Flash back on...
Gibran baru saja terbangun dari tidur ketika dia mendapati ponselnya berdering.
Masih dengan mata yang memicing dan sesekali menguap Gibran meraih ponsel dengan ujung jarinya dan mengintip siapa nama yang tertera di layar ponsel miliknya.
Nama Reno tertera di sana.
Gibran segera mengangkat.
"Apa? Theo melukai Mirella lagi?" Pekiknya setelah mendengar suara Reno di seberang.
Gibran sontak merubah posisinya yang semula masih berbaring nyaman di ranjang menjadi duduk. Sepertinya dia benar-benar terkejut hingga membuatnya sempat terbengong. Seolah apa yang baru saja di dengarnya itu hanyalah mimpi.
Dia baru terbangun dan langsung mendapat kabar buruk tentang Mirella. Hal itu sangat membuat Gibran khawatir hingga lelaki itu tak ingin menunggu untuk langsung berangkat menuju kediaman Reno.
Bahkan tanpa
Gaby sudah menunggu kurang lebih dua jam di lokasi yang dijanjikan Theo namun sosok yang dia tunggu tak juga menunjukkan batang hidungnya.Jemari Gaby dengan kukunya yang bercat merah terus mengetuk meja tanda dia mulai bosan. Kepala wanita itu celingukan mengamati kesekeliling kafe yang dia datangi malam itu.Suasana kafe tampak sepi.Lokasi yang memang sangat cocok untuk dijadikan tempat pertemuan rahasia. Selain tempatnya yang terpencil, kafe ini jauh dari keramaian.Seorang lelaki berjaket kupluk dengan wajahnya yang tertutup masker terlihat memasuki kafe dan berjalan ke arah Gaby. Karena memang hanya ada dirinya di kafe itu, Gaby langsung berpikir bahwa lelaki itu adalah Theo.Dari postur tubuhnya yang tinggi besar dan model rambut gondrong yang terikat asal di atas kepalanya, seolah memberi kesan bahwa lelaki itu tak pandai merawat diri. Bahkan penampilannya sangat berantakan.
Kedatangan Gaby disambut baik oleh security yang berjaga di rumah mewah bernomor 103 itu. Gaby diantar masuk ke dalam dan diarahkan menuju sebuah ruangan besar yang terletak di lantai dua. Tok-tok-tok! Sang security mengetuk pintu ruangan dan memberitahu. "Bos, Non Gaby sudah datang," katanya setengah berteriak. Tak lama pintu itu dibuka dari dalam oleh seorang lelaki berseragam hitam. Garis rahang yang tegas dan rambut hitam legam yang tersisir rapi. Lelaki itu tersenyum pada Gaby. Untuk sejenak, Gaby sempat terpana melihat senyuman mempesona milik lelaki yang Gaby tebak berumur di kisaran angka 30 tahunan itu. Meski hal itu tidak berlangsung lama karena setelahnya perasaan takut kembali mendominasi benak Gaby. "Silahkan masuk Nona Gaby, Bos kami sudah menunggu anda," ucap lelaki tampan berseragam hitam itu. Dia mempersilahkan Gaby masuk. Gaby tahu
POV Sean AndreasHari ini adalah hari penting dalam hidupku.Di mana akhirnya aku bisa bertatap muka langsung dengan satu-satunya saudara kandung yang aku miliki.Hidup dalam pengasingan selama belasan tahun cukup membuatku mengerti betapa pentingnya arti sebuah keluarga dalam kehidupan.Ibuku, satu-satunya keluarga yang aku kenal dan aku miliki telah pergi untuk selama-lamanya saat usiaku baru mencapai belasan tahun.Selama itu juga, beliau telah menitipkan aku ke sebuah panti asuhan di Amerika. Setiap satu Minggu sekali beliau mengunjungiku dan membawakan aku banyak mainan.Beliau mengatakan bahwa banyak sekali orang jahat di luar sana yang ingin mencelakakan aku itulah sebabnya beliau menyembunyikan aku dari dunia.Waktu berjalan membawaku pada fase di mana aku mulai ingin tahu bagaimana sebenarnya sosok ayah dalam hidupku hingga suatu
"Maafkan Ayah Gaby... Maafkan Ayah..." Tangis Freddy semakin pecah. Lelaki paruh baya itu berlutut di hadapan Gaby dan Theo."Tuan, bangunlah. Jangan seperti ini," Theo buru-buru membantu Freddy untuk bangkit. Dia memapah Freddy ke sofa. Freddy tampak memegangi dadanya. Napas lelaki itu tersengal dan mulai terputus-putus."Sepertinya anda perlu minum obat, Tuan," ucap Theo yang lekas mengambil sebuah kotak obat, lalu mengeluarkan sebutir obat dari sana dan memberikannya pada Freddy.Saat itu Gaby masih di sana. Kelopak mata wanita itu membelalak saat melihat kotak obat yang dipegang Theo, bukankah itu obat yang sama dengan obat yang selama ini selalu di minum oleh Gibran?Gumam batin Gaby.Apa itu artinya...Gaby kembali berpikir."Apa Om menderita penyakit jantung?" Tanya Gaby dengan intonasi suaranya yang menurun drastis."Ya, T
Melihat perubahan raut muka Gaby yang mendadak pucat setelah Theo memperdengarkan isi rekaman percakapan antara dirinya dengan Reno membuat Theo cukup khawatir.Lelaki itu beringsut mendekati Gaby untuk memastikan keadaan wanita itu. "Kamu baik-baik saja Gaby?" Tanya Theo saat itu.Gaby terus berusaha untuk tetap tenang, namun serentetan fakta yang baru saja diketahuinya membuat kepalanya tiba-tiba pusing.Cekatan Theo memberikan Gaby air minum agar keadaan Gaby bisa lekas membaik.Gaby terlihat sangat syok bahkan saat dia memegang gelas tangan wanita itu gemetaran."Aku... Aku tidak percaya dengan semua ini," gumam Gaby yang mulai kembali terisak.Theo tersenyum getir. Semua kenyataan ini memang sulit untuk diterima oleh akal sehat, tapi memang itulah yang terjadi sekarang. Mau tidak mau, suka tidak suka, Gaby harus bisa menerimanya."Bagaimana kalau terj
Hari itu, semua telah dipersiapkan.Segala persyaratan pernikahan telah terpenuhi.Wali hakim sudah tersedia.Pihak keluarga pun sudah tiba, meski hanya segelintir.Dari pihak Mirella hanya dihadiri oleh Hakim dan Nurul yang merupakan Om dan Tante Mirella dari Bandung. Sementara dari pihak Gibran hanya dihadiri oleh adik Gibran yang bernama Dinzia dan sepupu laki-laki Gibran yang bernama Akmal.Kedua orang tua Gibran memutuskan untuk tidak hadir karena memang Hardin yang melarang istrinya untuk hadir. Susah payah Gibran berusaha menghubungi keduanya sejak tadi malam baru tadi pagi Yura, sang Ibu menjawab teleponnya."Maaf Gibran. Sebenarnya Mama ingin sekali datang ke sana, tapi Mama tidak bisa melakukan banyak hal jika Papahmu sendiri yang melarangnya. Mamah sudah merestui pernikahan kalian. Mamah percaya kamu bisa menjadi lelaki yang bertanggung jawab terhadap istri-istrimu kelak, jangan kecewakan Mamah ya Gibran?"Itulah pesan Yura
Flashback On...Cukup lama Gaby menangis malam itu ditemani Theo di sisinya.Theo mengajak Gaby beranjak dari taman untuk kembali masuk ke dalam rumah karena cuaca malam semakin dingin."Malam ini kamu bisa menginap di sini. Ini kamarmu, selamat beristirahat," kata Theo saat dia mengantar Gaby ke kamar tamu. "Oh ya, pastikan ini malam terakhir kamu menangis, jadi menangislah sepuasnya, karena hari esok aku tidak ingin melihat adikku menangisi lelaki bodoh macam Gibran lagi, oke?" Tambah Theo sebelum dia menutup pintu.Gaby tersenyum tipis, lalu mengangguk.Theo tersenyum dan keluar dari kamar dengan menutup pintu.Lelaki itu hendak memasuki kamar pribadinya ketika ponselnya tiba-tiba saja berdering.Nomor baru memanggil, tapi Theo tahu persis itu nomor siapa.Tanpa berpikir dua kali, Theo pun mengangkat telepon it
Setibanya di kantor Gibran dikejutkan dengan kehadiran Dinzia di ruangannya.Adik bungsunya itu tampak asik menyantap sarapan yang baru saja dibelikan Edward untuknya."Loh, Zia? Kok kamu ada di sini?" Tanya Gibran terheran-heran.Dinzia menyuap suapan terakhir sarapannya lalu meneguk susu kemasan yang juga disediakan oleh Edward.Tatapan Gibran sempat tertuju ke Edward yang hanya mengedikkan bahu saat itu.Gibran melangkah ke sofa yang diduduki Dinzia dan mendudukinya juga. Lelaki itu mengulang kembali pertanyaannya hingga Dinzia pun menjawab."Shubuh tadi Dinzia keluar dari rumah Kakak dan janjian sama Kak Edward di sini. Kak Edward bilang hari ini Kakak bakal masuk kantor, makanya Zia ke sini," jawab remaja itu dengan logat polos dan santainya."Tapi Kakak pikir tadi kamu masih tidur di kamar," balas Gibran masih tidak habis pikir. Ada apa dengan Dinzia
Hari ini adalah hari ulang tahun Jasmine yang ke enam.Dan seperti janjinya pada Jasmine sebelumnya, bahwa Gaby akan memberikan Jasmine seorang adik laki-laki.Itulah sebabnya, usai acara perayaan ulang tahun Jasmine yang diadakan dikediaman pribadi Gibran dan Gaby di Jakarta, malam harinya keluarga kecil nan berbahagia itu berangkat menuju sebuah panti asuhan yang lokasinya berada di pusat kota.Sebuah panti asuhan yang memang cukup terkenal bernama Panti Asuhan Pelangi. Anak-anak yatim piatu di panti asuhan pelangi yang tidak beruntung karena tak mendapatkan kesempatan di adopsi oleh sebuah keluarga akan dibina dan dididik hingga anak tersebut memiliki keahlian dan mampu hidup serba mandiri. Nanti, jika mereka sudah besar, pihak panti akan membebaskan mereka untuk menentukan pilihan hidup mereka masing-masing.Total anak yatim piatu ples anak jalanan yang berada di bawah naungan panti asuhan pelangi menc
"Indah banget ya, Gib," ujar Gaby dengan tangannya yang terus dia lipat dan semakin rapat mendekap tubuhnya sendiri. Matanya tertuju pada charles bridge, deretan jembatan romantis yang sangat terkenal di Praha.Saat itu mereka sedang berada di balkon kamar hotel mereka sambil menikmati waktu senja berakhir.Langit yang tampak gelap temaram menjadi latar prague castle dan Sungai Vlatava yang tampak seperti lukisan di dalam dongeng. Keindahan yang menghipnotis banyak pasang mata yang tampak puas memanjakan mata mereka. Charles Bridge memang indah dan layak dikunjungi saat sepi atau ramai terlebih lagi di malam hari. Pasti akan sangat romantis dan menyenangkan. Pikir Gaby membatin.Romantisme perjalanan honeymoonnya kali bersama Gibran pasca mereka kembali resmi menjadi sepasang suami istri terasa begitu berbeda dengan apa yang mereka alami saat honeymoon di Seoul waktu itu.Gaby dan Gibran puas berkeliling Eropa menikmati hari-hari bulan madu mereka yang ma
Sebuah mobil sport hitam tampak melaju kencang, meliuk-liuk di sepanjang jalanan ibukota yang ramai lancar.Gibran mengemudikan kendaraannya dengan kecepatan penuh ketika dia meyakini bahwa suara yang didengarnya di telepon tadi adalah suara Gaby, mantan istrinya.Itu artinya, model cantik bernama Gabriella itu kemungkinan adalah Gaby.Detik itu juga Gibran langsung meminta Edward untuk menggantikannya pergi keluar kota. Hal itu jelas membuat Edwar mencak-mencak.Sesampainya di kantor, Gibran melangkah panjang menuju ruangannya, lelaki itu tertegun sesaat ketika sepasang netranya kini beradu dengan sepasang netra boneka milik seorang wanita cantik yang sangat-sangat cantik di dalam ruangan itu.Wanita itu mengenakan pakaian sopan berupa dress hitam sebatas lutut yang dipadupadankan dengan blazzer merah menyala."Mamah, mana Papah? Katanya kita mau ketemu Papah?" Tanya seor
Tiga Tahun Kemudian...Hari ini, Gibran dan Edward baru saja mengadakan rapat penting dengan klien asal luar negeri. Rapat ditutup setelah keduanya sepakat untuk menjalin hubungan kerjasama dalam kurun waktu lima tahun ke depan.Gibran baru saja keluar dari ruangan rapat hendak memasuki ruang kerjanya ketika seseorang tiba-tiba menghadang langkahnya di kantor."Pak, ini nama-nama model yang masuk daftar kriteria untuk iklan produk terbaru kita, salah satu di antara mereka adalah model asal luar negeri,"Gibran menerima berkas itu dari sekretarisnya dan masuk ke dalam ruangannya setelah mengucapkan terima kasih.Dia melempar berkas di tangannya ke atas meja kerjanya, mengendurkan dasi yang terasa mencekik lehernya dan menjatuhkan tubuh di sofa panjang yang terletak di pojok ruangan. Lelaki itu tampak memejamkan mata."Jiah
Setelah mengganti pakaian dan merapikan penampilannya di salah satu pom bensin yang dia lewati dalam perjalanan kembali menuju rumah sakit, Gibran tidak bisa fokus menyetir.Tangan lelaki itu terus gemetaran.Pikirannya bercabang dan penuh.Tatapannya berkabut akibat air mata yang membendung di kelopak matanya.Bayangan terakhir saat dirinya berhasil melenyapkan nyawa seseorang kian membuatnya frustasi. Di satu sisi dia merasa bersalah, namun di sisi lain dia juga tak akan membiarkan Mirella terus menerus mengganggu ketentraman hidup rumah tangganya bersama Gaby.Lantas, apakah yang dilakukannya ini benar?Apakah ini adil untuk Mirella?Apakah ini adil untuk Gaby?Mungkinkah dirinya mampu melewati hari-harinya di depan setelah apa yang dia lakukan malam tadi di atas bukit itu?Setelah dirinya membunuh Mirella...
Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh, akhirnya kendaraan Gibran pun berhenti di sebuah tempat yang jauh dari hiruk pikuk manusia.Sebuah tempat yang sepi, gelap dan dingin.Dulu sekali, Gibran pernah menyambangi lokasi ini bersama kawan-kawan satu kantornya untuk sekedar refreshing di tengah nuansa alam liar dengan berkemah dan mendaki.Jika dulu dirinya mendaki dengan peralatan lengkap, bedanya, kini dia mendaki tanpa membawa apapun selain senter di tangan dan pakaian yang melekat di tubuhnya.Lelaki itu terus menggenggam tangan Mirella di sepanjang jalan setapak nan licin yang mereka lalui."Mau apa kita ke sini, Ib? Aku takut," ucap Mirella di tengah perjalanan saat Medan yang harus mereka daki kian curam."Aku sudah bilangkan, kamu harus bersembunyi. Aku tidak mau polisi-polisi itu menangkapmu," ujar Gibran yang susah payah melangkah.Rintik gerimis yang masih setia mengguyur membuat tubuh keduanya sama-sama lepek."
Seorang supir truk lintas propinsi yang baru saja melewati jalan raya hutan belantara di tenggara pulau Jawa tampak memparkirkan kendaraannya di sebuah rumah makan."Celana lu kancingin dulu tuh," ucap si kenek truk.Sang supir pun langsung menarik retsleting celananya yang lupa dia betulkan setelah di tengah perjalanan tadi dirinya dan rekan satu perjalanannya baru saja mendapat durian runtuh.Hidup sebagai seorang supir truk lintas propinsi membuat mereka harus rela hidup berjauhan dengan istri di kampung. Menjadi hal yang sangat membahagiakan tatkala mereka diberi kesempatan menuntaskan hasrat terpendam mereka secara gratis pada seorang wanita yang rela menukar tubuhnya dengan makanan yang tak seberapa."Kenapa tadi nggak lu ajak nikah aja sekalian tuh cewek. Lumayankan buat simpenan kalau lu lagi singgah di pulau Jawa," ujar si kenek lagi yang masih terus terbayang-bayang setelah berhasil merasakan nik
Warning : Terdapat adegan kekerasan, harap bijak dalam membaca!*****Gibran sampai di kediamannya dan tak mendapati Gaby di sana.Saat lelaki itu mengkonfirmasikan hal itu pada sang Ibu, Yura justru mengatakan bahwa dirinya juga kecolongan karena ternyata Gaby pergi bersama Luna tanpa ada sesiapapun yang mengetahuinya."Ibu sudah berulang kali menghubungi Luna tapi tak ada jawaban, Gibran," ucap Yura panik.Gibran dan Sean saling berpandangan. Hingga lelaki itu pun mengingat bahwa belum lama Gaby sempat membalas pesannya, jadi masih ada kemungkinan Gaby masih berada di area Bandung.Setelah menghubungi pihak kepolisian dan melacak kepergian Gaby dan Luna hari itu, akhirnya setelah seharian penuh melalui proses pencarian yang panjang, dan menampung semua kesaksian dari Luna dan seorang Cleaning Service di mall yang ditemukan dalam keadaan
Flashback On...Gaby bersorak girang saat dirinya akhirnya bisa keluar dari istana milik Ayah mertuanya.Tentunya berkat bantuan Luna, setelah drama panjang yang harus Gaby lewati untuk membujuk Luna agar bersedia menemaninya keluar.Luna sudah tahu tentang semua kejadian yang menimpa Gaby akibat Mirella. Dan Luna pun sudah tahu tentang apa yang pernah dilakukan Mirella semasa wanita itu tinggal di Shanghai.Awalnya Luna berpikir maju mundur untuk menuruti ajakan Gaby, namun saat Gaby mengatakan bahwa dirinya sedang hamil dan ingin sekali jalan-jalan, Luna jadi kasihan."Gue lagi ngidam Lun, pengen banget makan Asinan khas Bandung yang di jalan merdeka itu," bujuk Gaby saat itu."Yaudah gue pesenin ya, kalo nggak tinggal suruh supir buat beli," balas Luna memberi saran."Ishh, Lo mah gitu! Gue mau makan ditempatnya langsung. Nggak