ferguso, sebut saja dia Kenan. Dia baru saja berhasil meyakinkan prof Ferguso untuk menjadi donatur di perusahaannya. "Sudah gila! cepat usir dia!" ucap Matias, CEO perusahaan otomotif terbesar di negeri Menara. Dia juga baru mengajukan proposal kerja sama dengan prof Ferguso untuk mengekspand usahanya. Namun prof Ferguso masih mempertimbangkannya, kemungkinan setelah acara ini dia akan memutuskan untuk mengambil atau melepasnya. Gegas beberapa penjaga menghampiri kerumunan, mereka nanar mendapatkan pemuda dengan pakaian kusuh berada di tengah-tengah acara penting. Wajah mereka pun berubah kencang. Bahkan laki-laki ini tidak pantas untuk sekadar menjadi tukang bersih-bersih di Castile ini, pikir mereka. "Apa yang kau kerjakan sampai bisa meloloskan orang gila ini, hah!" Hardik William, kolega Ferguso, berbicara pada penjaga itu. Seketika orang jadi
"Sudah seharusnya anda mengenakan pakaian kebesaran, master Joe."Ceasar memberikan satu setel jubah terbaik yang dimiliki seorang kstria hebat di negeri Menara. Tidak sembarang orang yang bisa mengenakannya. Itu bagaikan pakaian raja yang tidak mungkin dikenakan rakyat biasa. Joe sudah menerima, namun dia belum mengenakannya. "Apa tidak berlebihan sampai aku mengenakan jubah kebesaran ini?""Justru ayah ingin mengenalkan pada semua orang yang ada di bawah sana siapa putra terbaik ayah yang pantas menggantikan posisi ayah nanti. Dan orang itu adalah kamu. Kamu lah pewaris yang tepat untuk menggantikan posisi ayah kemudian," ujar prof Ferguso. Dengan begitu, tidak ada alasan lagi untuk Joe menolaknya. Kemudian, dia mengganti baju yang kusam dengan jubah yang mewah. Sejurus kemudian, Joe sudah siap dengan penampilan barunya. Sementara itu dibawah sana Rosita dan dua putrinya sedang sibuk membantu kapten Frans untuk mencari Joe yang dianggap penyusup. Mereka sudah mencari sampai kesel
Rasanya tidak ada salahnya untuk mengikuti saran dari wanita-wanita cantik ini. Kapten Frans pun mengajak Rosita dan kedua putrinya masuk ke dalam ruangan monitoring CCTV yang dijaga langsung oleh anak buahnya. Di dalam ruangan itu ada empat petugas berseragam yang sedang serius bekerja, memperhatikan satu persatu layar monitor dari tembakan CCTV dari segala penjuru. "Silakan duduk," titah kapten Frans kepada Rosita, Salika dan Felicia. Dan kemudian dia berbicara pada salah seorang petugas pengendali monitor. "Bisa kau putarkan rekaman yang ada di lorong xx pada empat puluh lima menit yang lalu," pinta kapten Frans. Dengan sigap, petugas itu langsung mengikuti perintahnya. Dan sejurus kemudian, tayangan yang diminta Rosita sudah nampak di depan mata. Semua orang tertitik pada seorang pemuda yang sedang berjalan cepat menyusuri lorong xx sebelum bertemu dengan Salika dan Felicia. Penampilan yang hanya mengenakan kaos yang kusam menjadi perhatian kapten Frans dan yang lainnya. Saya
Kedua putri Miller secara kebetulan bertemu dengan induknya. Mereka saling pandang heran karena mendapatkan diri masing-masing sedang berada di tempat yang sama, pos utama penjaga. "Mama, sedang apa di sini?" Yang bertanya dengan wajah bingung ini adalah Salika. Tanpa sadar, dia masih memegang sebatang rokok yang nyaris habis. Begitu bola mata Rosita berputar pada benda yang dipegang putrinya, barulah Salika membuang puntung rokok itu. "Hanya sebatang. Tidak perlu diperpanjang," katanya. Beruntung ada hal lain yang mendominasi perasaan marah Rosita dibanding melihat putrinya merokok. Dan Rosita pun mengabaikannya. "Sedang apa kalian di sini?" Dia berbalik tanya pada kedua putrinya. "Baru saja kami melihat si gembel Joe dengan penampilan compang-camping masuk ke sini, ma. Aku rasa dia sudah menyusup. Aku khawatir dia akan membuat kericuhan di sini," ujar Felicia. Berkerutlah dahi Rosita saking kagetnya karena alasan dia ke tempat penjagaan utama serupa dengan kedua putrinya. "Kal
"Dasar gembel! Kau tau, negeri ini tidak pantas untuk laki-laki sampah sepertimu!" hardik Felicia. Joe yang berpisah dengan Ceasar nampaknya salah mengambil jalan. Tadinya, Joe ingin menemui prof Ferguso di tempat khusus untuk menghindari keramaian. Dan Joe mengambil arah selatan dari Castile ini untuk segera sampai ke ruangan itu. Sialnya, dia bertemu dengan dua kakak beradik yang menjadi musuhnya. Habislah Joe menjadi bulan-bulanan mereka. "Kau itu seperti hantu gentayangan, apa kau tau! Kau sengaja ingin terus mengikuti kami, hah!"Joe yang sudah malas meladeni dua wanita judes ini hanya menyeringai saja. "Aku tidak ada urusan dengan kalian," ujar Joe dingin. Dia ingin beranjak namun kerah bajunya ditarik Salika hingga robek. Sungguh, kejadian ini membuat Joe emosi. Namun justru itu menjadikan kakak beradik itu tergelak puas. "Haha! Dasar gembel! Bajumu sudah terlalu usang. Kenapa tidak kau jadikan lap lantai saja!"Dari kejauhan Joe melihat Ceasar sudah memberi arahan agar dia