NARASI IRIS
Kamis, 18 Desember 1986/11:07 Malam
Aku terus berlari di sepanjang jalan bebatuan malam kota Rosemary. Malam yang dingin, sedikit gerimis. Jalan bebatuan ini cukup basah dan licin. Aku terpeleset beberapa kali. Tangan, kaki, dan wajahku kotor. Gaun yang kukenakan juga kotor dan sebagian kecil dibagian bawah gaunku sedikit robek. Aku menangis. Aku telah salah dalam bertindak.
Aku masih tidak percaya jika aku mendatangi bar itu dan bertemu dengan mereka. Mereka berencana untuk memberitahukan segala informasi yang mereka ketahui jika aku dapat mengalahkan mereka dalam sebuah perjudian. Aku tidak membawa banyak uang hari ini karena memang aku tidak biasanya melakukan hal-hal seperti itu. Jadi, aku hanya membawa uang secukupnya.
Mereka mengatakan jika apa yang dipertaruhkan tidak harus berupa uang. Selama teruhan itu disetujui oleh kedua belah pihak, perjudian bisa dilakukan. Mereka menantangku dengan
NARASI IRIS Kamis, 18 Desember 1986/11:17 Malam Aku mendengar suara hujan. Suaranya terdengar cukup jauh dan tinggi. Sesuatu mengahalangi hujan turun ke bawah. Aku merasakan embusan angin yang membawa bau amis ke sekitarku. Aku tidak tahu sedang berada di mana. Semuanya gelap. Aku masih belum berani membuka mata. Tanganku terasa seperti sedang diikat. Kedua kakiku juga sepertinya terikat oleh sesuatu yang cukup kuat. “Hei.” Suara seseorang, suara ditengah berisiknya suara hujan. “Hei. Apa kau sudah sadar?” Suara itu sangat menenangkan. Aku tahu jika itu bukan suara yang harus kuwaspadai. Aku membuka mata dengan perlahan. Tidak banyak yang bisa kulihat. Pandanganku sepertinya miring. Aku sedang berbaring. Aku berbaring pada sesuatu. “Oh, syukurlah kau masih hidup,” kata si pemuda yang menolongku tadi. Aku terkejut dan buru-buru bangkit. Kepalaku menyundul kepalanya yang berada di atas kepalaku. “Agh!” “Oh, maaf. Aku tidak sengaja,” kataku cepat-cepat. “Astaga, itu tadi kuat sek
NARASI IRIS 18 Desember 1986/11:53 Malam Kupikir aku tertidur untuk beberapa lama. Aku sudah tidak begitu mendengar suara hujan. Lilin yang tadi cukup tinggi, sekarang sudah menjadi lebih pendek. Salah satu dari tiga lilin itu sudah mati. Salah satunya terjatuh dan juga mati. Meinggalkan satu lilin degan nyala api yang kecil. Aku kedinginan di sini. Angin berembus pelan dari arah kiriku, tempat pintu keluar berada. Seseorang pastilah sedang membukanya. Ini sungguh kesempatan yang bagus jika saja aku tidak terikat seperti ini. Ingatanku sedikit kabur, tapi aku masih dengan jelas mengingat apa yang terjadi sesaat sebelum aku pingsan. Kulihat tubuh pemuda di samping kiriku yang sepertinya belum banyak berubah sejak terakhir aku melihatnya. Dia tidak bergerak. Aku tidak ingin memikirkannya, tapi mungkinkah dia sudah mati? Menerima siksaan seperti itu pastilah sangat menyakitkan. Aku tidak berpikir akan ada manusia yang bisa selamat dari hal itu. Jika memang Zee sudah tiada, apa yang bis
NARASI VISCARIA 19 Desember 2003 Tujuh belas tahun yang lalu Vis akan sedang berbaring di sebuah ruang penyimpanan bir tua yang hampir di setiap sudut atas ruang ada sarang laba-labanya. Lantai kayu yang terus berderit saat diinjak dan aroma khas tempat yang lembab membuat hari-hari yang dirinya lalui sungguh luar biasa tidak sehat. Satu-satunya jendela yang bisa dibuka cukuplah bisa memberikan banyak perubahan pada sirkulasi ruang itu. Sebuah pohon besar yang salah satu cabangnya mengarah ke jendela, yang kemudian di potong, memberikan udara yang sejuk dan bertindak sebagai sebuah media untuk menyerap aroma bir yang didiamkan. Jika dibuat daftar Hal yang Paling Vis Sukai, pohon itu ada di daftar nomor dua. Daftar nomor satu dalam daftar Hal yang Paling Vis Sukai tentunya adalah seorang pemuda bertubuh tinggi, dengan wajah menyenangkan dan suara yang menenangkan. Diri-Nya menghabiskan delapan tahun untuk tinggal bersama pemuda itu. Vis belajar banyak hal darinya. Salah satu hal yan
NARASI VISCARIA19 Desember 2003Jika Vis ingat-ingat lagi, untuk suatu alasan tertentu, Vis merasa perlu untuk bertemu dengan kak Iris. Paman menyampaikan apa yang menjadi keinginan Vis itu kepada pemimpin Keluarga Wisteria itu. Vis tidak tahu bagaimana paman bisa berhubungan dengan seorang bangsawan. Mungkin, setelah Vis melarikan diri itulah mereka berbincang tentang sesuatu yang tidak Vis dengar.Pada akhirnya, kak Iris akan datang mengunjugi Vis secara berkala dengan ditemani Nyonya Freesia. Terkadang, Paman Elmer ikut datang menjenguk. Kak Iris benar-benar meluangkan dan mendedikasikan waktunya untuk lebih mengenal Vis yang tidak banyak bicara. Tidak ada kebohongan atau kepalsuan yang ditampilkan oleh ketiga orang itu. Mereka semua benar-benar tersenyum, berbicara, dan tertawa dengan sepenuh hati. Vis sedikit merasakan kehangatan yang belum pernah dirasakan-Nya sebelumnya. Kehangatan keluarga yang benar-benar didambakan Vis sejak lama.Suatu ketika, kak Iris datang bersama denga
NARASI VISCARIA 19 Desember 2003 Vis membuka mata dengan perlahan. Merasa jika Diri-Nya telah cukup merasakan rindu yang tiba-tiba muncul tadi, Dia mengusap air mata yang masih tersisa di mata dan pipinya. Vis mencoba untuk dapat lebih menikmati udara di Jumat pagi ini. Vis melihat meja segi delapan dengan ukiran yang sangat cantik di bagian tepinya. Meja yang ada di depannya itu berwarna putih tulang yang terbuat dari porselen. Meja itu telah menemani waktu minum teh Vis setiap pagi dan sore. Di meja ini terpasang bangku yang juga terbuat dari porselen. Di setiap dua sisi meja ini terdapat bangku yang mengikuti bentuk meja. Bangku ini terhubung di setiap dua sisi meja dan terpisah dengan bangku di dua sisi meja lainnya. Vis mencoba mengatur napas agar merasa lebih tenang. Vis sangat bergantung pada sesi minum teh ini karena Diri-Nya membutuhkan tenaga yang cukup untuk memulai hari. Di hadapan Vis saat ini ada secangkir teh yang terbuat dari daun Camellia Sinesis yang telah diferme
NARASI VISCARIA19 Desember 2003Vis berlutut di hadapannya dan memeluknya dengan erat.“Kak Vis,” katanya. “Aku nggak bisa napas.”“Tapi Vis sangat ingin bertemu denganmu,” kata Vis.“Nikmatilah waktu kebersamaan kalian, anak-anak.” Kak Iris, dengan wajah lega, berjalan menuju meja tempat Vis minum teh sebelumnya.“Azalea benar-benar tidak bisa dikendalikan. Hanya Vis saja yang bisa melakukannya,” kata Nyonya Freesia yang sudah semakin tua.“Itu benar. Aku tidak tahu apa yang menyebabkan anak ini susah diatur,” keluh kak Iris.Ama sudah bangkit dari duduknya. Dia berdiri dan menundukkan badannya kepada kak Iris dan Nyonya Freesia.“Buah jatuh tidak jauh dari—” kata Nyonya Freesia sambil tertawa geli.“Iya, iya Bu. Aku tahu aku melakukan hal yang sama saat aku masih seusianya.” Kak Iris duduk dan mengeluh. Vis pikir menjadi seorang Ibu memanglah merepotkan.“Itu benar sekali. Aku sampai harus berlarian kesana kemari padahal punggungku sudah mulai sakit.” Nyonya Freesia duduk di sampin
NARASI VISCARIA 19 Desember 2003 “Tujuh tahun yang lalu kau mempelajari sebuah fakta gelap tentang kebenaran dari orang tuamu,” kata Iris membuka obrolan. “Ibu dan Paman sudah setuju dengan hal ini. Azalea juga merasa senang saat mendengarnya. Bahkan, Coriander juga merasa senang dengan keputusan kami.” Vis masih menunggu apa yang sebenarnya ingin dibicarakan oleh kak Iris. Semuanya begitu tenang dan mendengarkan perkatakaan wanita yang ternyata adalah kakak kandung Vis. Seperti apa yang dikatakan kak Iris, tujuh tahun yang lalu Vis dipanggil ke ruang baca paman Elmer. Di sana, sudah ada kak Iris dan paman yang menunggu kedatangan Vis. Dengan sangat hati-hati, mereka berdua menceritakan kebenaran tentang kedua orang tua Vis yang ternyata adalah Ayah kandung kak Iris dan seorang pelayan bernama Gardenia. Benih dari cinta terlarang itu adalah Vis. Ayah yang seorang pemimpin Keluarga Wisteria kemudian diasingkan ke dalam penjara keluarga di bawah pengawasan paman Elmer. Namun, tidak
“Bagaimana keadaannya?” tanya Azalea saat menjumpai Rita di ruang baca Lady Viscaria. Wanita yang sedang bersih-bersih itu menghentikan kegiatannya dan menoleh ke arah pintu masuk, di mana dilihatnya Azalea yang terlihat pucat dan berantakan. “Sepertinya mengenang kembali masa lalu membuat Nyonya merasa lebih tenang,” jawab Rita sambil tersenyum. “Oh, masa lalu yang mana yang dibicarakannya?” Rita sedikit kebingungan saat pertanyaan itu terlontar dari mulut Azalea. “Nyonya membicarakan tentang kakak laki-lakinya.” “Zaylie!” ujar Azalea. “Tentu saja, bagaimana aku bisa melupakan kisah kepahlawanannya.” Azalea menjatuhkan dirinya ke kursi malas di samping perapian. Dia memejamkan matanya untuk beberapa saat sebelum akhinya membukanya secara perlahan. “Bukan kisah yang menyenangkan,” kata Azalea. “Mama terlibat di dalamnya dan itu merupakan sesuatu yang buruk—tapi cukup menegangkan.” Rita merasakan sesuatu dari cara bicara Azalea. “Adakah yang tidak Nona kehendaki?” “Hm? Tidak, b
Sebelas Januari di tahun itu merupakan sebuah hari di mana Brightcrown City menerima ucapan selamat tahun baru yang mengejutkan dan mematikan. Melihat bagaimana kondisi stasiun kereta bawah tanah East Brightcrown Tube setelah terjadinya ledakan gas beracun dan sebuah taksi yang secara tiba-tiba meledak dan terbakar di jalan berliku menuju Paradis Hill—siapapun pelakunya, mereka telah benar-benar berhasil melukai hati Lady Viscaria dan para penduduk kota itu. Kepolisian Brightcrown City, tentu saja, menjadi sebuah neraka yang dipenuhi orang-orang dengan emosi yang hampir tidak terkendali setelah laporan terjadinya dua insiden itu masuk dari berbagai penjuru. Kekacauan yang pecah di dalam sana membuat hampir semua orang menjadi sangat sibuk. Namun, melihat bagaimana mengerikannya situasi di East Brightcrown Tube, stasiun kereta bawah tanah itu dengan jelas mendapat perhatian lebih dari para polisi dan petugas medis. Inspektur LeBlanc yang sedang menghabiskan pagi akhir pekannya segera
Si kembar Emily dan Barney Jess—juga Sully Anne, ditempatkan di tiga safehouse yang berbeda. Masing-masing safehouse merupakan tiga bangunan yang dari tampilannya terlihat cukup sederhana di tengah-tengah kota sehingga menjadikannya sebagai sebuah lokasi yang tidak mencolok.Kehidupan ketiga orang itu juga dapat dikatakan sangat baik bagi orang-orang yang sedang bersembunyi. Emily Jess, meskipun di larang menghubungi Keluarga Jess, menjalani kehidupan sehari-harinya dengan menekuni hobi lamanya dan sedikit melakukan eksperimen dengan senyawa-senyawa beracun atas izin Lady Viscaria. Beberapa polisi yang ditugaskan untuk tinggal bersama Emily merasa khawatir dengan apa yang dilakukan wanita itu, namun Lady Viscaria berhasil meyakinkan mereka jika Emily tidak akan menjadikan para polisi itu sebagai kelinci percobaannya.“Apakah Anda benar-benar mengizinkannya melakukan semua percobaan itu?” tanya serang polisi kepada Lady Viscaria setelah terjadi sebuah insiden kecil di laboratorium Emil
Senin, 22 April 2024/09:51 MalamRuang Baca Lady Viscaria“Hanya ada satu hal yang Dia inginkan darimu dan itu bukanlah sikap keras kepala ini! Dengarkan Dia baik-baik, Emily, Ludwig adalah kriminal yang tidak boleh kita sepelekan. Bantu Dia untuk meringkusnya dengan berkata jujur.”Emily terlihat sedikit gentar dan secara perlahan benteng pertahanannya mulai runtuh. Air matanya kembali mengalir dan dengan susah payah wanita itu berusaha menenangkan dirinya.“Akan sangat masuk akal jika alasanmu melakukan semua hal tidak masuk akal ini adalah karena Sully Anne berada dalam situasi yang sulit—situasi yang berbahaya. Namun, sekali lagi Dia ingatkan bahwa wanita itu sudah berada dalam perlindungan-Nya.”Emily mengangguk dengan pasrah, lalu dia berkata, “Itu memang benar. Ludwig memang mengancam akan membunuhnya jika salah satu dari kami berdua tidak melakukan apa yang dikatakannya.”“Kami bedua?” ulang Lady Viscaria. “Kau tidak sedang berbicara tentang Sully Anne.”Lawan bicara wanita pa
Dengan bantuan Vivian, Godfrey menyiapkan teh dan cemilan di dapur. Sedangkan yang lainnya duduk di ruang keluarga dengan ketegangan yang masih tersisa di sana.“Jadi,” ucap Azalea memecah keheningan. “Apa yang ingin kau bicarakan?”“Tunggulah hingga Dia dapat mencium aroma teh yang sedang disiapkan Godfrey.”Jawaban Lady Viscaria benar-benar tidak membantu mengurai suasana yang ada di sana. Azalea menjadi sedikit kesal dengannya dan mulai mengobrol tentang sesuatu yang hanya diketahui olehnya dan Rita.“Siapa yang sedang bersama Anda ini, Inspektur LeBlanc?” tanya Alphonse.“Oh, benar. Dia anggota baru dalam tim saya, Pearce.”Pearce mengangguk kepada Alphonse sambil tersenyum, lalu dia berkata, “Anda pasti putra Lady Viscaria. Saya tahu sedikit banyak kasus yang Anda tangani.”“Apakah Anda memeriksa latar belakang saya?”“Tentu bukan itu maksud saya,” jawab Peace cepat-cepat. “Ketika saya masih berada di Akademi, banyak orang membicarakan kehebatan Anda dalam memecahkan berbagai mac
Rabu, 8 Januari 2025/09:17 PagiRuang Keluarga Wisteria Manor“Jadi, apa yang sebenarnya ingin kau bicarakan denganku?” tanya Azalea setelah dirinya merasa cukup dengan basa basi Alphonse. “Kau membuat dirimu terdengan cukup serius tadi.”Rita melirik Alphonse dan berhenti dari permainannya.“Itu benar. Jika ini sesuatu yang serius, saya lebih baik tidak ada di sini.”Alphonse menatap kedua wanita itu secara bergantian dan berkata, “Ini tentang kasus yang kalian tangani sebelum malam panjang yang harus kalian lalui di Hawthorn Lodge.”Mendengar pertanyaan yang tidak terduga dari Alphonse itu, Azalea dan Rita saling bertukar pandang. Rita mengangkat bahunya kepada Azalea—yang membuat wanita itu mengeluh dan menoleh ke arah Alphonse sambil bertanya, “The Frappuccino Murder?”“The what?” tanya Alphonse dengan bingung. “Kau nggak sedang bercanda, ‘kan?”“Aku memang menyebutnya bagitu,” kata Azalea dengan serius.Alphonse hampir tertawa namun disadarinya bahwa tatapan Azalea dan Rita benar
09:33 MalamDengan langkah pendek dan berat, Emily Jess berjalan menuju ruang baca Lady Viscaria. Sesekali dia akan berhenti dan melihat ke luar jendela yang berada di sisi kirinya. Malam itu begitu sunyi dan menyesakkan—hampir-hampir membuat kedua tangan dan kakinya tidak berhenti bergetar. Emily menggenggam tangannya erat-erat di dekat dadanya dan melanjutkan langkah kakinya.“Rasanya seperti sedang menuju tiang gantungan,” gumam Emily.Wanita itu berhenti di depan pintu ruang baca dan memberanikan diri untuk mengetuk. Beberapa saat dia menunggu tapi tidak ada jawaban dari dalam. Emily mengetuk sekali lagi dengan sedikit lebih keras.“Masuk,” kata suara dari dalam ruang baca.Mendengar suara Lady Viscaria yang begitu dingin dan tegas, Emily segera membuka pintu dengan hati-hati.Ketika pintu terbuka, kondisi di ruang baca cukup mengejutkan Emily.Tidak ada satupun lampu di ruangan itu yang menyala—perapian pun tidak. Satu-satunya cahaya yang menerangi sebagian tempat itu adalah caha
Sebuah mobil polisi memperlambat lajunya ketika berbelok memasuki gerbang Wisteria Manor yang terbuat dari bebatuan setinggi satu meter dengan tiang-tiang besi yang tertancap padanya membentuk sebuah pagar kokoh mengitari kediaman sang detektif. Jalan masuknya yang sedikit berputar mengitari taman bunga dan pepohonan wisteria membuat siapapun yang datang berkunjung akan secara tidak langsung menikmati keindahan pemandangan itu.“Sudah lama saya tidak mengunjungi tempat ini,” kata seorang polisi yang duduk dibelakang kemudi sambil sesekali mengagumi lingkungan tempat tinggal Lady Viscaria.“Kau berbicara seolah-olah ini adalah sebuah lokasi wisata,” sindir Inspektur LeBlanc. “Perhatikan saja jalannya, aku tidak ingin membuat masalah dengan wanita itu.”Polisi yang sedang mengemudi itu tertawa mendengar kata-kata atasannya yang hampir tidak pernah didengarnya ketika sedang bertugas.“Saya selalu menikmati kunjungan ke Wisteria Manor karena selain tamannya yang indah, saya berkesempatan
Ruang makan Wisteria Manor terletak di lantai satu—tepatnya di sebelah kanan foyer. Ruangan itu berbentuk persegi panjang dan memiliki dua sisi terbuka berbentuk L di mana sisi lebarnya menghadap tangga di foyer yang menuju ke lantai dua, sedangkan sisi panjangnya menghadap ke dapur. Malam itu merupakan salah satu malam yang cukup tenang dan hangat di kediaman Lady Viscaria yang hampir setiap waktunya menerima surat-surat berisikan permohonan penyelidikan dan lain sebagainya. Malam itu, Lady Viscaria meletakkan topengnya dan tersenyum dengan kepuasan yang terasa asing. “Ini malam yang menyenangkan,” gumamnya. Dilihatnya Vivian dan Rita yang sedang sibuk menyiapkan makanan dan minuman untuk malam itu sambil sesekali bercanda—yang tentu saja membuat Vivian sering melirik majikannya karena bertingkah saat bekerja. Namun, Lady Viscaria berpura-pura untuk tidak melihatnya dan sebisa mungkin tidak memunculkan pandangan penuh selidik ke arah gadis canggung itu. Di seberang meja makan, Aza
I “Selamat datang, Nyonya,” sambut Vivian dengan penuh perasaan lega. “Biar saya bawakan barang-barang Anda.” “Terima kasih, Vivian.” Gadis itu segera mengambil barang-barang bawaan Lady Viscaria dan membawanya masuk ke dalam rumah, meninggalkan majikannya yang baru saja melangkahkan kakinya masuk ke dalam Wisteria Manor. Lady Viscaria berhenti sejenak sambil memejamkan matanya. Azalea dan Rita yang ada di belakangnya hanya menunggu tanpa pikiran penuh pertanyaan. Bagi mereka, apa yang dilakukan Lady Viscaria adalah sesuatu yang biasa—sebuah ritual yang dilakukannya ketika kembali ke habitatnya. “Sepertinya ada yang baru di sini,” ucap Lady Viscaria. “Aku nggak melihat ada dekorasi baru di sini,” kata Azalea. “Bukan—bukan itu, ada orang lain selain Vivian dan para pelayan lainnya.” Mendengar perkataan Lady Viscaria yang cukup mencurigakan, Azalea dan Rita segera mengambil posisi berisiap untuk kemungkinan terburuk yang dapat mereka alami. Si wanita paruh baya menoleh ke arah me