NARASI VISCARIA19 Desember 2003Jika Vis ingat-ingat lagi, untuk suatu alasan tertentu, Vis merasa perlu untuk bertemu dengan kak Iris. Paman menyampaikan apa yang menjadi keinginan Vis itu kepada pemimpin Keluarga Wisteria itu. Vis tidak tahu bagaimana paman bisa berhubungan dengan seorang bangsawan. Mungkin, setelah Vis melarikan diri itulah mereka berbincang tentang sesuatu yang tidak Vis dengar.Pada akhirnya, kak Iris akan datang mengunjugi Vis secara berkala dengan ditemani Nyonya Freesia. Terkadang, Paman Elmer ikut datang menjenguk. Kak Iris benar-benar meluangkan dan mendedikasikan waktunya untuk lebih mengenal Vis yang tidak banyak bicara. Tidak ada kebohongan atau kepalsuan yang ditampilkan oleh ketiga orang itu. Mereka semua benar-benar tersenyum, berbicara, dan tertawa dengan sepenuh hati. Vis sedikit merasakan kehangatan yang belum pernah dirasakan-Nya sebelumnya. Kehangatan keluarga yang benar-benar didambakan Vis sejak lama.Suatu ketika, kak Iris datang bersama denga
NARASI VISCARIA 19 Desember 2003 Vis membuka mata dengan perlahan. Merasa jika Diri-Nya telah cukup merasakan rindu yang tiba-tiba muncul tadi, Dia mengusap air mata yang masih tersisa di mata dan pipinya. Vis mencoba untuk dapat lebih menikmati udara di Jumat pagi ini. Vis melihat meja segi delapan dengan ukiran yang sangat cantik di bagian tepinya. Meja yang ada di depannya itu berwarna putih tulang yang terbuat dari porselen. Meja itu telah menemani waktu minum teh Vis setiap pagi dan sore. Di meja ini terpasang bangku yang juga terbuat dari porselen. Di setiap dua sisi meja ini terdapat bangku yang mengikuti bentuk meja. Bangku ini terhubung di setiap dua sisi meja dan terpisah dengan bangku di dua sisi meja lainnya. Vis mencoba mengatur napas agar merasa lebih tenang. Vis sangat bergantung pada sesi minum teh ini karena Diri-Nya membutuhkan tenaga yang cukup untuk memulai hari. Di hadapan Vis saat ini ada secangkir teh yang terbuat dari daun Camellia Sinesis yang telah diferme
NARASI VISCARIA19 Desember 2003Vis berlutut di hadapannya dan memeluknya dengan erat.“Kak Vis,” katanya. “Aku nggak bisa napas.”“Tapi Vis sangat ingin bertemu denganmu,” kata Vis.“Nikmatilah waktu kebersamaan kalian, anak-anak.” Kak Iris, dengan wajah lega, berjalan menuju meja tempat Vis minum teh sebelumnya.“Azalea benar-benar tidak bisa dikendalikan. Hanya Vis saja yang bisa melakukannya,” kata Nyonya Freesia yang sudah semakin tua.“Itu benar. Aku tidak tahu apa yang menyebabkan anak ini susah diatur,” keluh kak Iris.Ama sudah bangkit dari duduknya. Dia berdiri dan menundukkan badannya kepada kak Iris dan Nyonya Freesia.“Buah jatuh tidak jauh dari—” kata Nyonya Freesia sambil tertawa geli.“Iya, iya Bu. Aku tahu aku melakukan hal yang sama saat aku masih seusianya.” Kak Iris duduk dan mengeluh. Vis pikir menjadi seorang Ibu memanglah merepotkan.“Itu benar sekali. Aku sampai harus berlarian kesana kemari padahal punggungku sudah mulai sakit.” Nyonya Freesia duduk di sampin
NARASI VISCARIA 19 Desember 2003 “Tujuh tahun yang lalu kau mempelajari sebuah fakta gelap tentang kebenaran dari orang tuamu,” kata Iris membuka obrolan. “Ibu dan Paman sudah setuju dengan hal ini. Azalea juga merasa senang saat mendengarnya. Bahkan, Coriander juga merasa senang dengan keputusan kami.” Vis masih menunggu apa yang sebenarnya ingin dibicarakan oleh kak Iris. Semuanya begitu tenang dan mendengarkan perkatakaan wanita yang ternyata adalah kakak kandung Vis. Seperti apa yang dikatakan kak Iris, tujuh tahun yang lalu Vis dipanggil ke ruang baca paman Elmer. Di sana, sudah ada kak Iris dan paman yang menunggu kedatangan Vis. Dengan sangat hati-hati, mereka berdua menceritakan kebenaran tentang kedua orang tua Vis yang ternyata adalah Ayah kandung kak Iris dan seorang pelayan bernama Gardenia. Benih dari cinta terlarang itu adalah Vis. Ayah yang seorang pemimpin Keluarga Wisteria kemudian diasingkan ke dalam penjara keluarga di bawah pengawasan paman Elmer. Namun, tidak
“Bagaimana keadaannya?” tanya Azalea saat menjumpai Rita di ruang baca Lady Viscaria. Wanita yang sedang bersih-bersih itu menghentikan kegiatannya dan menoleh ke arah pintu masuk, di mana dilihatnya Azalea yang terlihat pucat dan berantakan. “Sepertinya mengenang kembali masa lalu membuat Nyonya merasa lebih tenang,” jawab Rita sambil tersenyum. “Oh, masa lalu yang mana yang dibicarakannya?” Rita sedikit kebingungan saat pertanyaan itu terlontar dari mulut Azalea. “Nyonya membicarakan tentang kakak laki-lakinya.” “Zaylie!” ujar Azalea. “Tentu saja, bagaimana aku bisa melupakan kisah kepahlawanannya.” Azalea menjatuhkan dirinya ke kursi malas di samping perapian. Dia memejamkan matanya untuk beberapa saat sebelum akhinya membukanya secara perlahan. “Bukan kisah yang menyenangkan,” kata Azalea. “Mama terlibat di dalamnya dan itu merupakan sesuatu yang buruk—tapi cukup menegangkan.” Rita merasakan sesuatu dari cara bicara Azalea. “Adakah yang tidak Nona kehendaki?” “Hm? Tidak, b
I Hawthorn Lodge, Starfell Valley 27 November Lady Viscaria yang terhormat, Begitu mengejutkan ketika saya membaca berita tentang apa yang telah menimpa Anda minggu lalu. Wisteria Manor merupakan bangunan yang luar biasa indah—nilai seni yang cukup tinggi terpancar dari kediaman Anda itu. Sayangnya, ada orang-orang rendahan yang kurang diperhatikan masyarakat akhir-akhir ini yang kemudian melakukan tindakan-tindakan yang begitu menghina keindahan dari sebuah seni. Sungguh, jika itu adalah apa yang menimpa Hawthorn Lodge, saya tidak akan tinggal diam! Hormat saya, Jean-Pierre Braque II Hawthorn Lodge, Starfell Valley 4 Desember Lady Viscaria yang terhormat, Saya yakin benar jika Anda sedang disibukkan dengan permasalahan yang, menurut saya, cukup menguras tenaga ini. Namun demikian, saya akan sangat berterima kasih kepada Anda jika Lady Viscaria yang terkenal bijaksana ini berkenan memberikan nasihat atau saran, atau apapun itu, sehubungan dengan apa yang sedang terjadi di
“Menarik,” gumam Azalea. Dia kemudian membolak-balikkan lembaran surat-surat Monsieur Braque dengan bingung. “Di mana kelanjutannya?” Rita menengadah ke arah Lady Viscaria yang masih dengan tenang duduk di kursi rodanya, berharap mendapat jawaban yang memuaskan karena dirinya pun begitu tertarik dengan apa yang baru saja dibacanya. “Meski kalian melihat-Nya seperti itu, lembaran surat lanjutannya tidak akan tiba-tiba muncul secara ajaib,” keluh Lady Viscaria. “Mungkinkah sesuatu terjadi padanya?” tanya Azalea. Lady Viscaria mengangguk. “Itu merupakan sesuatu yang jelas terjadi. Jika kau berpikir dia tidak dapat menyelesaikan surat itu karena penyakitnya, maka kau keliru. Jean-Pierre Braque adalah seseorang yang akan menyelesaikan sesuatu yang telah dimulainya—” “Tapi jika itu merupakan penyakit keras yang benar-benar mengharuskannya untuk berhenti menulis, maka..” potong Azalea. Lady Viscaria menggelengkan kepalanya. “Sayangku, coba pikirkanlah. Untuk apa dia repot-repot mengir
Terdengar ketukan dari luar pintu ruang baca yang diikuti oleh suara gugup Vivian. Lady Viscaria meminta Rita untuk membukakan pintu dan membantu Vivian menyajikan teh yang tadi dimintanya. “Kenapa lama sekali Vivian?” tanya Lady Viscaria penuh selidik setelah Vivian masuk ke dalam ruangan. Vivian berdiri dengan tangan gemetar. Diambilnya nampan beserta peralatan teh yang dibawa gadis penggugup itu oleh Rita, yang kemudian dengan segera menyajikan teh ke cangkir-cangkir yang sudah disiapkan. “Ma-maaf Nyonya,” jawab Vivian sambil melirik Azalea yang masih terpaku pada surat Monsieur Braque. “Tadi Nona Azalea—” Mendengar namanya disebut dalam pembicaraan itu, pikiran Azalea dengan sekejap kembali ke ruang baca. Dia menatap Vivian dengan pandangan maksudmu-itu-salahku? Vivian yang dipandang dengan tatapan seperti itu sedikit tersentak dan semakin gugup. Melihat reaksi keduanya, Lady Viscaria segera mengerti apa yang telah terjadi dan tertawa geli. “Dia pikir kalian berdua sangat coco